• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Hide and Seek Ep 2 Part 1

Sebelumnya...


Di part sebelumnya, Chae Rin menolak keras dijodohkan dengan Jae Sang. Karena Chae Rin menolak, nenek pun menyewa beberapa orang untuk membawa Chae Rin pergi.

"Kenapa nenek melakukan ini padaku? Nenek pikir, dengan melakukan ini, aku akan menuruti kemauan nenek? Nenek salah." ucap Chae Rin.

Chae Rin lalu berteriak memanggil ayah dan ibunya.

"Mereka pergi mencari Soo A. Polisi mendapatkan petunjuk, jadi mereka langsung pergi meski aku melarangnya." ucap nenek.

Lantas, nenek menyuruh orang-orang itu membawa Chae Rin keluar.


Chae Rin meronta-ronta.

"Lepaskan! Lepaskan aku!"

Saat melihat Kepala Pelayan Kim, ia meminta bantuannya. Tapi Kepala Pelayan Kim diam saja.

"Lepas!" teriak Chae Rin, lalu menghempaskan tangan-tangan yang memegangi tubuhnya.


Nyonya Na datang dan menunjukkan catatan kesahatan Chae Rin  dari psikolog selama Chae Rin studi di luar negeri.

 "Di dalamnya ada riwayat konseling dan resep pengobatan." ucap Nyonya Na.

Kepala Pelayan Kim terkejut dan langsung membaca riwayat medis Chae Rin.

"Itu hanya sementara. Itu tidak serius. Sebagian besar pelajar yang studi diluar melakukan hal yang sama. Situasinya hanya terasa asing dan sulit." ucap Chae Rin.


Nyonya Na pun memegang tangan Chae Rin.

"Jika aku membiarkanmu seperti itu, kau akan sepenuhnya menjadi gila." ucap Nyonya Na.

Nyonya Na lalu menghempaskan tangan Chae Rin dan menyuruh orang-orang itu membawa Chae Rin.

"Tanpa seizinku, dia tidak boleh meninggalkan rumah sakit!" perintah Nyonya Na.


Orang-orang itu pun langsung menyeret Chae Rin ke ambulance milik RS Jiwa Dongkwang.


Keesokan harinya, Nyonya No menemui Presdir Moon dan Jae Sang. Nyonya Na mengaku, bahwa ia menyuruh Chae Rin mengikuti kursus pengantin. Nyonya Na bilang, Chae Rin akan menjadi menantu Grup Taesan jadi Chae Rin harus banyak belajar.


Nyonya Na lalu bicara pada Jae Sang. Nyonya Na bilang, setelah bertemu Jae Sang, Chae Rin bilang padanya bahwa ia menyukai Jae Sang. Jae Sang sontak terkejut.

"Dia terus memujimu sampai akhir. Dia bahkan berkata telah menemukan pria idamannya." jawab Nyonya Na.

"Dia bilang aku pria idamannya?" tanya Jae Sang tidak percaya.

"Aku merasa sangat tenang melihatmu. Mungkin itu karena kau adalah calon cucu menantuku. Kau tampak sangat menyenangkan." jawab Nyonya Na.

Nyonya Na memegang tangan Jae Sang.


Presdir Moon terus saja menatap Nyonya Na dengan tatapan curiga.


Benar saja! Presdir Moon memang mencurigai Nyonya Na. Ia mengatakan itu di ruangan rahasianya. Lantas, ia menyuruh Eun Hyuk menyelidiki Nyonya Na dan mencari tahu kemana Chae Rin pergi.


Presdir Min menemui para pekerjanya di pabrik. Para pekerja mendengar rumor bahwa pabrik akan ditutup karena perusahaan bangkrut. Mereka meminta Presdir Min mengatakan yang sebenarnya. Presdir Min pun berjanji, situasi sulit mereka akan segera berakhir.


Setelah itu, Presdir Min bicara pada seketarisnya. Presdir Min memberitahu seketarisnya kalau Chae Rin pergi mengurus bisnis mereka yang mendesak, tapi ia tidak tahu detailnya.


Eun Hyuk pun mulai melaksanakan tugasnya. Ia menunggu tak jauh dari depan rumah Nyonya Na. Begitu melihat Nyonya Na pergi, Eun Hyuk pun langsung mengikutinya.


Mobil Nyonya Na masuk ke area RS Jiwa Dongkwang. Di mobilnya, Eun Hyuk melihat Kepala Pelayan Kim masuk ke RS.


Eun Hyuk mengikutinya dan mendengar dua suster yang sedang membahas pasien di unit 405.

"Pasien di unit 405 mirip dengan Min Chae Rin dari Makepasific." ucap suster 1

"Tidak mungkin dia. Kenapa wanita sehebat dia bisa ada disini." jawab suster 2.


Eun Hyuk lalu melihat seorang suster yang masuk ke ruangan berpagar besi dengan name tag sebagai kuncinya.


Lantas, Eun Hyuk mengalihkan pandangannya ke sebuah name tag yang tergeletak di meja dekat kedua suster itu berdiri.


Eun Hyuk pun langsung mencari cara. Tiba-tiba, sebuah bola yang sedang dimainkan salah satu penghuni RS menggelinding ke arahnya. Eun Hyuk pun mengambil bola itu dan menggelindingkanya ke arah lain. Si pasien marah dan berguling-guling di lantai. Melihat itu, kedua suster yang berdiri di dekat meja pun bergegas mengurus pasien itu.


Eun Hyuk langsung menggunakan kesempatan itu. Ia mengambil name tag di atas meja dan masuk ke ruangan berpagar besi.


Eun Hyuk celingak celinguk mencari unit 405. Tak lama kemudian, ia mendengar suara teriakan Chae Rin.


Eun Hyuk bergegas mendekati sumber suara dan melihat Chae Rin sedang berteriak pada Kepala Pelayan Kim.

"Izinkan aku menelpon ayahku!"


"Kau pikir ini kebetulan? Fakta bahwa orang tuamu pergi di malam kau diseret kemari." ucap Kepala Pelayan Kim.

"Kudengar mereka pergi mencari Soo A." jawab Chae Rin.

Tak lama berselang, Chae Rin pun sadar kalau Kepala Pelayan Kim dan Nyonya Na lah yang mengarang petunjuk soal Soo A agar orang tuanya pergi dari rumah.


"Apa salahku? Aku sudah bekerja keras seolah aku pemilik perusahaan itu!" ucap Chae Rin.

"Karena itulah kau dikurung disini. Kau berlagak sebagai pemiliknya. Lancang sekali dirimu. Kau bukan Nona Soo A." jawab Kepala Pelayan Kim.

"Min Soo A bukan pemilik perusahaan! Memangnya apa yang dia lakukan? Aku yang terjaga semalaman di pabrik yang banjir untuk mengeluarkan airnya. Saat ada kebakaran di pabrik, aku yang pertama bergegas menembus api. Aku yang begitu bersemangat setelah menandatangani kontrak ekspor pertama kita! Dan aku yang mengeluarkan air mata darah usai membayar denda. Aku yang menuliskan sejarah Makepacific dan aku masih mengingat saat itu. Tapi kenapa Min Soo A pemiliknya? Apapun yang mereka katakan, akulah pemilik perusahaan. Bukan Min Soo A, tapi aku Min Chae Rin." ucap Chae Rin.

"Meskipun kau terus bersikeras, itu tidak akan mengubah kenyataan. Hanya orang yang punya hubungan darah yang bisa menjadi pemiliknya. Hanya setelah yang asli kembali, kau tidak akan berarti apa-apa." jawab Kepala Pelayan Kim.


Chae Rin pun langsung terduduk lemas. Ia menangis tapi sedetik kemudian, ia tertawa marah.

"Apa hubungan darah mereka sepenting itu? Cintaku untuk mereka bahkan lebih panas dari darah. Cintaku untuk ibu, ayah dan perusahaan. Selama 20 tahun itu, aku selalu berusaha yang terbaik. Apa darah sepenting itu!"


Kepala Pelayan Kim beranjak pergi. Tapi Chae Rin menahannya. Chae Rin berkata, Kepala Pelayan Kim tidak boleh meninggalkannya disana begitu saja. Ia juga bertanya, apa yang harus ia lakukan.

"Kau sudah tahu jawabannya." jawab Kepala Pelayan Kim dingin.


Sekarang, Eun Hyuk sudah kembali mengemudikan mobilnya. Ia menyetir sambil memikirkan kata-kata Chae Rin. Hari sudah malam.


Chae Rin tidak percaya Nyonya Na bisa setega itu. Lalu, ia melihat goresan di pergelangan tangannya dan teringat bagaimana ia bisa mendapatkan goresan itu.

Flashback...


Nyonya Na berkunjung ke panti asuhan tempat tinggal Chae Rin. Ia berencana mengadopsi seorang anak. Satu per satu anak mengenalkan diri mereka pada Nyonya Na.

Chae Rin dan temannya mengintip dari jendela. Teman Chae Rin bercerita, bahwa Nyonya Na sedang mencari teman untuk cucunya yang lemah. Teman Chae Rin juga bilang, kalau Nyonya pemilik sebuah perusahaan kosmetik.


Lalu kita melihat Chae Rin yang berusaha kabur dari panti asuhan, tapi dipergoki Kepala Pelayan Kim.

"Kalian tidak bisa membeli anak hanya karena kaya. Itu konyol." ucap Chae Rin.

"Saat kau terpilih, kau akan diadopsi keluarga kaya. Itu tidak akan menjadi masalah bukan?" jawab Kepala Pelayan Kim.

"Aku masih bisa menjalani kehidupan yang bagus tanpa harus menjadi orang yang menyedihkan." ucap Chae Rin.

"Akan sebagus apa seorang gadis dari panti asuhan menjalani hidup? Aku khawatir Nyonya Na akan menyukai anak seperti itu tapi tidak mungkin dia akan menyukai anak sepertimu. Teruskan pelarianmu, aku tidak akan memberitahu siapa pun." jawab Kepala Pelayan Kim.


Kepala Pelayan Kim lantas beranjak pergi. Chae Rin kecil terpancing emosi.

"Bagaimana jika dia mengadopsiku? Aku tidak pernah menyukai ide untuk diadopsi, tapi kau baru saja mengubah pikiranku. Aku harus ke rumah itu. Kau akan mengurusku. Aku akan menjadi putri keluarga itu dan menyiksamu sampai kau berharap ingin mati?" ucap Chae Rin.

Kepala Pelayan Kim hanya tersenyum mendengarnya.


Chae Rin pun pergi menemui anjingnya. Anjing itu terus menyalak padanya.

"Tetaplah diam dan duduk Marry!" ucap Chae Rin.

Chae Rin lalu memberikan anjinynya sosis.

"Kau anjing pintar. Mulai kini kau harus menurutiku." ucap Chae Rin.


Seorang anak sudah terpilih. Nyonya Na pun hendak pulang membawa anak itu. Tepat saat ia akan masuk ke mobilnya, anjing itu tiba-tiba berlari sambil menyalak kepadanya. Sontak, semuanya kaget. Pemilik panti asuhan langsung menyuruh anak-anak menyingkir. Mereka tidak satu pun berani menolong Nyonya Na.

Tepat saat itu, Chae Rin datang menolong Nyonya Na hingga akhirnya dirinya lah yang digigit anjing.


Chae Rin akhirnya dibawa Kepala Pelayan Kim ke rumah itu.


Sekarang, Chae Rin sedang makan bersama keluarga Min.

"Chae Rin, kau benar-benar menganggap rumah ini sebagai rumahmu.Rasanya seolah-olah kau sudah lama berada di keluarga kami." ucap Presdir Min.

"Kuharap Soo A juga bisa makan sebaik Chae Rin." jawab Nyonya Park.

Chae Rin lalu menunjukkan mangkuknya yang sudah habis dan ia ingin tambah lagi.

Nyonya Na kesal melihatnya.


Soo A ingin berhenti makan. Chae Rin pun langsung mengajaknya main petak umpet.


Lalu, pelayannya datang memberikannya kiriman ginseng dari Tuan Baek.

"Ini ginseng berusia 100 tahun yang bahkan bisa membangkitkan seseorang dari kematian." ucap Nyonya Na.

Pelayannya pun penasaran dengan ginseng itu. Ia berniat menyentuhnya tapi tangannya langsung didorong Nyonya Na.

"Aku membayar seharga rumah untuk ini. Letakkan ini di tempat tersembunyi bersama dengan madu lokal. Aku harus memberikan ini pada Soo A." jawab Nyonya Na.


Chae Rin jatuh sakit. Kepala Pelayan Kim yang memeriksa Chae Rin pun berkata, bahwa Chae Rin terkena demam scarlet. Ternyata semua itu, karena luka bekas gigitan anjing.

Presdir Min dan Nyonya Park terlihat cemas. Namun Nyonya Na malah bersyukur karena Soo A tidak tertular.


Nyonya Park ingin menghubungi ambulance. Tapi dihentikan Nyonya Na. Nyonya Na lantas menyuruh Presdir Min serta Kepala Pelayan Kim mengurung Chae Rin di gudang yang disebutnya ruangan kecil.


"Demam scarlet itu menular. Dia harus diobati. Ibu tidak bisa meninggalkan dia di rumah." ucap Presdir Min.

"Tidak ada yang tahu kita mengadopsi anak ini dan aku sudah memperingatkan Pak Kang untuk merahasiakan ini." jawab Nyonya Na.

"Tapi tetap saja mengurung anak yang sakit akan membuat keadaan lebih buruk." ucap Presdir Min.

"Aku akan mengatasinya. Kau seharusnya hanya memikirkan urusan perusahaan. Bukankah besok kau akan menginspeksi pabrik? Jika berencana bangun pagi, kau harus tidur sekarang." jawab Nyonya Na.

Nyonya Na juga menyuruh Nyonya Park ikut dengan Presdir Min.

"Kenapa harus?" tanya Nyonya Park.

"Pabrik baru saja dipindahkan! Kau itu istri pimpinan jadi kau harus ikut merawat para pegawai. Setidaknya itu yang bisa kau lakukan" jawab Nyonya Na.

"Lalu siapa yang akan mengurus Soo A?" tanya Nyonya Park.

"Kirim dia ke rumah Do Hoon untuk beberapa hari. Anggap itu sebagai kurungan. Itu yang dilakukan leluhur kita jika ada yang sakit di rumah. Soo A menganggap Do Hoon sebagai kakaknya sendiri, jadi itu sepadan. Kemas pakaiannya dan bawa dia ke rumah Do Hoon di pagi hari." jawab Nyonya Na.

Presdir Min dan Nyonya Park pun tak bisa membantah lagi.


Setelah Presdir Min dan Nyonya Park masuk ke kamar, Kepala Pelayan Kim mendekati Nyonya Na. Keduanya sama-sama tersenyum licik.

"Biksu Choi jelas tahu apa yang harus dilakukan. Setelah membawa pengganti itu untuk menerima kesialan, Soo A akan jauh lebih baik. Dia memberitahuku, anak yang kita bawa akan menjadi sakit menggantikan Soo A. Dia sangat andal." ucap Nyonya Na.


Keesokan harinya, Chae Rin yang dikurung di gudang, berteriak memanggil Presdir Min dan Nyonya Park. Napasnya terdengar memburu.


Teriakan Chae Rin terdengar sampai ke kamar Nyonya Na. Tapi Nyonya Na tidak peduli dan terus saja tertawa sambil berbicara dengan Soo A di telepon.


Penyakit Chae Rin makin parah. Ruam-ruam mulai muncul di sekujur tubuhnya.

Kepala Pelayan Kim datang membawakan sarapan untuknya. Chae Rin meminta dipanggilkan Nyonya Park. Tapi Kepala Pelayan Kim malah menjawabnya dengan sinis kalau tuan putri di rumah itu hanyalah Soo A.

"Nyonya Park memberitahuku, kalau dia menganggapku sama seperti dia menganggap Soo A." jawab Chae Rin.

"Dia selalu saja seperti itu. Dia bahkan tidak bisa mengabaikan seekor anjing liar." ucap Kepala Pelayan Kim.

"Jika aku keluar dari kamar ini, aku akan mengejarmu lebih dulu. Aku akan mencabik-cabikmu." jawab Chae Rin.

"Jika kau bisa keluar dari gudang ini hidup-hidup, akan kuperlakukan kau seperti putri sungguhan. Bahkan lebih dari Soo A." ucap Kepala Pelayan Kim.


Kepala Pelayan Kim lantas berniat menyuapi Chae Rin bubur, tapi Chae Rin langsung mambuang mangkuk buburnya ke lantai. Chae Rin ingin menampar Kepala Pelayan Kim, tapi Kepala Pelayan Kim langsung menangkap tangannya.

"Kau tidak akan pernah bisa keluar dari kamar ini. Mungkin setelah kau mati. Aku tahu apa yang kau lakukan di panti asuhan agar bisa dibawa ke rumah ini. Kau sengaja melepaskan anjing liar itu? Aku melihatmu berpura-pura di depan Nyonya Na. Itu mengesankan. Tapi apa yang terjadi sekarang? Apa yang kau lakukan sekarang? Apa yang kau lakukan di kamar ini? Mulai sekarang, kau tidak akan mendapatkan air atau bubur. Terimalah itu. Kurasa tidak ada peluang bagiku untuk melayanimu sebagai putri keluarga ini." ucap Kepala Pelayan Kim.


Mendengar itu, Chae Rin pun berteriak sekencang-kencangnya.


Malam harinya... tubuh Chae Rin semakin melemas. Tapi Chae Rin berusaha menguatkan dirinya. Ia bangun dari tidurnya dan memakan makanan apa saja yang ditemukanya di dalam gudang.

*Gudang ini kek nya gudang tempat penyimpanan makanan.

Saat tengah meminum madu, Chae Rin tak sengaja menemukan ginseng itu. Ia langsung memakannya.


Nyonya Na menyuruh pelayannya merebus ginseng 100 tahun itu bersamaan dengan madu. Ia mengaku, mau membawanya ke tempat Soo A.

"Hanya orang terpilih saja yang bisa memakan ginseng itu bahkan meski ginseng itu ada di tangan mereka.  Jika pemilik ginsengnya berubah, orang yang harusnya mati akan hidup dan yang harusnya hidup akan mati. Takdir berubah dan nasib akan tersusun kembali. Itulah kenapa ada istilah, ginseng yang sebenarnya memilih pemiliknya." ucap Nyonya Na.

"Maka pasti ada alasan itu menjadi milih Nona Soo A." jawab pelayannya.

"Ginseng itu tahu bahwa Soo A lah pemiliknya." ucap Nyonya Na.

Si pelayan masuk ke gudang, tapi tak lama ia keluar lagi untuk memanggil Nyonya Na.


Nyonya Na masuk ke gudang dan syok melihat ginseng yang tersisa di mulut Chae Rin.


Tepat saat itu, telepon di rumah mereka berdering yang mengabarkan tentang menghilangnya Soo A. Nyonya Na makin kaget.


Nyonya Na pun langsung bicara dengan ibunya Do Hoon. Ibunya Do Hoon berkata, Soo A menghilang saat bermain petak umpet dengan Do Hoon.


Bersamaan dengan itu, Chae Rin sembuh. Ia keluar dari gudang dan memberitahu Nyonya Na kalau ia sudah sembuh. Nyonya Na syok dan terduduk lemas di lantai.

Nyonya Na lantas menyalahkan Chae Rin. Ia berkata, karena Chae Rin memakan ginseng itu, jadi Soo A nya menghilang.

Ia lalu mencekik Chae Rin.

"Kau lah yang harusnya menghilang! Bukan Soo A!"


Kepala Pelayan Kim pun datang dan langsung menyuruh Chae Rin ke lantai atas. Nyonya Na pun memberi perintah untuk menyingkirkan Chae Rin dari rumahnya.

Flashback end...


"Aku keluar hidup-hidup dari ruangan itu. Min Soo A telah menghilang. Tapi aku keluar hidup-hidup. Aku akan keluar dari ruangan ini lagi. Aku harus keluar." ucap Chae Rin berkaca-kaca.

Bersambung ke part 2........

Ruby Ring Ep 65 Part 1

Sebelumnya...


Jihyeok terkejut saat Soyoung bilang dia bukan anak kandung Dong Pal. Soyoung pun langsung merasa tidak enak. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia pikir, Jihyeok sudah tahu. Jihyeok mendesak Soyoung cerita. Ia bertanya, darimana Soyoung tahu. Terpaksa lah Soyoung cerita. Soyoung berkata, Daepung datang ke restoran dan menceritakan semuanya.

"Jadi semua orang tahu. Hanya aku yang tidak tahu." ucap Jihyeok.


Jihyeok kecewa dan beranjak pergi.

Soyoung memukuli kepalanya. "Kau bodoh! Bodoh!" ucapnya.


Setelah Jihyeok pergi, Soyoung bertemu dengan Dong Pal. Sepertinya Soyoung langsung menghubungi Dong Pal setelah kejadian itu. Dong Pal terkejut saat Soyoung menanyakan soal Jihyeok yang bukan anaknya. Ia bertanya, darimana Soyoung tahu. Soyoung pun berkata, ia tahu dari Daepung saat Daepung datang ke restoran dan mengatakan semuanya. Soyoung juga mengaku, kalau ia tidak sengaja memberitahu Jihyeok karena ia pikir Jihyeok tahu. Dong Pal pun marah. Dan ia semakin terkejut saat Soyoung bilang kalau Jihyeok tidak kuliah agar bisa membantu Dong Pal melunasi hutang.


Gyeong Min bertemu In Soo di lorong. In Soo menanyakan soal Roo Na.

"Terlepas dari kenyataan Bae Gyeong Min junior sedang tumbuh di dalam rahimnya, tidak ada yang luar biasa untuk dilaporkan." jawab Gyeong Min.

In Soo terdiam.

"Apa aku terlihat konyol?  Maafkan aku.  Tetapi ketika kau akan menjadi ayah yang penuh harapan, kau akan menjadi konyol juga." ucap Gyeong Min.

In Soo ingin mengatakan sesuatu, tapi ia bingung mengatakannya.

"Apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan?" tanya Gyeong Min.

"Permasalahannya adalah... mimpi." jawab In Soo.


Sekarang, Gyeong Min sedang membahas soal mimpi yang dikatakan In Soo dengan keluarganya saat mereka makan siang bersama.

"Dia bermimpi apartemennya penuh air dan dia menangkap ikan besar. Dia pikir, mungkin itu tentang bayi kami." ucap Gyeong Min.

Roo Na langsung tak nyaman mendengarnya.

"Dia bahkan bukan keluarga kita, tapi kenapa mimpinya seperti itu." ucap Se Ra.


"Mungkin Roo Na hamil." jawab Nyonya Park.

"Ah, benar. Mungkin seperti itu." ucap Roo Na.


"Kau tidak tahu adikmu sendiri atau apapun soal Na PD? Mereka tidak seperti itu. Dan jika Na PD mencurigai sesuatu, kenapa dia mengatakannya pada Gyeong Min?" tanya Se Ra.

"Bagaimana kau tahu apa yang mereka lakukan di belakang?" ucap nenek.

"Tentu saja aku tahu, Nenek. Aku memiliki mata untuk hal-hal ini." jawab Se Ra.

"Gyeong Min, belilah mimpi itu dari In Soo besok. Aku pikir, itu pertanda kalau Geumdong akan menjadi orang sukses. Seperti kata Se Ra, In Soo bahkan bukan keluarga jadi kita harus membeli mimpinya untuk mengklaimnya." ucap nenek.

"Nenek benar. Anggap saja ini sebagai hadiah pernikahannya." jawab Tuan Bae.

"Jika dia melihat ikan besar, artinya Geumdong perempuan atau laki-laki, eommoni?" tanya Nyonya Park.

"Aku tidak tahu, tapi sepertinya Geumdong laki-laki." jawab nenek.

Semua tertawa.


Roo Na tambah kesal.

"Kau gila, Na In Soo. Kau memimpikan bayiku?" makinya dalam hati.


"Tapi penyakit mualmu aneh. Mualmu datang dan pergi begitu saja." ucap Se Ra.

"Memang seperti itu! Kau bahkan belum pernah hamil." omel nenek.


"Kapan kau akan memeriksakan kandunganmu bulan ini?" tanya Gyeong Min.

Roo Na pun langsung mengambil ponselnya dan pura-pura mengecek jadwal kehamilannya.

"Tanggal 26 jam dua." jawab Roo Na.

"Aku ada meeting. Tidak bisakah dijadwal ulang?" tanya Gyeong Min.

"Tidak bisa. Jangan cemas. Aku bisa pergi dengan ibuku." jawab Roo Na.


Ponsel In Soo berdering ketika dirinya sedang berkeliaran di lorong. Melihat ekspresi wajahnya saat menatap nama di layar ponselnya, sudah jelas itu Roo Na.


Dan memang Roo Na. Mereka ketemuan di kafe. Roo Na menanyakan soal mimpi In Soo.

"Jadi itu yang membuatmu penasaran? Kupikir kau akan menanyakan hal lain. Seperti berapa lama aku akan menutup mulutku." jawab In Soo.

"Bukankah sudah kubilang? Gyeong Min sudah tahu. Aku menceritakannya malam itu juga. Dia marah, tapi apa yang bisa dia lakukan. Dan sepanjang yang kami tahu, kami bisa memiliki bayi lain. Gyeong Min memintaku menjaga rahasia ini. Dia cemas neneknya akan jatuh sakit kalau mengetahui aku keguguran." ucap Roo Na.

Tapi In Soo tidak percaya. Roo Na lantas meminta In Soo berhenti mengganggunya. Ia juga menyuruh In Soo agar secepatnya menikahi Roo Bi. Roo Na bilang, setelah In Soo dan Roo Bi menikah dan memilik bayi, Roo Bi tidak akan bisa melakukan apapun saat ingatannya kembali.

Roo Na lalu beranjak pergi.


In Soo langsung memberitahu Roo Bi soal hal itu.

"Gyeong Min tidak akan pernah menipu siapapun." ucap Roo Bi.

"Tapi Roo Na sepertinya tidak berbohong." jawab In Soo.

"Aku menyedihkan. Roo Na tidak memiliki masalah dengan membuat kebohongan besar. Tapi aku memiliki masalah karena menutupi kehamilan palsunya." ucap Roo Bi.

"Haruskah aku memberitahu Gyeong Min?" tanya In Soo.

"Aku tidak tahu. Jika itu ide Gyeong Min, akan lebih baik bagi kita untuk berpura-pura tidak tahu." jawab Roo Na.


Soyoung berusaha menghubungi Dongpal tapi ponsel Dongpal tak aktif.

"Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku memberitahu Nyonya Yoo? Bagaimana dengan Chorim? Tapi ini masalah keluarga Dongpal. Aku tidak boleh memberitahu siapapun." ucap Soyoung.


Chorim tiba-tiba muncul membuat Soyoung kaget.

"Ada apa denganmu? Apa Dongpal menjatuhkan bom?" tanya Chorim.

"Seseorang menjatuhkan bom, tapi bukan Dongpal. Itu aku. Apa yang harus kulakukan." jawab Soyoung.

"Kau memiliki 10 detik untuk menceritakannya! Cepat!" ucap Chorim.


Di rumah, Dongpal stress karena tidak bisa menghubungi Jihyeok.

Melihat itu, Daepung pun berhenti mencuci piring dan mendekati Dongpal.

"Kau patah hati karena Chorim, tapi kurasa Jihyeok jauh lebih penting." ucap Daepung.

"Tutup mulutmu dan pergilah mencari Jihyeok!" suruh Dongpal.

"Baiklah, baiklah." jawab Daepung lalu pergi.


Ponsel Dongpal berdering. Telepon dari Soyoung yang menanyakan soal Jihyeok.

"Kenapa kau tidak bisa menjaga mulutmu! Apa itu yang kau pelajari dari Chorim!" sewot Dongpal.

Dongpal pun memutus panggilan Soyoung.


Tak lama berselang, Jihyeok pulang. Dongpal langsung memarahinya.

"No Ji Hyeok, ada apa denganmu! Kau tidak ingin kuliah agar bisa mencari uang? Apa aku memintamu melakukannya?"

"Kami akan membayarnya. Bukan hanya hutang kepada Nyonya Yoo, tapi juga hutangku pada ayah. Kita tidak punya hubungan darah, tapi kau membesarkanku seperti anakmu. Kau memberiku pendidikan. Aku membayar semua hutangku padamu." jawab Jihyeok.

Kesal, Dongpal pun menampar Jihyeok.


"Apa yang memberimu hak untuk mengatakan itu?" tanya Dongpal.

"Lalu mengapa ayah berbohong padaku tentang ibuku? Ayah bilang dia meninggal saat melahirkanku. Tidak ada yang tahu siapa ayahku dan ibuku meninggalkanku. Namun karena kau kasihan padaku, jadi kau membesarkanku. Aku berterima kasih untuk itu.  Atau lebih tepatnya, aku minta maaf. Tapi aku sudah dewasa. Kenapa kau tidak memberitahuku yang sebenarnya?"

"Karena aku tahu bagaimana rasanya ditinggalkan. Kau mungkin berpikir itu menyedihkan, tapi aku sangat mencintai ibumu. Tapi kemudian dia pergi tanpa kata. Apakah kau tahu betapa hancurnya diriku? Apa kau tahu betapa aku sangat ingin mati? Aku tidak ingin kau tahu. Aku tidak menginginkanmu untuk mengalami rasa sakit semacam itu. Aku ingin membesarkanmu dengan baik." jawab Dongpal.

"Bukan karena kau takut bahwa aku akan meninggalkanmu juga? Bahwa aku akan tumbuh dewasa dan meninggalkanmu seperti yang ibu lakukan? Kau seharusnya memberitahuku juga. Bahkan jika kau mengatakan yang sebenarnya, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Apa kau tahu kenapa? Karena kautidak meninggalkanku juga." ucap Jihyeok.


Tangis Jihyeok pecah. Dan Dongpal terduduk lemas. Tak lama berselang, Jihyeok duduk dipojokan.

"Kau bilang kau akan kuliah. Kau berjanji akan pergi ke sekolah hukum dan menjadi jaksa atau hakim." bujuk Dongpal.

"Bagaimana aku bisa melakukannya? Kita  bahkan tidak punya $ 20.000 untuk sewa kita? Kita harus menipu seseorang. Bagaimana kita akan membayar uang sekolah? Aku bukan anak kecil. Aku tidak cukup memalukan memaksamu mengirimku ke perguruan tinggi." ucap Jihyeok.

"Jihyeok, aku melalui banyak hal untuk membesarkanmu. Anak pintar sepertimu layak masuk perguruan tinggi. Anak-anak sepertimu harus pergi ke sekolah hukum agar negara ini menjadi lebih baik." jawab Dongpal.


Jihyeok lantas mendekati Dongpal.

"Aku mengerti yang ayah katakan,  tetapi hanya karena menunda kuliah, bukan berarti hidupku berakhir. Jika aku menetapkan pikiranku untuk itu, aku bisa kuliah tahun depan." ucap Jihyeok.

"Jadi apa kau mengikuti ujian masuk?" tanya Dongpal.

"Jusungeyo." jawab Jihyeok.


Dongpal marah, tapi setelahnya ia minta maaf karena sudah menjadi ayah yang buruk. Dongpal menangis dan memeluk ayahnya.


Nenek mendekati Roo Na yang lagi minum. Nenek berkata, bahwa dirinya haus jadi ia ke dapur untuk mengambil air.

Roo Na pun langsung menuangkan air untuk nenek. Saat Roo Na menuangkan air untuknya, ia menatap heran ke arah perut Roo Na.

"Dimana Gyeong Min?" tanya nenek.

"Dia akan segera pulang." jawab Roo Na.

Nenek lantas hendak menyentuh perut Roo Na. Sontak Roo Na langsung menghindar dengan alasan malu.

"Malu apanya. Aku hanya mau merasakan cicitku." ucap nenek.

Takut nenek kembali menyentuh perutnya, Roo Na pun buru-buru naik ke atas.


Tepat saat itu, Nyonya Park masuk ke dapur dan terkejut melihat nenek masih bangun.

"Dia tidak berubah sedikit pun. Aku masih tidak bisa membuat diriku menyukainya." ucap nenek.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Nyonya Park.

"Aku penasaran dengan bayinya jadi aku ingin menyentuh perutnya tapi dia memelototiku dan kemudian pergi." jawab nenek.

"Dia mungkin hanya malu. Wanita muda akhir-akhir ini memang selalu begitu." ucap Nyonya Park.

"Kau tidak melihat bagaimana wajahnya tadi. Dia tampak jijik seperti aku membuatnya jijik." jawab nenek.

"Biarkan saja, Bu. Dia akan berubah setelah melahirkan bayinya." ucap Nyonya Park.


Di kamarnya, Roo Na stress karena semua orang berusaha menyentuh perutnya. Tak mau ketahuan pura-pura hamil, Roo Na pun berpikir untuk pura-pura mengalami mual yang parah agar bisa tinggal dengan ibunya.


Tiba-tiba, Gyeong Min masuk dan Roo Na langsung menghampiri Gyeong Min.

"Aku pikir kau pergi minum." ucap Roo Na.

"Aku pulang ke rumah secepat mungkin untuk melihat Geumdong ku dan mengoleskan krim ke perutmu." jawab Gyeong Min.

"Aku sudah melakukannya." ucap Roo Na.

"Roo Bi-ya, jika kau terus seperti ini aku akan sedih." jawab Gyeong Min.

"Ada apa, Chagiya?" tanya Roo Na.

"Aku suamimu tapi kau tidak membiarkanku melakukan apapun untukmu." jawab Gyeong Min.

"Jangan bicara seperti itu. Kau membuat tempat tidur yang indah untuk bayi kita dan kau membacakan dongeng untukku. Apa lagi yang bisa kuminta?" ucap Roo Na.

Roo Na lantas menyuruh Gyeong Min mandi agar bisa membacakan cerita untuk Geumdong. Gyeong Min tersenyum dan langsung masuk ke kamar mandi.


"Aku tidak bisa terus seperti ini. Aku harus pindah ke rumah ibu. Aku harus mengawasi Roo Bi juga. Aku bilang pada In Soo, kalau Gyeong Min yang menyuruhku berbohong, jadi akankah dia menjaga rahasiaku?" tanya Roo Na dalam hatinya.


Sekarang kita melihat Gyeong Min sedang membacakan cerita untuk Roo Na. Saat Gyeong Min tengah membacakan cerita, Roo Na terus menatap Gyeong Min dengan tatapan cemas.

Ketika Gyeong Min menatapnya, Roo Na pun mengaku kalau ia sangat bahagia.


Roo Na kemudian memeluk Gyeong Min.

"Jika aku berusaha dengan keras, apakah aku benar-benar akan mendapatkan cintamu?" tanya Roo Na dalam hatinya.

Bersambung ke part 2...