The Police Station Next to The Fire Station Eps 2 Part 2

 All Content From : SBS
Sinopsis Lengkap : The Police Station Next to The Fire Station
Sebelumnya : The Police Station Next to The Fire Station Eps 2 Part 1
Selanjutnya : The Pilice Station Next to The Fire Station Eps 2 Part 3

Pil membagikan minuman di cangkir kertas pada para murid. Ho Gae yang duduk di meja depan, menatap seorang anak laki-laki yang sibuk menonton video daring. Anak itu bertanya, kenapa ada polisi terlibat padahal Hyun Seo bunuh diri.

Anak gadis berjaket merah yang duduk di sebelah Pil, menatap Pil. Dia tanya, apa Pil beneran polisi. Lalu dia bilang Pil gak terlihat kayak polisi.


Pil tertawa dan meminta anak2 itu menceritakan lebih banyak tentang Hyun Seo.

Pil : Bagaimana dia di sekolah?

Gadis berkacamata bilang, mereka datang ke pemakaman Hyun Seo karena disuruh wali kelas mereka. Dia juga bilang kalau mereka gak dekat sama Hyun Seo.


Ho Gae memukul meja dan menyuruh anak2 itu meletakkan ponsel mereka.

Ho Gae : Aku menyuruh rumah sakit mematikan Wi-Fi.

Gadis berjaket merah protes, kenapa?


Laki2 yang menonton video daring juga kesal.

Ho Gae lantas duduk di dekat laki2 yang menonton video daring.

Ho Gae : Kalian merasa sedih untuknya sekarang?


Lalu siswa lain muncul sambil merekam suasana pemakaman.

Ho Gae : Kau sedang apa?

Siswa itu bilang itu kali pertamanya dia di aula pemakaman jadi dia merekam vlog. Dia juga bilang paket datanya tak terbatas.

Ho Gae : Sekalian saja kau berswafoto dengan fotonya di sana.

Siswa itu kemudian mengarahkan kameranya ke Ho Gae. Lalu dia menatap kesal Ho Gae dan tanya Ho Gae mau apa darinya. Setelah itu dia mengajak teman2nya pergi.

Semua siswa pergi.


Ho Gae terus memperhatikan mereka.

Kamera menyorot cangkir kertas bekas minum para murid.


Anna menuruni tangga dengan terburu dan berkata kalau dia sudah dapat DNA nya dan akan segera ke BFN.

Mereka hendak pergi. Tapi Ho Gae menabrak seorang pria. Ho Gae awalnya tak curiga. Namun dia berpapasan dengan ibu Hyun Seo yang berjalan masuk di papah seseorang. Ho Gae menatap ke belakang dan melihat pria itu gelisah memandangi ibu Hyun Seo yang dibawa ke atas.


Ho Gae dan tim nya mulai rapat. Pil mulai memaparkan rentetan kehidupan Hyun Seo. Dia bilang, Hyun Seo tak dianggap di sekolah. Dengan kata lain, Hyun Seo dikucilkan.

Pil : Dia tidak punya teman dan selalu sibuk dengan ponselnya.

Kepala Baek : Bagaimana dengan pesan itu? Tim investigasi internasional sedang menyelidiki pengirimnya?

Pil : Ya, kita sudah mengajukan permintaan. Kita bisa mengidentifikasinya begitu server luar negeri diperiksa.

Kepala Baek : Kurasa kita hanya perlu menunggu balasan resmi.

Ho Gae menutup dokumen yang sedari tadi dia baca dan duduk disamping Kepala Baek.

Ho Gae : Sejak kapan kita bisa mengandalkan dokumen resmi?

Kepala Baek : Astaga. Sudah cukup lama. Sejak masuk akademi polisi, aku selalu bilang bahwa detektif harus tenang dan menguasai diri. Jadi, sejak kapan kau menjadi gila? Kita tunggu saja tim internasional.

Ho Gae : Mereka butuh beberapa pekan untuk membalas. Sudah kubilang. Kasus ini berbau busuk.

Kepala Baek : Sejak kapan kita menyelidiki dengan hidung? Kalau begitu, cepat beri tahu aku alih-alih hanya mengendus.


Ho Gae mulai menjelaskan, sambil membayangkan saat dia mengedarkan pandangannya ke kerumunan orang ketika Hyun Seo diangkut ke ambulans. Seorang pria dengan outfit hitam, berdiri di belakang kerumunan dan melihat Hyun Seo dibawa ke ambulans. Pria itu kemudian mengirimkan pesan ke ponsel Hyun Seo.

Ho Gae : Saat Hyun Seo meminum pestisida itu, ada orang lain bersamanya.

Pil : Benar. Jejak kaki.

Ho Gae : Benar sekali. Dia mungkin melihat saat Hyun Seo dibawa ambulans. Menyadari Hyun Seo masih hidup,  pasti membuat orang itu panik. Karena itu dia mengirim pesan ancaman untuk membungkamnya.

Kepala Baek : Anjing Jindo. Apa kau tersangkanya? Pikirkanlah. Jika tidak, bagaimana kau bisa memahami apa yang dipikirkan seorang penjahat?

Pil : Mungkin dia punya masa lalu kelam.


Ho Gae geleng2 kepala sambil menatap Pil.

Anna datang, ngasih tahu tidak terdeteksi sperma.

Pil :  Astaga. Setelah semua keributan yang kita buat?


Ho Gae : Eliminasi adalah bagian dari investigasi. Keberadaannya?

Anna : Forensik digital menunjukkan dia hanya di rumah atau sekolahnya. Dia jarang mengobrol dengan siapa pun dan tidak punya akun media sosial, jadi, antara dia murid terbaik atau dikucilkan.


Pil : Tidak mungkin. Laptopnya menyala saat kami tiba di sana.

Anna : Ada program yang otomatis menghapus riwayat internetnya secara permanen. Banyak anak yang berbagi komputer dengan orang tua memasang program itu. Ini jalan buntu. Kita tidak menuai apa pun.


Kepala Baek merasa heran.

Kepala Baek : Tapi dia selalu melihat ponselnya. Lalu apa yang dia lakukan dengan itu?


Ho Gae pun diam dan memandangi foto Hyun Seo.


Di mejanya, Seol menonton video saat dia dan tim nya menyelamatkan Hyun Seo. Wajah Seol lagi-lagi menunjukkan penyesalan. Kepala Baek yang kebetulan lewat di depan pintu, melihat Seol dan hanya bisa menghela nafas. Dia tahu Seol masih merasa bersalah karena memberi oksigen pada Hyun Seo.  Beberapa saat kemudian, Kepala Baek beranjak pergi.


Seol terus melihat video saat dia dan tim nya berusaha menolong Hyun Seo. Tak lama kemudian, Seol melihat sesuatu di pergelangan tangan Hyun Seo. Ada tato bintang dan juga bekas sayatan di pergelangan tangan Seol.


Seol pun balik ke studionya. Kebetulan Ho Gae lagi ada di lift dan pintu lift hendak menutup. Seol teriak memanggil Ho Gae, sambil berlari ke arah lift. Ho Gae menahan pintu lift. Seol pun masuk.

Ho Gae :Kenapa kau di sini? Tempat ini membawa sial. Seharusnya aku tak pindah kemari.

Seol : Lihat ini.

Seol menunjukkan video rekaman saat mereka mencoba menyelamatkan Hyun Seo. Dia mem-pause nya di bagian pergelangan tangan Hyun Seo.

Ho Gae : Apa itu?

Seol : Rekaman dari kamera tubuhku saat kita di rumah Hyun Seo. Ini.

Seol juga menunjukkan beberapa salinan foto bekas sayatan di pergelangan tangan.

Seol : Tanda melukai diri sendiri di pergelangan tangan Hyun Seo. Disebut sindrom menyayat pergelangan tangan. Yaitu memakai silet tipis dan tumpul berulang kali. Mereka bahkan mengunggah foto di media sosial mereka. Lalu ini.

Seol menunjukkan video rekaman penyelamatan Hyun Seo lagi.

Seol : Yang ini saat kami menyelamatkannya. Lihat. Dia tidak punya tato bintang di masa lalu.


Ho Gae berpikir sejenak. Tak lama kemudian, pintu lift terbuka. Ho Gae diam saja. Seol tanya, Ho Gae gak mau keluar.

Ho Gae : Dahulu, orang-orang Yunani Kuno hanya mengandalkan bintang saat berkeliling dunia. Aku akan melihat bintang. Akan kutemui hantu itu lain kali. Kau boleh pergi.

Seol : Aku hanya membantumu.


Sekarang, Pil dan Seol lagi mencari foto pergelangan tangan dengan tato bintang di internet. Pil heran dan tanya alasan Seol bersedia membantu. Seol pun mengaku sibuk dan melarang Pil bicara dengannya.

Pil lantas mengeluh kalau matanya sakit.

Pil : Bukankah kita membuang-buang waktu? Ada banyak orang yang melukai diri sendiri di internet.


Ho Gae tiba2 muncul, dengan handuk kecil tergantung di lehernya. Dia mendengar keluhan Pil tadi.

Ho Gae : Kau tidak mau bekerja denganku, bukan?

Pil awalnya mengatakan tidak, tapi kemudian dia bilang iya.

Ho Gae ngomel, dasar bajingan kecil.

Pil : Aku mau.

Ho Gae : Lakukan dengan teliti, ya? Seolah-olah kau membaca menu restoran.

Ho Gae menjepret kepala Pil dengan handuk kecilnya. Lalu dia mengomeli Pil lagi.

Ho Gae : Letakkan kaus kakimu di tempat lain.

Lalu Ho Gae menanyakan dimana tisu basahnya. Tak lama kemudian, dia bilang sudah ketemu.

Seol menahan tawa melihat Pil diomeli Ho Gae.

Pil makin sebal, kau pikir ini lucu?


Sekarang, Seol hanya mencari dengan Ho Gae. Pil udah tidur di sofa di belakang Ho Gae.

Seol merasa lelah, pukul berapa ini? Kau tidak lelah?

Ho Gae : Jangan bicara kepadaku. Aku sedang fokus.



Seol : Kau sudah sejauh apa?

Seol beranjak ke meja Ho Gae. Tapi tiba2 dia melihat buku kecil bertuliskan nama Hyun Seo di atas meja Ho Gae.

Seol : Ini milik Hyun Seo? Apa itu bukti?

Seol mengambilnya. Ho Gae pun bergegas mengambil buku itu dari tangan Seol dan menyimpannya di laci.

Ho Gae : Namanya sama, tapi orangnya berbeda.

Seol : Maaf sudah menyentuh itu tanpa bertanya.

Ho Gae : Lupakan saja. Aku melihat sampai foto tisu ini, jadi, kau bisa lanjutkan dari sini.

Seol : Baiklah.


Seol balik ke meja Pil dan lanjut mencari.

Seol : Nama mereka sama.

Ho Gae : Kau dekat dengan Hyun Seo?

Seol : Dia tiba-tiba menyebut namaku. Jadi, aku merasa...

Ho Gae : Kita sendirian di dunia ini. Cukup cerita sedihnya.

Seol : Anjing Jindo, ya? Julukan itu sangat cocok untukmu.

Ho Gae : Aku bisa mendengarmu. Awas. Gigitanku sakit.

Seol : Kau tak menggigit orang, 'kan?

Ho Gae : Aku menggigit jika marah.

Seol makin sebal dan menatap aneh Ho Gae.


Tak lama kemudian, Seol menemukan foto yang mereka cari.

Seol : Aku menemukan bintangnya. Lihat. Tato bintang.


Sekarang, semuanya tengah melihat sebuah akun instagram yang mengunggah foto tato bintang yang ditemukan Seol. Pil membaca bio akun tersebut.

Pil : "Marah karena aku tidak punya teman, waspada terhadap pria karena aku tidak punya ayah. Membuat akun ini agar aku bisa depresi dalam diam. Jangan ikut campur atau merendahkan." Kurasa ini milik Hyun Seo.

Anna : Pasti sangat menyakitkan.


Mereka lalu melihat foto2 lain.

Ho Gae : Lihat. Ada banyak foto lain.

Seol : Dia pergi ke restoran mahal.


Kamera menyorot taggar di foto yang mereka lihat.

"LONELY_SCORPIO28, ♪FOODGRAM MUSIMAN ♪ UANG ORANG LAIN ♪BOOMER"

Kepala Baek : "Uang orang lain?" Seseorang pasti mentraktirnya. Anjing Jindo, ini berbau busuk, bukan?

Ho Gae : Busuk sekali. Lihat piring di seberangnya. Dia tidak sendiri.

Kepala Baek : Bagaimana kita bisa tahu dia makan dengan siapa?


Ho Gae : Baiklah. Mari gambar peta. Sukarelawan?

Semua menatap Anna.

Anna mulai menjelaskan. Di belakang Anna, layar raksasa menampilkan foto berbagai makanan yang diambil dari akun IG Hyun Seo dan juga peta lokasi berbagai restoran. Foto makanan itu berasal dari restoran yang berbeda-beda. Anna menghubungkan foto makanan dengan titik lokasi di peta dengan garis merah.

Anna : Dia mengunggah delapan foto makanan restoran dalam sembilan bulan terakhir. Kita menggunakan data GPS untuk menemukan lokasi restoran dan menandainya di peta.

Ho Gae : Mari kita bahas detailnya. Cari nomor yang mengakses restoran di waktu bersamaan dengannya. Dia tersangkanya.

Pil protes, ada jutaan di sini.

Ho Gae : Mustahil menyelidiki tanpa membuang waktu. Hubungi Pak Baek. Aku mau ke toilet.

Ho Gae beranjak keluar.



Pil sewot, memang dia bos di sini? Dia menyuruhku membuang waktuku?

Anna mendekati Pil.

Anna : Apa ini situasi darurat Anjing Jindo?

Pil : Ya. Situasi darurat tertinggi karena Anjing Jindo berkeliaran.

Anna : Akhirnya aku merasa ingin bekerja berkat dia.

Anna juga ikutan pergi.

Pil heran dengan Anna, kenapa dia sangat bersemangat?


Sekarang, Pil selesai mencetak nomor telepon berbagai restoran yang didatangi Hyun Seo.

Pil : Semua ini nomor telepon dari Apgujeong-dong, Gangnam-gu.

Kepala Baek datang membawa beberapa spidol.

Kepala Baek : Pilih warna yang kau mau.

Ho Gae memilih satu.

Kepala Baek : Satu saja cukup?


Ho Gae mulai bekerja.

Pil menaruh hasil print-an lagi.

Pil : Ini Cheongdam-dong.

Pil juga mau mulai mencari, tapi Anna datang dan menariknya keluar.


Anna membawa Pil ruang analisis KCSI (Korea Crime Scene Investigation). Di sana, rekan Anna sudah menunggu. Anna bertanya pada rekannya, mau mulai analisisnya?

Anna dan rekannya mulai analisis.

Anna : Beri aku daftar untuk setiap wilayah.

Pil melihat dari belakang.

Tak lama kemudian, Anna menemukannya.


Sementara Ho Gae dan Kepala Baek masih bekerja secara manual. Kepala Baek menutup berkas yang sudah selesai dia periksa dengan wajah agak kesal dan menyeruput kopinya. Tapi Ho Gae memberinya beberapa berkas lagi. Kepala Baek menatap sengit Ho Gae.



Tapi tiba2, Anna dan Pil datang.

Anna : Ada nomor yang tumpang tindih. Akan kucetak detail pribadi mereka.

Ho Gae : Kau memakai Excel?

Anna : Ya.

Kepala Baek : Apa-apaan ini? Kita hanya membuang waktu di sini?

Pil beranjak ke mejanya.

Ho Gae : Excel lebih cepat.

Kepala Baek : Baiklah, ayo cari alamatnya. Lebih menarik bertemu langsung dengan tersangka.

Ho Gae : Baik. Ini menyenangkan. Ambil borgolnya.

Pil : Sudah kubawa.

Mereka bertiga bergegas ke mobil. Kepala Baek bilang sama Ho Gae kalau dia mau duduk di kursi depan. Lah, si Ho Gae langsung lari ke pintu depan. Kepala Baek mendengus kesal. Tapi saat mau masuk, Ho Gae menatap ke arah point wall climbing yang dipanjat Seol kemarin.

Pil : Kau tidak naik?

Ho Gae : Pergilah. Kau bisa pergi lebih dahulu. Aku harus memeriksa sesuatu.

Ho Gae kembali ke kantor.


Kepala Baek dan Pil heran sendiri menatap Ho Gae.

Kepala Baek : Aku sangat ingin tahu apa yang dia pikirkan.

Pil : Beri tahu aku saat kau memecahkan kepalanya. Aku juga penasaran.


Ho Gae ke gudang KCSI.

Dia memeriksa artikel tentang proyek pencegahan perampokan panjat dinding di Pyungdo-dong.

Lalu Ho Gae memeriksa catatannya. Dia melihat alamat tempat tinggal Hyun Seo yang berlokasi di Pyungdo-dong juga.


Kepala Baek dan Pil tiba di kediaman tersangka mereka. Bersamaan dengan itu, tersangka mereka keluar. Ternyata, tersangka mereka adalah pria yang resah dan gelisah saat melihat ibu Hyun Seo di pemakaman Hyun Seo.

Kepala Baek menunjukkan tanda pengenalnya.

Kepala Baek : Cho Man Sik-ssi?

Pak Cho : Ya. Itu aku.

Pil : Bukankah kita pernah bertemu di pemakaman Hyun Seo?

Pak Cho : Aku kurang tahu.


Istri Pak Choi keluar, sambil menggendong putri mereka.

Pak Cho langsung tegang.

Kepala Baek melihat putri Pak Cho.

Kepala Baek : Astaga. Kau punya putri yang menggemaskan.

Istri Pak Cho tanya ada apa.

Pak Cho : Bukan apa-apa. Masuklah kembali. Tidak akan lama.


Istri Pak Cho masuk.

Kepala Baek : Kita pergi sekarang? Kurasa kita tidak bisa bicara di sini.


Mereka bicara di taman. Pil menunjukkan foto Hyun Seo.

Pil : Ini Nona Kim Hyun Seo Kau mengenalinya?

Pak Cho : Siapa dia? Aku kesulitan mengingat orang.

Kepala Baek dan Pil sama2 tertawa mendengar jawaban Pak Cho.

Kepala Baek : Lihat dirimu. Tidak ada gunanya berbohong. Kami sudah tahu. Kau om senangnya. Kau membawanya ke restoran mahal.

Pak Cho terkejut, om senang?


Ho Gae datang, Kepala Baek.

Ho Gae lantas memeriksa telapak tangan Pak Cho dengan cahaya senter.


Setelah itu, Ho Gae mengatakan pelakunya bukan Pak Cho.

Kepala Baek : Apa-apaan itu? Kau membaca telapak tangannya? Kau sudah gila?

Ho Gae : Dia pernah makan bersama Hyun Seo, tapi bukan dia pemerasnya.


Sembari duduk, Pak Cho pun mengaku kalau dia ayah kandung Hyun Seo.

Pak Cho : Ibunya dan aku sempat tinggal bersama saat aku bekerja di luar kota. Aku baru tahu kami punya putri setelah beberapa saat.

Ho Gae : Kami mengerti. Apa Hyun Seo tampak aneh belakangan ini?

Pak Cho : Dia tidak makan banyak belakangan ini. Dia selalu melihat ponselnya.


Kita diperlihatkan flashback saat Pak Cho dan Hyun Seo di restoran. Tapi, Hyun Seo tak menyentuh makanannya sama sekali dan sibuk bermain ponsel dengan wajah cemas.

Pak Cho kemudian cerita, kalau Hyun Seo juga sempat meminta uang padanya.

Ho Gae : Berapa?


Kepala Baek, Ho Gae dan Pil beranjak pergi.

Ho Gae : Sepuluh juta won? Jumlah besar untuk seorang pelajar.

Kepala Baek : Dia mungkin meminta sebanyak itu karena ayah kandungnya tampak kaya. Omong-omong, itu satu-satunya petunjuk kita, tapi kini berakhir sudah.

Pil : Aku lapar. Ayo pulang.

Tapi Ho Gae nyuruh Pil ikut dengannya.

Pil protes, kenapa? Haruskah aku ikut?

Kepala Baek memarahi Ho Gae, pergi saja besok. Jangan menyiksanya selarut ini.

Ho Gae : Kepala Baek, kau boleh pulang. Dia dan aku harus menemukan satu potongan teka-teki terakhir. Itu hanya menyala di malam hari.

Terpaksalah Pil ikut Ho Gae.

Kepala Baek : Artinya aku harus memanggil taksi?


Sekarang mereka berdua tengah melihat dinding rumah Hyun Seo yang menyala. Ho Gae menyinari dinding tersebut dengan senternya.

Pil : Itu dari proyek pencegahan untuk perampokan panjat dinding.

Ho Gae : Benar. Mereka mengecat semua pipa di sekitar sini dengan bahan neon tahun lalu.

Pil : Jadi, tidak akan terlihat sampai kita menyinarinya dengan cahaya hitam.

Ho Gae : Itu juga tidak mudah dihapus. Petugas damkar memasangnyadi sol sepatu mereka.

Pil : Jadi, karena itu kau memeriksa telapak tangannya.

Ho Gae : Ambilkan sarung tangan. Kita akan memanjat.


Sekarang, Ho Gae sudah di dalam. Dia berdiri di depan jendela dan membayangkan saat si pelaku memanjat dinding rumah Hyun Seo. Si pelaku kemudian membuka jendela dan memegang kusen untuk masuk ke dalam.


Ho Gae pun langsung menyinari kusen. Tak lama, dia menemukan sidik jari di sana.

Ho Gae : Beri aku penjiplaknya.


Ho Gae memberikan senternya ke Pil. Setelah itu, dia menempelkan solasiban ke sidik jari yang ada di kusen jendela. Kemudian, Ho Gae mencopot solasiban itu dan sidik jari si pelaku menempel di solasiban.

Ho Gae : Senang bertemu denganmu, Berengsek.

Sialnya, sidik jari yang ditemukan Ho Gae di kusen jendela, tak muncul di AFIS.

Anna heran, kenapa tidak muncul di AFIS?

PIl : Kenapa begini? Mereka dari luar negeri?


Kepala Baek memarahi Ho Gae.

Kepala Baek : Lihat itu. Kau salah mengincar orang lagi.

Ho Gae : Baiklah. Baguslah. Aku sudah menduganya.

Kepala Baek : Apa? Sadarlah. Tidak ada kecocokan.

Ho Gae : Sudah sewajarnya kita tidak bisa menemukan kecocokan.


Kepala Baek : Apa?

Anna :  Apa? Apa maksudmu?

Ho Gae : Begini....


Ho Gae mau menjelaskan. Tapi tiba2, dia menyuruh mereka menunggu sebentar dan beranjak pergi. Tak lama kemudian, Ho Gae kembali dan membawa beberapa cangkir kertas bekas minum para murid di pemakaman Hyun Seo. Gelas cangkir itu masing2 dimasukin ke plastik barbuk dan sudah dilabeli nama oleh Ho Gae.

Pil : Semua ini apa?


Kepala Baek membaca label nama di plastik tersebut.

Kepala Baek : Kacamata.

Si gadis berkacamata.


Kepala Baek : Tongkat swafoto.

Cowok yang merekam vlog.


Kepala Baek : Merah.

Si gadis berjaket merah.


Kepala Baek : Rambut kusut.

Si gadis berambut kusut yang duduk di sebelah gadis berjaket merah.



Kepala Baek : Tengil.

Cowok yang menonton video daring.


Ho Gae : Aku tak tahu nama mereka. Bandingkan dengan semua sidik jari ini. Pasti ada kecocokan.

Anna pun memasukkan cangkir2 itu ke dalam sebuah lemari kaca untuk diperiksa sidik jarinya.

Anna : Aku pasti akan menangkapmu dan menjadikanmu makanan anjing.


Beralih ke Pil yang lagi menganalisis dengan sebuat alat. Dia mengarahkan alatnya keluar jendela. Ho Gae masuk dan tanya Pil sedang apa.

Pil : Ini pengumpul udara yang menganalisis partikel bau. Anna menciptakan ini.

Ho Gae : Apa yang kau analisis?


Pil : Gedung sebelah. Ada minyak yang menguap, bahan berkarbonasi, klorin, sodium, potasium, seng, timah... Apa ini?

Ho Gae : Daging iga. Agak hangus.


Pil pun menaruh alatnya dan menatap kesal Ho Gae.

Ho Gae melihat Pil menatapnya dengan kesal.

Ho Gae : Apa?

Pil : Penciumanmu tajam.


Sekarang, Pil dan Ho Gae bergabung dengan tim damkar. Mereka makan-makan.

Seol yang duduk disamping Pil berbisik pada Pil.

Seol : Hei, kenapa kau membawa Anjing Jindo?

Pil : Indra penciumannya bagus. Lagi pula, dia anjing.


Ho Gae sangat menikmati daging bakarnya.

Ho Gae : Hei, siapa yang memanggang ini? Aku suka rasa asap ini.

Dong Woo : Koki Bong, tentu saja. Dia bertugas memasak.

Ki Soo : Dia juga dikenal dengan kepribadian berapi-apinya.

Ho Gae : Bukankah petugas damkar harus fokus memadamkan api, alih-alih memanggang daging asap?

Do Jin : Kau pikir kami hanya makan daging basah?

Do Jin kemudian mengambil daging dari piring Ho Gae dan menaruhnya ke piring Seol. Dia menyuruh Ho Gae berhenti memakan daging sebanyak itu.


Tiba2, Anna datang membawa sebuah cangkir kertas.

Anna : Aku dapat yang cocok.

Itu milik si Tengil.


Ho Gae : Bagus. Kubilang apa? Ayo.

Bersambung ke part 3...

0 Comments:

Post a Comment