• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

My Golden Life Ep 51 Part 2

Sebelumnya...


Tuan Seo dan Nyonya Yang yang sedang berjalan menuju ke rumah, terkejut melihat kehadiran Nyonya No di depan rumah mereka. Mereka lantas bicara di dalam rumah. Tuan Seo penasaran, apa yang membuat Nyonya No berkunjung ke rumahnya.

“Kurasa Ji Soo tinggal di sini.” Ucap Nyonya No.

“Dia hanya berkunjung sehari.” Jawab Nyonya Yang.

“Bagaimana bisa kami membuatnya tinggal disini tanpa seizinmu.” Tambah Tuan Seo.

“Aku tidak berhak memberitahu Ji Soo apa yang harus dia lakukan. Dia nyaris tewas karenaku dan berkat kalian, dia selamat. Aku kehilangan kesempatan untuk menjadikannya putriku.” Ucap Nyonya No.

“Ji Soo itu anak yang lemah lembut.” Jawab Nyonya Yang.

“Aku berbuat salah dan kehilangan Eun Seok. Terima kasih sudah merawatnya dengan baik. Terima kasih sudah membantu kami dengan para pemegang saham juga. Serta sudah mencabut artikel itu juga.” Ucap Nyonya No.

 “Kami yang pertama berbuat salah. Kami tidak pantas menerima terima kasihmu.” Jawab Tuan Seo.

 “Terima kasih sudah membesarkan Eun Seok menjadi wanita yang cerdas.” Ucap Nyonya No.


Di rumah kos, Ji An membantu Ji Soo membereskan barang2. Ya, Ji Soo akan kembali ke rumah lamanya. Tak lama kemudian, Hyuk datang. Ia terkejut saat tahu Ji Soo akan pindah. Ji An pun keluar, agar mereka bisa leluasa berbicara. Sambil menangis, Ji Soo memberitahu Hyuk soal penyakit ayahnya.


Nyonya No yang baru masuk rumah, terkejut melihat ayahnya di sana. Ia bergegas menghampiri ayahnya. Sang ayah protes karena Do Kyung memaksanya pergi ke Hawaii. CEO No juga menanyakan soal Seketaris Min.

Setelah mendengar cerita Nyonya No soal Seketaris Min, CEO No murka. Ia berniat membuat Seketaris Min membayar semuanya.

“Apa yang akan ayah lakukan saat menemukannya? Dia benar soal semuanya. Ayah membayarnya untuk layanannya. Tanpa transaksi finansial, apa yang tersisa di antara kalian?” jawab Nyonya No.

CEO No jelas kaget dengan ucapan putrinya.

“Ayah sebaiknya pergi ke Hawaii. Do Kyung tidak mau mendengarkan kita sekarang.” Ucap Nyonya No lagi, lalu masuk ke kamarnya.



CEO No pun langsung menghubungi Seketaris Min yang saat itu sudah berada di bandara.

“Datang ke rumah sekarang juga!” perintah CEO No.

“No Yang Ho-ssi,  aku punya koper yang penuh dengan dokumen soal semua tindakan ilegal yang sudah anda lakukan. Anda seharusnya berterima kasih kepadaku sebab tidak membeberkannya.” Ucap Seketaris Min.

CEO No terkejut.


Setelah memutuskan panggilannya, Seketaris Min langsung pergi meninggalkan Korea.


Keluarga Seo sedang makan bersama. Soo A mengaku, bahwa ia selalu kehilangan selera makan setelah makan beberapa sendok saja. Soo A lantas bertanya, apa yang harus mereka lakukan dengan sisanya. Ji Tae bilang, mereka yang akan memakan sisanya.

“Mereka bisa menikmatinya berkat Soo A.” Sambung Soo A.

 “Ji Tae-ya, kenapa kau mau makan sup adonan kentang?” tanya Nyonya Yang.

 “Aku berhak mendapatkan makanan spesial.” Jawab Ji Tae. Ji Tae lantas memberitahu keluarganya kalau ia dipromosikan menjadi manajer.

“Gajinya juga naik banyak.” Tambah Soo A.

“Sungguh? Bukankah terlalu dini?” tanya Ji An.

“Ada kisahnya. Ini promosi spesial.” Jawab Ji Tae.

“Luar biasa. Kenapa kalian diam saja? Beri tepuk tangan!” ucap Ji Ho.

“Chukkae!” seru mereka kompak sambil memberikan Ji Tae tepuk tangan.

“Manajer Seo.” Panggil Ji An.

Tuan Seo menatap bangga ke arah Ji Tae.



Nyonya No masuk ke ruang baca Tuan Choi. Ia sedih mendapati barang2 Tuan Choi yang sudah selesai dikemas. Nyonya No lalu menemukan catatan kesehatan Tuan Choi . Di sana tertulis, bahwa Tuan Choi menderita depresi.


Tuan Choi pun datang. Nyonya No langsung bertanya, kenapa Tuan Choi mengonsumsi obat depresi. Tuan Choi enggan menjawab dan membahas soal perceraian. Tuan Choi bilang, karena Nyonya No tidak mau menekan surat perceraian, jadi ia mencari tempat tinggal untuk sementara. Tuan Choi lantas menyuruh Nyonya No pergi dari ruang bacanya.

“Kali terakhir, kau bilang menjanjikan sesuatu kepada dirimu sendiri. Apakah itu hal yang kau katakan di hadapanku saat aku tidak sadarkan diri? Kenapa kau tidak memberitahuku? Kenapa kau tidak memberitahuku saat aku siuman. Kau hanya membenciku karena kehilangan Eun Seok.”

“Aku tidak memahami omong kosongmu.” Jawab Tuan Choi.

“Bu Min mendengarnya.” Ucap Nyonya No.



“Kau masih sama. Kau selalu mencari cara untuk menyelamatkan harga dirimu. Itu instingmu.
 Kau akan memutuskan harus berbuat apa setelah aku menjawab. Aku tidak mengatakannya. Pikirmu aku gila? Kau kehilangan anakmu saat hendak menemui pria lain. Kau pikir aku akan memohon agar kau tetap hidup?” jawab Tuan Choi.

“Aku tidak punya hubungan lain. Tidak. Aku menemui beberapa pria, jadi, kurasa aku berselingkuh. Tapi hanya itu. Kau juga tahu itu. Kukira kau jatuh cinta kepadaku tanpa tahu aku bagian dari keluarga Haesung. Tapi rupanya kau tahu. Setelah mengetahui hal itu, kau mulai bersikap dingin kepadaku. Tempat pria di Yangpyeong itu dekat dengan vila kita. Aku membiarkan Eun Seok dijaga oleh pengasuh dan pergi ke sana beberapa kali untuk minum teh. Itu saja.” Ucap Nyonya No.

“Lalu fakta bahwa kau bukan Shin Myung Hee, tapi No Myung Hee Aku baru tahu sebulan setelah kita mulai berkencan. Tapi aku tidak memberitahumu. Aku tidak ingin kau salah paham. Kenapa aku mulai bersikap dingin kepadamu? Keluarga pamanku membayar biaya sekolahku dan merawat keluargaku sebagai pengganti ayahku. Lalu kau mengusir mereka dari Seoul dengan memberi mereka toko dan berpura-pura baik. Kau menjauhkan mereka dariku. Kau memastikan mereka tidak akan berada di dekat kita dengan mengirim mereka ke Pohang. Itu alasannya.” Jawab Tuan Choi.

“Tapi itu ulah Ayah.” Ucap Nyonya No.

“Itu amat memalukan. Saat itulah aku sadar. Aku sadar ayahmu menyetujui pernikahan kita agar aku bisa membantunya sebagai putranya sampai cucunya dewasa. Andaikan kau tidak kecelakaan, kita bisa saja mengakhirinya saat itu.” Jawab Tuan Choi.



Tuan Choi lalu pergi. Ia tidak peduli bahkan meski Nyonya No memberitahunya bahwa ia sudah berterima kasih pada Tuan Seo.



Nyonya No tidak menyerah. Ia membujuk Tuan Choi agar tidak pergi. Tapi Tuan Choi tetap ingin pergi. Hingga akhirnya, Nyonya No mengakui kesalahannya. Membuat Tuan Choi terdiam.



Do Kyung sedang rapat dengan pamannya di ruangannya.

"Lee Jin Gyu,  aku menyukainya. Kurasa Pak Lee harus menangani FNB. Serta kurasa mantan CEO Seonghwa Fashion, Kim Min Joong dan Go Gyeong Soo, akan cocok untuk Haesung Apparel. Paman harus memutuskan yang ini.” Ucap Do Kyung.

“Kau ingin paman yang memutuskan?” tanya Tuan Jung.

“Selama ini paman menangani Haesung Apparel, jadi, paman bisa memutuskan lebih baik daripada aku. Soal Kakek. Mari angkat dia sebagai penasihat tiga bulan setelah dia pensiun dari dewan direksi.” Jawab Do Kyung.

Tuan Jung kaget, kau ingin memecat kakekmu dari dewan direksi?

“Dia sudah terlalu tua dan tidak cakap untuk posisi itu. Sudah saatnya dia pensiun.” Jawab Do Kyung.

“Maafkan paman. Paman tidak tahu idemu seperti ini.” Ucap Tuan Jung.

“Andaikan aku tahu ide Paman, aku tidak akan membiarkan keadaan sekacau itu.” Jawab Do Kyung.



Tuan Seo masih merasa kesakitan meski sudah meminum obat pereda nyeri. Nyonya Yang pun memaksa Tuan Seo meminum obat pereda nyerinya lagi. Tapi rasa sakit itu kemudian menghilang. Nyonya Yang lantas mengambil tisu dan menghapus keringat Tuan Seo. Lalu, terdengar suara Ji An. Tuan Seo buru2 mengambil tisu dari tangan istrinya dan mengelap keringatnya agar Ji An tidak tahu ia merasakan sakit lagi.



“Appa, berkencalah denganku hari ini.  Ayo jalan-jalan bersamaku seharian. Ayah sudah lama tidak ke bioskop, Pokoknya, kita akan berkencan. Sebaiknya Ayah bersiap.” Ucap Ji An.



Ji An membelikan baju baru untuk ayahnya.  Tapi Tuan Seo melarangnya. Tuan Seo bilang, Ji An hanya membuang2 uang dengan membelikannya baju baru. Tapi Ji An memaksa. Ji An bilang, jika sang ayah mengenakan baju yang dibelinya dengan jaket yang pas, sang ayah baru pantas berkencan dengannya.



Ji Soo pergi ke toko roti Boss Kang untuk membeli roti. Boss Kang sampai menyebut Ji Soo mengidam rotinya. Hee lantas bertanya, apa Ji Soo sudah menemukan pekerjaan baru.

“Aku mencari toko roti yang rasa rotinya sama dengan roti Anda.” Jawab Ji Soo.

“Astaga, tidak ada yang rasa rotinya sama dengan rotiku.” Ucap Boss Kang.
“Seseorang pasti membuat roti yang rasanya sama di suatu tempat.” Jawab Ji Soo.

“Kau akan terus mencari sampai menemukannya?” tanya Hee.

 “Ya.” Jawab Ji Soo, mengejutkan Hee.



Ji Soo lantas minta maaf pada Hee, kalau ia tidak bisa putus dari Hyuk. Setelah itu, ia pamit dan mengaku akan datang lagi. Boss Kang dan Hee terkejut. Boss Kang merasa, Ji Soo seperti ular yang selalu menyelinap ke toko rotinya.



Setelah Ji Soo pergi, datanglah Ji Ho yang menawarkan proposal bisnisnya. Boss Kang pun heran kenapa Ji Ho menawarkan proposal bisnis padanya. Hee memberitahu Boss Kang, kalau Ji Ho mengajak mereka bekerja sama. Ji Ho bahkan sampai merayu Boss Kang agar mau bekerja sama dengannya.



Seohyun duduk di kafe, menunggu Ji Ho. Tak lama kemudian, Ji Ho datang dan ia terpana melihat penampilan Ji Ho yang sangat rapi. Seohyun bertanya, apa Ji Ho mau melamarnya. Ji Ho bertanya, untuk apa ia melamar Seohyun. Seohyun balik tanya, kenapa Ji Ho berpenampilan rapi.

“Aku berpakaian rapi karena ada rapat bisnis. Kini yang paling penting bagiku adalah masa depan dan karierku.” Jawab Ji Ho.

“Aku pun begitu.” Ucap Seohyun.

“Kenapa? Apakah Grup New World atau semacamnya? Kau bilang sudah punya tunangan.” Jawab Ji Ho.

“Tapi ayahku memintaku memikirkan apa yang ingin kulakukan di masa depan. Aku bingung sekali.” Ucap Seohyun.

“Kenapa kau bingung soal itu?” tanya Ji Ho.

“Sepertinya dia tahu ada sesuatu di antara kita.” Jawab Seohyun.



Ji Ho langsung gugup, aku maksudmu?

“Kau tidak tahu? Tidak menyadarinya?” tanya Seohyun.

“Aku tahu. Aku menyadarinya. Ini berbahaya.” Jawab Ji Ho.

“Aku selalu senang saat bersamamu.” Ucap Seohyun.

“Lantas maukah kau berkencan denganku?” tanya Ji Ho, membuat Seohyun terkejut.

“Tapi setelah itu kita harus bagaimana? Aku tidak bisa berkencan denganmu jika kakaumu belajar ke luar negeri.” Ucap Ji Ho lagi.

“Bagaimana jika aku enggan pergi karena dirimu?” tanya Seohyun.

Tapi kemudian, mereka sadar bahwa sebaiknya mereka hanya berteman saja.



Ji An dan ayahnya pergi ke sebuah kompleks pemakaman. Ji An bilang, tempat itu dekat dari Seoul dan makam nenek-kakeknya yang berada di Jongseon terlalu jauh dari Seoul. Ji An juga bilang, kalau di Jongseon tidak ada tempat makam untuk ibu.

“Kau memikirkan kakek dan nenekmu?” tanya Tuan Seo.

“Nantinya aku juga akan di sini. Maka seluruh keluarga bisa di sini.” Jawab Ji An.

“Sebenarnya, ayah juga memikirkan itu.” Ucap Tuan Seo. Tuan Seo lantas memuji Ji An sebagai gadis yang baik.

Ji An lalu mengaku bahwa ia sudah membicarakan tempat itu dengan Ji Tae.

“Ayah mendengar ada tempat seperti ini. Tapi ini lebih bagus dari bayangan ayah.” Ucap Tuan Seo.

“Appa, tempat ini  akan makin dipenuhi pepohonan seiring berjalannya waktu. Kak Ji Tae bisa kemari bersama anaknya nanti. Seperti piknik saat kami mengunjungi ayah nanti.” Jawab Ji An.

Tuan Seo tersenyum, piknik?



Ji An lantas mengajak ayahnya duduk. Ia menggelar alas duduk di bawah sebuah pohon, serta menuangkan teh untuk ayahnya.

“Rasanya aneh.” Ucap Ji An.

Tuan Seo lantas membuka tangannya dan Ji An menggenggam tangan ayahnya.

“Kau mirip dengan ayah.” Ucap Tuan Seo.

“Aku tahu. Sifatku sangat mirip dengan Ayah.” Jawab Ji An.



Keduanya lalu menatap ke arah langit.

My Golden Life Ep 51 Part 1

Sebelumnya...


Ji An menyebut, bahwa hal buruk yang dilakukan Do Kyung terhadapnya adalah membuatnya jatuh cinta pada Do Kyung, jadi Ji An tak bisa memaafkan Do Kyung, juga dirinya sendiri.

“Kau kembali ke Haesung sejak kakekmu jatuh sakit karenamu. Awalnya aku salah paham, tapi aku memahamimu. Kau tidak bisa sekedar pergi dari keluargamu karena kebencian dan kekecewaanmu. Jadi aku membantumu. Aku membantumu tanpa tahu perbuatan keluargamu terhadap ayahku. Serta ayahku menyelamatkan keluargamu demi diriku dan Ji Soo.” Ucap Ji An dengan mata berkaca-kaca.

“Aku tidak menyangka kakek berbuat seperti itu.” Jawab Do Kyung.

“Kau menyesal?” tanya Ji An.

“Sampai membuatku tidak bisa berkata-kata.” Jawab Do Kyung.

“Kalau begitu, lupakan aku sepenuhnya. Itu hal terakhir yang bisa kau lakukan untukku.” Ucap Ji An.

Do Kyung tak sanggup bicara.

“Jawab aku.” Pinta Ji An.

“Kau melupakanku sepenuhnya.” jawab Do Kyung.

“Aku akan melakukannya, tapi aku tidak mau tinggal di ingatanmu juga. Jadi kita bisa bersikap selayaknya orang asing walaupun saling berpapasan selagi kita melanjutkan hidup.” Ucap Ji An.


Lantas, Ji An mengembalikan kalung yang diberikan Do Kyung padanya. Ia menjatuhkan kalung itu di atas meja, lalu beranjak pergi.

Keduanya sama2 terluka.


Ji Tae dan Soo A datang menjemput ayah dan ibu. Semula ayah menolak pulang, karena itulah Ji Tae mengajak ibunya bicara agar Soo A bisa bicara berdua dengan ayahnya. Soo A berkata, jika ayah tetap berada di sana, maka ia dan bayinya akan khawatir. Soo A juga mengaku, kalau ia merasa sudah merampas waktu ayah bersama keluarga. Tuan Seo merasa tidak enak. Soo A mengajak ayah pulang. Ia bilang, ayah adalah kakek dari calon bayinya serta meminta ayah memberikan nama untuk bayinya.


Ji An ke rumah Seok Doo. Ia bermaksud mengembalikan 20 ribu dollar yang dipinjam ayahnya. Seok Doo pun mengaku, bukan ia yang meminjamkan uang itu pada Tuan Seo. Seok Doo menceritakan semuanya, bahwa uang itu didapat Tuan Seo dari perusahaan asuransi untuk kankernya. Seok Doo bilang, Tuan Seo mendaftarkan dirinya sebelum usahanya bangkrut.


Ji An syok, ia terduduk lemas di tangga apartemen Seok Doo saking syoknya.

Tangis Ji An lalu pecah, Appa... Appa...


Do Kyung curhat pada Gi Jae. Ia berkata, tentang dirinya yang tidak pernah melakukan apapun untuk Ji An sejak ia pergi dari rumah.

“Aku menyombong karena membelikannya kalung dengan bekerja paruh waktu. Aku membuatkannya sup rumput laut.” Ucap Do Kyung.

“Bagaimana dengannya? Dia sudah melakukan apa untukmu?” tanya Gi Jae.

“Dia membantuku pada rapat pemegang saham. Dia membantuku menyiapkan presentasi. Saat Kakek mencegahku meneken kontrak, dia menunjukkan pabrik kepadaku. Dia mencarikanku mesin bekas. Dia juga menunjukkan barang-barang pelet. Cara membersihkan kulkas dan menggunakan mesin cuci. Barang paket acara. Desain kertas pembungkus. Desain toilet hewan piaraan. Dia bahkan merawatku saat aku sakit. Dia membuatkanku bubur. Ayahnya membantu kami mencabut artikel soal ibuku. Serta dia menjadikanku pimpinan. Aku tidak percaya diriku sendiri.” Jawab Do Kyung.


“Choi Do Kyung, apa yang kau lakukan usai meninggalkan rumah?” tanya Gi Jae.

“Aku hanya mengeluh kepadanya untuk menerima hatiku dan mencintaiku. Kau tahu aku percaya diri bisa meraih hatinya. Walaupun aku pergi dari rumah, aku tidak pergi dari rumah. Aku masih Choi Do Kyung dari Haesung. Aku tidak melakukan yang dia inginkan. Aku tidak pernah membantunya. Dia malah membantuku. Walaupun menolakku, dia tetap membantuku.” Jawab Do Kyung.

“Kau merasa putus asa, bukan?” tanya Gi Jae.

“Aku bahkan tidak berhak merasa bersalah. Aku merasa dipermalukan. Aku tidak percaya diriku sendiri. Aku marah kepada diriku sendiri.” Jawab Do Kyung.


Do Kyung bicara sambil mengepalkan tangannya.


Tuan Seo yang sedang dalam perjalanan pulang bersama istri, anak dan menantunya dapat kiriman SMS dari Seok Doo. Seok Doo mengatakan soal Ji An yang sudah mengetahui uang asuransi Tuan Seo.


Tuan Seo menghela nafas. Ketika melihat Ji An di pinggir jalan, ia menyuruh Ji Tae berhenti.


Ji An duduk sendirian di toserba favoritnya. Tak lama kemudian, Tuan Seo datang dan mengomentari Ji An yang sama sekali tidak menyentuh kaleng birnya. Tuan Seo lantas duduk di hadapan Ji An dan menghibur Ji An. Tuan Seo bilang, ia tidak dioperasi bukan untuk memberikan Ji An uangnya.

“Benarkah?” tanya Ji An.

“Kau tidak dengar dokternya? Jika ada kesempatan, kenapa ayah tidak meraihnya? Ayah juga punya hasrat.” Jawab Tuan Seo.

“Kesempatan satu persen tetaplah kesempatan. Tapi ada kesempatan 10 persen.” Ucap Ji An.

“Lebih kecil dari itu.” Jawab Tuan Seo.

“Tepat sekali. Jadi, kenapa ayah melakukan itu? Kenapa ayah melakukan semua itu saat kondisi ayah seperti ini? Jika tidak dioperasi, ayah setidaknya dikemoterapi. Bagaimana bisa ayah berkeliaran dalam kondisi begitu untuk Haesung? Kenapa ayah bepergian untuk mencari bukti bagi mereka? Ayah sudah hilang akal? Ayah berjalan ke sana kemari di area itu selama berhari-hari. Kenapa ayah melakukan itu? Untuk apa semua itu?” tanya Ji An.

“Ayah melakukannya karena tahu akan pergi. Jika tidak, bagaimana bisa ayah melakukan itu? Jika ayah menganggap ayah sekadar sakit dan akan membaik jika diobati atau dioperasi, ayah tidak akan punya tenaga untuk melakukan semua itu.” Jawab Tuan Seo.

“Jadi, kenapa ayah memakai semua tenaga untuk itu? Ayah seharusnya menghemat setiap tenaga Ayah. Ayah seharusnya memikirkan kepentingan keluarga kita. Lagi pula, siapa orang-orang itu? Kenapa keluarga Haesung berhak menerima bantuan ayah? Karena ayah mengirimkanku, alih-alih Ji Soo, kepada mereka? Aku hanya tinggal dua bulan di sana. Karena ayah mengambil Ji Soo tanpa melaporkannya? Tapi ayah menyelamatkan Ji Soo karena mengambilnya. Ingat perbuatan mereka kepada ayah setelah mengetahui itu? Mereka memukul dan mengancam ayah. Siapa peduli jika mereka kehilangan kendali akan perusahaan mereka? Kenapa itu penting bagi ayah?” protes Ji An.


“Ayah hanya ingin membantu mereka.” Ucap Tuan Seo.

“Kenapa? Apa membuatku tidak khawatir dan menebus kesalahan ayah sepenting itu?” tanya Ji An.

“Kau sudah bertemu dengan kakak Ji Soo? Apa pria itu berkata seperti itu?” tanya Tuan Seo.

“Aku mengakhiri hubunganku dengannya.” Jawab Ji An.

“Jika kau bisa melakukan itu kini, kenapa tidak melakukannya lebih awal?” tanya Tuan Seo.

Ji An pun terdiam.


“Lantas, semuanya kini tidak masalah. Kau putus dengannya dan ayah menebus kesalahan ayah. Kita bisa menikmati waktu yang tersisa dan jalan masing-masing, bukan?” ucap Tuan Seo.

Tangis Ji An pecah, Appa! Appa, aku minta maaf.  Andai aku bilang kepada ayah bahwa ayah tidak menderita kanker dan itu hanya imajinasi ayah...

“Kau terus menyalahkan dirimu sendiri, bukan?” tanya ayah.

“Itu membuatku menggila.” Jawab Ji An.

“Kau tidak dengar dari Ji Tae? Berkat itu, ayah amat bahagia. Sekarang ayah tidak salah sangka atau pun kecewa. Begitulah cara ayah berdamai dengan diri sendiri.” Ucap Tuan Seo.

“Kuharap... Kuharap ayah bisa tinggal dengan kami lebih lama.” Jawab Ji An.

“Sampai kapan? Kapan kau akan berhenti sedih?” tanya Tuan Seo.

“Setidaknya sampai aku menjadi seorang ibu.” Jawab Ji An.

“Sampai ayah punya cucu? Lantas, ayah mau tinggal sampai melihat anakmu bersekolah SD. Berikutnya sampai SMP dan anakmu menikah. Astaga, jika itu berlanjut, akan terlalu sedih bagi ayah untuk pergi. Kematian selalu menyedihkan jika kau memikirkannya. Ayah puas sekarang. Semua orang menjalani hidupnya masing-masing atau akan mencapai tujuannya. Sebagai seorang ayah, hanya itu yang bisa ayah minta. Semua orang pada akhirnya akan meninggalkan dunia ini. Tidak ada yang bisa memperkirakan kapan itu akan terjadi. Untungnya, ayah bisa menyelesaikan urusan ayah. Ayah melakukan semua yang bisa dilakukan seorang ayah. Ayah hidup dengan baik, menimbang keadaannya. Hanya itu yang penting. Ji An-ah, jika ayah tidak masalah pergi, kau juga tidak apa-apa mengantarkan ayah sambil tersenyum.” Ucap Tuan Seo.

Tuan Seo lantas mengelus pipi Ji An.


Ji An pulang bersama ayah. Ia menggandeng lengan ayah, serta menyenderkan kepalanya di bahu ayah.


Saat hampir tiba di depan rumah, Ji Soo tiba2 datang dan menghambur memeluk ayah.

“Appa, saranghae.” Ucap Ji Soo, lalu menangis di pelukan ayahnya.


Tuan Choi yang baru pulang, terkejut saat diberitahu Seohyun tentang perkelahian Nyonya No dan Seketaris Min.

Tuan Choi langsung melihat keadaan istrinya di kamar. Nyonya No yang merasa malu, menutupi wajahnya dengan selimut dan menangis.


Paginya, Nyonya Yang memasakkan sup ikan untuk Soo A. Soo A minta maaf. Ia berkata, kemaren memang sangat ingin makan sup ikan tapi sekarang ia ingin makan hotteok dari stan dekat kantornya.

“Tidak apa-apa. Kedua gadis itu bisa memakannya.” Jawab Nyonya Yang.

Ji An lalu memanggil ayah. Tapi ayah tidak ada di kamarnya.


Tuan Seo ternyata sedang menyapu halaman. Ji An menyusul ayahnya keluar, tapi sang ayah menyuruhnya masuk karena cuaca sangat dingin.

Ji Tae dan Soo A lantas keluar dan pamit bekerja.


Do Kyung menemui kakeknya. Mereka membahas Ji An. Do Kyung marah, ia menuding kakeknya sengaja memanggil Ji An untuk meredam kemarahannya. CEO No pun berusaha menjelaskan, tapi Do Kyung tidak mau mendengar apa-apa lagi dari kakeknya. Ia menyuruh kakeknya pulang ke Hawaii dan memberikan tiketnya.

CEO No marah, tapi Do Kyung tak peduli dan beranjak pergi.


Ji Ho menyuruh ayahnya memeriksa proposal bisnis franchise nya.

Tuan Seo pun sewot.

“Bagaimana bisa kau membuatnya dengan amat ceroboh? Kau tidak pernah melihat harga mesin. Yang penting itu investasi totalnya. Kau harus pergi ke Pasar Bangsan dan meriset harganya, ya? Kirimkan data ini ke kakakmu dan buat menjadi presentasi PowerPoint. Menyusun idemu dengan baik juga penting.” Ucap Tuan Seo.


Ji Tae naik jabatan, ia dipromosikan menjadi manajer.


Nyonya No ke rumah Ji An dan melihat betapa dekatnya Ji An dan Ji Soo. Nyonya No seketika teringat pertengkarannya dengan adiknya.


Ji An dan Ji Soo akhirnya melihat Nyonya No. Nyonya No mendekati mereka dan mengaku ingin bicara pada orang tua Ji An. Ji An masuk duluan ke rumah agar Ji Soo bisa leluasa bicara dengan Nyonya No.


Ji Soo penasaran, ibunya mau bilang apa. Sang ibu mengaku, ingin berterima kasih pada orang tua Ji An. Ji Soo pun berkata, bahwa ayah dan ibunya sedang ada di pasar.