• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Blessing Of The Sea Ep 8 Part 2

Sebelumnya...


Young In, Jae Ran, Gwi Nyeo dan Pil Doo tiba di lokasi acara.


Chung Yi berlari mencari pianis yang dia pukul tadi.

Tak lama, dia melihat sang pianis berdiri di atas sebuah panggung.

Chung Yi : Tangan pianis adalah mata pencariannya. Bagaimana jika dia menyalahkanku? Baiklah. Sebelum dia mengarang cerita, aku akan bicara dengannya.


Chung Yi naik ke panggung, menghampiri Poong Do.

Poong Do sendiri berdiri menghadap ke tirai yang masih menutupi panggung itu.

Poong Do memejamkan matanya sambil memijat tangannya yang masih sakit.

Chung Yi : Permisi?

Poong Do : Di sini tidak ada penjaga? Ini gila.

Chung Yi : Jadi, soal yang terjadi tadi... Aku menjaga lab agar tidak ada pencuri. Kau masuk diam-diam seperti pencuri dan... Aku hanya melakukan tugasku. Intinya, maaf karena telah melukai tanganmu.

Poong Do : Aku tidak peduli. Bicaralah dengan manajerku.

Chung Yi : Aku minta maaf. Bisakah kau...

Poong Do : Cukup!

Chung Yi : Biar kulihat separah apa pergelangan tanganmu. Kalau-kalau nanti kau mengubah ceritanya, aku harus memastikan.


Chung Yi ingin melihat tangan Poong Do yang tadi dia pukul. Poong Do marah dan mencengkram tangan Chung Yi.

Sontak lah keduanya sama-sama kaget melihat satu sama lain.


Chung Yi mau melepaskan cengkraman Poong Do, tapi dia malah nyaris jatuh ke bawah dan Poong Do ikut ketarik. Untunglah Poong Do berpegangan pada besi, agar tidak terjatuh.

Tirai terbuka. Sontak, semua tamu undangan heboh. Para reporter mulai menjepret mereka.

Chung Yi yang panik, langsung lari.


Young In menatap kesal pada Poong Do. Poong Do juga kesal melihat neneknya dan beranjak pergi.


Jae Ran bertanya-tanya, siapa wanita yang bersama Poong Do tadi dan kenapa Poong Do tidak jadi tampil.

Jae Ran memarahi Pil Doo.

Jae Ran : Kami datang untuk konser dan ini yang kau dapatkan?


Ji Na yang baru datang, melihat Pil Doo. Ia tersenyum dan mau menghampiri Pil Doo, tapi langkahnya terhenti saat ia melihat Young In pergi.


Poong Do berhasil mengejar Chung Yi.

Poong Do : Kau si bocah itu! Kau preman dari rumah kaca itu?

Poong Do mencengkram tangan Chung Yi.

Chung Yi tanya, bagaimana Poong Do mengenalnya? Lalu Chung Yi menghempaskan tangan Poong Do.

Poong Do : Kau tidak mengingatku?


Chung Yi menatap wajah Poong Do lekat2.

Chung Yi : Kau siapa..

Poong Do : Jika tidak ingat, ya sudah. Kau bisa pergi saja. Kau membuatku tampak buruk.

Chung Yi : Lalu apa? Haruskah kita tetap di sana?

Poong Do : Kau harus menjelaskan bagaimana kau mengacaukan konserku.

Chung Yi : Kau yang memegang tanganku.

Poong Do gemes si Chung Yi ngejawab dia terus.


Chung Yi : Sebaiknya kau kembali, Pak Pianis. Pergelangan tanganmu tampaknya baik-baik saja. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Aku sudah meminta maaf dengan jelas.

Chung Yi membelalakkan matanya dan lari.


Ryan datang nyusulin Poong Do.

Ryan : Sedang apa kau di sini? Berhenti menghilang. Apa masalahmu?

Poong Do marah.

Poong Do : Katakan yang sejujurnya. Di mana Eric dan kenapa keluarga Jubo di sini?

Ryan : Karena... Akan kujelaskan nanti. Bermainlah dahulu...

Ryan menarik tangan Poong Do.

Poong Do : Lepaskan!


Poong Do pergi.

Ryan kesal, dia akan membuatku mati.


Poong Do yang lagi jalan, melihat kerumunan wartawan. Sontak lah, Poong Do langsung ngumpet dan nyari jalan lain. Poong Do berjalan mundur sambil menutupi wajahhnya dengan jaketnya. Bersamaan dengan itu, Ji Na lewat. Poong Do menabrak Ji Na.

Ji Na : Hei, hati-hati kalau jalan!

Poong Do terus menutupi wajahnya dan meminta maaf pada Ji Na. Lalu dia buru-buru pergi.

Ji Na : Sial! Aku benci lingkungan ini.


Poong Do masuk ke kebun kaca.

Merasa sudah aman, dia duduk di bangku yang tadi diduduki Chung Yi.

Lalu Poong Do merogoh2 sakunya, nyariin ponselnya tapi ponselnya sama Ryan.

Poong Do kesal. Dan dia tambah kesal pas ingat Chung Yi lupa sama dia.


Deok Hee menempelkan kartu namanya di setiap kaca mobil yang sedang terparkir.


Deok Hee lantas tak sengaja menabrak Jae Ran yang sedang menunggu Gwi Nyeo.

Jae Ran marah, apa yang kau lakukan! Ajumma!


Deok Hee memberikan kartunya.

Jae Ran tertawa sinis membaca kartu nama Deok Hee.

Jae Ran : Bang Deok Hee, dukun raja naga. Pasti mudah menghasilkan uang. Kau menerima uang setelah melontarkan kalimat acak.

Deok Hee : Kalimat acak? Kau mengenakan pakaian mahal, tapi bicaramu seperti orang biasa.

Jae Ran : Maka, coba padaku. Siapa namaku? Berapa usiaku? Makanan apa yang kusuka?

Deok Hee : Pikirmu aku detektif swasta?

Jae Ran : Tepat sekali. Jangan bagikan ini jika kamu tidak tahu apa pun.


Jae Ran menempelkan kartu nama Deok Hee ke jidat Deok Hee.

Jae Ran mau pergi tapi langkahnya terhenti karena ocehan Deok Hee.

Deok Hee : Lalu kenapa jika kau punya baju dan mobil bagus? Hatimu penuh dengan kecemasan. Pada malam hari, hatimu terasa hampa dan angin dingin berembus di antaranya. Tiap butir nasi yang kau makan terasa bagai pasir. Saat memejamkan matamu, kau teringat wajah orang yang tidak bisa kau lupakan. Ada nama yang tidak akan pernah kau lupakan.


Jae Ran menatap kesal Deok Hee.

Gwi Nyeo datang.

Gwi Nyeo : Eomma, masuklah.

Deok Hee terus mengoceh.

Deok Hee : Apa gunanya hidup? Kau seperti perahu kecil terombang-ambing di samudra.


Gwi Nyeo mulai kesal ibunya gak masuk juga.

Gwi Nyeo : Kubilang masuk!

Jae Ran mengambil kartu nama Deok Hee di tanah dan masuk ke mobil.


Deok Hee ngoceh lagi.

Deok Hee : Apakah itu menarik perhatianmu? Aku terdengar seperti menceritakan kisah hidupmu, bukan?


Hak Kyu datang dan mengomeli Deok Hee karena menyebarkan kartu nama itu.

Hak Kyu : Kau akan membuatku tampak buruk.

Deok Hee : Kau bilang orang-orang berkuasa dan kaya akan kemari. Aku ingin memperbaiki bisnisku dengan kesempatan ini. Aku ingin mempromosikan diri, tapi kenapa sudah selesai? Ini yang dilakukan orang kaya? Kenapa berhenti di tengah acara?

Hak Kyu : Kurasa mereka tahu kau datang. Jangan lakukan hal aneh dan pulanglah.


Hak Kyu lalu ngeliat kartu nama yang udah ditempelin Deok Hee ke mobil orang.

Han Kyu sewot dan bergegas mencopoti kartu nama itu.


Di kedai Bibi Jung, Chung Yi meneguk segelas air sampai habis.

Bibi Jung : Konsernya sudah selesai? Aku baru ingin mengajak Yeol Mae untuk menontonnya.

Chung Yi : Itu... Tidak ada yang perlu dilihat.


Hun Jung dan Woo Yang tiba berlarian keluar dengan hebohnya sambil memegangi ponsel mereka.

Hun Jung mengecek badan Chung Yi.

Hun Jung : Chung Yi-ya, kau baik-baik saja? Kau terluka? Siapa bilang kau boleh dipukuli?

Woo Yang : Kau membiarkan dia hidup? Kenapa kau tidak mematahkan hidungnya?

Chung Yi bingung, apa maksud kalian?


Hun Jung menunjukkan artikel Chung Yi dan Poong Do tadi di atas panggung.

Yeol Mae dan Tae Yang berlari mendekati Chung Yi. Mereka juga mau melihat artikelnya.

Hun Jung : Ada banyak foto dirimu. Bukankah ini pria yang memukulmu?

Bibi Jung cemas mendengar itu.

Bibi Jung : Chung Yi, kau terluka?

Chung Yi : Tidak Bibi.


Chung Yi kembali menatap foto2 Poong Do.

Chung Yi : Tapi kenapa dia tampak sangat familier?


Tak lama, Chung Yi ingat Poong Do pria yang di dermaga waktu itu, yang bilang kalau dia tampak berbeda di matanya.

Chung Yi : Mustahil dia.


Chung Yi membaca judul artikelnya.

"'Mengejutkan! Sikap Kasar Ma Poong Do di Konser'"

Chung Yi : Ma Poong Do?

Chung Yi ingat kejadian di hotel tempat Shi Joon kerja dulu.

Flashback...


Saat itu, Chung Yi sedang memunguti papan nama bertuliskan 'Istri Poong Do', 'Ma Poong Do milikku'.

Chung Yi mengumpulkan papan nama itu dan meletakkannya di meja.

Setelah itu, ia duduk menunggu Shi Joon sambil menatap jaket yang ia belikan sebagai hadiah untuk Shi Joon.

Tapi tiba2 Poong Do datang merebut jaketnya dan mengakui itu jaketnya.

Poong Do dan Chung Yi rebutan jaket.

Kesal karena Poong Do tak mau melepas jaketnya, Chung Yi menghantukkan kepalanya ke hidung Poong Do sampai hidung Poong Do terluka.

Flashback end...


Chung Yi kaget, astaga! Ternyata orang gila itu!

Bersambung ke part 3...

Blessing Of The Sea Ep 8 Part 1

Sebelumnya...


Chung Yi ada di Institut Pengembangan  Material Mentah Jubo. Ia disana untuk mengambil mangkuk supnya, tapi ia melihat sebuah bayangan melintas diluar.

Chung Yi pun meletakkan box makanannya di bawah dan mengambil sebatang kayu.

Kemudian, dia keluar sambil mengayunkan kayunya dan teriak.

"Siapa disana!"


"Ini aku!" sahut Ko Yeo Jung, si wanita berambut keriting yang memesan supnya tadi. Yeo Jung meracau, bahwa dia bintang malam ini.

Chung Yi berusaha menyadarkan Yeo Jung dan berkata kalau dia hanya datang untuk mengambil piringnya.

Chung Yi : Kau baik-baik saja?


Yeo Jung : Soal sampel itu... kau menyentuhnya karena tahu sesuatu?

Chung Yi : Kurasa kau sedikit mabuk. Sebaiknya kau pulang.

Yeo Jung : Aku juga ingin pergi. Kusuruh para bedebah itu menjaga rumah kaca, tapi mereka malah kabur. Mereka membawa gaji harian begitu saja. Jika kau membayarku, aku akan bekerja setiap hari. Aku akan sangat berterima kasih. Astaga.


Di kamarnya, Jae Ran marah-marah di telepon.

Jae Ran : Aku bukan bocah. Haruskah kau menyebutkan jadwal yang sama berulang kali! Bukankah kau dibayar untuk bekerja!

Gwi Nyeo tiba-tiba masuk dan merebut ponsel ibunya dan memutuskan panggilannya.

Jae Ran tambah sewot, apa yang kau lakukan!

Gwi Nyeo : Pegawai ibu akan bilang ibu menyalahgunakan kekuasaan.

Jae Ran : Ini sungguh menyebalkan! Kenapa mengadakan konser di desa terpencil?


Gwi Nyeo : Pemain violin itu diadopsi ke Prancis saat masih muda. Jadi, mereka bermain di desa yang mereka anggap kampung halaman.

Jae Ran : IPK-mu buruk sekali karena kau terlalu sibuk mengingat detail tidak penting.

Gwi Nyeo : Pak Seo yang memberitahuku. Ayolah, Ibu!


Young In menyerahkan dokumen yang baru saja ditandatanganinya pada Pil Doo.

Young In :Apakah konser hari ini diadakan Administrasi Warisan Budaya? Aku juga akan hadir.

Pil Doo kaget kaget, anda akan hadir?

Young In : Ini acara yang diadakan saat kita mendiskusikan kemungkinan mengembalikan aset kebudayaan.


Young In melirik lukisan berharga, milik ayahnya Chung Yi.

Young In : Jika lukisan itu berperan penting dalam negosiasi ini, bukankah itu akan menaikkan status Grup Jubo? Aku harus datang langsung agar bisa memahami situasinya.

Pil Doo : Ya, tentu saja.


Ryan menyusul Poong Do yang berlari keluar bandara.

Ryan : Kau akan seperti ini? Itu Eric.

Poong Do : Maka dari itu. Kenapa harus di sana?

Ryan : Kenapa kau memedulikan lokasinya? Masalahnya ini Eric!

Poong Do : Tidak sesederhana itu. Aku tidak mau ke sana.

Ryan kesal, baiklah, lantas tidak usah. Tinggalkan saja Eric kesayanganmu itu dan hancurlah di industri ini! Sesederhana itu!


Ji Na duduk di salon, sambil menikmati secangkir kopi. Salon itu adalah salon tempat ia dulu bekerja.

Manajer salon kemudian datang.

Manajer salon yang tak tahu itu Ji Na, bersikap ramah pada Ji Na.

"Apa ini kali pertama anda mengunjungi salon kami? Aku akan melayani anda."


"Ini bukan kali pertamaku. Kau tidak mengenaliku?" Ji Na lalu melepas kacamatanya.

Si manajer kaget.

"Yeo Ji Na, beraninya kau datang kemari!"


Ji Na mencampakkan cangkirnya ke lantai.

Si manajer kaget.

Ji Na : Beraninya kau bicara dengan nada seperti itu kepada pelanggan.


Ji Na kemudian berdiri dan menatap tajam si manajer.

Ji Na : Mau kugunting juga rambutmu?

Si manajer ketakutan. Ji Na tersenyum puas melihatnya.


Ji Na keluar dan bertemu dua wanita yang mengenalinya sebagai J-Na, si pengulas riasan.

Dua wanita itu mengaku sangat mengagumi Ji Na dan minta berfoto.

Ji Na pun menjelek-jelekkan salon itu.

Ji Na : Kuberitahu ini karena kalian adalah penggemarku. Jangan datang lagi ke salon ini. Mereka kurang bergaya.


Di belakang, si manajer menatap kesal Ji Na. Ji Na membalasnya dengan tersenyum puas.


Yeo Jung mendekati Chung Yi yang tidur di kebun Jubo.

Yeo Jung : Kau masih disini?

Chung Yi terbangun dan meregangkan badannya.


Chung Yi lantas berdiri.

Chung Yi : Kau menyuruhku tetap di sini sampai kau kembali. Tapi aku tidak yakin kau ingat.

Yeo Jung : Dasar bodoh.

Yeo Jung lalu memberi Chung Yi dua amplop.

Chung Yi senang, tapi kemudian ia tanya kenapa Yeo Jung memberinya dua?


Yeo Jung : Kau bisa menjaga lagi hari ini. Tidak ada yang datang karena konser sialan itu.

Chung Yi : Nona Ko, simpan saja ini. Tapi bisakah kau membantuku?


Ji Na sewot, pasalnya dia datang melamar ke sebuah perusahaan tapi disuruh bekerja sebagai karyawan magang.

"Kontenmu sebagai pengulas riasan dinilai sangat tinggi pada proses wawancara. Kau akan menjadi magang selama enam bulan." ucap pria itu.


Ji Na melihat kartu nama pria itu pakai penjepit. Pria itu ternyata manajer pemasaran Grup Jubo, bernama Tak Teu In.

Ji Na : Aku ingin bicara dengan orang yang bertanggung jawab membawaku ke sini, bukan kau.  Wakil Presdir Seo Pil Doo. Di mana dia sekarang!


Ji Na keluar sambil marah2.

Ji Na : Dia pikir aku di sini untuk menjadi pemagang!


Dua karyawan melintas. Ji Na mendengar pembicaraan mereka.

"Kita bisa terlambat begitu tiba di Yongwang-ri. Aku tidak menyangka Pimpinan akan hadir."

"Kau sudah memeriksa kamera?

"Ya."

"Jika seluruh keluarga pemilik datang, menurutmu cucu Pimpinan juga akan datang?"

"Kau pernah melihatnya?"

"Belum. Setahuku, belum pernah ada yang melihatnya."


Ji Na memikirkan sesuatu.

Ji Na : Yongwang-ri? Seluruh keluarga pemilik datang?

Ji Na kemudian tersenyum licik.


Poong Do berdiri di dermaga, tempat Chung Yi biasa menyendiri.

Poong Do teringat kata-kata Chung Yi, yang bicara padanya sambil menangis.

Chung Yi : Jika kau sakit, temuilah dokter. Jangan muncul di hadapanku lagi.

Poong Do menghela nafas.

Poong Do : Aku juga tidak ingin kembali.


Spanduk bertuliskan, "130 Tahun Diplomasi Korea-Prancis, Konser Perayaan, Eric dan Kawan-kawan" sudah terpasang.

Satu per satu mobil mulai berdatangan.


Hak Kyu dan rekannya bekerja sebagai tukang parkir.

Chung Yi berlari menghampiri Hak Kyu.

Hak Kyu : Sedang apa kau disini?

Chung Yi : Aku kabur dari kerja paruh waktuku. Bagaimana dengan ayah?

Hak Kyu : Ayah menggantikan ayahnya Dong Sik. Ayah tidak bisa diam saja dan membiarkan ibumu mengomel. Omong-omong, pekerjaan paruh waktu apa?

Chung Yi : Ada pekerjaan di rumah kaca di sini.


Hak Kyu : Rumah kaca? Yang itu?

Chung Yi : Ya.

Hak Kyu : Kau bekerja di sana?

Chung Yi : Ya.


Mobil Jae Ran lewat dan diperiksa oleh rekan Hak Kyu.

Sementara Hak Kyu asyik bicara dengan Chung Yi.

Mereka tak saling melihat. Mobil Jae Ran kemudian masuk ke dalam.

Chung Yi : Ayah tidak kedinginan? Pakaian Ayah terlalu tipis.

Hak Kyu : Ayah baik-baik saja.


Malam pun tiba. Poong Do jalan-jalan disamping rumah kaca.

Tiba-tiba, Poong Do melihat kunang-kunang.

Poong Do pun teringat masa kecilnya dengan Chung Yi.

Flashback...


Poong Do dan Chung Yi duduk di hutan.

Chung Yi mengenalkan teman-temannya pada Poong Do. Teman-teman Chung Yi adalah kunang-kunang yang ia simpan di dalam toples kecil.

Chung Yi : Teman-temanku cantik, bukan? Aku bisa melihat semuanya meski mereka tidak bicara. Jadi, tidak usah mengkhawatirkan apa pun. Aku akan mendengarkan apa pun yang kau katakan.

Flashback end..


Poong Do tersenyum, lalu ia mengikuti kemana kunang2 itu pergi.


Kamera menyorot sebuah tongkat bisbol.


Disamping tongkat itu, Chung Yi tertidur sambil duduk di kursi.


Chung Yi di kebun kaca, hanya ditemani sinar lampu yang redup2.


Poong Do berjalan mengikuti kunang2 yang masuk ke kebun.

Tepat saat itu, lampu di kebun padam.

Poong Do tak bisa melihat apapun.


Chung Yi terbangun. Dia panic dan langsung mengambil tongkat bisbol untuk berjaga-jaga.

Tiba2, Poong Do menabraknya. Chung Yi yang gak bisa lihat apapun, langsung memukul Poong Do.


Poong Do kabur. Chung Yi mengejar Poong Do dan papasan sama Yeo Jung. Yeo Jung menarik Chung Yi.

Chung Yi : Ada pencuri di labmu.

Yeo Jung : Apa maksudmu? Dia? Dia pianis yang akan tampil hari ini.

Chung Yi kaget : Apa? Dia pianis?


Poong Di meringis kesakitan sambil megangin tangannya.

Ryan datang.

Ryan : Kau dari mana? Aku sudah takut kau tidak akan geladi bersih.

Melihat Poong Do kesakitan, Ryan tanya ada apa?

Ryan : Tanganmu terluka?

Poong Do : Aku tidak apa-apa. Ambilkan air.

Bersambung ke part 2....