• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Live Up To Your Name Ep 11 Part 2

Sebelumnya...


Im melihat Suzuki yang berusaha melindungi mereka dari serangan tentara Jepang lain.

"Kita harus cepat!" ucap Yeon Kyung.


Im pun langsung menaikkan bocah malang itu ke punggungnya. Lalu mereka bergegas pergi.


Di perjalanan, mereka bertemu dua biksu. Merasa aneh dengan penampilan Im dan Yeon Kyung, dua biksu itu langsung pergi karena takut. Im pun memohon, dia mengatakan seorang anak terluka.


Setelah berpikir sejenak, akhirnya kedua biksu itu membawa Im dan Yeon Kyung ke kuil mereka.

"Nadinya dalam kondisi kritis." ucap Im. Im lalu bertanya, luka apa di tubuh bocah malang itu.

"Peluru. Benda dari logam terperangkap di tubuhnya.  Jika dibiarkan, lukanya akan membusuk, dan ia akan keracunan darah." jawab Yeon Kyung.


Tapi tiba-tiba, trauma Yeon Kyung kambuh lagi. Sontak, ia menjauhkan dirinya dari tubuh bocah yang terluka itu. Yeon Kyung takut, kalau anak itu akan meninggal setelah ia merawatnya. Im tak tinggal diam. Ia berusaha meyakinkan Yeon Kyung.

"Sadarkan dirimu, dengarkan aku.  Kau adalah dokter.  Siapapun pasiennya, kau tahu betul bagaimana cara menyelamatkannya.  Kau adalah dokter terbaik yang kukenal.  Aku tidak mengerti apa itu peluru.  Aku belum pernah mengobati luka seperti ini.  Aku tidak bisa melakukannya sendirian.  Satu-satunya yang bisa menyelamatkan anak ini... hanyalah dirimu." ucap Im.


Anak yang satunya lagi menangis. Ia takut kakaknya pergi.

Melihat tangisan anak itu, Yeon Kyung teringat saat dirinya menangisi ayahnya yang terkapar di jalanan karena kecelakaan.


"Aku tidak membawa tasku.  Aku tak punya alat steril. Aku perlu obat bius dan pembasmi kuman." jawab Yeon Kyung.

Im pun langsung memintanya pada biksu.

"Apa kalian punya asam ?" tanya Im.

"Kami tak punya asam, tapi kami punya lendir katak." jawab si biksu.


"Berikan padaku. Kami juga perlu air panas untuk membasmi kuman. Didihkan air dengan garam." ucap Im.

"Pendarahannya juga harus dihentikan dan mengatasi infeksi." jawab Yeon Kyung.

Im mengerti dan langsung meminta mahkota bunga daisy kering, kulit pohon elm dan talas pada biksu.


"Kita juga perlu kain putih bersih, jarum dan beberapa benang. " ucap Yeon Kyung.

Sontak lah, si biksu bingung. Ia tak mengerti ucapan Yeon Kyung.

"Anda punya tali rami dan kulit morus ?" tanya Im.

Biksu mengangguk dan bergegas pergi.


Setelah semua perlengkapan siap, Im pun mulai memberikan anak itu akupuntur untuk mengurangi rasa sakitnya.

Sementara Yeon Kyung, menyiapkan pisau bedahnya.


Di luar, sang adik menunggu bersama seorang biksu.


Setelah Im selesai menusukkan jarumnya, Yeon Kyung memulai operasinya. Ia berhasil mengeluarkan proyektil yang bersarang di tubuh bocah malang itu. Setelah selesai menjahit luka anak itu, Im menaburkan beberapa serbuk tanaman di atas luka bocah itu, kemudian mulai memperban lukanya.

Yeon Kyung lantas menatap Im, ia tersenyum. Begitu pula dengan Im.


Malam harinya, Im memeriksa nadi bocah yang terluka.

"Nadinya sudah stabil. Kondisinya sudah tidak berbahaya lagi. Kau sudah menyelamatkan anak ini." ucap Im.

"Anak ini lah menyelamatkan kakaknya." jawab Yeon Kyung sambil memeluk bocah satunya lagi.


Yeon Kyung duduk diluar dan memperhatikan pisau bedahnya. Tak lama kemudian, Im datang dan langsung duduk disamping Yeon Kyung.

"Aku kira aku tak bisa memegangnya lagi." ucap Yeon Kyung.

"Mungkin itu sebabnya dia masih di sini. Dia pandai persis seperti pemiliknya." jawab Im.

"Mengagumkan. Di tempat seperti ini melakukan operasi hanya dengan ini." ucap Yeon Kyung.

"Seperti katamu, anak itu berusaha melindungi adiknya.  Pasti itulah yang menyelamatkan nyawanya sendiri. Melebihi kemampuan seorang dokter, keinginan pasien untuk tetap hiduplah yang membantu.  Itu hal pertama yang kupelajari dari guruku. Kita harus mempelajari pikiran pasien terlebih dahulu untuk meningkatkan kekuatan hidup dan kekuatan penyembuhan mereka. Tapi, ada satu hal yang tidak diajarkan guruku.  Ada lebih banyak pasien yang tak bisa diselamatkan tabib dibandingkan yang bisa ia selamatkan. Itulah beban seorang tabib. Itulah takdir seorang tabib yang hidup di tanah ini. Saat aku kehilangan seorang pasien, aku menangis keras seharian. Sesudahnya aku tak lagi menangis." jawab Im.


Lantas, Im menggenggam tangan Yeon Kyung.

"Kematian memang menyedihkan, tapi hidup dan mati adalah diluar kemampuan kita. Kita hanya berusaha yang terbaik untuk menyelamatkan orang dari kematian." ucap Im lagi.


Lalu, Im memberikan hadiah gelang dari Ha Ra pada Yeon Kyung.

"Ini adalah hadiah yang ia tinggalkan untukmu.  Ia ingin aku memberimu ini, dan jantung yang paling berkilau adalah miliknya. Meskipun jantungnya sudah berhenti berdetak,  jiwa yang tersimpan di jantungnya masih berkilau seperti ini." ucap Im.

Yeon Kyung pun mendekap kalung itu di dadanya.  Tak lama kemudian, Im memeluk Yeon Kyung. Dalam pelukan Im, tangis Yeon Kyung mengalir.


Di Seoul, Kakek Choi menatap foto Heo Jun yang ia satukan dengan foto anak, menantu dan cucunya.

"Kyung-ku, baik-baik saja, kan ? Aku tahu ini memalukan untuk mengatakannya, tapi jika bertemu dengannya, tolong jaga dia seperti waktu dulu." pinta Kakek Choi.


Di ruangannya, Direktur Ma berusaha meyakinkan seseorang di telepon. Ia meminta waktu beberapa hari lagi dan menjelaskan bahwa telah terjadi sesuatu pada Im. Lalu, Direktur Ma marah.

"Kenapa kau berkata begitu ?! Aku bukan anak buahmu !"Apa ini hanya demi diriku sendiri ?" Lalu Direktur Ma memutuskan panggilannya.

"Orang ini, aku baik sedikit dengannya, sekarang dia kira dirinya Presiden ?! Heo Im si brengsek itu, aku menjadikannya manusia, sekarang dia jadi seenaknya sendiri.  Sebenarnya di mana dia ? Jangan-jangan dia kembali ke Joseon ?" ucapnya.

Tiba-tiba, terdengar suara Jae Ha.

"Kemana? Barusan maksud kakek Heo Im, kan ?"

Direktur Ma sontak kaget dengan kemunculan Jae Ha yang tiba-tiba.

"Joseon? Apa maksudnya ?" tanya Jae Ha.

"Kau salah dengar! Situasinya lebih rumit, jangan ditambah lagi!" tegas Direktur Ma.


Jae Ha masuk ke ruangan Im dan mengingat pakaian yang dikenakan Im saat mereka pertama kali bertemu.


Lalu, ia ingat saat Im menemui ia dan kakeknya di toilet, agar sang kakek merekrutnya sebagai dokter.Terakhir, ia ingat saat Im berhasil mengobati salah satu pejabat yang terkena stroke ringan dan juga kata-kata kakeknya.

"Di Dinasti Joseon, kemampuan akupunturnya adalah yang terbaik di 3 negara.  Ahli Akunpuntur terbaik di zaman Joseon adalah Heo Im."


Jae Ha pun tercengang. Ia merasa itu tidak masuk akal.

"Lalu dimana noona? Apa mereka ada di Joseon?" tanyanya lagi.


Paginya di Joseon, Im menyelimuti Yeon Kyung yang masih terlelap.

Lalu, dia memeriksa nadi bocah itu dan tersenyum. Tak lama kemudian, bocah itu siuman.


"Kau dengar aku ?" tanya Im.

Mendengar suara Im, Yeon Kyung terbangun dan langsung memeriksa kondisi bocah itu.

"Bagaimana punggungmu ? Masih sakit?" tanya Yeon Kyung.


Tapi bocah itu langsung menanyakan adiknya.

"Dia tidur di belakangmu." jawab Yeon Kyung, lalu membantu bocah itu duduk.

Tangis sang adik pun pecah. Ia merasa bersalah karena sudah membuat kakaknya terluka.

"Gwenchana, Dam-ah. No ttaemune aniya. Uljima." jawab bocah itu, lalu menghapus tangis adiknya.

Tapi tetap saja Dam menangis dan merasa itu salahnya.

"Lain kali aku akan belikan sepatu yang pas untukmu. Geuronikka, uljima." jawab sang kakak.


Yeon Kyung terharu menatap kakak beradik itu. Im tersenyum dan menggenggam tangan Yeon Kyung.


Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan, Im tak bisa berhenti menatap Yeon Kyung.

"Kenapa melihatku begitu ? Aku tidak cocok memakai ini ?" tanya Yeon Kyung.

"Kau cantik menggunakan apa saja." puji Im.

"Berjalan seperti ini, rasanya kita seperti keluarga." ucap Im lagi.

"Aku terlalu muda untuk punya anak sebesar ini. " jawab Yeon Kyung.

"Di tempat ini, orang menikah di usia 15 tahun. Orang seusia kita seharusnya sudah punya anak sebesar ini." ucap Im.

"Lalu kenapa kau belum menikah sampai sekarang?" tanya Yeon Kyung.

"Ada banyak wanita mengejarku, tapi aku sibuk mengobati orang dengan kemampuan hebatku." jawab Im.

Yeon Kyung tertawa mendengar jawaban Im. Lalu ia mengaku, kalau dirinya juga sama dengan Im.

"Kalau begitu, kita ditakdirkan..." Im mau bilang kalau dia dan Yeon Kyung itu jodoh tapi Yeon Kyung buru-buru memotong kalimatnya dengan mengajaknya istirahat.


Mereka terlihat seperti keluarga bahagia.


Sampai di Hanyang, mereka tercengang melihat korban pembantaian tentara Jepang.


Mereka terus berjalan, hingga akhirnya menemukan beberapa orang yang selamat.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Im.

"Seperti yang kau lihat, tentara Jepang datang kemari.  Semua orang terluka." jawab pria itu.

Lalu pria itu melirik bocah yang terluka yang bersembunyi di belakang Im.

"Kang-ah!" ia berseru lalu memeluk bocah yang ternyata bernama Kang itu.

"Dam juga disini. Anak-anak ini masih hidup." ucap pria itu lagi.


Pria itu kemudian membawa mereka masuk. Yeon Kyung memeriksa luka Kang.

"Ini sudah kujahit kulitnya, jadi lukanya bisa lekas sembuh dan bekasnya juga akan hilang." ucap Yeon Kyung.

"Aku belum pernah melihat tabib mengobati luka seperti itu. Kau seorang tabib?" tanya pria itu.

Yeon Kyung mengangguk.


Pria itu lalu meringis kesakitan dan memegangi keningnya yang terluka.


Yeon Kyung pergi keluar dan melihat Im sedang memberikan akupuntur pada korban-korban yang selamat. Ia pun bergegas membantu Im.


Setelah itu, mereka meracik obat di dalam.

"Waktu pertama kali tiba di duniamu, aku kaget melihat ambulan.  Apalagi kau bisa mengobati kapanpun dan di manapun mereka berada." ucap Im.

"Kebanyakan seperti itu. " jawab Yeon Kyung.

"Orang-orang di luar, nyaris tidak pernah melihat tabib seumur hidup mereka.  Setidaknya di Hanyang, mereka punya Haeminseo.  Kami hanya menggunakan akupuntur dan moxa untuk mengendalikan Qi  Dengan begitu, mereka bisa melanjutkan hidup dan memakan sesuatu.  Tidak banyak, tapi kami hanya bisa sejauh itu. " ucap Im.

Yeon Kyung tertegun menatap Im. Ditatap seperti itu, membuat Im canggung. Yeon Kyung berkata, kalau ia ingin melihat sisi Im yang sebenarnya.

"Aku begitu karena ada pasien di depan mataku. Makanya kulakukan." jawab Im.

"Kalau begitu katakan padaku, kenapa kau mengobati mereka tanpa bayaran." pinta Yeon Kyung.


Tiba-tiba, mereka mendengar suara Kang yang panik.

"Dam-ah!"

Dam kejang-kejang. Im langsung memeriksa nadi Dam.

"Dia pasti terkejut." ucap Im.

Dam muntah. Sontak hal itu mengingatkan Yeon Kyung pada kecilnya. Melihat Im merawat Dam, Yeon Kyung juga ingat saat Heo Jun merawatnya.


"Apa Hanyang masih jauh disini? Aku ingin menemui seseorang. " ucap Yeon Kyung.

"Siapa itu?" tanya Im.

"Heo Jun.Aku ingin mencari tahu soal itu. Aku akan ceritakan semuanya nanti karena aku juga masih belum yakin." jawab Yeon Kyung.

"Tentara Jepang ada di dekat sini. Kau tahu kan itu sangat berbahaya." ucap Im.

"Aku tahu, tapi kalau tidak bertemu sekarang, mungkin tidak ada kesempatan lain." jawab Yeon Kyung.


Tabib Yoo bersiap meninggalkan Hanyang. Ia berharap, Yeon Kyung selamat dari perang itu agar mereka bisa bertemu lagi di masa depan.


Setibanya di Hanyang, Im dan Yeon Kyung mendengar cerita dari rakyat tentang Raja yang melarikan diri. Rakyat yang marah pun membakar istana.

Sontak, Im dan Yeon Kyung kaget.


Sekarang, mereka sudah berdiri di depan rumah Heo Jun.

"Dia tabib kerajaan. Jika Raja melarikan diri, Tuan Heo Jun mungkin mengikutinya." ucap Im.

Tak lama kemudian, pintu terbuka dan Makgae keluar dari dalam. Melihat Im, Makgae senang dan langsung menghambur ke pelukan Im.

"Kau mengubah penampilanmu agar bisa sembunyi dari mentri pertahanan?" tanya Im.

"Setelah kita melarikan diri waktu itu, ia berusaha untuk menemukan kita." jawab Makgae.


Makgae lalu meminta penjelasan apa yang dilihatnya hari itu. Enggan menjelaskan, Im pun memarahi Makgae yang tidak meninggalkan Hanyang. Makgae membela diri. Ia mengaku, tidak bisa pergi tanpa Im.


Singkat cerita, Yeon Kyung menanyakan Heo Jun. Makgae bilang, Heo Jun pergi ke desa di gunung untuk mengobati pasien.

"Kapan dia kembali?" tanya Yeon Kyung.

"Mungkin besok atau lusa." jawab Makgae.

"Kau tahu dia dimana?" tanya Im.

Makgae pun membawa Im dan Yeon Kyung menuju suatu tempat.


Im memegang tangan Yeon Kyung supaya Yeon Kyung tidak jatuh. Melihat itu, Makgae pun bertanya apa hubungan keduanya. Sontak, Yeon Kyung langsung menarik tangannya dari pegangan Im. Im yang malas menjelaskan, pun bertanya kenapa Makgae bisa tinggal di rumah Heo Jun.

"Aku harus meninggalkan Haeminseo, jadi tidak tahu harus bagaimana. Tuan Heo Jun mengizinkan aku tinggal di sini sampai kau kembali." jawab Makgae.


Mereka kembali melanjutkan perjalanan tapi di jalan, malah ketemu menteri pertahanan yang siap melarikan diri. Im berbisik pada Makgae, ia menyuruh Makgae lari. Ia yakin, menteri pertahanan tidak mengenali Makgae karena penampilan baru Makgae.

Benar saja, menteri pertahanan tidak tertarik mengejar Makgae. Dia lebih tertarik pada Im dan Yeon Kyung.


Dari kejauhan, Tabib Yoo dan para pengawalnya melihat mereka.


Im dengan sengaja menyulut emosi menteri pertahanan agar ia dan Yeon Kyung bisa kembali ke Seoul. Menteri pertahanan terpancing. Ia marah dikatai seperti anjing dan babi oleh Im.

Im dan Yeon Kyung pun berpegangan tangan. Mereka siap kembali ke Seoul.


Namun sial, anak buah menteri pertahanan malah menarik Yeon Kyung.

Tepat saat itu, menteri pertahanan menghujam dada Im dengan pedangnya.


Im seketika roboh. Sambil menahan rasa sakit, ia mengulurkan tangannya ke arah Yeon Kyung.

Yeon Kyung yang dipegangi anak buah menteri pertahanan, berusaha melepaskan diri. Singkat cerita, ia berhasil melepaskan diri tapi saat berlari ke arah Im, ia terkena sabetan pedang!


Di Seoul, hujan turun dengan deras. Im terbangun dan mendapati dirinya berada di tengah jalanan Kota Seoul.

Im panic. Sambil menahan sakit, ia menggapai-gapaikan tangannya ke tengah jalan dan memanggil Yeon Kyung.

Bersambung.....

Live Up To Your Name Ep 11 Part 1

Sebelumnya...


Jae Ha syok melihat Yeon Kyung dan Im yang tiba-tiba saja menghilang setelah tertabrak truk.


Si pengemudi truk turun, mencari Yeon Kyung dan Im. Karena tidak menemukan mereka, ia pun menegaskan kalau ia tidak melakukan tabrak lari.

Sementara Jae Ha masih termenung. Ia ingat rekaman CCTV yang dilihatnya di kantor polisi, saat

Yeon Kyung dan Im menghilang setelah kepala Im dipukul oleh anggota geng.


Di Joseon, Im terbangun dan terkejut melihat wadah jarumnya sudah kembali berada di tangannya. Ia tak mengerti, bagaimana wadah jarum yang sudah dibuangnya itu bisa kembali.

Tak lama kemudian, Yeon Kyung bangun. Ia langsung sadar dimana dirinya berada.

"Kau sudah sadar? Tidak apa-apa? Tidak terluka? Aku minta maaf. Jangan khawatir. Kita tahu caranya kembali." ucap Im.

Im lantas mengajak Yeon Kyung pergi tapi Yeon Kyung tak mau.

"Harusnya kau biarkan saja aku mati. " ucap Yeon Kyung.

"Apa... apa maksudmu? Kenapa berkata begitu?" tanya Im. Im lalu kembali mengajak Yeon Kyung pergi tapi Yeon Kyung tetap menolak.

"Saat jatuh, sebaiknya istirahat sejenak. Istirahatlah di sini sebentar." ucap Im.

Yeon Kyung diam saja.


"Segalanya yang terjadi di sana begitu cepat. Sulit bagiku mengatasinya. Tapi di sini, waktu terasa berhenti.  Tidak ada suara ribut memekakkan telinga,  dan tak ada debu halus yang menyesakkan. Beginilah desa tempatku dibersarkan.  Ada sumur di tengah kota dan tiap pagi para wanita akan bertemu dengan ember dan mengobrol di sana. Di sisi mereka, anak-anak akan bermain sampai akhirnya dibentak.  Setelah kupikir, aku rindu hari-hari itu ... dimana aku bermain bersama teman-temanku, tanpa merasa cemas. Pasti ada sumur di dekat sini. Aku akan mengambil air untuk meredakan rasa hausku. " ucap Im, lalu beranjak pergi.


Yeon Kyung teringat saat Ha Ra memeluknya.

"Jantung yang dokter perbaiki bisa terasa ?" tanya Ha Ra.


Lalu, ia ingat ketika Ha Ra meninggal meja di operasi dan kecelakaan ayahnya.

Teringat semua itu, membuat dadanya kian sesak.


Im menatap wadah jarumnya. Ia bingung, harus berterima kasih pada wadah jarumnya karena sudah menyelamatkan nyawanya atau membenci wadah jarumnya karena tidak mau melepaskannya.


Dua anak perempuan mendekati Yeon Kyung. Mereka memberikan Yeon Kyung nasi kepal.

Yeon Kyung menggigit nasi kepalnya, lalu menatap kedua anak itu dengan mata berkaca-kaca.

Tak lama kemudian, Im datang dan kedua anak itu langsung pergi.


Im terkejut melihat Yeon Kyung makan nasi kepal. Ia bertanya, darimana Yeon Kyung mendapatkan nasi kepal itu. Yeon Kyung pun langsung menoleh ke arah dua bocah perempuan itu. Im tersenyum melihat dua bocah itu. Kemudian, ia menyuruh Yeon Kyung minum air yang dibawanya.

"Minum ini dulu. Kau akan merasa lebih baik. Ini yang biasanya dilakukan para lelaki disini." ucap Im.


Mereka lalu dikejutkan dengan kedatangan tentara Jepang yang langsung menghabisi seluruh rakyat.


Hari sudah pagi. Jae Ha masih menunggu Yeon Kyung di tempat itu. Ia pun ingat kata-kata Yeon Kyung kalau Im tamu Kakek Choi.


Kakek Choi berdiri diluar dan mengingat percakapannya dengan Im tadi malam.

"Saat itu, aku kira lebih jika ia kehilangan ingatan. Tapi sepertinya, ingatannya sudah kembali." ucap kakek.

"Aku akan pergi menemuinya. Jangan khawatir." jawab Im.

Flashback end...


Tak lama kemudian, Jae Ha datang dan langsung menanyakan siapa Im pada kakek.

"Orang itu bilang ia datang dari tempat jauh. Di mana itu ? Awalnya, aku kira ia cuma dokter gadungan yang tak punya izin praktek.  Sesudahnya, aku kira dia penipu yang dibantu oleh kakekku.

 Tapi setelah kupikir, ada terlalu banyak kejanggalan." ucap Jae Ha.

"Kejanggalan apa?" tanya kakek, pura-pura heran.

"Namanya, pakaiannya, dan cara bicaranya dan yang paling aneh, dia menghilang dengan nuna di depan mataku ! Bersama-sama Kyung nuna !" jawab Jae Ha. Sontak Kakek Choi terkejut, apa? Orang itu melakukannya lagi?

"Lagi ? Artinya, yang waktu itu..., kakek, tolong katakan padaku, siapa Heo Bong Tak itu. Dimana mereka berada?" pinta Jae Ha.


Kakek pun langsung jatuh dan memegangi dadanya. Tepat saat itu, Jae Sook dan Byung Ki datang. Kakek berbohong, ia bilang dadanya sesak dan perutnya sakit karena makanan yang dimakannya kemarin. Jae Sook menyuruh Byung Ki membawa kakek masuk ke dalam.


Di rumah sakit, Min Jae kesulitan menghubungi Yeon Kyung. Man Soo pun mengaku cemas karena Yeon Kyung tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Kalau hal yang tidak biasa terjadi pada orang yang seperti itu, biasanya mereka terpuruk." ucap Suster Jung.

Prof. Hwang datang dan Man Soo langsung menanyakan orang tua Ha Ra.

"Bagaimana lagi ? Mereka masih belum mau meninggalkannya. " jawab Prof. Hwang.


Tak lama kemudian, giliran Direktur Shin yang datang dan meminta penjelasan Prof. Hwang atas apa yang terjadi pada Ha Ra. Prof. Hwang membela Yeon Kyung. Ia berkata, Ha Ra tidak tertolong karena terlambat ditemukan.

"Kau yakin itu bukan kesalahan kita?" tanya Direktur Shin. Prof. Hwang mengangguk.

"Ketua saat ini sedang murka. Jika begini, bisa saja Direktur Ma yang mengambil alih. Kita harus gunakan kartu itu sekarang." ucap Direktur Shin.

"Kartu apa?" tanya Prof. Hwang.

"Catatan kesehatan putra Ketua Park!" jawab Direktur Shin.

"Tapi putra Ketua Park datang kembali untuk jadi pasien Dr. Choi Yeon Kyung. Aku dengar ia menyerahkan diri sebagai pengguna narkoba." ucap Prof. Hwang.

Mendengar itu, Direktur Shin pun gemas. Ia kesal karena Yeon Kyung tidak memihaknya.

"Dimana Dokter Choi sekarang?" tanya Direktur Shin.


Di Joseon, Yeon Kyung tak bisa meninggalkan anak-anak yang memberinya nasi kepal sendiri. Im pun menyuruh Yeon Kyung menunggunya sebentar dan bergegas pergi menyelamatkan anak-anak itu. Namun saat berusaha melarikan diri, tentara Jepang memergoki mereka dan langsung memergoki mereka, hingga akhirnya mereka terkepung di tengah hutan.


Tepat saat mereka akan ditembak tentara Jepang, sang komandan pun datang.

Im dan Yeon Kyung terkejut melihat sosok sang komandan. Mereka ingat, si komandan adalah orang yang dulu pernah mereka selamatkan.

"Dia dokter. Bawa dia untuk mengobati Suzuki."

"Jendral tahu itu dari mana ?"

"Saat aku terluka ... mereka mengobati aku. Apakah membunuh satu orang Joseon penting buat kita ? Atau menyelamatkan rekan kita lebih penting ?" ucap si komandan.

"Benar. Daripada mati sekarang, dibunuh setelah mengobati prajurit Jepang ...  adalah kehormatan bagi orang Joseon. "

Si komandan lalu menyuruh anak buahnya menawan Yeon Kyung dan kedua bocah itu.


Sementara Im dibawa ke sebuah tempat.

Im menyesal, ia berkata seharusnya waktu itu ia membiarkan si komandan mati.

"Saat itu kau yang membuat keputusan. Sekarang berbeda." jawab si komandan.

Si komandan lantas menyuruh Im menyelamatkan Suzuki. Im jelas menolak.

"Jika orang tak berdosa mati karena orang yang kuselamatkan, itu sama dengan aku membunuh orang tak berdosa. Aku tidak akan membuat kesalahan yang sama !" jawab Im.

"Wanita itu berkata begini. Bagaimana seseorang hidup setelah ia selamatkan adalah keputusan orang itu. Ia hanya ... berusaha yang terbaik sebagai seorang dokter." ucap si komandan.

"Melihat hasil dari perbuatan baiknya itu, saat ini ia pasti merasa hancur. " jawab Im.

"Jika kau tidak bisa menyelamatkan pasien ini, kau, wanita itu, serta anak-anak itu, semuanya akan mati. " ucap si komandan.


Di penjara, Yeon Kyung baru sadar kalau kata-kata Im saat itu benar.

Lutut anak yang paling kecil terluka. Yeon Kyung pun berkata, bahwa ia tidak bisa melakukan apapun karena tidak membawa tasnya. Anak yang paling besar melepaskan pita rambutnya dan membalut luka adiknya memakai pitanya.

"Orabeoni, aku takut mereka akan membunuh kita."

"Tidak akan kuizinkan."

"Ayah dan ibumu pasti khawatir. " ucap Yeon Kyung.

Anak yang paling besar pun menjelaskan, bahwa orang tua mereka sudah meninggal karena wabah penyakit tahun kemarin. Ia lalu memeluk adiknya dan berkata bahwa ia akan melindungi adiknya.

"Kau tadi dengar perkataan ahjushi itu? Jangan khawatir. Dia akan menyelamatkan kita." ucap Yeon Kyung.


Im mencoba menolong Suzuki, tapi sebelum melakukannya, ia meminta si komandan berjanji untuk melepaskan Yeon Kyung dan anak-anak itu. Si komandan pun meminta Im mempercayainya. Im lantas berkata, bahwa ia akan mempercayai janji orang yang sudah diselamatkan Yeon Kyung.


Tanpa mereka sadari, diluar tentara Jepang yang coba membunuh Im dan Yeon Kyung tadi, mendengarkan pembicaraan mereka.


Im menyentuh perut Suzuki. Kemudian, ia berkata bahwa perut Suzuki berisi banyak cairan.

"Kau bisa menyelamatkannya ?" tanya si komandan.

Im pun langsung memeriksa nadi Suzuki. Si komandan kembali mengancam akan membunuh Im jika Im membuat kesalahan.


Im lantas membuka wadah jarumnya dan mulai memberikan akupuntur. Pertama-tama, ia menusuk perut Suzuki dengan jarumnya. Saat ia menarik jarumnya keluar, cairan berwarna putih keluar dari perut Suzuki. Setelah cairan itu keluar, Im menutupi bekas tusukan jarumnya dengan serbuk obat-obatan.

"Kenapa tidak mengeluarkan semua airnya ?" tanya si komandan.

"Kalau dikeluarkan sekarang, pasien akan mati. Makanya sengaja kutinggalkan sedikit. " jawab Im.

Lalu, Im kembali mengeluarkan cairan di perut Suzuki. Setelah itu, ia memeriksa nadi Suzuki dan menusuk pergelangan tangan Suzuki dengan jarum. Ia juga memberikan akupuntur pada kaki Suzuki.

"Beri dia gerusan biji lobak, rebus Angelica gigas, biji lada Cina, dan rhubarb kebun. Dalam 3 hari Ia akan perlahan-lahan membaik." ucap Im.


Tak lama setelah diberikan pengobatan, Suzuki sadar.


Si komandan menepati janjinya. Ia membebaskan Yeon Kyung serta anak2 itu dan mempertemukan mereka dengan Im.

"Sudah menyelamatkan Suzuki ... aku ucapkan terima kasih." ucap si komandan. Lalu si komandan bertanya, apakah ada banyak tabib seperti Im di Joseon karena mereka membutuhkan banyak tabib untuk saat ini.

Si komandan lalu mengembalikan pisau bedah Yeon Kyung yang tertinggal saat Yeon Kyung menyelamatkannya waktu itu.

"Siapa namamu?" tanya Im.

"Sayaga imnida." jawab si komandan.


Mereka lalu berjalan pergi. Yeon Kyung penasaran apa yang terjadi. Im pun berkata, meskipun ia tidak bisa menyelamatkan pasien itu, Sayaga akan tetap membebaskan mereka karena Yeon Kyung sudah menyelamatkan nyawa Sayaga waktu itu.

"Orabeoni, apa kita akan pulang?" tanya bocah yang paling kecil. Sang kakak mengangguk.


Lalu sepatu adiknya terlepas. Dan si kakak pun bergegas mengambilkan sepatu adiknya. Namun tiba-tiba saja, seseorang menembak si kakak. Si kakak langsung jatuh terkapar. Im dan Yeon Kyung kaget. Mereka menoleh dan terkejut melihat sosok yang menembak anak itu.

Bersambung ke part 2.......