• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruby Ring Ep 38 Part 2

Sebelumnya...


Gilja pulang ke rumah. Chorim dan Soyoung pun lega mendengar Roo Bi yang sudah sadar. Chorim lalu bertanya, apa Roo Bi harus menginap di rumah sakit.

“Aku ingin membawanya pulang, tapi Roo Bi bersikeras. Roo Bi bilang, dia akan menemani Roo Na.” Jawab Gilja.

“Kita mengatakan Roo Bi banyak berubah, tapi dia masih menjadi kakak yang baik.” Ucap Chorim.

“Tentu saja, Roo Bi bukan gadis biasa.” Jawab Gilja, lalu pergi tidur.


“Eonni, bagaimana Roo Na bisa terluka?” tanya Soyoung.

“Dia jatuh dari tangga. Kakinya yang terluka karena kecelakaan itu masih belum sepenuhnya sembuh.” Jawab Chorim.

“Syukurlah tidak ada hal serius yang terjadi.” Ucap Soyoung.

“Hal mengerikan terus saja terjadi pada Roo Na dan In Soo. Itu menggangguku. Mungkin kita butuh pengusir setan untuk mengusir roh jahat.” Jawab Chorim.

*Setannya ya si Roo Na, siapa lagi. Gemes sy sama Gyeong Min. Pacaran bertahun-tahun, tapi kok gk bisa ngenalin pacarnya sendiri. Dia udah ngerasa, ada yg aneh sama ‘Roo Bi’ tapi diam aja dan menunggu Roo Bi kembali menjadi Roo Bi yg dulu... Sampai Upin Ipin nikah, Roo Bi nya gak bakal kembali menjadi Roo Bi yg dulu... karena dia Roo Na.


In Soo menyusul Roo Na ke parkiran. Dia yakin, Roo Na lah yang membuat Roo Bi jatuh dari tangga.

“Jadi semuanya salahku!” kesal Roo Na.

“Siapa lagi kalau bukan dirimu.” Jawab In Soo.

“Kau salah. Aku tidak perlu melakukan hal-hal seperti itu lagi. Alasannya? Karena kau akan segera menjadi suami adik perempuanku.” Ucap Roo Na.

“Dia kakakmu!” jawab In Soo.

“Terserah kau saja. Masalahnya adalah, ketika kau dan Roo Bi yang memulai pertama kali, aku takut. Jika kita menjadi keluarga, kau akan berhenti menggangguku. Aku benar-benar bahagia sekarang. Kau sudah jatuh cinta pada Jeong Roo Bi. Kau tidak mau kebenarannya terungkap dan menyakiti wanita yang kau cintai, kan?” jawab Roo Na.


Roo Na lalu menanyakan alasan In Soo mau menikahi Roo Bi. Roo Na yakin, In Soo setuju menikah dengan Roo Bi hanya untuk membalas dendam padanya.

“Kenapa kau menanyakan itu? Barusan kau bilang, kau tahu aku sudah jatuh cinta pada Roo Bi dan kau bahagia karena aku akan menikahinya.” Ucap In Soo.

In Soo lalu mengaku bahwa dia sangat bahagia. Saking bahagianya, dia sampai tidak bisa melukiskan kebahagiaannya dengan kata-kata.

“Siapa yang tahu akhirnya aku akan menikah dengan Roo Bi berkat dirimu. Aku tidak menyangka, perbuatan jahatmu menyamar sebagai Jeong Roo Bi adalah berkah bagiku. Gomapta Jeong Roo Na.” Ucap In Soo.

“Geojitmal. Geojitmal hajima. Kau masih mencintaiku. Kau menikahi kakakku agar bisa berada di dekatku selamanya.” Jawab Roo Na.

“Sarang? Jeong Roo Na yang tidak percaya cinta berbicara tentang cinta.” Ucap In Soo.

“Aku saja tidak cukup? Kau menginginkan tubuhku dan jiwa Jeong Roo Bi? Kebenaran tidak akan berubah sebanyak apapun kau menyangkal.” Jawab Roo Na.


“Tentu saja tidak. Dulu aku tertarik dengan wajah dan tubuhmu, tapi sekarang tidak lagi. Orang-orang sepertimu tidak akan paham. Di dunia ini, tidak ada yang lebih berharga daripada hati seseorang.” Ucap In Soo.

“Di dunia ini, tidak ada yang lebih mudah berubah daripada hati seseorang. Apa kau benar-benar berpikir cintamu bisa membuat kakakku bahagia? Mungkin itu hatimu, tapi bagaimana dengan kakakku? Apakah dia mencintaimu? Apakah dia benar-benar bahagia?” jawab Roo Na.

In Soo terdiam.


Roo Na kembali berada di ruangan gelap itu.

“Pernah kah kau melihat hati seseorang? Tidak, kan? Munafik. Hati mereka menginginkan uang dan ketenaran tapi mereka percaya cinta bisa memenangkan semuanya. Begitulah cara mereka menghibur diri. Pecundang menyedihkan.” Ucap Roo Na.


Gyeong Min teringat reaksi Roo Bi, setelah Roo Bi siuman.


Flashback...

“Cheo-je, bagaimana kepalamu? Apa kau masih merasa sakit?” tanya Gyeong Min.

“Cheo-je? Cheo-je?” gumam Roo Bi bingung.

Roo Bi juga tidak mau dipegang In Soo.

Flashback end...


“Ada yang aneh disini, tapi apa? Apa yang aneh?” tanyanya.


Nenek ke kamar Gyeong Min. Gyeong Min pun sudah bisa menebak apa yang mau dibicarakan neneknya. Nenek menasehati Gyeong Min, agar cepat memiliki momongan. Nenek bilang, tidak masalah memiliki banyak anak.

Lalu, nenek menanyakan Roo Na. Gyeong Min berkata, bahwa Roo Na ada di rumah sakit, menemani Roo Bi yang mengalami kecelakaan di tempat kerja.


Keesokan harinya, Nyonya Park menyuruh Se Ra menjenguk Roo Bi. Se Ra pun berkata, kalau ia memang sudah berencana menjenguk Roo Bi.

Se Ra lalu meminta ayahnya memberikan kompensasi pada Roo Bi. Se Ra bilang, Roo Bi jatuh karena lift kantor sedang rusak.

“Aku sudah memeriksanya, ada banyak perusahaan yang membuat pengumuman tentang lift. Dan itu di lantai tiga. Beberapa karyawan bahkan lebih memilih tangga darurat meski lift nya bekerja.” Jawab Tuan Bae.

“Tapi tetap saja dia sedang bekerja.” Ucap Nyonya Park.


Roo Bi memandang keluar jendela dengan tatapan kecewa.


Tak lama kemudian, Roo Na datang. Melihat Roo Bi yang masih terjaga, Roo Na pun menyuruh Roo Bi tidur.

Tapi Roo Bi diam saja. Roo Na lalu berusaha menjelaskan tentang kejadian sebelumnya.

“Kejadian sebelumnya?” tanya Roo Bi.

“Kau tidak ingat? Kau tidak ingat apapun, kan?” ucap Roo Na.

Roo Na lalu menarik napas lega dan memarahi Roo Bi karena tidak hati-hati. Roo Na berkata, lift di kantor rusak jadi Roo Bi menggunakan tangga darurat tapi Roo Bi kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

“Apa aku benar-benar sendirian saat aku terjatuh?” tanya Roo Bi.

“Kau ingat sesuatu?” tanya Roo Na.

“Kupikir, aku bersamamu. Kita tidak membicarakan sesuatu, lalu bertengkar sampai aku jatuh kan?”

“Aku ada di sana, tapi aku naik lagi karena terjadi sesuatu. Lalu, setelah itu kudengar kau tidak sadarkan diri di bawah tangga.”


Roo Bi pun kembali memandangi jendela.

“Aku tidak ingat apapun. Kau tahu betul aku menderita amnesia. Sesuatu yang traumatis pasti terjadi, tapi aku tidak ingat.” Ucap Roo Bi.


Roo Na menghela nafas. Tak lama kemudian, ia menyentuh pundak Roo Bi.

“Kau tahu seberapa cemasnya aku? Aku lega kau baik-baik saja.” Ucap Roo Na.

Roo Bi pun kembali menatap Roo Na.

“Eonni, hentikan sandiwara ini. Kau ada di sana bersamaku dan aku jatuh karenamu. Aku tahu. Kau tidak mendorongku, aku jatuh sendiri.” Ucap Roo Bi.

“Jadi kau ingat?” tanya Roo Na.

“Eonni, jangan cemas. Aku tahu kenapa kau marah padaku. Kau harus minta maaf padaku.” Jawab Roo Bi.

“Mianhae, Roo Na-ya. Aku kehilangan kendali karena kau terus mendesakku.” Ucap Roo Na.

“Ara, dan aku kehilangan keseimbanganku.” Jawab Roo Bi.

Roo Na yang sudah tidak tahan lagi menghadapi Roo Bi pun menawari Roo Bi beberapa minuman. Roo Bi mengangguk dan mengatakan, dirinya benar-benar haus.


Setelah Roo Na pergi, Roo Bi pun terduduk lemas. Tangisnya pecah!


Lalu satu demi satu kenangannya bersama Gyeong Min terbayang di benaknya.


Ia juga ingat saat Roo Na merebut dress dan cincinnya.


Terakhir, dia ingat kecelakaan itu.


“Wajahku, wajahku, wajahku.” Tangisnya.


Sekarang, Roo Na sudah tertidur pulas. Roo Bi tak hentinya memandangi Roo Na.

“Roo Na-ya, apa yang kau lakukan padaku? Kau mencuri wajahku. Apa alasannya? Wae? Kenapa kau melakukan ini padaku? Apa salahku padamu? Apa yang harus kulakukan sekarang?  Bagaimana aku bisa hidup sekarang?” batinnya.


Lalu, kita melihat Roo Bi sedang menatap pantulan wajah Roo Na di cermin toilet.

“Ini bukan wajahku. Aku tidak menyukainya! Ini bukan wajahku. Gyeong Min-ssi, Gyeong Min-ssi. Apa yang harus kulakukan? Apa?”

Tangisnya pun kembali pecah. Ia menangis sambil memukuli kaca toilet.


Keesokan harinya, Roo Bi meninggalkan rumah sakit diam-diam.


Ia menyusuri sepanjang jalan sambil mengingat-ingat kenangannya bersama Gyeong Min.


Roo Bi terus berjalan dan berjalan sambil memikirkan semuanya. Ia ingat ketika Roo Na menamparnya saat ia masih kehilangan ingatan. Ia juga ingat saat berdiri di kapal pesiar bersama In Soo.


Ia ingat saat In Soo dirawat di rumah sakit. Terakhir, ia ingat ketika In Soo melamarnya.


Hingga akhirnya, langkahnya berhenti saat ia tak sengaja menatap wajahnya di kaca pintu sebuah kafe dengan mata berkaca-kaca.


Live Up To Your Name Ep 1 Part 2

Sebelumnya...


Habis dari rumah Menteri Pertahanan, Im pun melakukan pengobatan di rumah beberapa perdana menteri. Ia pun mendapatkan bayarannya yang diberikan secara diam-diam.


Setelah itu, Im bersenang-senang dengan para gisaeng.


Tabib Yoo Jin O datang bersama dua tabib lainnya. Mereka menatap Im dengan tatapan benci.

"Seorang tabib kepala biasa bisa datang ke sini. Rumor itu pasti benar. Dia hanya mengobati orang-orang yang punya kuasa. Para pejabat merahasiakannya meski mereka tahu itu benar." ucap tabib pertama.

"Menurutmu seberapa pandai dia dalam akupuntur?" tanya tabib kedua.

"Usianya baru 30 tahun. Tahu apa dia soal pengobatan? Dia menyombongkan diri karena rakyat jelata memujinya." jawab Tabib Yoo.


Im melihat mereka. Ia bergegas menyambut kedatangan mereka.

"Aku tidak menduga bisa bertemu tabib rendahan dari Haeminseo disini. Tapi kau pasti merindukan bau tubuh wanita saat mengeluarkan nanah berdarah setiap harinya." sinis Tabib Yoo.

"Aku juga tidak menduga bisa bertemu denganmu di sini. Tapi memang ini adalah tempat untuk menghilangkan bau herba yang menempel." jawab Im sambil tertawa geli.


Lalu, Im pun mengaku sakit perut karena kebanyakan minum alkohol. Ia pamit.

"Rakyat jelata tidak akan bisa mengubah statusnya." ucap Tabib Yoo sambil menatap Im penuh kebencian.


Im masuk ke gubuk, tempat ia menyimpan kekayaannya.

"Kau punya yang karena terlahir di keluarga kaya, tapi aku mendapatkan harta melimpah karena kemampuan yang kumiliki. Dunia ini adil. Mari hidup dengan baik." ucap Im.

Im pun tertawa sambil menatap semua hartanya. Kemudian, ia menari-nari, meluapkan perasaannya.


Im pulang ke Haeminseo dan menemukan Yeon Yi yang duduk di tangga.

Sekarang, Im sudah berada di kamarnya.

"Aku tidak bisa menebak isi pikirannya." ucap Im.


Im pun berusaha tidak mempedulikan Yeon Yi. Ia memejamkan matanya, mencoba untuk tidur.

Ketika Im mulai terlelap, sebuah kotak  pun menyala dengan terang.


Di dunia modern, Profesor Hwang bersama para muridnya mengunjungi ruangan seorang gadis bernama Oh Ha Ra.

Man Soo menjelaskan, gadis bernama Ha Ra itu menderita kelainan jantung bawaan. Dia menjalani operasi saat masih berusia enam bulan.

"Kami akan memasangkan katup paru. Ada tanda-tanda aritmia juga." ucap Man Soo.


"Choi Yeon Kyung, apa itu operasi katup?" tanya Profesor Hwang.

Yeon Kyung pun heran, apa?

"Operasi katup. Kau tidak tahu?" tanya Profesor Hwang.

"Tetralogi Fallot, kelainan jantung bawaan. Pasien yang menderita penyempitan paru harus menjalani operasi untuk memperbesarnya sebelum berusia satu tahun Jika katup memuntahkan darah setelah pembedahan bilik kanan akan membesar da peredaran darah akan terganggu. Itulah alasannya mereka harus memasang katu paru. Ada dua jenis katup palsu, yakni dari jaringan dan logam." jawab Yeon Kyung.


Saat Yeon Kyung menjawab pertanyaan Profesor Hwang, Ha Ra menatap Yeon Kyun dengan sinis, lalu kembali memainkan ponselnya.

"Sudah cukup. Kau yang memimpin pembedahan." ucap Profesor Hwang.


Sontak, Yeon Kyung dan yang lain terkejut. Profesor Hwang pun menegaska sekali lagi, kalau pasien Oh Ha Ra akan ditangani oleh Yeon Kyung.


Man Soo menyusul Profesor Hwang keluar. Ia minta penjelasan kenapa Yeon Kyung yang harus menangani Ha Ra. Profesor Hwang menjelaskan, bahwa Ha Ra lah yan memilih Yeon Kyung sebagai dokternya.

"Aku sudah berusaha keras untuk menyenangkannya. Bahkan kemarin aku tidak ke toilet. Aku harus bagaimana? Anda bilang dia pasien penting dari pihak Pimpinan, kan?" ucap Man Soo.

"Anggap saja ini kesempatan. Jika tidak bisa mendapatkan poin, pastikan yang lain dapat sedikit. Kau pikir, dia bisa mengatasi pasien dan wali pasien yan menyebalkan itu." jawab Profesor Hwang.


Yeon Kyung pun memperkenalkan dirinya pada Ha Ra. Ia berusaha akrab dengan Ha Ra, tapi Ha Ra tak peduli dan terus memainkan ponselnya.

Yeon Kyung lalu bicara pada ibunya Ha Ra. Yeon Kyung bilang, Ha Ra tidak boleh banyak bergerak hari ini serta akan ada pemeriksaan sederhana nanti sore. Yeon Kyung juga mengingatkan ibu Ha Ra, agar Ha Ra tidak terlalu sering bermain ponsel.


Yeon Kyung lantas beranjak pergi. Ha Ra menatap kepergian Yeon Kyung sambil tersenyum jahil.


Ha Ra lalu teringat saat pertama kali ia melihat Yeon Kyung. Ada pasien yang mengamuk saat itu dan menolak melakukan beberapa pemeriksaan medis. Suster Jung bilang, pasien itu memang selalu marah setiap kali menjalani pemeriksaan.

Yeon Kyung pun mencengkram tangan pasien itu. Lalu, ia meminta data si pasien.

"Aku mengatakan ini sebagai seorang dokter. Demi menyelamatkan hidup anda, harus ada diagnosis tepat agar anda mendapatkan perawatan yang tepat. Untuk mendapatkan diagnosis yang tepat, anda harus menjalani tiga pemeriksaan lagi." ucap Yeon Kyung.

"Tiga lagi? Kau pasti sudah gila. Menurutmu aku tidak tahu apa yang kau pikirkan? Di rumah sakit umum, kau membuat kami menjalani banyak pemeriksaan. Pasien tewas selagi menjalani pemeriksaan, tapi akhirnya kau mendapatkan uang." jawab pasien itu.

Pasien itu lalu mengajak istrinya ke klinik oriental.

"Akupunktur memang berguna. Banyak penyakit yang bisa disembuhkan dengan akupunktur. Tapi tidak dalam kasus Anda. Kondisi Anda bisa memburuk jika mengandalkan akupunktur." ucap Yeon Kyung.

"Apa yang kau tahu!" sentak si pasien.

"Aku tahu banyak. Kau ingin hidup? Kalau begitu, tetaplah berada di sini." jawab Yeon Kyung.

Flashback end...


Ha Ra tersenyum sinis. Sambil melihat video rekaman Yeon Kyung yang sedang menari di klub, Ha Ra pun berkata ingin melihat sehebat apa kemampuan Yeon Kyung.


Di luar, ibu Ha Ra menemui Yeon Kyung. Ibu Ha Ra melapor, bahwa ia sulit mengendalikan Ha Ra. Ha Ra terus menerus memainkan ponselnya.

Ibu Ha Ra lalu meminta Yeon Kyung bersikap seolah-olah Yeon Kyung adalah kakaknya Ha Ra.

"Aku bukan dokternya. Aku kakaknya. Tugasku adalah menyelamatkan orang melalui operasi. Jika anda mau, aku akan mengenalkan anda pada penasihat profesional." jawab Yeon Kyung.


Di Joseon, Im hendak mengobati pasiennya. Tapi saat ia mau menusukkan jarum akupunturnya, bel pun berbunyi.


Im berjalan-jalan di halamannya, menunggu kedatangan Yeon Yi. Tapi yang datang malah Makgae.

Makgae datang dengan panik. Ia memberitahu Im kalau Tentara Jepang akan segera datang menyerang mereka.

"Kenapa heboh begitu? Itu sudah biasa. Aku ingin tahu apa besok dia akan datang." jawab Im.

"Bangsa Jepang akan menyerang kita besok?" tanya Makgae panik.

"Tidak masuk akal. Itu bukan urusanmu. Tapi kurasa mereka akan menyerang kita kali ini." jawab Im.

"Para pejabat dan Raja berdebat sengit pada pertemuan hari ini. Raja berteriak dan bilang kepalanya sakit." ucap Makgae.

"Kurasa para pejabat merasa terintimidasi." jawab Im.


Im pun kembali mondar mandir menunggu Yeon Yi.

"Astaga, terserah. Aku tidak peduli dia akan datang atau tidak." jawab Im, lalu beranjak pergi.

Makgae pun bingung sendiri kenapa Im tidak peduli padahal Tentara Jepang akan menjajah mereka.


Im pun berjalan ke sudut lain sambil memikirkan soal perang. Lalu, seorang pria bernama Heo Jun datang menemui Im.


"Katanya kemampuan akupunktur Anda yang terbaik di negeri ini." ucap Heo Jun.

"Mereka melebih-lebihkan." jawab Im.

"Biar kutanyakan satu hal kepadamu. Menurutmu akupunktur efektif untuk mengobati migrain parah? Raja berteriak dan bilang kepalanya sakit." ucap Heo Jun.

"Itu lebih baik daripada obat." jawab Im.

"Kenapa kau berpikir begitu?" tanya Heo Jun.


"Pertama, efek samping lebih sedikit dan hanya butuh waktu sebentar. Kedua kebanyakan sakit kepala disebabkan pembuluh darah yang tersumbat. Jadi pengobatan akupunktur akan bekerja lebih efektif." jawab Im.

"Tapi, jika salah dilakukan efek sampingnya lebih berbahaya daripada obat- obatan." ucap Heo Jun.

"Itu juga tidak akan menyembuhkan inti masalahnya. Ada penyakit yang bisa ditangani dengan obat-obatan agar bisa sembuh. Untuk beberapa penyakit penanganan dilakukan dengan mengendalikan energi pasien melalui akupunktur." jawab Im.

"Menurutmu itu lebih baik untuk mengobati migrain?" tanya Heo Jun.

Im pun tidak menjawab, dia hanya menatap Heo Jun saja.


Diluar, dua tabib sedang menggosipkan Im.

"Heo Im ditunjuk di sini saat lulus ujian dengan nilai terbaik. Selama 10 tahun bekerja di sini, dia selalu gagal masuk rumah sakit istana." ucap tabib pertama.

"Itu semua karena Heo Jun?" tanya tabib kedua.

"Aku tidak yakin soal yang lain, tapi dia pasti mendendam kepada Master Heo Jun." jawab tabib pertama.


Im pun menjelaskan lebih lanjut soal akupuntur dan obat.

"Lagi pula, obat-obatan sulit didapatkan dan biasanya mahal. Tapi akupunktur hanya membutuhkan moxa dan jarum. Ini pengobatan yang cocok bagi rakyat miskin." ucap Im.

"Pengobatan bagi rakyat miskin?" tanya Heo Jun.

Heo Jun lalu bicara dalam hatinya sambil menatap Im.

"Dia tahu soal itu tapi tetap bekerja untuk para pejabat setiap malam."

"Kau bisa apa meski tahu yang sebenarnya?" jawab Im dalam hatinya pula.

"Apa pendapatmu soal penyakit Yang Mulia?" tanya Heo Jun.


Di istana, Tabib Yoo dapat informasi dari Tabib Kepala kalau Im akan mengobati Yang Mulia dengan akupuntur. Tabib Yoo pun kesal.


Keesokan harinya, Im pun mulai bersiap sambil mengingat perkataan Heo Jun. Heo Jun bilang, jika Im berhasil menyembuhkan penyakit Yang Mulia, ia akan memberi Im posisi apapun yang Im inginkan. Tapi jika Im gagal, Im akan langsung dibunuh.

"Baiklah, siapa yang mau ikut denganku untuk momen bersejarah itu?" ucap Im sambil memilih jarum-jarumnya.


Lalu, ia melihat sebuah kotak diantara jarum-jarumnya.

"Ini bukan milikku. Apakah seseorang tidak sengaja menaruh ini di kamarku?" ucap Im.


Im pun membuka tutupnya dan terkejut melihat isi kotak itu. Kotak itu berisi jarum akupuntur lengkap.

Seseorang berteriak, memberitahu Im bahwa orang-orang dari istana sudah datang menjemput Im.


Tabib Heo, orang dari istana datang untuk mengawal Anda.

Tepat saat Im akan pergi, Yeon Yi datang bersama ayahnya. Kondisi Yeon Yi kritis. Ayah Yeon Yi pun memohon, agar Im mengobati Yeon Yi. Ayah Yeon Yi mengaku, sudah pergi ke banyak tabib terkenal tapi tak ada satu pun yang sanggup menyembuhkan penyakit Yeon Yi. Ayah Yeon Yi juga berkata, bahwa ia sudah menyiapkan uang untuk pengobatan Yeon Yi.


"Ayah, kenapa kita kesini lagi? Ayo kita pulang." ucap Yeon Yi lemas. Yeon Yi lalu mengibas-ngibaskan tangannya, menyuruh Im pergi.

Im pun terpaku. Dia kemudian teringat perkataan Yeon Yi semalam.


Flashback...

Im yang baru pulang ke rumahnya setelah mengobati beberapa pejabat, terkejut mendapati Yeon Yi duduk di tangga rumahnya. Im menyuruh Yeon Yi datang lagi besok. Ia berjanji akan mengobati Yeon Yi lebih dulu.

"Jangan obati aku. Besok, ayahku akan datang membawaku kemari. Jangan sembuhkan aku. Biarkan saja aku mati. Lagipula aku memang akan mati. Biarkan aku mati, agar ayahku bisa melanjutkan hidup." ucap Yeon Yi.

Im pun terpaku mendengarnya.

Flashback end...


Im mendekati Yeon Yi. Lalu, ia membisikkan sesuatu ke telinga Yeon Yi.

Setelah itu, ia pun pergi menuju istana.


Di istana, Raja sudah menunggu Im. Im pun membuka kotak jarum akupuntur yang ia temukan di kamarnya.

Heo Jun terpengarah melihat kotak jarum akupuntur itu.


Yeon Yi tampak lemas di pangkuan ayahnya.


Im mulai mengobati Raja, tapi saat akan menusukkan jarumnya ke pelipis Raja, tangannya tiba2 saja bergetar.


Bersamaan dengan itu, langit menghitam.


Im pun mencobanya sekali lagi, tapi tetap saja tangannya bergetar saat ia akan menusukkan jarum itu ke Raja.

Heo Jun tambah kaget melihatnya.


Sekarang, kita melihat Heo Jun berjalan di teras istana sambil memikirkan Im dan kotak jarum akupuntur itu.

Tak lama kemudian, ia melihat para pengawal istana yang berhamburan kelua mengejar seorang tahanan.


Im pun melarikan diri. Para pengawal istana terus mengejarnya. Ia terus berlari dan berlari, hingga akhirnya langkahnya berhenti di sebuah jembatan di dekat pintu istana.

Im memperhatikan tangannya sambil bertanya-tanya.


Lalu pengawal istana datang. Ia terkepung! Ia tertusuk anak panah dan jatuh ke sungai bersama kotak jarum akupunturnya.


Ha Ra kabur dari rumah sakit. Yeon Kyung pun panic.

"Bagaimana ini? Nyonya akan segera datang." ucap ibu Ha Ra.

"Kau bukan ibunya?" tanya Yeon Kyung. Wanita itu pun mengangguk.

Tak lama kemudian, ibu Ha Ra pun datang. Ia menampar Yeon Kyung dan mengancam Yeon Kyung. Ia bilang, karir Yeon Kyung sebagai dokter akan tamat jika Yeon Kyung tidak bisa menemukan Ha Ra.


Im berhasil naik permukaan. Ia pun terkejut tidak mendapati dua anak panah yang menusuk tubuhnya.

Im lalu memeriksa nadinya.

Tiba2, terdengar suara seseorang.

"Kau baik-baik saja?" tanya orang itu pada Im.

Sontak, Im tambah bingung. Apalagi setelah melihat gedung-gedung pencakar  langit di sekelilingnya. Im menutup kupingnya saat mendengar bunyi bising klakson.


Im berjalan tertatih2 di sepanjang jembatan. Langkahnya pun berhenti saat ia melihat ukiran nama jembatan yang ada ujung jembatan. Jembatan Mojun.

Sontak, Im teringat saat ia jatuh ke sungai di Jembatan Mojun.

Im pun bingung memperhatikan sekelilingnya.


Malam pun tiba. Im terduduk lemas di dekat ukiran jembatan.

"Pakaian mereka berbeda, tapi mereka orang Dinasti Joseon." ucap Im.


Im pun berjalan kesana kesini.

Hingga akhirnya, ia duduk di sebuah tangga.

"Sungguh dunia yang mengejutkan. Sebenarnya aku ada dimana? Setelah keluar dari istana,  aku terjatuh ke dalam sungai dari Jembatan Mojun. Jarak dari  jembatan itu ke Haeminseo kurang dari 2 km." ucap Im.


Im pun mulai menyusuri jembatan dan ia pun menemukan sebuah ukiran di ujung jembatan.

"Tempat ini adalah lokasi Haeminseo selama Dinasti Joseon."

Im tambah pusing membaca tulisan2 itu.


Lalu, Im kembali berjalan. Saat berpapasan dengan Yeon Kyung, ia tak sengaja menarik tali tas Yeon Kyung. Keduanya terkejut dan saling menatap. Setelah itu, Yeon Kyung beranjak pergi.


Im mengikuti Yeon Kyung dan melihat Yeon Kyung masuk ke sebuah klub.


Lalu, Im melihat seorang pria dan wanita berbicara di depan klub. Entah apa  yang terjadi, pria itu tiba2 saja ambruk setelah memegangi dadanya.

Im pun bergegas mendekat dan memeriksa nadi pria itu."

"Dia kehabisan napas dan dadanya nyeri karena tekanan udara. Aku harus  melakukan akupunktur di beberapa bagian tubuhnya." ucap Im.


Saat Im akan menusukkan jarum ke tubuh pria itu, Yeon Kyung pun datang menghentikannya.

"Apa kau gila?" tanya Yeon Kyung sambil menatap Im dengan tajam.

Bersambung.....