Sinopsis Chief Detective 1958 Episode 1

All Content From : MBC
Sinopsis Lengkap : Sinopsis Chief Detective 1958
Selanjutnya: Chief Detective 1958 Episode 2

Adegan pertama memperlihatkan area di dalam toko. Tak lama, seorang pria dengan rambut beruban dan tubuh lemah keluar dari dalam rumahnya dan masuk ke bangunan tokonya yang menyatu dengan rumahnya.

Pria tua itu lalu memakai sepatunya. Setelah itu, dia mendekat ke cermin dan merapikan dirinya. Di dekat cermin, ada 3 foto para pria berseragam polisi. Dua foto digantung, dan satunya lagi dipajang di atas meja. Disamping foto yang dipajang di meja, ada sebuah medali yang digantung di dinding.



Foto yang tergantung di tengah adalah foto pria tua itu. Dia memakai seragam polisi dan memegang sebuket bunga. Dia berfoto bersama ketiga rekannya. Mereka berfoto di depan kantor polisi. Di belakang mereka ada spanduk bertuliskan, "Pensiun Kehormatan Inspektur Senior Park Yeong Han". Ternyata pria itu adalah pensiunan polisi bernama Park Yeong Han. Foto yang di meja foto Park Yeong Han muda bersama rekan2 detektifnya.


Park Yeong Han lantas mengambil tongkatnya yang dia senderkan di dekat meja. Tiba-tiba, dia teringat kue berasnya. Park Yeong Han pun bergegas mengambil paper bag nya berukuran sedang, lalu memadamkan lampu dan keluar dari tokonya, Toserba Jongnam.


Park Yeong Han kemudian mampir ke toko kue di pasar tradisional. Kebetulan seorang ajumma pemilik toko baru saja keluar untuk menaruh senampan kue beras di display tokonya. Park Yeong Han mendekati ajumma itu. Dia menanyakan pesenannya. Ajumma bilang sudah dia siapkan. Ajumma juga menawari Park Yeong Han mencicipi kue berasnya yang baru matang. Awalnya Park Yeong Han menolak tapi si ajumma memaksa. Park Yeong Han mencicipi kue beras itu. Ajumma menyuruh Park Yeong Han menunggu sebentar, lalu dia masuk ke tokonya. Park Yeong Han bilang kuenya enak.


Tak lama, ajumma keluar dan memberikan pesenan Park Yeong Han. Setelah mendapat pesenannya, Park Yeong Han pun pergi. Nama toko kue beras si ajumma terlihat saat langkah Park Yeong Han menjauhi toko. Namanya adalah Baeknyeonhwapyeon.

Park Yeong Han lalu pergi ke Kantor Polisi Jongnam. Begitu datang, dua polisi yang berpapasan dengannya, langsung memberikan hormat padanya.

Park Yeong Han memanggil salah satu polisi yang papasan dengannya. Dia memberikan sekantung kue berasnya ke polisi itu.

Yeong Han : Bagikan ini dengan yang lain.

Si polisi yang menerima kue beras, mengucapkan terima kasih.


Yeong Han lantas beranjak ke sebuah pintu. Bersamaan dengan itu, ada polisi berseragam yang hendak pergi. Yeong Han menanyakan keberadaan 'Detektif Park' pada polisi itu. Polisi itu bilang 'Detektif Park' ada di dalam.


Yeong Han bergegas masuk. Para polisi tampak sibuk bersiap. Sebagian lagi berlarian keluar. Yeong Han bilang, mereka pasti mendapat panggilan. Seorang detektif yang baru selesai memakai rompi, menoleh ke belakang.

"Kakek sudah datang." ucapnya.

Yeong Han pun mendekatinya. Itu cucunya. Detektif Park yang dicarinya.

Yeong Han : Jung Ho Chul sudah menunjukkan batang hidungnya?

Detektif Park : Kami mendapat laporan dia berada di warnet di Naksun-dong.

Yeong Han : Kenapa dia tidak muncul saat kau mengintai?

Detektif Park : Makanya.


Yeong Han : Aku membawakanmu kaus kaki ganti.

Yeong Han menaruh paper bag beserta bungkusan berisi kue beras ke atas meja. Detektif Park berterima kasih pada kakeknya udah dibawain kaus kaki ganti. Tapi dia bilang dia akan memakai kaus kakinya setelah menangkap Jung Ho Chul.


Detektif Park lantas pamit pada kakeknya. Lalu dia pergi. Yeong Han berteriak, ngasih tahu kalau dia membawa kue beras. Detektif Park balik lagi. Yeong Han menyuruh cucunya membagikan kue beras dengan yang lain. Yeong Han senang. Dia bilang kue beras kesukaannya. Yeong Han memeluk kakeknya dan mengucapkan terima kasih.

Yeong Han : Tidak masalah.

Detektif Park : Aku sayang kakek.

Yeong Han : Pergilah.

Detektif Park : Aku akan kembali.

Detektif Park pun pergi dengan tim nya.


Dari depan jendela, Yeong Han melihat para polisi yang berlarian ke mobil. Setelah para polisi itu pergi, Yeong Han beranjak dari jendela. Dia berjalan, menyusuri koridor panjang menuju ke pintu yang letaknya di ujung koridor. Namun foto-foto yang dipajang di dinding koridor menghentikan langkah Yeong Han. Yeong Han menatap sejenak foto itu, sebelum akhirnya beranjak pergi. Kamera menyorot foto yang dilihat Yeong Han. Itu adalah foto Yeong Han muda bersama keempat rekannya. Foto itu diberi judul, "Para Detektif Legendaris Tahun 1962".

Kita dibawa ke masa-masa dimana Park Yeong Han masih menjadi polisi aktif. Seorang pria gelandangan berjalan di tengah pasar. Ketika gelandangan itu lewat, kamera menyorot pria lain di depan gelandangan itu. Pria di depan gelandangan tadi, tampak lebih bersih. Dia mengenakan rompi tanpa lengan.

Gelandangan tadi tiba-tiba bernyanyi.

Gelandangan : Saat tak punya uang sepeser pun, aku pergi ke pasar sapi dan makan gorengan kubis curian.


Dan, gelandangan itu dengan cepat mencuri kubis goreng yang lagi dipotong-potong oleh si penjual. Sontak lah si ajumma penjual langsung meneriaki gelandangan itu.

Ajumma : Dasar gelandangan tak berguna!

Namun saat melihat ke mejanya, dia terkejut mendapati selembar uang di sana. Sontak lah si ajumma langsung menatap kembali ke arah si gelandangan.

Gelandangan tadi lalu memberi kode ke pria yang lewat di depannya tadi.


Gelandangan tadi lantas berhenti di antara para penjual sapi. Wajahnya akhirnya terlihat. Dia Park Yeong Han. Yeong Han mengedarkan pandangannya dan menemukan dua orang pria parlente yang tengah menjual sapi kepada seorang warga. Yeong Han tersenyum lebar melihat targetnya.


-Tahun 1958, Hwangchun, Gyeonggi-do-

Yeong Han lantas mengikuti targetnya sampai ke rumah judi. Namun dia diusir oleh seorang pria yang berjaga di depan karena dikira gelandangan. Yeong Han pun mengaku punya uang banyak. Penjaga menyuruh Yeong Han berhenti berbohong. Namun saat melihat uang yang ditunjukkan Yeong Han, dia terkejut.

Penjaga : Kau mengemis berapa lama sampai dapat sebanyak ini?

Yeong Han memberi si penjaga uang selembar. Namun si penjaga malah mengambil selembar lagi dari tangan Yeong Han dan menyuruh Yeong Han masuk, tapi hanya satu babak saja.


Yeong Han pun beranjak ke pintu. Tapi kemudian, dia menoleh dan mengode pria berompi yang mengawasinya di belakang. Yeong Han lantas masuk duluan. Setelah Yeong Han masuk, pria berompi memanggil kedua rekannya. Mereka bertiga lantas menyusul Yeong Han.


Penjaga mengantarkan Yeong Han ke dalam. Dia memperingatkan Yeong Han agar tidak lama-lama. Yeong Han mengerti dan langsung mengedarkan pandangannya, mencari targetnya. Tak lama, dia menemukan targetnya dan langsung bergabung dengan mereka.

Yeong Han : Aku merasa bersemangat. Biarkan aku bergabung.

Tapi, salah satu targetnya marah.

"Hei, siapa yang membiarkan gelandangan ini masuk?"

"Ayolah, aku sakit hati mendengarnya. Aku bukan gelandangan hari ini." jawab Yeong Han, lalu menunjukkan dua gepok uangnya.


Yeong Han mengambil kartunya. Sambil memegang kartunya, dia menatap seorang pria dengan setelan jas putih di depannya.

Yeong Han : Sepertinya kau bukan dari sekitar sini, Pak Setelan Putih. Kau jauh-jauh kemari untuk menjual sapi?

Setelan Putih : Diam dan main saja, Gelandangan.

Yeong Han : Dengan rambutmu ditata seperti itu, aku ragu kau paham tentang sapi.

Setelan Putih : Apa katamu?


Yeong Han : Aku langsung tahu. Lihat, itu.

Yeong Han menunjuk ke arah sepatu mengkilat Setelan Putih.

Yeong Han : Aku belum pernah melihat peternak sapi memakai sepatu seperti itu. Kau bukan peternak sapi, tapi baru saja menjual satu. Aku penasaran dari mana asalnya. Jatuh dari langit atau kau mencurinya?
Si Setelan Putih dan rekan2nya kaget dengan omongan Yeong Han.

Yeong Han meralat omongannya.

Yeong Han : Tidak, pria necis sepertimu pasti bosnya. Jadi, siapa yang mencurinya? Coba kulihat…


Yeong Han mengedarkan pandangannya lagi dan menemukan dua pria di sampingnya. Yeong Han pun menunjuk mereka.

Yeong Han : Itu. Mereka berdua. Kalian punya luka lecet dari tali, bukan?

Dua pria itu melihat luka lecet di tangannya.

Yeong Han : Itu yang terjadi saat sapinya ditarik oleh orang yang bukan pemiliknya. Sapinya berjuang untuk bertahan.


Setelan Putih : Siapa kau sebenarnya?

Yeong Han : Aku? Menurutmu siapa?


Yeong Han melepas topinya dan menunjukkan wajahnya.

Yeong Han : Kau mengenaliku?

Setelan Putih rupanya mengenali Yeong Han.

Setelan Putih : Kau Detektif Kepolisian Hwangchun.

Yeong Han : Jadi, kau melihatku di koran.

Setelan Putih : Aku tak menduga akan bertemu dengan detektif Kepolisian Hwangchun di tempat seperti ini.


Setelan Putih membalikkan meja judi dan menyuruh rekannya kabur.

Kedua rekan Setelan Putih yang bertugas mencuri sapi, berhasil kabur bersama Setelan Putih. Tapi, dua rekan Setelan Putih yang duduk semeja dengan Yeong Han, gagal kabur.


Diluar, rekan2 Yeong Han berusaha menangkap kawanan pencuri sapi. Tapi Setelan Putih berhasil kabur setelah melumpuhkan rekan2 Yeong Han. Yeong Han keluar. Melihat rekannya disakiti, Yeong Han marah dan mengejar Setelan Putih.


Setelan Putih malah lari ke arah kawanan sapi. Dia pun terpeleset dan jatuh karena menginjak tanah yang becek dan licin. Yeong Han datang dan melompat ke atas Setelan Putih. Mereka gelut sejenak, sebelum akhirnya Yeong Han memborgol Setelan Putih.

Yeong Han : Kau tahu sapi siapa itu?

Setelan Putih : Bagaimana aku tahu?

Yeong Han : Sapi itu seharusnya dijual untuk operasi ibunya Mandeuk.

Yeong Han lalu menyuruh Setelan Putih berdiri.

Yeong Han : Mencuri sapi seseorang sama saja seperti mencuri hidup mereka. Mengerti?

Diam-diam, Setelan Putih mengambil pisau dari sakunya. Yeong Han menyuruh Setelan Putih mengikutinya. Dia menarik Setelan Putih tapi Setelan Putih mengayunkan pisau ke arahnya. Untunglah, Yeong Han sempat menghindar.

Yeong Han : Mau apa kau dengan itu? Menyembelih sapi?

Kamera menyorot reaksi seekor sapi usai mendengar kata2 'menyembelih' yang diucapkan Yeong Han.

Setelan Putih : Tidak, aku akan menyembelihmu!

Yeong Han : Ya, coba saja, Berandal.

Yeong Han merangsek maju sedikit. Si Setelan Putih malah ketakutan dan berjalan mundur.

Setelan Putih : Sudah kubilang jangan maju! Aku akan menusukmu!


Di belakang Setelan Putih, sapi bersiap-siap. Yeong Han yang me-notice itu, langsung memperingatkan Setelan Putih. Dia melarang Setelan Putih tetap di tempat. Setelan Putih tanya kenapa dan menuding Yeong Han cuma mau mainin dia.

Setelan Putih berbalik. Tepat saat itu, sapi menendang 'anu'nya Setelan Putih. Setelan Putih langsung tersungkur ke bawah sambil memegangi 'anu'nya yang sakit habis ditendang sapi. Sapi nya melengos pergi usai menendang 'anu'nya Setelan Putih.


Yeong Han dan rekan2nya membawa kawanan pencuri sapi ke kantor sapi. Begitu mereka tiba, Kepala Polisi langsung menghampiri mereka. Kepala Polisi heran melihat cara berjalan Setelan Putih.

Kepala Polisi : Kenapa cara berjalan berandal itu lucu?

Yeong Han : Dia hampir kehilangan perhiasan keluarganya.

Kepala Polisi akhirnya mencium aroma-aroma gak enak. Dia pun protes, bau apa ini?

Lalu dia mengomeli Yeong Han, haruskah kau berpura-pura menjadi gelandangan untuk menangkapnya?

Yeong Han malah ngegas balik sambil ngibasin mantelnya yang bau.


Yeong Han : Aku juga tidak senang, tahu? Tapi kau terus memasukkan wajahku ke koran-koran.

Yeong Han lalu mengambil koran dan menunjukkannya pada Kepala Polisi.

Yeong Han : Kini semua penjahat mengenalku.

Yeong Han lantas menyuruh rekannya mengurung Setelan Putih.

Setelan Putih mengeluh sakit di bagian 'anu'nya. Dia bilang dia yakin ada yang copot, tapi rekan detektif gak peduli dan tetap membawanya ke sel.


Petugas Kim tengah menghitung jumlah penangkapan yang dilakukan Yeong Han cs. Setelah itu dia mengumumkan hasilnya pada semuanya.

Petugas Kim : Akhirnya, Detektif Park menangkap pencuri sapi ke-96!

Kepala Polisi menyuruh semua tepuk tangan untuk Yeong Han.

Sambil mengelap lehernya dengan handuk, Yeong Han bilang itu bukan pencapaian besar.

Yeong Han : Jangan memujiku.

Rekan Yeong Han : Bukan pencapaian besar apanya? Itu penangkapan pencuri sapi terbanyak di Gyeonggi-do tiga tahun berturut-turut.


Kepala Polisi lantas mengumumkan kalau Yeong Han akan segera pergi ke rumput yang lebih hijau.

Kepala Polisi : Saatnya pesta perpisahan.

Yeong Han berdiri disamping Kepala Polisi.

Yeong Han : Kedengarannya bagus. Malam ini aku yang traktir.

Kepala Polisi : Tapi kau meminta gaji di muka untuk membangun kembali dinding panti asuhan itu.

Yeong Han : Kau benar. Kalau begitu, malam ini kau yang traktir, Pak Kepala.

Rekan Yeong Han : Ayolah. Bukankah kau pemilik pabrik bir? Kau bisa mentraktir kami.

Yeong Han : Sudah kubilang berkali-kali ayahku yang memilikinya, bukan aku. Tapi kita bisa masukkan ke tagihannya malam ini dan minum sampai kesulitan berjalan!

Para detektif pergi tapi Petugas Kim nampak sedih.


Kita Pabrik Bir Bulam sekarang, dimana Yeong Han lagi bicara sama ayahnya di dalam. Sang ayah tanya, ada berapa orang semalam.

Yeong Han : Semua orang di polsek, jadi, sekitar delapan orang.

Pak Park : Uang yang kau habiskan bisa memberi makan ratusan orang.

Yeong Han : Maafkan aku, Ayah.

Yeong Han : Tetap saja, kau akan melakukan hal-hal hebat, jadi, sudah sepantasnya kau mentraktir mereka. Hidup di dunia ini seperti membuat alkohol. Seseorang harus menyaring kotoran untuk menghasilkan alkohol termurni. Harapanku, kau membantu menciptakan dunia yang murni seperti alkohol. Hidup tidak akan mudah, tapi aku percaya kepadamu, Nak.

Yeong Han : Terima kasih, Ayah, karena sudah membesarkanku agar tumbuh sekuat tanduk sapi.

Pak Park : Meski sekuat tanduk sapi, kau tetap harus menjaga dirimu. Jangan sampai terluka.

Yeong Han : Aku akan berusaha maksimal untuk menjadi yang terbaik... tidak, untuk menjadi detektif terhormat.


Akhirnya, tibalah saat berpisah.

Yeong Han diantarkan rekan2nya keluar kantor.

Kepala Polisi : Yeong Han-ah,  pergilah ke dunia lebih besar dan tangkap penjahat kelas kakap.

Yeong Han : Baiklah, aku juga akan mencoba masuk koran di Seoul.

Rekannya : Seoul dipenuhi gangster seperti Lee Jung Jae dan Im Hwa Soo. Tangkaplah mereka semua.

Rekannya lalu memberikan koper kepadanya.

Yeong Han : Baiklah. Aku akan menangkap semuanya.


Petugas Kim juga memberikan makanan untuk dimakan di jalan.

Tapi wajah Petugas Kim nampak sedih.

Yeong Han yang melihat itu tanya kenapa Petugas Kim sedih.

Petugas Kim malah mewek.


Kepala Polisi : Kau tidak tahu? Dia menunggu bertahun-tahun untuk menikah denganmu.

Petugas Kim marah, dasar bodoh!

Lalu dia lari ke dalam.

Semua tertawa.


Yeong Han : Terima kasih, Semuanya. Aku akan kembali saat liburan.

Yeong Han mulai beranjak.

Kepala Polisi : Baiklah. Kau harus menjadi yang terbaik di Jongnam, Yeonghan!

Yeong Han : Tentu saja!

"Jangan terluka! Semoga berhasil di Seoul!" ucap rekan2nya yang lain.


Petugas Kim melambaikan tangannya ke arah Yeong Han dari depan pintu.

Petugas Kim : Sampai jumpa, Detektif Park!

Sekarang, Yeong Han di bus. Dia membuka bekal dari Petugas Kim. Ternyata telur rebus. Yeong Han mengupas satu. Tapi dia menoleh ke bocil perempuan disampingnya. Yeong Han pun membagi telurnya satu ke bocil perempuan itu. Bocil perempuan dan ibunya berterima kasih sudah dibagi telur.


-Episode 1, Pria dari Kota Kecil-


Kereta listrik melintas di tengah Kota Jongnam. Yeong Han yang duduk di kereta listrik, takjub dengan keindahan Kota Jongnam. Terdengar suara dari pengeras suara.

"Kami tidak tahan lagi. Singkirkan korupsi dari politik sekarang juga."

Yeong Han : Pemandangan yang indah.


Yeong Han akhirnya turun dari kereta. Dia mengedarkan pandangannya, melihat suasana kota, dengan pandangan wah. Orang2 berlalu-lalang di sekitar Yeong Han. Yeong Han lalu melihat gedung di depannya yang ternyata adalah kantor polisi. Dia pun makin takjub, tak menyangka kantor polisi di Seoul semegah itu.


Yeong Han pun masuk dan semakin kagum melihat isi di dalam. Seorang detektif lewat di depannya. Dia pun menghentikan detektif itu untuk menanyakan dimana Divisi Investigasi.


Yeong Han pun beranjak menuju ruangan Divisi Investigasi.

Tapi mau membuka pintu, tiba-tiba dia dikejutkan dengan dua orang yang keluar dari ruangan itu dengan terburu-buru, diiringi sebuah teriakan yang menyuruh mereka berhenti.

Yeong Han : Mengagetkan saja.


Yeong Han lalu mengedarkan pandangannya lagi, mencari seseorang.

Yeong Han : Unit 3, unit 2...

Terakhir, Yeong Han melihat meja unit 1. Seorang Kepala Unit 1 nampak tertidur di kursi, dengan kaki di atas meja. Yeong Han pun bergegas mendekati Kepala Unit 1.

Yeong Han : Halo, Pak Kepala. Aku Detektif Park Yeong Han dari Polsek Hwangchun.

Kepala Unit 1 terbangun dan melihat Yeong Han dengan mata setengah terbuka.

Kepala Unit 1 : Dari mana?

Yeong Han : Hwangchun, Pak.

Kepala Unit 1 menurunkan kakinya. Sebuah koran bertengger di pangkuannya. Kepala Unit 1 meregangkan otot tubuhnya sambil melontarkan pertanyaan pada Yeong Han.

Kepala Unit 1 : Jadi, kau si malaikat maut?

Yeong Han : Bukan untuk menyombongkan diri, tapi para penjahat takut kepadaku.

Kepala Unit 1 : Kudengar kau menangkap pencuri sapi terbanyak di Gyeonggi-do. Kau pasti detektif terkenal dari Hwangchun.

Yeong Han : Aku tidak tahu berita tentangku menyebar sampai Seoul.


Kepala Unit : Kau menjadi berita utama di koran-koran Gyeonggi-do.

Kepala Unit 1 menunjukkan berita Yeong Han di koran yang dia baca tadi sebelum dia ketiduran.

Yeong Han merendah, sekali saja sudah cukup, tapi mereka terus menyebutku. Aku khawatir itu akan memengaruhi investigasiku.

Kepala Unit 1 mau minum tapi gelasnya kosong. Kepala Unit 1 lantas beranjak mengambil ceret, sambil bertanya alasan Yeong Han gigih menangkap pencuri sapi.


Yeong Han pun mendekati Kepala Unit 1 dan menjelaskan alasannya. Sementara Kepala Unit 1 mendekatkan corong ceret ke mulutnya. Tapi airnya gak keluar.

Yeong Han : Pencuri sapi itu yang terburuk.

Sambil memeriksa isi ceret, Kepala Unit 1 tanya kenapa.

Yeong Han pun mulai menjelaskan.

Yeong Han : Pada dasarnya mereka mencuri mata pencaharian seseorang.

Kepala Unit 1 mendengus kesal karena ceretnya kosong. Lalu dia beranjak ke mejanya.


Yeong Han mengikuti Kepala Unit 1 sambil terus menjelaskan alasannya getol menangkap pencuri sapi.

Yeong Han : Seekor sapi bisa membayar biaya kuliah Kyung Soo, membantu putrinya Ok Bun menikah, dan membayar operasi ibunya Man Deuk. Jadi, mencuri sapi…

Kepala Unit 1 memotong kata2 Yeong Han.

Kepala Unit 1 : Pukul berapa ini?

Yeong Han : Kepala?

Kepala Unit 1 : Kutanya pukul berapa ini.

Yeong Han melirik jamnya, sekarang pukul 11.47, Pak.

Kepala Unit 1 : Waktu yang tepat untuk minum. Ayo.

Kepala Unit 1 memakai jasnya dan beranjak duluan.


Mereka minum di tengah pasar.

Yeong Han : Entah apa aku harus memanjakan diri di hari pertamaku.

Yeong Han memberikan secawan besar arak ke Kepala Unit 1, tapi dia langsung manyun melihat Kepala Unit 1 udah minum duluan. Akhirnya, dia minum sendiri arak yang gak jadi dia kasih ke Kepala Unit 1.

Yeong Han : Apak sekali.

Kepala Unit 1 : Berasnya kurang matang.

Yeong Han : Kau akan ditampar jika membuat arak beras seperti ini di kotaku.


Ternyata empunya kedai mendengar kata2 Yeong Han. Dia menaruh sepiring makanan di atas meja dengan sengit sambil bertanya siapa yang menampar siapa. Yeong Han pun memuji arak itu. Dia bilang rasanya tetap lezat. Si empunya toko tertawa, lalu masuk ke kedainya.


Kepala Unit 1 : Detektif Park. Menurutmu kenapa aku memanggilmu?

Yeong Han : Karena ada lowongan?

Kepala Unit 1 : Lowongan di Kantor Polisi Jong Nam, di pusat Seoul?

Yeong Han : Aku mengerti. Kau pasti membuat hidup para bawahanmu seperti mimpi buruk, jadi, mereka terus berhenti.

Kepala Unit 1 : Kau pintar, Anak Desa.

Yeong Han : Seberapa buruk kau memperlakukan mereka?

Kepala Unit 1 : Aku hanya mengirim mereka untuk menangkap gangster.

Yeong Han : Kenapa itu hal yang buruk? Bukankah itu tugas kita?

Kepala Unit 1 : Itu yang mereka katakan di hari pertama mereka. Yah, tapi kau akan segera tahu kenapa mengejar gangster bisa menjadikan hidupmu mimpi buruk.


Mereka lalu kembali ke kantor. Kepala Unit 1 menunjukkan meja Yeong Han. Yeong Han mulai duduk di kursinya sambil berkata kalau meja di Seoul ternyata juga besar.


Dua detektif masuk. Mereka melihat Yeong Han. Detektif yang ber-jas, mendekati Yeong Han. Dia bilang dia sudah mendengar semua tentang Yeong Han. Dia lalu mengenalkan diri. Namanya Hwang Soo Man, dari Unit Investigasi Dua.

Yeong Han : Senang bertemu denganmu.

Detektif Hwang lalu mengenalkan rekannya pada Yeong Han.

Detektif Hwang : Dia anggota termuda, Pak Pencuri Sapi.

Rekan Detektif Hwang mengenalkan diri. Namanya Oh Ji Sub.

Yeong Han : Silakan kembali bekerja.


Detektif Hwang dan Detektif Oh beranjak ke meja mereka. Tapi Yeong Han menegaskan ke Detektif Hwang kalau dia menangkap pencuri sapi, bukan pencuri sapi.

Detektif Hwang mendekati Yeong Han.

Detektif Hwang : Sama saja, bukan? Dari mana asalmu, penangkap pencuri sapi? Akhirat, ya?

Detektif Hwang lalu duduk di meja Unit 1 dan terus mengejek Yeong Han.

Detektif Hwang : Benar, kau dari Hwangchun. Apa kota itu bahkan ada di peta? Dengar, Seoul berbeda dari kota tua kecilmu di antah-berantah. Begitu kau digaji, belilah pakaian yang layak. Mari tampil berkelas, ya?


Detektif Hwang beranjak menuju mejanya.

Yeong Han : Kau sendiri beli pakaian di mana, Hwang?

Detektif Hwang : Kenapa? Kau menyukainya?

Yeong Han : Tidak, kupikir kau memakai sesuatu yang dibuang tentara Amerika.

Mendengar itu, Detektif Hwang sewot. Dia mau membalas Yeong Han, tapi Yeong Han bilang ada selada di gigi Detektif Hwang. Detektif Hwang mendengus kesal dan langsung membersihkan giginya.


Tiba2, pasutri paruh baya masuk. Kepala Unit 1 terkejut melihat mereka, Pak Oh?

Kepala Unit 1 langsung mendekati mereka dan menyuruh Yeong San mengambil kursi.

Yeong San menarik kursi. Pak Oh dipapah istrinya ke kursi.

Istri Pak Oh meminta bantuan kepada Kepala Unit 1.

Istri Pak Oh : Tolong lakukan sesuatu, Kepala Yoo. Kami terlalu takut untuk hidup.

Kepala Yoo menjelaskan siapa Pak Oh ke Yeong San.

Kepala Yoo : Pak Oh mengelola toko kain di Pasar Jongnam.

Yeong Han : Siapa yang melakukan ini kepadanya?

Istri Pak Oh : Orang-orang dari geng Dongdaemun. Mereka punya nama ular.

Kepala Yoo : Ular Derik? Beludak?

Istri Pak Oh : Ya.

Yeong Han : Itu jelas nama gangster. Haruskah kutangkap mereka?

Kepala Yoo : Silakan saja.

Yeong Han : Aku akan kembali, Pak.


Yeong Han langsung beranjak.

Kepala Yoo : Ini bukan hal mudah. Kau tahu harus ke mana?

Yeong Han balik lagi dan tanya dia harus kemana.


Yeong Han pun pergi ke pasar. Terdengar suara Kepala Yoo saat menjelaskan dimana dan siapa Geng Dongdaemun itu.

Kepala Yoo : Kau pernah dengar Lee Jung Jae dari Dongdaemun? Semua orang di negeri ini mengenal Lee Jung Jae.

Yeong Han melihat catatannya. Lalu dia tanya ke salah satu pedagang di pasar Ilsimkwan ke arah mana?


Setelah tahu, Yeong Han pun kembali berjalan sambil mengingat-ingat kata2 Kepala Yoo.

Kepala Yoo : Anak buahnya bertarung untuk mengambil alih Pasar Jongnam. Pergilah ke alamat ini. Omong-omong, ada 30 orang di sana.

Yeong Han : Tiga puluh, ya? Jika kukalahkan satu setiap detik, aku hanya butuh 30 detik.

Yeong Han bakal latihan memukul sambil jalan, membuat orang2 menatap aneh kepadanya.

Yeong Han : Satu, dua, tiga, empat. Lima, enam, tujuh, delapan. Banyak juga.

Yeong Han terus berjalan. Tapi tiba2 dia melangkah mundur dan berhenti tepat di depan kedai yang menjual sup ular. Dia punya ide!


Di mejanya, Kepala Yoo tampak mencemaskan Yeong Han yang pergi sendirian ke sarang gangster. Kepala Byun Dae Sik, dari Unit Investigasi Dua yang baru datang, berkata, kalau dia mendengar Kepala Yoo mengirim anak baru lagi ke kematian.

Kepala Yoo bilang dia mengirimnya ke sarang gangster.

Kepala Byun : Anak baru selalu dipukuli di sarang itu dan kembali dengan babak belur.

Kepala Yoo : Mau bertaruh apa dia bisa membuat mereka berdarah?

Kepala Byun : Jangan terlalu keras pada anak baru. Kau terus menakuti mereka.

Kepala Yoo : Bukan aku yang membuat mereka berhenti. Mereka berhenti sendiri.


Di sebuah ruangan, tepatnya ruangan di dalam kedai, para anggota gangster berkumpul. Anggota yang dijuluki rattlesnake, menjelaskan ke anggota lainnya. Sementara pemimpin mereka yang dipanggil Viper, duduk di tengah.

Ratllesnake : Mulai kemarin, Beludak, pilar geng Dongdaemun, menjadi penanggung jawab Pasar Jongnam.

Para anggota bertepuk tangan. Rattlesnake lalu menyuruh pemimpin mereka memberikan pidato. Viper, pemimpin mereka, memberikan pidato singkat.

Viper : Aku, Beludak dari Gunung Yongmoon, mendaki ke tempatku sekarang dengan melayani Lee Jung Jae yang hebat. Mari pertahankan momentum ini dan jadikan Jongnam-gu wilayah kita. Mari bersulang untuk itu!


Tiba2, Yeong Han membuka pintu.

Yeong Han : Tempat ini benar Ilsimkwan? Kurasa benar. Kenapa tidak ada tanda di depan? Aku butuh waktu lama untuk menemukan tempat ini.

Yeong Han masuk, sambil menyandang sebuah karung lecek di bahunya.

Yeong Han lalu menunjuk Viper.

Yeong Han : Hei, kau yang ditengah. Kau tampak tidak berpengalaman. Apa kau Pak Ou Samryong?

Viper : Ayolah, kau serius? Aku Beludak dari Gunung Yongmoon.

Yeong Han : Baiklah, Pak Ou Samryong dari Gunung Yongmoon. Aku Park Yeong Han dari Kantor Polisi Jongnam. Kudengar kau memukuli pemilik toko kain. Aku datang untuk menangkapmu, Pak Ou Samryong, atas penyerangan.

Yeong Han lalu melemparkan borgol ke Viper alias Pak Ou Samryong.

Yeong Han : Pakai itu.

Tapi mereka semua malah tertawa.

Yeong Han : Kurasa orang-orang di Seoul sangat senang ditangkap.

Viper : Kau tidak bisa melakukan itu di sini. Aku tangan kanan Lee Jung Jae,  yah, mungkin aku kaki kanannya.

Yeong Han : Siapa Lee Jung Jae?

Viper : Kau tidak tahu Lee Jung Jae, si Otot dari Icheon?

Yeong Han : Tidak tahu.

Viper : Kau baru keluar dari penjara atau kuil?

Yeong Han : Aku baru keluar dari Hwangchun.

Viper : Bos kami dikenal di seluruh negeri, dan Hwangchun, Gyeonggi-do, tidak terkecuali.

Yeong Han : Kau banyak bicara, ya? Dengar. Jika kau tidak memakai borgol itu, aku akan menggilingmu menjadi debu.

Viper : Aku takut sekali.

Semua anggota gangster tertawa.

Viper : Biar kuluruskan. Maksudmu kau akan menggilingku?

Yeong Han : Kau benar-benar bedebah biadab.

Viper : Anak-Anak, buat detektif dari Hwangchun ini babak belur.

Yeong Han pun mengancam mereka.

Yeong Han : Bergerak sedikit saja, akan kubuat kalian babak belur.


Dia juga menunjukkan karung yang dibawanya.

Yeong Han : Di dalam sini ada 30 ular berbisa. Serang aku, maka kantong ini akan terbuka.

Viper cs tidak percaya.

Viper : Berandal itu pemburu ular, bukan detektif. Mari kita lihat isinya.

Yeong Han jongkok dan mulai membuka tali yang mengikat karung.

Yeong Han : Omong-omong, kenapa semua barang di Seoul mahal sekali? Aku sampai menulis tagihan panjang untuk ini. Kau bisa dapat 30 ular di Hwangchun hanya dengan 16 kg beras.

Yeong Han menunjukkan isi karung ke mereka.

Anggota gangster yang mau menghajar Yeong Han, jadi ketakutan dan menghindar.

Yeong Han : Hati-hati, Semuanya. Kau lihat isinya, 'kan?

Viper : Apa itu sungguhan?

Yeong Han : Kau mau memeriksanya sendiri?

Yeong Han pun dengan ekspresi geli, melemparkan seekor ular dengan cepat ke arah mereka.

Sontak lah mereka semua takut dan mundur ke belakang.

Yeong Han : Jangan bergerak dan tenanglah. Beludak. Ikut aku, maka aku akan mengikat tas ini.

Viper : Aku akan ikut denganmu. Tutup saja benda itu.

Yeong Han : Pilihan bagus!

Viper menyuruh salah satu anggotanya, mengambil borgol. Tapi anggotanya juga takut karena borgolnya di dekat ular yang dilempar Yeong Han tadi.

Viper : Jadi, kau lebih suka digigit ular itu?

Terpaksalah anggotanya mengambilkan borgol itu, meski geli.

Viper memborgol tangannya.

Yeong Han : Keputusanmu tepat. Kau pria yang pintar.


Yeong Han dengan geli, memasukkan lagi seekor ular yang dia lempar tadi, ke dalam karung. Anak buah Viper mau mengikuti Yeong Han. Tapi Yeong Han ngancam bakal lepasin semua ular di karung kalau mereka berani mengikutinya.

Yeong Han pun menyuruh Viper mengikutinya. Viper jalan di depan. Tapi pas mau keluar, Yeong Han menempelkan karung berisi 30 ular itu ke dinding dekat pintu. Ternyata ada paku di dekat pintu. Yeong Han yang gak sadar karungnya menancap ke paku, malah menarik karung itu. Akibatnya, karungnya robek dan 30 ular jatuh ke lantai. Sontak lah anak buah Viper pada ketakutan. Yeong Han terkejut ular2nya lepas. Dia yang juga geli, melemparkan karung ke arah gangster.

Yeong Han : Masukkan kembali ke sini, ya?

Yeong Han mau nutup pintu tapi pintunya macet. Akhirnya dia pergi dengan panic, mengikuti Viper yang berjalan di depannya. Seekor ular merayap keluar ruangan.

Direktur Kepolisan Jongnam malah lagi makan siang sama Lee Jung Jae. Direktur bilang, karena Lee Jung Jae sudah menaklukkan dunia gangster, saatnya beralih ke hal yang lebih besar.

Direktur : Kursi di Majelis Nasional siap menjadi milikmu.

Jung Jae : Aku tersanjung. Aku hanya melayani Presiden sebagai anggota biasa Partai Liberal.

Direktur : Sungguh rendah hati dan sederhana. Kau patriot sejati negara ini, Pimpinan Lee.

Jung Jae : Kau sangat murah hati, Inspektur Senior Choi.

Jung Jae lalu memberikan hadiah uang ke Direktur Choi.

Direktur Choi pura-pura menolak pada awalnya.

Direktur Choi : Tidak perlu repot-repot.

Jung Jae : Aku tahu betapa rendahnya gaji polisi di negara ini. Kau bekerja tanpa lelah siang dan malam demi keselamatan kami. Kuharap ini bisa menghiburmu.

Direktur Choi : Terima kasih, Pimpinan Lee. Aku sudah merasa terhibur.

Yeong Han lagi menginterogasi si Viper, sambil memegang pulpen dan kertas. Dia bilang, jangan berani2 berbohong.  Seisi ruangan itu memperhatikan mereka.

Yeong Han : Jangan berani-berani berbohong. Kau memukul pemilik toko kain itu atau tidak?

Viper : Aku tidak memukulnya. Aku menghajarnya habis-habisan.

Yeong Han : Cepat sekali kau mengaku. Kenapa kau menghajarnya habis-habisan?

Viper : Dia tak mau membayar iurannya dan terus memberiku masalah.

Yeong Han : Jadi, seluruh Pasar Jongnam milikmu?

Viper : Ya, itu wilayahku.

Yeong Han : Kalau begitu, tunjukkan akta properti milikmu.

Viper : Aku tidak butuh itu, mengerti? Tanah mana pun yang kuludahi menjadi milikku.

Yeong Han : Begitukah? Tunggu sebentar.


Yeong Han celingukan sebentar. Tapi tak lama, dia menjilat tangannya dan memukul kepala Viper dengan tangannya yang tadi dia jilat.

Yeong Han : Artinya kau milikku sekarang?

Viper marah, ada apa denganmu?

Yeong Han : Katamu sesuatu menjadi hak milik jika kita meludahinya, Berandal. Dengar, ini bukan engklek. Jangan asal mengeklaim tanah begitu saja. Siapa yang mengajarimu menjadi berengsek, berandal sampah?


Kepala Byun menyuruh Detektif Hwang melerai mereka.

Detektif Hwang mendekati mereka dan memberitahu Yeong Han.

Detektif Hwang : Hei, Detektif Park. Jangan perlakukan orang-orang ini dengan cara seperti itu.


Yeong Han marah, dasar berandal tidak berguna. Berapa usiamu?

Viper : Usiaku 34 tahun. Kenapa?

Yeong Han : Pemilik toko kain berusia 50 tahun! Dia cukup tua untuk menjadi pamanmu. Di mana rasa hormatmu? Jika kau keponakanku, aku akan menghajarmu sampai kau berhenti bernapas, Berandal.

Viper : Kalau begitu, berapa usiamu?

Yeong Han : Aku? Usiaku 27 tahun.

Viper : Jadi, kau lebih muda dariku, Berandal Gila.


Yeong Han mulai emosi. Dia marah sambil bangkit dari duduknya.

Yeong Han : Bedebah sepertimu bisa berusia 100 tahun dan masih di bawahku.


Direktur Choi masuk dan mendekati Yeong Han dengan wajah kesal.

Direktur Choi : Apa yang terjadi di sini? Apa kau Park Yeong Han?

Yeong Han : Ya, Pak. Aku Park Yeong Han dari Hwangchun.

Direktur Choi : Apa kau sudah gila? Kau menyebut dirimu detektif? Kenapa kau melepaskan ular pada warga tidak bersalah?

Yeong Han : Mereka gangster tidak berguna, bukan warga. Aku tidak punya pilihan selain memakai ular untuk penangkapan.

Direktur Choi : Diam dan lepaskan dia.

Yeong Han : Kenapa aku harus melakukan itu, Pak?


Kepala Yoo membela Yeong Han.

Kepala Yoo : Dia mengakui penyerangan itu, Inspektur Senior Choi.

Direktur Choi : Penyerangan apa? Itu hanya pertengkaran antartetangga.

Yeong Han : Tunggu, Pak. Kau membiarkannya pergi karena dia bawahan Lee Jung Jae?

Viper : Jadi, kau tahu dia.

Direktur Choi : Dasar kurang ajar! Begitukah kau diajarkan di Hwangchun?

Yeong Han : Ya, ini yang diajarkan kepadaku. Memenjarakan penjahat
saat tuduhan terbukti.

Direktur Choi menyuruh Detektif Hwang melepaskan Viper.

Direktur Hwang mendekat. Dia mau melepas borgol Viper. Yeong Han sewot.

Yeong Han : Jangan sentuh dia, Hwang. Atau kau menjadi kaki tangannya.

Detektif Hwang gak mau ikut-ikutan.


Kepala Yoo menyuruh Yeong Han ikut dengannya.

Yeong Han gak mau.

Yeong Han : Apa yang kau lakukan?

Kepala Yoo : Sebentar saja.

Yeong Han : Yang benar saja! Kami bahkan tidak melakukan hal seperti ini di pedesaan!

Kepala Yoo : Aku mengerti.

Yeong Han : Jangan lepaskan dia. Sudah kubilang jangan lepaskan dia.

Detektif Hwang melepaskan Viper.

Yeong Han makin ngamuk, Kepala Yoo, yang benar saja!

Viper : Hei, Hwangchun. Aku akan mengirimmu ke akhirat sungguhan.

Yeong Han : Coba saja. Kirim aku ke neraka, Berengsek! Bajingan!

Yeong Han mau menghajar Viper. Tapi dihalangi Kepala Yoo. Detektif Hwang menyuruh Detektif Oh memegangi Yeong Han. Detektif Oh bersama Kepala Yoo membawa Yeong Han keluar.


Kepala Yoo dan Yeong Han bicara diluar.

Kepala Yoo : Kau mengerti sekarang? Kenapa menangkap preman di Jongnam seperti mimpi buruk?

Yeong Han : Aku tak bisa membayangkan ini terjadi di kampung halamanku... Ini tidak akan pernah terjadi di sana. Saat kami menangkap gangster, kami memukul kepala mereka. Kami menginjak-injak mereka, mengerti?

Kepala Yoo : Astaga. Pasti menyenangkan menjadi polisi di sana.

Yeong Han : Ini baru hari pertamaku di sini, tapi aku sudah kelelahan.

Kepala Yoo : Lalu? Kau akan pulang?

Yeong Han : Tidak, hanya saja....  Jika akan seperti ini, bagaimana aku bisa terus menjadi polisi?

Kepala Yoo : Kau, ikuti aku.

Yeong Han : Ke mana, Pak?

Kepala Yoo : Ikuti saja aku.


Di pasar, Detektif Kim Sang Sun tengah berkelahi anggota Viper, sendirian. Ujung2nya, anggota Viper mengeroyok Sang Sun habis-habisan. Sang Sun tak bergerak usai dipukuli. Anggota Viper bertanya-tanya apa dia mati. Salah seorang dari mereka, ingin memeriksa Sang Sun. Namun anggota yang kepalanya botak berkata biarkan saja. Mereka mau pergi, tapi Sang Sun menghentikan mereka.


Sang Sun lantas berdiri. Tapi dia merasakan sesuatu di mulutnya. Sang Sun meludahkan sesuatu ke tangannya yang ternyata darah.

Sang Sun : Aku menerima banyak pukulan, bukan? Kalian sudah selesai?


Sang Sun melemparkan darah di tangannya ke arah anggota Viper. Setelah itu dia kembali bertarung melawan mereka. Dua anggota Viper memukuli Sang Sun dengan kayu, supaya Sang Sun melepaskan anggota yang botak. Tapi Sang Sun terus mencekik leher si botak dari belakang. Anggota lain berhenti memukul Sang Sun dan berusaha melepaskan Sang Sun dari si botak.


Kepala Yoo ternyata mengajak Yeong Han ke tukang jahit. Tukang jahit sibuk mengukur badan Yeong Han.

Yeong Han : Kau membelikanku setelan agar aku tidak kabur?

Kepala Yoo : Bukan begitu. Aku mendapatkan uang baru-baru ini dan bingung mau dipakai untuk apa.

Yeong Han : Kurasa para kepala polisi di Seoul sangat murah hati. Kau menghabiskan uang untuk bawahanmu.

Kepala Yoo : Jadi, kau berniat kembali ke Hwangchun?

Yeong Han : Aku mulai berpikir aku punya alasan untuk bertahan di sini.

Kepala Yoo : Apa itu?

Yeong Han : Aku tidak akan mengatakannya.


Sang Sun sudah di kantornya sekarang bersama anak buah Viper yang dia tangkap tadi di pasar.

Kepala Byun malah mengomeli Sang Sun.

Kepala Byun : Hei, Sang Sun. Bagian yurisdiksi mana yang tidak kau mengerti?

Sang Sun : Kita bisa menerapkan otoritas di wilayah itu.

Kepala Byun : Lalu kenapa kau ke Dongdaemun untuk memukuli preman?

Sang Sun : Para gangster ini menyeberang ke Jongnam lebih dahulu.

Kepala Byun mendekati Sang Sun, mereka bukan gangster biasa. Mereka Harimau Besar dari Timur. Seperti kucing besar di sisi timur. Mereka membantu Lee Jung Jae mengubah hidup gelandangan menjadi lebih baik.

Sang Sun : Lebih baik apanya? Astaga. Para bedebah ini menghajar pengemis anak-anak di Jongnam karena menolak menyerahkan uang. Aku yakin mereka mengumpulkan uang untuk tujuan baik mereka.

Kepala Byun : Minta maaf sekarang.

Sang Sun kesal dan meremuk telur yang dia pegang.

Sang Sun : Apa?

Kepala Byun : Meminta maaf tidak akan cukup. Berlututlah di depan mereka.

Sang Sun berdiri dan tanya alasan kenapa dia harus melakukan itu.


Kepala Byun membujuk Sang Sun.

Kepala Byun : Sang Sun, aku punya tiga anak di rumah. Jika kau tidak berlutut, aku akan kehilangan pekerjaanku. Pikirkan istriku. Kumohon, sekali ini saja.


Kepala Yoo dan Yeong Han masuk. Mereka melihat Sang Sun menepis tangan Kepala Byun.

Sang Sun terpaksa berlutut. Anggota Viper senang.

Anggota Viper : Kedua lutut di tanah.

Tapi tak lama kemudian, Sang Sun berdiri dan menendang mereka berdua dengan sekali tendangan. Sontak lah Yeong Han dan Kepala Yoo takjub melihatnya.

Sang Sun : Aku minta maaf kepada istrimu, Kepala Byun.

Kepala Byun marah, kau bercanda?

Sang Sun pergi. Dia memberi hormat pada Kepala Yoo saat melewati mereka. Ketika di pintu, dia menepuk pelan bahu Direktur Oh yang berdiri di dekat pintu. Sang Sun pun pergi.


Yeong Han : Siapa itu?

Kepala Yoo : Kim Sang Sun, si Anjing Gila. Dia satu-satunya berandal di kantor ini yang tidak bisa dijinakkan.

Yeong Han : Untuk apa menjinakkannya? Dia bukan hewan liar.

Kepala Yoo : Berandal itu benar-benar menggigit. Dia menggigit penjahat yang dia tangkap. Bahkan preman Dongdaemun membiarkannya.

Yeong Han : Dia benar-benar gila. Tapi orang gila sudah biasa di Hwangchun. Aku pun pernah disebut anjing gila.

Kepala Yoo : Bukan itu saja. Dia bahkan menggigit anjing.

Yeong Han :  Anjing?

Kepala Yoo : Ya.

Yeong Han : Dia benar-benar hewan liar.

Malam harinya, Yeong Han mencari kos-kosan berdasarkan alamat yang dia tulis di catatannya. Tak lama, dia menemukan rumah indekos yang dicarinya. Ajumma pemilik rumah kos membukakan pintu dan mengajak Yeong Han masuk.

Ajumma : Aku belum pernah melihat polisi setampan ini. Wajahmu tampan.

Yeong Han : Kau menyanjungku.

Tapi tiba2, Yeong Han terkejut melihat wajah si ajumma.

Ajumma ikutan kaget, ada apa?

Yeong Han : Marilyn Monroe? Bukankah kau Marilyn Monroe?

Ajumma tertawa, kau menyanjungku.

Yeong Han : Omong-omong, Bu?

Ajumma : Ya?

Yeong Han : Di mana kamarku?


Ajumma mengantarkan Yeong Han ke kamar. Yeong Han melihat2 kamarnya. Setelah itu, dia bilang lapar pada ajumma dan tanya kapan makan malamnya.

Ajumma : Akan segera datang. Mari makan bersama. Kau harus mengenal penyewa lainnya.

Yeong Han : Tentu saja.

Ajumma : Nanti kupanggil saat sudah siap.


Sekarang, ajumma selesai menghidangkan makan malam untuk para penyewa. Yeong Han bergabung dengan mereka. Ajumma memberitahu dua penyewa lain bahwa ada penyewa baru. Setelah itu, dia mengenalkan dua penyawa lain pada Yeong Han. Penyewa yang berkacamata bulat namanya Eun Dong. Dia bekerja di Bank Goryeo yang terkenal. Dan yang satu lagi, Guk Jin, mahasiswa hukum. Ajumma bilang Guk Jin agak pemalu.

Yeong Han : Kalian selalu bisa makan selahap ini?

Ajumma : Kuharap kau suka makanannya.

Yeong Han : Aku pasti suka.

Eun Dong : Detektif. Aku punya pertanyaan.

Yeong Han : Aku mendengarkan.

Eun Dong : Kau punya rekening tabungan angsuran? Aku tahu produk yang tepat untuk PNS sepertimu…

Ajumma : Kau mulai lagi. Kau tidak tahu gaji detektif? Gajinya kecil.

Yeong Han : Kau dengar dia.

Eun Dong : Meski hanya menabung sedikit, kau bisa menggunakannya nanti saat menikah atau...

Guk Jin : Detektif?

Yeong Han : Ya?

Guk Jin : Bisakah kau menunjukkan pistolmu nanti? Aku...

Yeong Han : Pistolku?

Ajumma : Kau membuatnya tidak nyaman.

Ajumma lalu menyuruh Yeong Han.


Sang Sun minum2 di kedai arak. Halmeoni pemilik kedai menyuruh Sang Sun pulang jika Sang Sun mabuk. Sang Sun bilang dia belum mabuk. Sang Sun lalu bercerita kalau hari ini dia dihajar habis-habisan sampai pikirannya terjaga.

Sang Sun : Kau tidak tahu apa yang kualami.


Sang Sun lalu bertanya2 dimana Soon Nam. Dia pun bangkit dari duduknya dan mulai mencari Soon Nam. Tak lama, dia menemukan Soon Nam-nya. Ternyata Soon Nam adalah seekor anjing kecil. Sang Sun pun menggendong Soon Nam. Dia juga memberi Soon Nam makanannya. Halmeoni yang melihat itu berkata, kalau makanan itu terlalu mahal untuk diberikan ke anjing.

Sang Sun : Kau tidak tahu perasaan anjing. Mereka butuh suguhan istimewa sesekali. Pasti menyenangkan mengetahui perasaan anjing.

Halmeoni bilang hanya anjing yang bisa tahu perasaan anjing.

Sang Sun : Dia benar. Hanya kau dan aku yang saling memahami.


Sang Sun lantas melihat bulan di langit.

Sang Sun : Lihat betapa bundar bulannya, Soon Nam. Mau buat permohonan, Soon Nam? Mari buat permohonan. Kuharap Soon Nam akan berubah menjadi manusia. Berubahlah menjadi manusia, Soon Nam. Berubahlah menjadi manusia.


Para tentara menyeret warga Joseon ke tepi tebing. Setelah itu, mereka menyuruh tentara pelajar menembaki warga Joseon. Para tentara pelajar mulai menembaki warga Joseon tak bersalah itu karena takut. Seorang tentara pelajar ketakutan dan tak bisa menembak wanita Joseon di depannya. Wanita Joseon itu meminta diampuni. Tentara di belakang si tentara pelajar, marah. Dia menyuruh tentara pelajar itu menembak. Namun si tentara pelajar tetap diam gemetaran. Tak lama, terdengar suara tembakan.


Bersamaan dengan itu, Yeong Han bangun dari tidurnya. Sepertinya, Yeong Han adalah si tentara pelajar itu.

Yeong Han lalu melihat bekas luka tembak di pergelangan tangannya


Besoknya, Detektif Hwang berkata kalau kedai sup ular ramai berkat Yeong Han. Kepala Yoo tanya apa maksudnya. Kepala Yoo mengode, menyuruh Yeong Han pergi. Yeong Han yang akhirnya sadar apa yang terjadi, akhirnya bergegas pergi.


Dan benar saja, kedai sup ular itu sudah hancur oleh Geng Dongdaemun sialan gara2 pemilik ular yang menjual ular ke Yeong Han. Ajusshi pemilik kedai hanya bisa terduduk lemas di kedainya. Yeong Han datang. Ajusshi bilang dia takkan pernah menjual ularnya lagi ke Yeong Han dan menyuruh Yeong Han pergi.


Yeong Han pun bertanya ke pedagang sekitar. Ajumma pemilik kedai makan bilang kalau ajusshi pemilik kedai sup ular tidak punya pilihan saat tokonya dihancurkan.

Ajumma pemilik kedai makan menyindir Yeong Han. Dia bilang kerja bagus melepaskan semua ular itu.

Yeong Han juga dituding bersekongkol dengan Geng Dongdaemun oleh warga yang lagi makan di kedai si ajumma.

Yeong Han mau menjelaskan, tapi ajumma gak mau dengar.

Ajumma : Ambil saja iuranmu dari pasar dan pergi. Berhentilah membuat masalah lagi.

Yeong Han : Maaf aku ikut campur, tapi aku bukan polisi kotor.

Ajumma : Polisi hanya memedulikan uang dan kalian bersekongkol dengan gangster.

Yeong Han gak terima dituduh begitu.

Yeong Han : Permisi, Bu. Kenapa aku...

Ajumma : Lupakan saja. Makanlah semangkuk. Setelah itu, pergilah.


Yeong Han beranjak pergi. Seorang pemuda yang menuntun sepedanya, melihat Yeong Han.

Sambil berjalan kaki menyusuri pasar, Yeong Han bertanya2 apa saja kerjaan polisi sampai dicap buruk oleh para warga. Dia lantas mengeluh kelaparan. Pemuda tadi memanggil Yeong Han. Dia menyuruh Yeong Han makan di rumahnya.

Yeong Han : Rumahmu? Di mana?

Pemuda tadi menunjuk ke rumahnya.

Tenyata itu, toko kue beras Baeknyeonhwapyeon!


Nenek Ho memberikan kue beras ke Yeong Han. Yeong Han mencicipi kue beras, lalu dia bilang rasanya lezat.

Nenek Ho : Makanlah.

Nenek Ho lalu mengaku dia penasaran apakah Yeong Han adalah polisi yang melepaskan ular.

Mendengar itu, Yeong Han mendadak batuk. Nenek Ho menyuruh Yeong Han makan pelan2.

Yeong Han mengaku kalau dia yang melepaskan ular.

Mereka penasaran bagaimana Yeong Han bisa berpikir melepaskan ular berbisa pada gangster?

Yeong Han : Ular-ular itu tidak berbisa. Aku tidak ingin mereka benar-benar mati. Bisa gawat nanti.

Pemuda tadi bilang sayang sekali.

Pemuda : Kalau aku, pasti memakai ular berbisa sungguhan.

Nenek Ho : Kau mulai lagi dengan omong kosongmu.

Nenek Ho lalu bertanya apakah Yeong Han akan terus mengejar gangster seperti itu?

Yeong Han : Ya. Aku akan melepaskan ular, lipan, apa saja.

Nenek Ho : Jika kau dihajar oleh para gangster dan merasa lapar, silakan datang ke sini. Jika akan dipukuli, sebaiknya perutmu terisi dahulu.

Yeong Han : Baik, Bu.

Pemuda : Hei, Detektif. Aku mengagumimu.

Nenek Ho : Tutup mulutmu dan tumbuk kue berasnya.

Pemuda : Nenek selalu mengusikku.


Kita beralih ke Jo Gyeong Hwan, seorang pria bertubuh besar yang membuat seorang gadis muda terkejut. Jadi, seorang gadis muda tengah membersihkan sayuran di pinggir toko. Tiba2, dia dikejutkan dengan pria bertubuh besar pembawa gabah yang tau2 berdiri di dekatnya.

Gyeong Hwan : Apa aku terlalu menghalangi matahari?

Gadis itu : Ya, kurasa agak dingin di tempat teduh.

Gyeong Hwan lalu menaruh gabah yang digendongnya, ke atas gerobak.

Setelah itu, dia mendekati gadis tadi.

Gyeong Hwan : Lihat semua kubis ini. Ini tampak merepotkan.

Gadis itu bilang dia baik-baik saja.


Gyeong Hwan jongkok di dekat gadis itu. Dia tanya, apa yang bisa dia bantu.

Gyeong Hwan lalu mengajak gadis itu melihat burung dengannya di depan kedai mi. Gadis itu bilang dia takut burung. Gyeong Hwan pun meralat ucapannya. Dia bilang dia baru ingat kalau dia juga takut burung.

Gyeong Hwan : Dahiku pernah dipatuk saat kecil.


Tiba2, rattlesnake dan teman2nya datang untuk merusuh.

Rattlesnake : Kalian pasti sudah dengar geng Dongdaemun akan bertanggung jawab atas Pasar Jongnam. Sekarang bayar iuran kalian, Semuanya.

Semua pedagang diam.

Rattlesnake : Kalian tidak lihat apa yang terjadi pada toko kain? Itu akan menjadi takdir kalian jika tidak membayar.

Seorang pedagang mencoba bernego dengan rattlesnake.

"Begini, Pak Ular Derik. Bagaimana kami bisa mengeluarkan uang sebanyak itu?"

Tapi dia malah dipukuli.


Melihat itu, Gyeong Hwan marah. Dia menyuruh mereka berhenti membuat masalah.

Gyeong Hwan : Pergilah.

Rattlesnake marah, sebaiknya kau diam saja,sBocah Gabah Miskin. Aku tidak akan bersikap baik lagi.


Rattlesnake tiba2 melihat ke arah Geum Ok, gadis kubis tadi.

Dia pun mendekati Geum Ok.

Rattlesnake : Putri pemilik toko sayuran sangat mirip dengan aktris cantik itu. Aku tidak tahu dia secantik ini. Biar kucubit pipimu. Lihat betapa manisnya ini...

Melihat gebetannya diganggu, Gyeong Hwan marah dan menarik rattlesnake.

Gyeong Hwan : Bagaimana jika kucubit pipimu dahulu?

Gyeong Hwan pun tarung melawan mereka.


Cucu Nenek Ho menyusuri pasar dengan Yeong Han.

Nenek Ho : Dia memperlakukanmu seperti cucunya sendiri.

Yeong Han : Jangan mengkhawatirkan itu. Aku akan belajar dengan giat dan memastikan dia menjalani hidup nyaman.

Mereka lalu melihat ada perkelahian lagi dan bergegas mendekat.

Yeong Han : Astaga, Geng Dongdaemun lagi.


Gyeong Hwan menghajar mereka semua sendirian.

Rattlesnake gak terima. Dia lari ke arah Gyeong Hwan sambil membawa pisau, tapi Gyeong Hwan keburu melemparkan karung berisi gabah ke arahnya, membuat dia jatuh. Tak hanya itu, dia juga membanting rattlesnake.

Yeong Han takjub melihatnya.

Pemuda : Kau hanya akan menonton, Detektif?

Yeong Han : Maksudku, sepertinya ini hampir berakhir.


Rattlesnake dan kawanannya pergi.

Pemuda : Pria itu raksasa dari luar atau orang sini?

Yeong Han : Dia keduanya.


Kepala Yoo di ruangan Direktur Choi. Direktur Choi memberinya sebuah dokumen dan menyuruhnya pergi ke suatu tempat.

Kepala Yoo : Apa ini, Pak?

Direktur Choi : Rahasia besar. Bawa ke Inspektur Senior Kim di Daejeon hari ini. Mengerti?

Kepala Yoo menatap Direktur Choi dengan tatapan curiga.

Direktur Choi yang tak nyaman ditatap begitu, protes.

Direktur Choi : Ada apa? Pergi sana.

Kepala Yoo : Baiklah.



Kepala Yoo beranjak pergi.

Direktur Choi : Jangan menatapku seperti itu.


Yeong Han di bus, melihat seorang pria muda mencoba melakukan pelecehan terhadap wanita di belakangnya.


Yeong Han yang kesal, membawa pria itu ke kantor polisi.

Yeong Han : Berhentilah berpura-pura tidak bersalah.

Pria muda itu bilang dia jujur.

Yeong Han : Dasar keras kepala!


Detektif berkacamata yang papasan dengan mereka, tanya siapa yang Yeong Han tangkap sekarang?

Yeong Han : Aku memergokinya menyentuh bokong wanita di trem.

Pria muda : Tidak. Ada benang yang lepas di bajunya. Kebetulan aku pandai menjahit. Aku juga mahasiswa kedokteran di Universitas Hanju.

Yeong Han : Ikuti aku sebelum kujahit mulutmu.


Detektif berkacamata mendekati rekan2nya.

Detektif kacamata : Detektif dari Hwangchun itu benar-benar malaikat maut.

Kepala Byun menyuruh mereka semua berkumpul.

Kepala Byun : Alamat?

Detektif Hwang : Insa-dong...


Kepala Byun menatap ke arah Yeong Han yang lagi menginterogasi si pria mesum.

Kepala Byun : Bagaimana dengan pencuri sapi itu?

Detektif Kacamata : Haruskah kita membawanya ke sana?

Kepala Byun : Haruskah?

Detektif Hwang : Kau serius? Dia melepaskan ular. Bagaimana jika dia membuat masalah? Pikirkan anak-anakmu dan bersikaplah lebih tegas.

Yeong Han terus mengomeli si pria mesum.

Yeong Han : Jadi, bukan Universitas Hanju? Kau berbohong setiap kali membuka mulut, ya?


Yeong Han pun akhirnya melepaskan si pria mesum dari sel.

Yeong Han : Dengar. Jika kau merasa ingin meraba seseorang, lakukan saja pada diri sendiri. Renungkan kesalahanmu.


Tiba2, Yeong Han dihampiri Kepala Byun.

Kepala Byun : Hei, Yeong Han, aku ingin kau menyusun beberapa berkas.

Yeong Han : Berkas apa?

Kepala Byun : Berkas kasus kuartal kedua kepolisian.

Yeong Han : Tapi kenapa aku?

Kepala Byun : Anak baru selalu melakukannya. Supaya mengikuti perkembangan.

Yeong Han : Aku mengerti apa yang terjadi di sini.

Kepala Byun : Ikuti saja perintahku.

Kepala Byun beranjak pergi.


Saat Yeong Han keluar dari sel dan mau kembali ruangannya, Kepala Yoo yang baru datang, melihatnya. Kepala Yoo lantas menyuruh Yeong Han mengikutinya.


Mereka bicara diluar.

Yeong Han : Maksudmu mereka berusaha tidak melibatkan kita?

Kepala Yoo : Benar sekali. Choi mengirimku ke Daejeon dan Byun menyuruhmu menyusun berkas.

Yeong Han kesal, para bedebah busuk itu. Mereka semua terlibat. Tunggu, apa ini pernah terjadi?

Kepala Yoo : Ya, mereka menyuruh polisi berjaga untuk pesta ulang tahun Lee Jung Jae. Lalu saat menyingkirkan musuh bebuyutan Lee Ki Poong, Anggota Majelis Hong. Aku akan membalikkan keadaan andai ada di sana.

Yeong Han : Jadi, mengingat situasinya, menurutmu mereka akan melakukan hal serupa lagi?

Kepala Yoo : Kurasa begitu. Tapi firasatku lebih buruk hari ini. Waspadalah.


Yeong Han : Akan kucoba, tapi… Aku punya pertanyaan.

Kepala Yoo : Ada apa?

Yeong Han : Ada yang ingin kutanyakan kepadamu. Kenapa kau berjuang sendirian? Kau tahu takkan ada yang berubah.

Kepala Yoo : Kau benar. Memang tidak. Tapi tidak ada salahnya ada orang sepertiku di dunia ini. Jika kau bergabung, maka ada dua. Tetap waspada.


Yeong San pun mulai menyusun berkas sesuai perintah Kepala Byun. Dia menyusunnya di ruang rapat. Tapi tiba-tiba, dia mendengar suara dengkuran dari dalam lemari.

Yeong San pun mendekat. Dia membuka lemari. Ternyata, Sang Sun lagi tidur di dalam lemari.

Yeong San : Kukira ada yang mengendarai motor.


Yeong San balik ke kursinya tadi.

Sang Sun : Aku memang terdengar seperti motor.

Yeong San : Kau tahu siapa aku?

Sang Sun : Ya, jalan menuju akhirat.

Yeong San : Itu bukan diriku. Aku penangkap pencuri sapi nomor satu dari Hwangchun.

Sang Sun : Benar, nomor satu. Baguslah. Bisakah aku tidur lagi sekarang?

Yeong San : Jangan mendengkur. Kau menggangguku bekerja.

Sang Sun : Baik.

Sang Sun nutup pintu lemari lagi. Tapi dia mendengkur lagi. Sampai pintu lemari dilempar pakai buku sama Yeong San.


Satu per satu, para detektif Jongnam mulai pulang. Yeong San keluar dari ruang rapat dan melihat rekan2nya yang pada pulang. Yeong San pun di kursinya dan pura2 fokus dengan berkas yang lagi disusunnya. Detektif Oh masuk dan memasukkan barang2nya ke dalam tas, sambil menatap Yeong San dengan wajah tegang. Pas mau pergi, dia merasa gak enak gak pamit sama Yeong San. Akhirnya, Detektif Oh yang tadinya udah beranjak ke pintu, balik lagi cuma buat pamit sama Yeong San. Pas Detektif Oh mau beranjak lagi ke pintu, Yeong San nanya apa Detektif Oh mau pulang. Detektif Oh bilang mau ke pemandian umum.

Yeong San : Kau beruntung. Gosok dirimu sampai bersih.

Detektif Oh : Baiklah.

Detektif Oh ke pintu tapi balik lagi ke mejanya buat ngambil jas nya yang ketinggalan. Yeong San terus memperhatikan Detektif Oh. Detektif Oh pergi. Yeong San jelas tahu Detektif Oh bohong.


Detektif Oh lagi pipis di toilet kantor. Tiba2, Yeong San masuk, bikin Detektif Oh kaget setengah mati. Yeong San nyuruh Detektif Oh selesein pipis dulu.

Tak lama kemudian, Yeong San mulai menginterogasi Detektif Oh dengan gayanya yang unik.

Yeong San : Pemandian umum, bukan?

Detektif Oh berbalik menatap Yeong San dengan gugup, ya.

Yeong San : Bukankah semua pemandian di seluruh negeri libur pada hari Selasa?

Detektif Oh : Aku membangun pemandian sendiri di rumah.

Yeong San : Kau tahu aku menjadi apa saat di Hwangchun?

Detektif Oh : Kau menangkap pencuri sapi terbanyak.


Yeong San mendekat. Sambil bicara, dia mengancingkan resleting Detektif Oh yang masih terbuka.

Yeong San : Benar, Detektif Oh. Saat ini, kau mirip pencuri sapi yang kutangkap.

Detektif Oh makin gugup.

Detektif Oh : Benarkah?

Yeong San : Aku penasaran semua orang ke mana.

Detektif Oh : Apa? Semua orang pergi ke suatu tempat?

Yeong San lalu mengencangkan ikat pinggang Detektif Oh, sambil mengancam Detektif Oh.


Yeong San : Dengar. Di Hwangchun, kau tahu cara kami memaksa para berandal berkata jujur?

Detektif Oh : Tidak, Pak.

Yeong San : Kepala di dalam kloset lima detik saja sudah membuat siapa pun menyerah.

Detektif Oh : Begitukah?

Yeong San : Tapi kau tahu apa yang lebih buruk? Mereka akan mendapat ruam akibat kotoran dan wajah mereka perih berhari-hari. Jangan memancingku untuk membahas baunya. Bayangkan ada lalat berdengung di wajahmu berhari-hari. Kedengarannya bagus, bukan?

Detektif Oh mulai takut.


Yeong San : Jadi, di mana semua orang?

Detektif Oh : Aku harus pergi.

Detektif Oh mau pergi tapi ditahan Yeong San.

Yeong San : Kau tak bisa ke mana-mana, Berandal.

Yeong San membawa Detektif Oh pergi. Detektif Oh protes.

Detektif Oh : Tunggu, aku mau dibawa ke mana?

Yeong San : Mari kita mulai keseruannya.


Yeong San menggertak, akan memasukkan kepala Detektif Oh ke kloset. Awalnya Detektif Oh masih tidak mau ngaku. Yeong San terus mengarahkan kepala Detektif Oh kloset. Akhirnya Detektif Oh mengaku.


Setelah mengetahui semua rekan detektif kemana, Yeong San membangunkan Sang Sun.

Yeong Han : Hei, bangun.

Sang Sun : Kenapa tidak membiarkanku tidur?

Yeong Han : Kita harus bergegas.

Sang Sun : Ke mana?

Yeong Han : Menangkap penyelundup.

Sang Sun : Yang mana? Lee Jung Bum dari Yongsan atau Sersan Park dari Dongducheon?

Yeong Han : Lee Jung Bum, kerabat jauh Lee Jung Jae.

Sang Sun : Astaga, apa Lee Jung Jae kenal semua bedebah di negara ini?

Yeong Han : Ada kaki tangannya juga.

Sang Sun : Siapa?

Yeong Han : Waduk.

Yeong Han pun menyetir. Mereka bergegas ke tempat dimana rekan2 detektif mereka berada. Sang Sun menatap keluar jendela dengan wajah mengantuk.

Yeong San : Kau tahu namaku?

Sang Sun : Park Yeong Han. Bagaimana denganku?

Yeong San : Penggigit Anjing, Kim Sang Sun.

Sang Sun : Aku tidak butuh julukan mewah, Detektif Park dari Neraka.


Yeong San : Aku penasaran. Kenapa kau hidup seperti itu? Maksudku, berkeliaran menggigit gangster dan tidak pernah mendengarkan atasanmu.

Sang Sun : Tidak ada salahnya ada orang sepertiku.

Jawaban Sang Sun mengingatkan Yeong Han pada jawaban Kepala Yoo.

Kepala Yoo : Tapi tidak ada salahnya ada orang sepertiku di dunia ini.

Yeong Han lalu berkata, tiga.

Sang Sun bingung, apa?

Yeong Han : Bukan satu, tapi tiga.


Mereka akhirnya tiba di waduk dan mulai mengintai. Mereka memergoki sebagian rekan2 mereka diluar, bersama tentara Amerika dan barang curian di dalam truk tentara.

Sang Sun : Aku memang mencurigai mereka, tapi ini mengejutkanku. Mereka lebih buruk dari Soon Nam.

Yeong Han : Apa saranmu?

Sang Sun : Hubungi polisi militer Amerika. Kita kalah jumlah dan mereka punya senjata.


Yeong Han menunjukkan pistolnya.

Yeong Han : Senjata? Kita juga punya. Tenanglah. Mereka pergi. Mari serang mereka sekarang.


Singkat cerita, Seorang pria yang merupakan bagian dari mereka, perlahan2 masuk ke gudang. Tak lama, Yeong Han dan Sang Sun menunjukkan wajah mereka. Sontak lah Kepala Byun dan yang lain kaget. Sang Sun mengarahkan senapan pada mereka.

Kepala Byun : Bagaimana kalian bisa tahu soal ini?

Yeong San : Bagaimana menurutmu? Kami mengikuti baunya. Bau busuk sekali di luar sana.


Yeong Han mengeluarkan pistolnya. Dia pun mengarahkan pistolnya ke kepala pria itu.

Yeong Han : Inilah masalah orang kota. Tidak tahu cara berbagi.

Sang Sun : Kepala Byun. Aku di timmu. Kenapa tidak mengajakku?


Kepala Byun : Kau akan melakukan hal serupa jika ada di posisiku.

Yeong Han mengancam akan menembak sandera mereka.

Yeong Han : Sekarang, masukkan kembali barang curian ke truk, kita akan menuju pangkalan Amerika.


Detektif Hwang : Biar aku tangani, Kepala Byun.

Detektif Hwang menyuruh Yeong San menurunkan pistol.

Detektif Hwang : Para tentara Amerika itu bahkan tidak akan sadar kehilangan ini. Mereka bisa hidup tanpa itu, jadi, letakkan senjatamu.

Yeong San : Dasar bedebah kotor. Ini sebabnya polisi Seoul mendapat reputasi buruk.

Detektif Hwang : Kalau begitu, kembalilah ke Hwangchun, Berengsek!

Yeong San : Aku tidak bisa kembali, Berengsek! Aku sudah bayar uang sewaku untuk tiga bulan. Dan itu tidak bisa dikembalikan. Jika kalian bergeming, kita bisa baku tembak dan semua mati.


Tapi tiba2, Sang Sun memukul kepala Yeong Han dengan senapannya. Yeong Han langsung jatuh dan pingsan.

Bersambung...

0 Comments:

Post a Comment