• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

My Golden Life Ep 51 Part 3

Sebelumnya...


Nyonya No akhirnya merestui hubungan Do Kyung dan Ji An, tapi Do Kyung bilang hubungannya dengan Ji An sudah berakhir. Tuan Choi bertanya, kenapa? Do Kyung menjawab, bahwa seharusnya sejak dulu ia tidak memulai hubungan dengan Ji An. Do Kyung lantas melarang ibunya membicarakan Ji An lagi dan naik ke lantai atas.


Keesokan harinya, Tuan Seo keluar dari kamarnya sambil menenteng gitar dan sebuah koper.

“Astaga, gitar ini seperti belahan jiwa ayah.” Ucap Ji An, lalu membantu sang ayah membawa gitar itu.

Ji An juga ingin membawakan koper ayahnya tapi sang ayah buru2 menjauhkan koper itu dari Ji An. Mereka lalu keluar rumah.


Tuan Seo duduk di kursi belakang dan menghirup udara yang sangat segar.

“Udaranya segar sekali.” Ucap Tuan Seo.

Tak lama kemudian, mobil Hyuk yang dikendarai oleh Ji Soo memasuki sebuah tempat yang mirip rumah sakit.


Dan benar saja, itu memang rumah sakit. Kini Tuan Seo sedang memakai seragam pasien. Tuan Seo kemudian heran melihat keluarganya masih berdiri di sana dengan wajah sedih. Ia lalu menyuruh keluarganya pulang.

“Kau bisa tetap di rumah jika ingin.” Ucap Nyonya Yang.

“Di sini ada dokter. Aku merasa lebih aman di sini. Pergilah.” Jawab Tuan Seo.

“Ayo, Bu. Tempat ini tidak jauh dari rumah kita. Kita bisa berkunjung setiap hari.” Ucap Ji Soo.

Mereka pun pergi, tapi sebelum pergi, Ji An menggenggam tangan ayah dan berkata akan sering menghubungi ayah.


Dalam perjalanan pulang, semua nampak sedih.


Seorang perawat menjawab telepon ayah yang berdering. Do Kyung yang menelpon, merasa heran karena bukan ayah yang menjawab.


Ji Soo pulang ke rumahnya, menemui orang tua kandungnya. Ia meminta izin untuk pindah ke Daebang-dong. Nyonya No mengizinkan. Ji Soo bilang, ia akan pindah untuk selamanya.

“Tapi apa rumahnya tidak terlalu kecil? Keluarga kakakmu juga tinggal di sana. Bagaimana jika kita belikan rumah lebih besar?” tanya Nyonya No.

“Kami tidak membutuhkan itu. Keluarga kakakku akan pindah ke selatan bersama Ibu.” Jawab Ji Soo.

“Kenapa? Berarti hanya kau, Ji An, dan ayahmu yang tinggal di Seoul?” tanya Tuan Choi.


Sambil menangis, Ji Soo pun berkata kalau ayahnya juga akan segera pergi. Sontak, Tuan Choi dan Nyonya No kebingungan dengan pernyataan Ji Soo itu.


Do Kyung akhirnya datang ke rumah sakit itu. Ia masuk ke kamar ayah dan mendapati ayah sedang duduk menatap keluar jendela.

Do Kyung pun teringat saat Ji An menangis di pelukannya waktu itu. Barulah ia sadar kenapa Ji An menangis waktu itu.


Merasa ada seseorang di belakangnya, ayah pun menoleh dan terkejut melihat Do Kyung. Do Kyung langsung mendekati ayah, kemudian berlutut sambil menangis dan meminta maaf.

Ayah menyuruh Do Kyung berdiri dan berkata kalau Do Kyung tidak perlu minta maaf.

Do Kyung meminta maaf karena sudah membuat Ji An patah hati.


Ayah lalu mendekati Do Kyung dan membantunya berdiri.


Tuan Choi dan Nyonya No yang sudah mengetahui penyakit ayah, merasa heran kenapa ayah masih menolong mereka dalam kondisi seperti itu. Nyonya No pun bertanya, apa yang harus mereka lakukan. Tuan Choi bilang, mereka harus menemukan jalannya. Ia yakin, ada jalan keluar.


Di rumah, Ji Tae memahami perasaan Ji An yang berat meninggalkan ayah di rumah sakit. Ji An lantas mengingatkan Ji Tae soal buku catatan ayah yang dibacanya di Jeongseon.

“Ya, kita ke restoran bulgogi dan makan sup kentang. Seperti yang Ayah inginkan.” Jawab Ji Tae.

“Dalam daftar keinginannya juga tertulis bermain gitar di makam orang tuanya.” Ucap Ji An.

“Dia ingin tampil untuk orang tuanya?” tanya Ji Tae.

“Dia menulisnya saat sendirian dan ingin mati.” Jawab Ji An.

“Saat dia tidak berpikir kita keluarga. Jadi, dia ingin memainkannya untuk orang tuanya.” Ucap Ji Tae.

“Kakak melihat sendiri dia mengemas gitarnya lebih dahulu.” Ucap Ji An.

“Tapi menurutmu itu mungkin?” tanya Ji Tae.


Tuan Choi menghubungi dokter kenalannya.

“Dokter Mark? Sudah melihat grafiknya?” tanya Tuan Choi dalam Bahasa Inggris.


Malam harinya, Tuan Choi menahan rasa sakit di perutnya. Ia berteriak tanpa suara.


Di rumah, Nyonya Yang menangis menatap foto suaminya.


Sedangkan Ji Tae, sedang membacakan cerita untuk bayinya.


Ayah mengisi hari2nya dengan memainkan gitar di depan pasien2 lain.


Di hari lain, ayah menerima kunjungan dari anak2nya.

“Bagaimana kabar Goldie?” tanya ayah.

“Goldie? Itu nama panggilan bayi kami?” tanya Soo A antusias.

“Kau meminta ayah menamainya. Ini tahun anjing emas.” Jawab ayah.

“Aku suka itu. Goldie.” Ucap Ji Tae.

“Ayah tampak lebih sehat.” Jawab Soo A.

“Sungguh. Kenapa Ayah tampan sekali?” tanya Ji An.

“Ayah berselingkuh?” goda Ji Soo.

“Mana bisa saat ibumu berkunjung hampir setiap hari?” jawab Tuan Seo sambil tertawa.

“Ayah tertawa lepas. Sudah lama aku tidak melihat Ayah tertawa.” Ucap Ji Tae.

“Suasana hati ayah sedang bagus. Pokoknya ayah bahagia.. Tidak apa jika ayah mati besok atau bahkan sekarang. Ayah bahagia sekali.” Jawab ayah.

Anaknya merasa sedih, tapi tetap tersenyum di depannya.


Ji An dan Ji Tae berkonsultasi dengan dokter. Dokter bilang, kondisi ayah baik. Ji Tae pun bertanya, apa ayah boleh keluar selama satu hari. Dokter mengizinkan, jika ayah pakai kursi roda karena ayah akan kelelahan jika terlalu banyak bergerak.


Keesokan harinya, Ji An, Ji Soo dan Nyonya Yang menjemput ayah. Ji Soo bilang, cuaca sedang bagus jadi mereka datang untuk menyelamatkan ayah dari ruangan itu. Nyonya Yang mengajak Tuan Seo piknik.


Ji An, Ji Soo dan Nyonya Yang membawa Tuan Seo ke sebuah tempat. Tuan Seo ingat, tempat itu adalah lokasi pernikahan Ji Tae dulu. Ji Soo berkata, mereka akan mengadakan acara keluarga di tempat itu.


Ji An dan Ji Soo lantas melambaikan tangan mereka pada Ji Tae dan Ji Ho. Ji Tae dan Ji Ho nampak sibuk menyiapkan konser untuk Tuan Seo. Beberapa kursi tamu juga sudah terlihat dan ayah terkejut membaca tulisan ‘Konser Seo Tae Soo’ yang dibawa Ji Ho.

“Ayah selalu bermain gitar untuk semua orang kecuali kami.” Ucap Ji An.

“Kau ingin ayah tampil di sana?” tanya Tuan Seo.

“Ayah malu?” tanya Ji An.


“Ayah, Kakek dan Nenek juga akan bergabung.” Ucap Ji Soo, sambil menunjukkan foto kakek dan nenek yang ia bawah.

“Aku juga ingin mendengar permainan gitar solomu.” Bujuk Nyonya Yang.

“Tapi terlalu banyak orang.” Ucap Tuan Seo.

“Semua yang hadir di sini sudah seperti keluarga kita.” Jawab Ji Soo.

“Hanya dua lagu. Bagaimana?” pinta Ji An.


Meskipun gugup, ayah akhirnya mulai memetik gitarnya. Ayah nampak menikmati permainan gitarnya, begitu juga dengan mereka yang mendengarkan. Lagu yang dimainkan ayah, membuat semua orang terharu.


Ji An tiba2 menoleh ke arah pepohonan, ia ingat saat dulu ia datang bersama Do Kyung ke pernikahan Ji Tae.


Ayah selesai memainkan lagu pertama. Semua orang bertepuk tangan. Ayah lantas memainkan lagu keduanya.


Setelah ayah selesai, giliran Ji Tae yang menyanyikan sebuah lagu. Lagu yang dinyanyikannya bernuansa mellow. Sepanjang Ji Tae bernyanyi, Ji An terus menatap ayah yang duduk disampingnya.


Tanpa Ji An sadari, Do Kyung datang namun ia hanya berdiri di balik pepohonan, menatap Ji An dengan sedih. 




Tak ingin merusak suasana, Do Kyung pun memutuskan pergi.


Selesai Ji Tae bernyanyi, ayah berfoto bersama keluarganya.


Ayah kemudian diperkenalkan dengan Tuan Sunwoo. Mereka saling menyapa dan ayah kemudian memuji Tuan Sunwoo karena sudah membesarkan Hyuk dengan baik. Ayah lalu meminta Tuan Sunwoo untuk menjaga Ji Soo.


Ji Ho kemudian mempersilahkan para tamu mencicipi sandwich dan minuman buatan Ji Soo.


“Tuan Seo, apa ini konser pertamamu. Kau terlihat profesional.” Puji Ji An sambil membawakan kursi roda ayahnya. Ji An lalu menyuruh ayahnya duduk dan mengajak ayahnya makan di restoran bulgogi.

“Hari ini ayah akan mengizinkanmu makan lima porsi.” Ucap ayah.

“Ayah yakin?” tanya Ji An, lalu mulai mendorong kursi roda ayahnya.


Ji An lantas ingat kalau ia belum mengambil foto kakek dan neneknya. Ji An pun meninggalkan ayahnya sebentar untuk mengambil foto kakek dan neneknya yang tadi mereka bawa.


Setelah Ji An pergi, ayah kemudian menatap matahari yang bersinar cerah.


Semua orang memuji suara Ji Tae. Ji Soo lalu bertanya, kapan mereka akan keluar bersama lagi. Ji An memberi saran, agar mereka pergi bersama satu pekan sekali. Tapi Ji Soo mengajak mereka semua keluar setiap hari. Ji Ho pun menyindir Ji Soo. Ia bilang, kalau mereka semua memiliki pekerjaan. Kesal, Ji Soo pun memukul kepala Ji Ho dan berkata kalau ia akan segera mendapatkan pekerjaan.


Ibu pura2 marah, ia memukul kepala Ji Soo dan Ji Ho pura2 merajuk dan memeluk ibunya.

Ji An pun menirukan suara ayahnya.

"Siapa yang peduli dengan kecerdasan? Semua orang punya talenta khusus."


Ji An lantas menoleh pada ayahnya, “Benarkan ayah?”

Tapi ayah diam saja. Ji An pun bergegas mendekati ayahnya karena mengira ayahnya tertidur.


Tangan ayah terkulai lemas dan kepalanya terkulai ke samping. Ji An pun langsung menghentikan langkahnya.


Ji An hanya merasakan keheningan dan desiran angin. Perlahan2, Ji An melangkah sambil terus memanggil ayahnya.


Hingga akhirnya, Ji An berlari dan berteriak, “APPA!”

My Golden Life Ep 51 Part 2

Sebelumnya...


Tuan Seo dan Nyonya Yang yang sedang berjalan menuju ke rumah, terkejut melihat kehadiran Nyonya No di depan rumah mereka. Mereka lantas bicara di dalam rumah. Tuan Seo penasaran, apa yang membuat Nyonya No berkunjung ke rumahnya.

“Kurasa Ji Soo tinggal di sini.” Ucap Nyonya No.

“Dia hanya berkunjung sehari.” Jawab Nyonya Yang.

“Bagaimana bisa kami membuatnya tinggal disini tanpa seizinmu.” Tambah Tuan Seo.

“Aku tidak berhak memberitahu Ji Soo apa yang harus dia lakukan. Dia nyaris tewas karenaku dan berkat kalian, dia selamat. Aku kehilangan kesempatan untuk menjadikannya putriku.” Ucap Nyonya No.

“Ji Soo itu anak yang lemah lembut.” Jawab Nyonya Yang.

“Aku berbuat salah dan kehilangan Eun Seok. Terima kasih sudah merawatnya dengan baik. Terima kasih sudah membantu kami dengan para pemegang saham juga. Serta sudah mencabut artikel itu juga.” Ucap Nyonya No.

 “Kami yang pertama berbuat salah. Kami tidak pantas menerima terima kasihmu.” Jawab Tuan Seo.

 “Terima kasih sudah membesarkan Eun Seok menjadi wanita yang cerdas.” Ucap Nyonya No.


Di rumah kos, Ji An membantu Ji Soo membereskan barang2. Ya, Ji Soo akan kembali ke rumah lamanya. Tak lama kemudian, Hyuk datang. Ia terkejut saat tahu Ji Soo akan pindah. Ji An pun keluar, agar mereka bisa leluasa berbicara. Sambil menangis, Ji Soo memberitahu Hyuk soal penyakit ayahnya.


Nyonya No yang baru masuk rumah, terkejut melihat ayahnya di sana. Ia bergegas menghampiri ayahnya. Sang ayah protes karena Do Kyung memaksanya pergi ke Hawaii. CEO No juga menanyakan soal Seketaris Min.

Setelah mendengar cerita Nyonya No soal Seketaris Min, CEO No murka. Ia berniat membuat Seketaris Min membayar semuanya.

“Apa yang akan ayah lakukan saat menemukannya? Dia benar soal semuanya. Ayah membayarnya untuk layanannya. Tanpa transaksi finansial, apa yang tersisa di antara kalian?” jawab Nyonya No.

CEO No jelas kaget dengan ucapan putrinya.

“Ayah sebaiknya pergi ke Hawaii. Do Kyung tidak mau mendengarkan kita sekarang.” Ucap Nyonya No lagi, lalu masuk ke kamarnya.



CEO No pun langsung menghubungi Seketaris Min yang saat itu sudah berada di bandara.

“Datang ke rumah sekarang juga!” perintah CEO No.

“No Yang Ho-ssi,  aku punya koper yang penuh dengan dokumen soal semua tindakan ilegal yang sudah anda lakukan. Anda seharusnya berterima kasih kepadaku sebab tidak membeberkannya.” Ucap Seketaris Min.

CEO No terkejut.


Setelah memutuskan panggilannya, Seketaris Min langsung pergi meninggalkan Korea.


Keluarga Seo sedang makan bersama. Soo A mengaku, bahwa ia selalu kehilangan selera makan setelah makan beberapa sendok saja. Soo A lantas bertanya, apa yang harus mereka lakukan dengan sisanya. Ji Tae bilang, mereka yang akan memakan sisanya.

“Mereka bisa menikmatinya berkat Soo A.” Sambung Soo A.

 “Ji Tae-ya, kenapa kau mau makan sup adonan kentang?” tanya Nyonya Yang.

 “Aku berhak mendapatkan makanan spesial.” Jawab Ji Tae. Ji Tae lantas memberitahu keluarganya kalau ia dipromosikan menjadi manajer.

“Gajinya juga naik banyak.” Tambah Soo A.

“Sungguh? Bukankah terlalu dini?” tanya Ji An.

“Ada kisahnya. Ini promosi spesial.” Jawab Ji Tae.

“Luar biasa. Kenapa kalian diam saja? Beri tepuk tangan!” ucap Ji Ho.

“Chukkae!” seru mereka kompak sambil memberikan Ji Tae tepuk tangan.

“Manajer Seo.” Panggil Ji An.

Tuan Seo menatap bangga ke arah Ji Tae.



Nyonya No masuk ke ruang baca Tuan Choi. Ia sedih mendapati barang2 Tuan Choi yang sudah selesai dikemas. Nyonya No lalu menemukan catatan kesehatan Tuan Choi . Di sana tertulis, bahwa Tuan Choi menderita depresi.


Tuan Choi pun datang. Nyonya No langsung bertanya, kenapa Tuan Choi mengonsumsi obat depresi. Tuan Choi enggan menjawab dan membahas soal perceraian. Tuan Choi bilang, karena Nyonya No tidak mau menekan surat perceraian, jadi ia mencari tempat tinggal untuk sementara. Tuan Choi lantas menyuruh Nyonya No pergi dari ruang bacanya.

“Kali terakhir, kau bilang menjanjikan sesuatu kepada dirimu sendiri. Apakah itu hal yang kau katakan di hadapanku saat aku tidak sadarkan diri? Kenapa kau tidak memberitahuku? Kenapa kau tidak memberitahuku saat aku siuman. Kau hanya membenciku karena kehilangan Eun Seok.”

“Aku tidak memahami omong kosongmu.” Jawab Tuan Choi.

“Bu Min mendengarnya.” Ucap Nyonya No.



“Kau masih sama. Kau selalu mencari cara untuk menyelamatkan harga dirimu. Itu instingmu.
 Kau akan memutuskan harus berbuat apa setelah aku menjawab. Aku tidak mengatakannya. Pikirmu aku gila? Kau kehilangan anakmu saat hendak menemui pria lain. Kau pikir aku akan memohon agar kau tetap hidup?” jawab Tuan Choi.

“Aku tidak punya hubungan lain. Tidak. Aku menemui beberapa pria, jadi, kurasa aku berselingkuh. Tapi hanya itu. Kau juga tahu itu. Kukira kau jatuh cinta kepadaku tanpa tahu aku bagian dari keluarga Haesung. Tapi rupanya kau tahu. Setelah mengetahui hal itu, kau mulai bersikap dingin kepadaku. Tempat pria di Yangpyeong itu dekat dengan vila kita. Aku membiarkan Eun Seok dijaga oleh pengasuh dan pergi ke sana beberapa kali untuk minum teh. Itu saja.” Ucap Nyonya No.

“Lalu fakta bahwa kau bukan Shin Myung Hee, tapi No Myung Hee Aku baru tahu sebulan setelah kita mulai berkencan. Tapi aku tidak memberitahumu. Aku tidak ingin kau salah paham. Kenapa aku mulai bersikap dingin kepadamu? Keluarga pamanku membayar biaya sekolahku dan merawat keluargaku sebagai pengganti ayahku. Lalu kau mengusir mereka dari Seoul dengan memberi mereka toko dan berpura-pura baik. Kau menjauhkan mereka dariku. Kau memastikan mereka tidak akan berada di dekat kita dengan mengirim mereka ke Pohang. Itu alasannya.” Jawab Tuan Choi.

“Tapi itu ulah Ayah.” Ucap Nyonya No.

“Itu amat memalukan. Saat itulah aku sadar. Aku sadar ayahmu menyetujui pernikahan kita agar aku bisa membantunya sebagai putranya sampai cucunya dewasa. Andaikan kau tidak kecelakaan, kita bisa saja mengakhirinya saat itu.” Jawab Tuan Choi.



Tuan Choi lalu pergi. Ia tidak peduli bahkan meski Nyonya No memberitahunya bahwa ia sudah berterima kasih pada Tuan Seo.



Nyonya No tidak menyerah. Ia membujuk Tuan Choi agar tidak pergi. Tapi Tuan Choi tetap ingin pergi. Hingga akhirnya, Nyonya No mengakui kesalahannya. Membuat Tuan Choi terdiam.



Do Kyung sedang rapat dengan pamannya di ruangannya.

"Lee Jin Gyu,  aku menyukainya. Kurasa Pak Lee harus menangani FNB. Serta kurasa mantan CEO Seonghwa Fashion, Kim Min Joong dan Go Gyeong Soo, akan cocok untuk Haesung Apparel. Paman harus memutuskan yang ini.” Ucap Do Kyung.

“Kau ingin paman yang memutuskan?” tanya Tuan Jung.

“Selama ini paman menangani Haesung Apparel, jadi, paman bisa memutuskan lebih baik daripada aku. Soal Kakek. Mari angkat dia sebagai penasihat tiga bulan setelah dia pensiun dari dewan direksi.” Jawab Do Kyung.

Tuan Jung kaget, kau ingin memecat kakekmu dari dewan direksi?

“Dia sudah terlalu tua dan tidak cakap untuk posisi itu. Sudah saatnya dia pensiun.” Jawab Do Kyung.

“Maafkan paman. Paman tidak tahu idemu seperti ini.” Ucap Tuan Jung.

“Andaikan aku tahu ide Paman, aku tidak akan membiarkan keadaan sekacau itu.” Jawab Do Kyung.



Tuan Seo masih merasa kesakitan meski sudah meminum obat pereda nyeri. Nyonya Yang pun memaksa Tuan Seo meminum obat pereda nyerinya lagi. Tapi rasa sakit itu kemudian menghilang. Nyonya Yang lantas mengambil tisu dan menghapus keringat Tuan Seo. Lalu, terdengar suara Ji An. Tuan Seo buru2 mengambil tisu dari tangan istrinya dan mengelap keringatnya agar Ji An tidak tahu ia merasakan sakit lagi.



“Appa, berkencalah denganku hari ini.  Ayo jalan-jalan bersamaku seharian. Ayah sudah lama tidak ke bioskop, Pokoknya, kita akan berkencan. Sebaiknya Ayah bersiap.” Ucap Ji An.



Ji An membelikan baju baru untuk ayahnya.  Tapi Tuan Seo melarangnya. Tuan Seo bilang, Ji An hanya membuang2 uang dengan membelikannya baju baru. Tapi Ji An memaksa. Ji An bilang, jika sang ayah mengenakan baju yang dibelinya dengan jaket yang pas, sang ayah baru pantas berkencan dengannya.



Ji Soo pergi ke toko roti Boss Kang untuk membeli roti. Boss Kang sampai menyebut Ji Soo mengidam rotinya. Hee lantas bertanya, apa Ji Soo sudah menemukan pekerjaan baru.

“Aku mencari toko roti yang rasa rotinya sama dengan roti Anda.” Jawab Ji Soo.

“Astaga, tidak ada yang rasa rotinya sama dengan rotiku.” Ucap Boss Kang.
“Seseorang pasti membuat roti yang rasanya sama di suatu tempat.” Jawab Ji Soo.

“Kau akan terus mencari sampai menemukannya?” tanya Hee.

 “Ya.” Jawab Ji Soo, mengejutkan Hee.



Ji Soo lantas minta maaf pada Hee, kalau ia tidak bisa putus dari Hyuk. Setelah itu, ia pamit dan mengaku akan datang lagi. Boss Kang dan Hee terkejut. Boss Kang merasa, Ji Soo seperti ular yang selalu menyelinap ke toko rotinya.



Setelah Ji Soo pergi, datanglah Ji Ho yang menawarkan proposal bisnisnya. Boss Kang pun heran kenapa Ji Ho menawarkan proposal bisnis padanya. Hee memberitahu Boss Kang, kalau Ji Ho mengajak mereka bekerja sama. Ji Ho bahkan sampai merayu Boss Kang agar mau bekerja sama dengannya.



Seohyun duduk di kafe, menunggu Ji Ho. Tak lama kemudian, Ji Ho datang dan ia terpana melihat penampilan Ji Ho yang sangat rapi. Seohyun bertanya, apa Ji Ho mau melamarnya. Ji Ho bertanya, untuk apa ia melamar Seohyun. Seohyun balik tanya, kenapa Ji Ho berpenampilan rapi.

“Aku berpakaian rapi karena ada rapat bisnis. Kini yang paling penting bagiku adalah masa depan dan karierku.” Jawab Ji Ho.

“Aku pun begitu.” Ucap Seohyun.

“Kenapa? Apakah Grup New World atau semacamnya? Kau bilang sudah punya tunangan.” Jawab Ji Ho.

“Tapi ayahku memintaku memikirkan apa yang ingin kulakukan di masa depan. Aku bingung sekali.” Ucap Seohyun.

“Kenapa kau bingung soal itu?” tanya Ji Ho.

“Sepertinya dia tahu ada sesuatu di antara kita.” Jawab Seohyun.



Ji Ho langsung gugup, aku maksudmu?

“Kau tidak tahu? Tidak menyadarinya?” tanya Seohyun.

“Aku tahu. Aku menyadarinya. Ini berbahaya.” Jawab Ji Ho.

“Aku selalu senang saat bersamamu.” Ucap Seohyun.

“Lantas maukah kau berkencan denganku?” tanya Ji Ho, membuat Seohyun terkejut.

“Tapi setelah itu kita harus bagaimana? Aku tidak bisa berkencan denganmu jika kakaumu belajar ke luar negeri.” Ucap Ji Ho lagi.

“Bagaimana jika aku enggan pergi karena dirimu?” tanya Seohyun.

Tapi kemudian, mereka sadar bahwa sebaiknya mereka hanya berteman saja.



Ji An dan ayahnya pergi ke sebuah kompleks pemakaman. Ji An bilang, tempat itu dekat dari Seoul dan makam nenek-kakeknya yang berada di Jongseon terlalu jauh dari Seoul. Ji An juga bilang, kalau di Jongseon tidak ada tempat makam untuk ibu.

“Kau memikirkan kakek dan nenekmu?” tanya Tuan Seo.

“Nantinya aku juga akan di sini. Maka seluruh keluarga bisa di sini.” Jawab Ji An.

“Sebenarnya, ayah juga memikirkan itu.” Ucap Tuan Seo. Tuan Seo lantas memuji Ji An sebagai gadis yang baik.

Ji An lalu mengaku bahwa ia sudah membicarakan tempat itu dengan Ji Tae.

“Ayah mendengar ada tempat seperti ini. Tapi ini lebih bagus dari bayangan ayah.” Ucap Tuan Seo.

“Appa, tempat ini  akan makin dipenuhi pepohonan seiring berjalannya waktu. Kak Ji Tae bisa kemari bersama anaknya nanti. Seperti piknik saat kami mengunjungi ayah nanti.” Jawab Ji An.

Tuan Seo tersenyum, piknik?



Ji An lantas mengajak ayahnya duduk. Ia menggelar alas duduk di bawah sebuah pohon, serta menuangkan teh untuk ayahnya.

“Rasanya aneh.” Ucap Ji An.

Tuan Seo lantas membuka tangannya dan Ji An menggenggam tangan ayahnya.

“Kau mirip dengan ayah.” Ucap Tuan Seo.

“Aku tahu. Sifatku sangat mirip dengan Ayah.” Jawab Ji An.



Keduanya lalu menatap ke arah langit.