Gilja pulang ke rumah. Chorim dan Soyoung pun lega mendengar Roo Bi yang sudah sadar. Chorim lalu bertanya, apa Roo Bi harus menginap di rumah sakit.
“Aku ingin
membawanya pulang, tapi Roo Bi bersikeras. Roo Bi bilang, dia akan menemani Roo
Na.” Jawab Gilja.
“Kita mengatakan
Roo Bi banyak berubah, tapi dia masih menjadi kakak yang baik.” Ucap Chorim.
“Tentu saja, Roo
Bi bukan gadis biasa.” Jawab Gilja, lalu pergi tidur.
“Eonni, bagaimana
Roo Na bisa terluka?” tanya Soyoung.
“Dia jatuh dari
tangga. Kakinya yang terluka karena kecelakaan itu masih belum sepenuhnya
sembuh.” Jawab Chorim.
“Syukurlah tidak
ada hal serius yang terjadi.” Ucap Soyoung.
“Hal mengerikan
terus saja terjadi pada Roo Na dan In Soo. Itu menggangguku. Mungkin kita butuh
pengusir setan untuk mengusir roh jahat.” Jawab Chorim.
*Setannya ya si
Roo Na, siapa lagi. Gemes sy sama Gyeong Min. Pacaran bertahun-tahun, tapi kok
gk bisa ngenalin pacarnya sendiri. Dia udah ngerasa, ada yg aneh sama ‘Roo Bi’
tapi diam aja dan menunggu Roo Bi kembali menjadi Roo Bi yg dulu... Sampai Upin
Ipin nikah, Roo Bi nya gak bakal kembali menjadi Roo Bi yg dulu... karena dia
Roo Na.
“Jadi semuanya
salahku!” kesal Roo Na.
“Siapa lagi kalau
bukan dirimu.” Jawab In Soo.
“Kau salah. Aku
tidak perlu melakukan hal-hal seperti itu lagi. Alasannya? Karena kau akan
segera menjadi suami adik perempuanku.” Ucap Roo Na.
“Dia kakakmu!”
jawab In Soo.
“Terserah kau
saja. Masalahnya adalah, ketika kau dan Roo Bi yang memulai pertama kali, aku
takut. Jika kita menjadi keluarga, kau akan berhenti menggangguku. Aku
benar-benar bahagia sekarang. Kau sudah jatuh cinta pada Jeong Roo Bi. Kau
tidak mau kebenarannya terungkap dan menyakiti wanita yang kau cintai, kan?”
jawab Roo Na.
Roo Na lalu menanyakan alasan In Soo mau menikahi Roo Bi. Roo Na yakin, In Soo setuju menikah dengan Roo Bi hanya untuk membalas dendam padanya.
“Kenapa kau
menanyakan itu? Barusan kau bilang, kau tahu aku sudah jatuh cinta pada Roo Bi dan
kau bahagia karena aku akan menikahinya.” Ucap In Soo.
In Soo lalu
mengaku bahwa dia sangat bahagia. Saking bahagianya, dia sampai tidak bisa
melukiskan kebahagiaannya dengan kata-kata.
“Siapa yang tahu
akhirnya aku akan menikah dengan Roo Bi berkat dirimu. Aku tidak menyangka,
perbuatan jahatmu menyamar sebagai Jeong Roo Bi adalah berkah bagiku. Gomapta
Jeong Roo Na.” Ucap In Soo.
“Geojitmal. Geojitmal hajima. Kau masih
mencintaiku. Kau menikahi kakakku agar bisa berada di dekatku selamanya.” Jawab
Roo Na.
“Sarang?
Jeong Roo Na yang tidak percaya cinta berbicara tentang cinta.” Ucap In Soo.
“Aku
saja tidak cukup? Kau menginginkan tubuhku dan jiwa Jeong Roo Bi? Kebenaran
tidak akan berubah sebanyak apapun kau menyangkal.” Jawab Roo Na.
“Tentu saja tidak. Dulu aku tertarik dengan wajah dan tubuhmu, tapi sekarang tidak lagi. Orang-orang sepertimu tidak akan paham. Di dunia ini, tidak ada yang lebih berharga daripada hati seseorang.” Ucap In Soo.
“Di
dunia ini, tidak ada yang lebih mudah berubah daripada hati seseorang. Apa kau
benar-benar berpikir cintamu bisa membuat kakakku bahagia? Mungkin itu hatimu,
tapi bagaimana dengan kakakku? Apakah dia mencintaimu? Apakah dia benar-benar
bahagia?” jawab Roo Na.
In
Soo terdiam.
Roo
Na kembali berada di ruangan gelap itu.
“Pernah
kah kau melihat hati seseorang? Tidak, kan? Munafik. Hati mereka menginginkan
uang dan ketenaran tapi mereka percaya cinta bisa memenangkan semuanya.
Begitulah cara mereka menghibur diri. Pecundang menyedihkan.” Ucap Roo Na.
Gyeong
Min teringat reaksi Roo Bi, setelah Roo Bi siuman.
“Cheo-je, bagaimana kepalamu? Apa kau masih
merasa sakit?” tanya Gyeong Min.
“Cheo-je? Cheo-je?” gumam Roo Bi bingung.
Roo Bi juga tidak mau dipegang In Soo.
Flashback end...
“Ada
yang aneh disini, tapi apa? Apa yang aneh?” tanyanya.
Nenek ke kamar Gyeong Min. Gyeong Min pun sudah bisa menebak apa yang mau dibicarakan neneknya. Nenek menasehati Gyeong Min, agar cepat memiliki momongan. Nenek bilang, tidak masalah memiliki banyak anak.
Lalu,
nenek menanyakan Roo Na. Gyeong Min berkata, bahwa Roo Na ada di rumah sakit,
menemani Roo Bi yang mengalami kecelakaan di tempat kerja.
Keesokan harinya, Nyonya Park menyuruh Se Ra menjenguk Roo Bi. Se Ra pun berkata, kalau ia memang sudah berencana menjenguk Roo Bi.
Se
Ra lalu meminta ayahnya memberikan kompensasi pada Roo Bi. Se Ra bilang, Roo Bi
jatuh karena lift kantor sedang rusak.
“Aku
sudah memeriksanya, ada banyak perusahaan yang membuat pengumuman tentang lift.
Dan itu di lantai tiga. Beberapa karyawan bahkan lebih memilih tangga darurat
meski lift nya bekerja.” Jawab Tuan Bae.
“Tapi
tetap saja dia sedang bekerja.” Ucap Nyonya Park.
Roo
Bi memandang keluar jendela dengan tatapan kecewa.
Tak lama kemudian, Roo Na datang. Melihat Roo Bi yang masih terjaga, Roo Na pun menyuruh Roo Bi tidur.
Tapi
Roo Bi diam saja. Roo Na lalu berusaha menjelaskan tentang kejadian sebelumnya.
“Kejadian
sebelumnya?” tanya Roo Bi.
“Kau
tidak ingat? Kau tidak ingat apapun, kan?” ucap Roo Na.
Roo
Na lalu menarik napas lega dan memarahi Roo Bi karena tidak hati-hati. Roo Na
berkata, lift di kantor rusak jadi Roo Bi menggunakan tangga darurat tapi Roo
Bi kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
“Apa
aku benar-benar sendirian saat aku terjatuh?” tanya Roo Bi.
“Kau
ingat sesuatu?” tanya Roo Na.
“Kupikir,
aku bersamamu. Kita tidak membicarakan sesuatu, lalu bertengkar sampai aku
jatuh kan?”
“Aku
ada di sana, tapi aku naik lagi karena terjadi sesuatu. Lalu, setelah itu
kudengar kau tidak sadarkan diri di bawah tangga.”
Roo
Bi pun kembali memandangi jendela.
“Aku
tidak ingat apapun. Kau tahu betul aku menderita amnesia. Sesuatu yang
traumatis pasti terjadi, tapi aku tidak ingat.” Ucap Roo Bi.
“Kau
tahu seberapa cemasnya aku? Aku lega kau baik-baik saja.” Ucap Roo Na.
Roo
Bi pun kembali menatap Roo Na.
“Eonni,
hentikan sandiwara ini. Kau ada di sana bersamaku dan aku jatuh karenamu. Aku
tahu. Kau tidak mendorongku, aku jatuh sendiri.” Ucap Roo Bi.
“Jadi
kau ingat?” tanya Roo Na.
“Eonni,
jangan cemas. Aku tahu kenapa kau marah padaku. Kau harus minta maaf padaku.”
Jawab Roo Bi.
“Mianhae,
Roo Na-ya. Aku kehilangan kendali karena kau terus mendesakku.” Ucap Roo Na.
“Ara,
dan aku kehilangan keseimbanganku.” Jawab Roo Bi.
Roo
Na yang sudah tidak tahan lagi menghadapi Roo Bi pun menawari Roo Bi beberapa
minuman. Roo Bi mengangguk dan mengatakan, dirinya benar-benar haus.
Setelah
Roo Na pergi, Roo Bi pun terduduk lemas. Tangisnya pecah!
“Wajahku,
wajahku, wajahku.” Tangisnya.
“Roo
Na-ya, apa yang kau lakukan padaku? Kau mencuri wajahku. Apa alasannya? Wae?
Kenapa kau melakukan ini padaku? Apa salahku padamu? Apa yang harus kulakukan
sekarang? Bagaimana aku bisa hidup
sekarang?” batinnya.
Lalu,
kita melihat Roo Bi sedang menatap pantulan wajah Roo Na di cermin toilet.
“Ini
bukan wajahku. Aku tidak menyukainya! Ini bukan wajahku. Gyeong Min-ssi, Gyeong
Min-ssi. Apa yang harus kulakukan? Apa?”
Tangisnya
pun kembali pecah. Ia menangis sambil memukuli kaca toilet.
Keesokan
harinya, Roo Bi meninggalkan rumah sakit diam-diam.
Roo
Bi terus berjalan dan berjalan sambil memikirkan semuanya. Ia ingat ketika Roo
Na menamparnya saat ia masih kehilangan ingatan. Ia juga ingat saat berdiri di
kapal pesiar bersama In Soo.
Hingga akhirnya, langkahnya berhenti saat ia tak sengaja menatap wajahnya di kaca pintu sebuah kafe dengan mata berkaca-kaca.
0 Comments:
Post a Comment