Tuan Seo dan Nyonya Yang yang sedang berjalan menuju ke rumah, terkejut melihat kehadiran Nyonya No di depan rumah mereka. Mereka lantas bicara di dalam rumah. Tuan Seo penasaran, apa yang membuat Nyonya No berkunjung ke rumahnya.
“Kurasa
Ji Soo tinggal di sini.” Ucap Nyonya No.
“Dia
hanya berkunjung sehari.” Jawab Nyonya Yang.
“Bagaimana
bisa kami membuatnya tinggal disini tanpa seizinmu.” Tambah Tuan Seo.
“Aku
tidak berhak memberitahu Ji Soo apa yang harus dia lakukan. Dia nyaris tewas
karenaku dan berkat kalian, dia selamat. Aku kehilangan kesempatan untuk
menjadikannya putriku.” Ucap Nyonya No.
“Ji Soo
itu anak yang lemah lembut.” Jawab Nyonya Yang.
“Aku
berbuat salah dan kehilangan Eun Seok. Terima kasih sudah merawatnya dengan
baik. Terima kasih sudah membantu kami dengan para pemegang saham juga. Serta
sudah mencabut artikel itu juga.” Ucap Nyonya No.
“Kami
yang pertama berbuat salah. Kami tidak pantas menerima terima kasihmu.” Jawab
Tuan Seo.
“Terima
kasih sudah membesarkan Eun Seok menjadi wanita yang cerdas.” Ucap Nyonya No.
Di
rumah kos, Ji An membantu Ji Soo membereskan barang2. Ya, Ji Soo akan kembali
ke rumah lamanya. Tak lama kemudian, Hyuk datang. Ia terkejut saat tahu Ji Soo
akan pindah. Ji An pun keluar, agar mereka bisa leluasa berbicara. Sambil
menangis, Ji Soo memberitahu Hyuk soal penyakit ayahnya.
Nyonya
No yang baru masuk rumah, terkejut melihat ayahnya di sana. Ia bergegas
menghampiri ayahnya. Sang ayah protes karena Do Kyung memaksanya pergi ke
Hawaii. CEO No juga menanyakan soal Seketaris Min.
Setelah
mendengar cerita Nyonya No soal Seketaris Min, CEO No murka. Ia berniat membuat
Seketaris Min membayar semuanya.
“Apa
yang akan ayah lakukan saat menemukannya? Dia benar soal semuanya. Ayah
membayarnya untuk layanannya. Tanpa transaksi finansial, apa yang tersisa di
antara kalian?” jawab Nyonya No.
CEO No
jelas kaget dengan ucapan putrinya.
“Ayah
sebaiknya pergi ke Hawaii. Do Kyung tidak mau mendengarkan kita sekarang.” Ucap
Nyonya No lagi, lalu masuk ke kamarnya.
CEO No
pun langsung menghubungi Seketaris Min yang saat itu sudah berada di bandara.
“Datang
ke rumah sekarang juga!” perintah CEO No.
“No
Yang Ho-ssi, aku punya koper yang penuh
dengan dokumen soal semua tindakan ilegal yang sudah anda lakukan. Anda
seharusnya berterima kasih kepadaku sebab tidak membeberkannya.” Ucap Seketaris
Min.
CEO No
terkejut.
Setelah
memutuskan panggilannya, Seketaris Min langsung pergi meninggalkan Korea.
Keluarga
Seo sedang makan bersama. Soo A mengaku, bahwa ia selalu kehilangan selera
makan setelah makan beberapa sendok saja. Soo A lantas bertanya, apa yang harus
mereka lakukan dengan sisanya. Ji Tae bilang, mereka yang akan memakan sisanya.
“Mereka
bisa menikmatinya berkat Soo A.” Sambung Soo A.
“Ji Tae-ya,
kenapa kau mau makan sup adonan kentang?” tanya Nyonya Yang.
“Aku
berhak mendapatkan makanan spesial.” Jawab Ji Tae. Ji Tae lantas memberitahu
keluarganya kalau ia dipromosikan menjadi manajer.
“Gajinya
juga naik banyak.” Tambah Soo A.
“Sungguh?
Bukankah terlalu dini?” tanya Ji An.
“Ada
kisahnya. Ini promosi spesial.” Jawab Ji Tae.
“Luar
biasa. Kenapa kalian diam saja? Beri tepuk tangan!” ucap Ji Ho.
“Chukkae!”
seru mereka kompak sambil memberikan Ji Tae tepuk tangan.
“Manajer
Seo.” Panggil Ji An.
Tuan
Seo menatap bangga ke arah Ji Tae.
Nyonya
No masuk ke ruang baca Tuan Choi. Ia sedih mendapati barang2 Tuan Choi yang
sudah selesai dikemas. Nyonya No lalu menemukan catatan kesehatan Tuan Choi .
Di sana tertulis, bahwa Tuan Choi menderita depresi.
Tuan
Choi pun datang. Nyonya No langsung bertanya, kenapa Tuan Choi mengonsumsi obat
depresi. Tuan Choi enggan menjawab dan membahas soal perceraian. Tuan Choi
bilang, karena Nyonya No tidak mau menekan surat perceraian, jadi ia mencari
tempat tinggal untuk sementara. Tuan Choi lantas menyuruh Nyonya No pergi dari
ruang bacanya.
“Kali
terakhir, kau bilang menjanjikan sesuatu kepada dirimu sendiri. Apakah itu hal
yang kau katakan di hadapanku saat aku tidak sadarkan diri? Kenapa kau tidak
memberitahuku? Kenapa kau tidak memberitahuku saat aku siuman. Kau hanya
membenciku karena kehilangan Eun Seok.”
“Aku
tidak memahami omong kosongmu.” Jawab Tuan Choi.
“Bu Min
mendengarnya.” Ucap Nyonya No.
“Kau
masih sama. Kau selalu mencari cara untuk menyelamatkan harga dirimu. Itu
instingmu.
Kau akan memutuskan harus berbuat apa setelah
aku menjawab. Aku tidak mengatakannya. Pikirmu aku gila? Kau kehilangan anakmu
saat hendak menemui pria lain. Kau pikir aku akan memohon agar kau tetap hidup?”
jawab Tuan Choi.
“Aku
tidak punya hubungan lain. Tidak. Aku menemui beberapa pria, jadi, kurasa aku
berselingkuh. Tapi hanya itu. Kau juga tahu itu. Kukira kau jatuh cinta
kepadaku tanpa tahu aku bagian dari keluarga Haesung. Tapi rupanya kau tahu. Setelah
mengetahui hal itu, kau mulai bersikap dingin kepadaku. Tempat pria di
Yangpyeong itu dekat dengan vila kita. Aku membiarkan Eun Seok dijaga oleh
pengasuh dan pergi ke sana beberapa kali untuk minum teh. Itu saja.” Ucap
Nyonya No.
“Lalu
fakta bahwa kau bukan Shin Myung Hee, tapi No Myung Hee Aku baru tahu sebulan
setelah kita mulai berkencan. Tapi aku tidak memberitahumu. Aku tidak ingin kau
salah paham. Kenapa aku mulai bersikap dingin kepadamu? Keluarga
pamanku membayar biaya sekolahku dan merawat keluargaku sebagai pengganti
ayahku. Lalu kau mengusir mereka dari Seoul dengan memberi mereka toko dan
berpura-pura baik. Kau menjauhkan mereka dariku. Kau memastikan mereka tidak
akan berada di dekat kita dengan mengirim mereka ke Pohang. Itu alasannya.”
Jawab Tuan Choi.
“Tapi
itu ulah Ayah.” Ucap Nyonya No.
“Itu
amat memalukan. Saat itulah aku sadar. Aku sadar ayahmu menyetujui pernikahan
kita agar aku bisa membantunya sebagai putranya sampai cucunya dewasa. Andaikan
kau tidak kecelakaan, kita bisa saja mengakhirinya saat itu.” Jawab Tuan Choi.
Tuan
Choi lalu pergi. Ia tidak peduli bahkan meski Nyonya No memberitahunya bahwa ia
sudah berterima kasih pada Tuan Seo.
Nyonya
No tidak menyerah. Ia membujuk Tuan Choi agar tidak pergi. Tapi Tuan Choi tetap
ingin pergi. Hingga akhirnya, Nyonya No mengakui kesalahannya. Membuat Tuan
Choi terdiam.
Do
Kyung sedang rapat dengan pamannya di ruangannya.
"Lee
Jin Gyu, aku menyukainya. Kurasa Pak Lee
harus menangani FNB. Serta kurasa mantan CEO Seonghwa Fashion, Kim Min Joong
dan Go Gyeong Soo, akan cocok untuk Haesung Apparel. Paman harus memutuskan
yang ini.” Ucap Do Kyung.
“Kau
ingin paman yang memutuskan?” tanya Tuan Jung.
“Selama
ini paman menangani Haesung Apparel, jadi, paman bisa memutuskan lebih baik
daripada aku. Soal Kakek. Mari angkat dia sebagai penasihat tiga bulan setelah
dia pensiun dari dewan direksi.” Jawab Do Kyung.
Tuan
Jung kaget, kau ingin memecat kakekmu dari dewan direksi?
“Dia
sudah terlalu tua dan tidak cakap untuk posisi itu. Sudah saatnya dia pensiun.”
Jawab Do Kyung.
“Maafkan
paman. Paman tidak tahu idemu seperti ini.” Ucap Tuan Jung.
“Andaikan
aku tahu ide Paman, aku tidak akan membiarkan keadaan sekacau itu.” Jawab Do
Kyung.
Tuan
Seo masih merasa kesakitan meski sudah meminum obat pereda nyeri. Nyonya Yang
pun memaksa Tuan Seo meminum obat pereda nyerinya lagi. Tapi rasa sakit itu
kemudian menghilang. Nyonya Yang lantas mengambil tisu dan menghapus keringat
Tuan Seo. Lalu, terdengar suara Ji An. Tuan Seo buru2 mengambil tisu dari
tangan istrinya dan mengelap keringatnya agar Ji An tidak tahu ia merasakan
sakit lagi.
“Appa,
berkencalah denganku hari ini. Ayo
jalan-jalan bersamaku seharian. Ayah sudah lama tidak ke bioskop, Pokoknya,
kita akan berkencan. Sebaiknya Ayah bersiap.” Ucap Ji An.
Ji An
membelikan baju baru untuk ayahnya. Tapi
Tuan Seo melarangnya. Tuan Seo bilang, Ji An hanya membuang2 uang dengan
membelikannya baju baru. Tapi Ji An memaksa. Ji An bilang, jika sang ayah
mengenakan baju yang dibelinya dengan jaket yang pas, sang ayah baru pantas
berkencan dengannya.
Ji Soo
pergi ke toko roti Boss Kang untuk membeli roti. Boss Kang sampai menyebut Ji
Soo mengidam rotinya. Hee lantas bertanya, apa Ji Soo sudah menemukan pekerjaan
baru.
“Aku
mencari toko roti yang rasa rotinya sama dengan roti Anda.” Jawab Ji Soo.
“Astaga,
tidak ada yang rasa rotinya sama dengan rotiku.” Ucap Boss Kang.
“Seseorang
pasti membuat roti yang rasanya sama di suatu tempat.” Jawab Ji Soo.
“Kau
akan terus mencari sampai menemukannya?” tanya Hee.
“Ya.”
Jawab Ji Soo, mengejutkan Hee.
Ji Soo
lantas minta maaf pada Hee, kalau ia tidak bisa putus dari Hyuk. Setelah itu,
ia pamit dan mengaku akan datang lagi. Boss Kang dan Hee terkejut. Boss Kang
merasa, Ji Soo seperti ular yang selalu menyelinap ke toko rotinya.
Setelah
Ji Soo pergi, datanglah Ji Ho yang menawarkan proposal bisnisnya. Boss Kang pun
heran kenapa Ji Ho menawarkan proposal bisnis padanya. Hee memberitahu Boss
Kang, kalau Ji Ho mengajak mereka bekerja sama. Ji Ho bahkan sampai merayu Boss
Kang agar mau bekerja sama dengannya.
Seohyun
duduk di kafe, menunggu Ji Ho. Tak lama kemudian, Ji Ho datang dan ia terpana
melihat penampilan Ji Ho yang sangat rapi. Seohyun bertanya, apa Ji Ho mau
melamarnya. Ji Ho bertanya, untuk apa ia melamar Seohyun. Seohyun balik tanya,
kenapa Ji Ho berpenampilan rapi.
“Aku
berpakaian rapi karena ada rapat bisnis. Kini yang paling penting bagiku adalah
masa depan dan karierku.” Jawab Ji Ho.
“Aku
pun begitu.” Ucap Seohyun.
“Kenapa?
Apakah Grup New World atau semacamnya? Kau bilang sudah punya tunangan.” Jawab
Ji Ho.
“Tapi
ayahku memintaku memikirkan apa yang ingin kulakukan di masa depan. Aku bingung
sekali.” Ucap Seohyun.
“Kenapa
kau bingung soal itu?” tanya Ji Ho.
“Sepertinya
dia tahu ada sesuatu di antara kita.” Jawab Seohyun.
Ji Ho
langsung gugup, aku maksudmu?
“Kau
tidak tahu? Tidak menyadarinya?” tanya Seohyun.
“Aku
tahu. Aku menyadarinya. Ini berbahaya.” Jawab Ji Ho.
“Aku
selalu senang saat bersamamu.” Ucap Seohyun.
“Tapi
setelah itu kita harus bagaimana? Aku tidak bisa berkencan denganmu jika kakaumu
belajar ke luar negeri.” Ucap Ji Ho lagi.
“Bagaimana
jika aku enggan pergi karena dirimu?” tanya Seohyun.
Tapi
kemudian, mereka sadar bahwa sebaiknya mereka hanya berteman saja.
Ji An
dan ayahnya pergi ke sebuah kompleks pemakaman. Ji An bilang, tempat itu dekat
dari Seoul dan makam nenek-kakeknya yang berada di Jongseon terlalu jauh dari
Seoul. Ji An juga bilang, kalau di Jongseon tidak ada tempat makam untuk ibu.
“Kau
memikirkan kakek dan nenekmu?” tanya Tuan Seo.
“Nantinya
aku juga akan di sini. Maka seluruh keluarga bisa di sini.” Jawab Ji An.
“Sebenarnya,
ayah juga memikirkan itu.” Ucap Tuan Seo. Tuan Seo lantas memuji Ji An sebagai
gadis yang baik.
Ji An
lalu mengaku bahwa ia sudah membicarakan tempat itu dengan Ji Tae.
“Ayah
mendengar ada tempat seperti ini. Tapi ini lebih bagus dari bayangan ayah.”
Ucap Tuan Seo.
“Appa,
tempat ini akan makin dipenuhi pepohonan
seiring berjalannya waktu. Kak Ji Tae bisa kemari bersama anaknya nanti. Seperti
piknik saat kami mengunjungi ayah nanti.” Jawab Ji An.
Tuan
Seo tersenyum, piknik?
Ji An
lantas mengajak ayahnya duduk. Ia menggelar alas duduk di bawah sebuah pohon,
serta menuangkan teh untuk ayahnya.
“Rasanya
aneh.” Ucap Ji An.
Tuan
Seo lantas membuka tangannya dan Ji An menggenggam tangan ayahnya.
“Kau
mirip dengan ayah.” Ucap Tuan Seo.
“Aku
tahu. Sifatku sangat mirip dengan Ayah.” Jawab Ji An.
Keduanya
lalu menatap ke arah langit.
0 Comments:
Post a Comment