Ternyata institut yang dimaksud Woo Yang tadi adalah Institut Pengembangan Material Mentah milik Joobo Group.
Chung Yi mengantarkan makanan kesana menggantikan Woo Yang.
Tapi saat tiba di dalam, ia tak menemukan siapa pun disana.
Chung Yi pun meletakkan pesanannya di atas meja.
Saat meletakkan di meja, ia tak sengaja melihat sampel warna di meja lain.
Chung Yi : Cantiknya. Bagaimana bisa ada warna secantik itu?
Chung Yi pun mendekati meja itu dan iseng menyusun warna.
Manajer wanita yang dimaksud Woo Yang datang. Dia datang sambil marah2 di telepon.
"Sedang apa kau?" tanya si manajer.
"Maaf. Tadi ini tampak tidak teratur." jawab Chung Yi.
"Aku tidak suka orang sepertimu. Kau terlalu rajin. Kau dari pesan antar? Kau boleh pergi sekarang." ucap si manajer.
"Aku bisa datang nanti malam untuk ambil mangkuk kosong, bukan?" pintanya.
Si manajer diam saja. Chung Yi bergumam sendiri, terserah.
Chung Yi menuju sepedanya sambil mengatai si manajer wanita aneh.
Matanya lalu melihat sebuah tempat yang ditutupi kain.
Chung Yi masuk kesana dan terkagum2 melihat tanaman yang tumbuh subur disana.
"Apa karena tanah mereka subur?" pikir Chung Yi.
Chung Yi menggali tanah disekitar situ dan menanam bibitnya.
Chung Yi : Aku akan meminjam tanahnya sedikit. Tolong rawat tanamanku juga.
Di rumah Chung Yi, Woo Yang, Hun Jung dan kedua anak mereka lagi asyik makan seafood.
Hun Jung : Sudah lama kita tidak makan daging. Makanlah, Yeol Mae.
Woo Yang : Putra ayah, buka mulutmu. Enak?
Deok Hee datang dan menatap mereka dengan kesal.
Yeol Mae langsung memasukkan udang ke mulut Deok Hee.
Yeol Mae : Nenek Dukun, udangnya enak, bukan?
Deok Hee menampol Yeol Mae.
Deok Hee : Hei, sudah kubilang, berhenti memanggilku nenek. Aku tampak setidaknya sepuluh tahun lebih muda daripada ibumu.
Deok Hee lalu duduk di sebelah Yeol Mae.
Deok Hee : Tapi dari mana kalian mendapatkan udang mahal seperti itu? Aku yakin pasangan pelit ini tidak mungkin membelinya.
Putra mereka mau buka mulut kalau hidangan laut itu dari Hak Kyu. Woo Yang pun langsung menutup mulutnya dan menjelaskan kalau ada donatur tanpa nama.
Woo Yang menuangkan soju ke gelas dan menyuruh Deok Hee minum. Deok menatap mereka curiga.
Deok Hee : Kalian ingin uang sewa dikurangi dengan memberiku makanan ini?
Hun Jung : Bukan, Bu Bang. Ayo, minumlah.
Sekarang, anak2 mereka sudah di dalam. Hanya tinggal mereka berdua diluar.
Deok Hee : Udang ini langsung mengingatkanku kepada Hak Gyu. Apa dia dirundung dan diganggu di kapal?
Hak Kyu datang dan menatap wajah Deok Hee dari jarak dekat.
Melihat Hak Kyu, Deok Hee mengira dirinya sedang menghayal karena mabuk.
Hak Kyu : Aku masih hidup, Sayang.
Deok Hee marah dan langsung menendang Hak Kyu.
Deok Hee : Apa yang terjadi? Kau bilang akan mencari uang. Kau bilang akan membawa banyak uang.
Keributan pun terjadi.
Deok Hee mengejar Hak Kyu yang lari sambil marah2.
Woo Yang dan Hun Jung coba menghentikannya. Tapi mereka ikut jadi sasaran.
Chung Yi pulang dan berusaha menghentikan keributan itu.
Chung Yi dan Deok Hee jatuh.
Deok Hee meringis kesakitan sambil memegangi punggungnya dan mengaku tidak bisa bergerak.
Deok Hee lalu menggapaikan tangannya ke Hak Kyu. Tapi begitu Hak Kyu menggapai tangannya, ia pun menjambak rambut Hak Kyu.
Terdengar narasi Chung Yi.
"Seperti inilah keadaan kami. Keadaannya selalu gila dan terkadang sulit. Terkadang aku tertawa karena tidak percaya. Tapi kami semua saling menyayangi dan sehat. Setiap hari kami merindukan dan menunggumu.
Di rumahnya, Nyonya Jung sedang menemani Yeol Mae tidur.
Nyonya Jung lalu menatap foto Shi Joon.
Nyonya Joon : Aku merindukanmu, Shi Joon.
Paginya, Deok Hee berdoa.
Deok Hee : Kumohon, Raja Naga. Tolong jaga Ji Na agar dia aman. Tolong jaga Ji Na.
Narasi Chung Yi kembali terdengar.
Chung Yi : Aku yakin Kak Ji Na juga baik-baik saja. Ibu berdoa kepada Raja Naga setiap hari. Tolong jaga dia. Jika mendengar kabarnya, aku akan mengirimimu surat lebih dahulu. Aku merindukanmu, Si Joon Oppa.
Ternyata narasi Chung Yi adalah isi surat Chung Yi untuk Si Joon.
Di sel, teman2 Si Joon meledek Si Joon usai membaca surat itu.
Si Joon marah dan menendang salah satu dari mereka.
Perkelahian tak terhindarkan. Si Joon dikeroyok.
Kamera lalu mensorot beberapa surat dari Chung Yi di lantai.
Ryan menjemput Poong Do di bandara.
Poong Do : Aku akan tampil bersama Eric, pria yang paling kuhormati. Aku harus sopan. Kita akan tampil di mana? Pusat Kesenian Seoul?
Ryan : Begini sebenarnya... Kau tahu tempat itu.
Chung Yi kembali ke institut Joobo untuk mengambil mangkuknya.
Tapi sapai disana, dia melihat bayangan di dalam kebun tanaman.
Ji Na terlihat di bandara. Ia keluar dari terminal kedatangan.
Bersambung....
0 Comments:
Post a Comment