• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

King Maker : The Change Of Destiny Ep 5 Part 3

Sebelumnya..


Beberapa anak bangsawan sedang bermain golf.

Lee Jae Hwang, putra kedua Hakim Lee muncul dengan tangan memegang sebuah kotak panjang.

Raut wajah Jae Hwang terlihat sedih. Sepertinya nih ya, sepertinya dia dikucilkan oleh teman- temannya.


Salah seorang anak mendekat dan membuka kotak yang dibawa Jae Hwang. Isinya bola golf. Anak itu mengambilnya satu dan melihat bolanya.

"Kau memahatnya sendiri lagi?"

Jae Hwang mengangguk.

"Memahat kayu itu untuk rakyat hina. Itu bukan untuk kerabat Raja."

"Anak-anak lain tidak suka bermain denganku." ucap Jae Hwang.


"Terima kasih untuk ini." jawab anak itu, lalu membagikan bolanya pada teman-temannya.


Hakim Lee menghadap Ibu Suri. Ibu Suri kesal setelah mendengar tentang Jae Hwang yang membaca buku untuk anak kuliahan. Hakim Lee yang tahu Ibu Suri kesal, berkata, bahwa Jae Hwang tidak mungkin memahami isi buku itu karena Jae Hwang masih kecil.

Ibu Suri : Entahlah, aku tidak yakin. Buku-buku itu untuk kaum elite.  Untuk dibaca Raja berikutnya. Seperti katamu, apa yang mungkin dia pahami? Seseorang pasti menyuruhnya.

Hakim Lee : Apa maksud anda?


Ibu Suri : Tuan Dojeonggung mengelilingi dirinya dengan pengawal dan berpesta sepanjang waktu seperti sampah rendahan, sementara kerabat jauhnya yang manis dan pintar membaca buku untuk kaum elite, dan belajar untuk menjadi raja. Ironi yang tragis.

Hakim Lee : Itu tidak benar, Ibu Suri! Aku tidak punya niat buruk. Putraku hanya anak yang naif. Tolong jangan salah paham dengan niatku, Ibu Suri.

Ibu Suri : Begitukah? Kau akan selalu setia dan tidak bersekongkol melawan kami?

Hakim Lee : Tidak diragukan lagi. Aku hanya berusaha keras untuk melindungi anda dan istana dari keluarga Jangdong Kim-moon yang liar.

Ibu Suri : Baiklah, kuharap itu benar.

Hakim Lee : Percayalah kepadaku, Ibu Suri.


Hakim Lee beranjak pergi. Diluar dia bertemu dengan Ha Jeon. Ha Jeon minta maaf pada Hakim Lee. Ha Jeon bilang, karena perbuatannya mengerahkan pasukan, Hakim Lee jadi disalahkan Ibu Suri. Hakim Lee menasehati Ha Jeon agar tetap fokus untuk menjadi Raja.

Hakim Lee : Aku akan melakukan yang terbaik untuk melindungimu.

Ha Jeon : Para petinggi akan segera berkumpul untuk membahas perubahan militer. Kita tidak tahu bagaimana reaksi Keluarga Kim-moon terhadap pengangkatanku. Kita harus menyiapkan pasukan...

Hakim Lee : Kita tidak boleh melakukan itu. Jika Keluarga Kim-moon tahu, mereka pasti akan membunuhmu!

Ha Jeon : Aku tahu, tapi mari kita lihat. Aku akan menyerang mereka lebih dahulu.


Man Seok duduk di kedai. Ia mengeluarkan amplop panjang dari balik lengannya dan hendak membukanya tapi tidak jadi dan memutuskan membacanya di kamarnya. Tanpa ia sadari, pria kiriman In Gyu mengawasinya lagi. Pria itu juga duduk di kedai, pura2 makan dan melihat Man Seok masuk ke kamar.


Ternyata itu surat wasiat. Biksu Alam menyuruh Man Seok memberikannya ke Chun Joong.

Man Seok heran, bukankah Keluarga Choi yang terkaya dan terpandang? Kenapa mereka memberikan semua properti mereka kepada Tuan Muda?

Biksu Alam : Kau harus memberikannya kepadanya. Ini akan menjadi bantuan besar bagi Chun Joong.


Man Seok pun merasa tugas itu terlalu besar untuk dikerjakannya sendiri.


Man Seok lantas menemui Bong Ryeon.

Bong Ryeon : Sudah lama aku tidak mencemaskanmu.

Man Seok : Setelah insiden Tuan Chun Joong,  aku menunggu di penjara untuk eksekusiku, Tapi kau yang menyelamatkan hidupku. Aku harus membayar utangku, tapi di sinilah aku, meminta bantuan lain.

Bong Ryeon : Bantuan? Apa terjadi sesuatu?

Man Seok : Ada hal penting yang harus kusampaikan kepada Tuan Chun Joong. Tuan Hwan Choi, tetua terbesar Keluarga Choi telah meninggal...


Tiba-tiba terdengar suara Dan dan In Gyu diluar.

Dan menghalangi In Gyu masuk.

In Gyu tanya, apa ada orang di dalam?


In Gyu menerobos masuk karena Dan bilang Bong Ryeon lagi sendiri.

Tapi pas masuk, dia lihat Bong Ryeon hendak mengganti baju.

In Gyu langsung mengalihkan pandangannya dan terlihat kesal.

Bong Ryeon marah.

Bong Ryeon : Apa yang kau lakukan! Bagaimana bisa kau begitu intrusif? Keluar sekarang! Jika kau bersikap tidak beradab, aku akan membuatmu dihukum!

In Gyu : Maafkan aku, Tuan Putri. Tolong maafkan aku. Aku akan menunggu di depan gerbang. Silakan keluar.


Dan mengantar In Gyu keluar.

Tak lama kemudian, Dan balik lagi dan menatap Bong Ryeon, Nona...


Bong Ryeon mengerti dan langsung membuka pintu di hadapannya. Man Seok keluar dari sana.

Man Seok :  Bukankah dia Chae In Gyu? Bagaimana dia bisa kemari?

Bong Ryeon : Dia licik dan pasti membuatmu diikuti.

Man Seok : Pantas saja... Aku merasakan ada orang di belakangku! Bagaimana ini?

Bong Ryeon : Tuan Chun Joong menginap di hostel pohon prem di Baeohgae. Jangan temui dia sekarang dan bersembunyilah. Pertama, kau harus berhenti dibuntuti.

Man Seok : Baik, Nona.

Bong Ryeon lalu meminta Dan mengantar Man Seok.


Setelah Dan dan Man Seok pergi, Bong Ryeon menghampiri In Gyu yang sedang memandangi burung yang ia berikan ke Bong Ryeon waktu itu.

Bong Ryeon sinis, hobi yang tidak berperasaan.

In Gyu : Bukankah ini kandang burung yang kuberikan kepadamu? Kau menikmatinya?

Bong Ryeon : Kau menjebak burung ini dalam kandang tanpa pintu. Aku tidak bisa melepaskannya dan membiarkannya terbang. Aku juga tidak bisa membiarkannya mati sendiri... Sungguh kehidupan yang tragis.

In Gyu : Jadi, kau membencinya?

Bong Ryeon : Ya. Kandang burung tanpa pintu... Bagaimana kau bisa membuat hal seperti itu? Aku sangat benci kau dan kandang burung itu.


In Gyu yang kesal, menatap Bong Ryeon.

In Gyu : Kau sudah bertemu dengan pejabat dari Ganghwa?

Bong Ryeon : Belum.

In Gyu : Choi Chun Joong adalah penjahat. Kau bertemu dengannya?

Bong Ryeon : Tidak.

In Gyu : Raja sedang sakit, kau harus menjaga diri.

Bong Ryeon : Beraninya kau membicarakan penyakit Raja! Kau sudah gila?

In Gyu : Jika kau berani memprovokasiku, akan kupastikan hidupmu sama dengan burung di kandang itu. Jangan pernah menemui Choi Chun Joong. Camkan kata-kataku. Kali berikutnya kau menemui Chun Joong,  aku akan membunuhnya di depan kedua matamu.


In Gyu lalu pergi. Bong Ryeon kesal. Tak lama kemudian, dia menatap burung di dalam kandang itu.


Hakim Lee menemui Chun Joong, memberikan gyoji.

Chun Joong langsung membacanya.

Hakim Lee : Dojeonggung berbicara dengan Raja dan Raja telah memberikan titah langsung. Dia telah melarang pembelian panti asuhan dan tanah sekitarnya. Ke depannya, kepolisian negara akan melindungi dan melayani.

Chun Joong : Kau menepati janjimu?

Hakim Lee : Tentu saja. Kau mungkin berpikir aku tidak berharga, tapi aku orang dengan pengaruh besar. Kau membicarakan wajahku yang menonjol? Sekarang, mari kita mulai. Maukah kau ikut aku di liga besar dan meramal untuk bangsawan lagi?

Chun Joong : Terima kasih atas tawaranmu, tapi aku harus menolak.


Hakim Lee : Baiklah. Kau harus tahu. Tidak ada yang bisa menyangkal dunia jika itu memanggilmu. Sebesar apa pun keinginanmu untuk meraih kesuksesan, itu tidak mungkin jika dunia tidak memanggilmu. Sekeras apa pun kau menyangkalnya, jika dunia memanggilmu, kau harus keluar dan menyerahkan hidupmu. Camkan kata-kataku. Itu yang disebut takdir.

Hakim Lee pergi.


Man Seok lagi2 diikuti pria kiriman In Gyu. Man Seok bersikap waspada dalam perjalan menuju tempat dia menginap. Tapi saat dia mengambil jalan lain, seekor kuda menerjangnya padahal ia masih berjalan di pinggir. Man Seok pun terpental kuat dan terluka cukup parah.


Paginya, Bong Ryeon minum teh dengan Nahab.

Nahab : Kudengar dukun baru menyelamatkan gadis pekerja bernama Song Hwa. Bersamanya ada sosok misterius lainnya. Siapa namanya... Tuan Choi?

Bong Ryeon : Seorang gadis miskin hampir kehilangan nyawanya. Kebetulan Tuan Choi ada di sana untuk membantu.

Nahab : Begitukah? Begitu rupanya.... Kudengar Tuan Choi berusaha keras untuk melindungi panti asuhan. Sayangnya, mereka masih menghancurkannya. Raja menitahkan sendiri, tapi Kim Jwa Keun gigih. Seolah-olah memberi titah Raja pada anjing, dia langsung mengirim Letnan Chae ke panti asuhan untuk menghancurkannya.

Bong Ryeon kaget, apa?

Nahab : Panti asuhan sudah hancur sekarang. Akan gawat jika Tuan Choi kebetulan tahu.


Mendengar itu, Bong Ryeon yang takut Chun Joong bertemu In Gyu, langsung berdiri.

Bong Ryeon : Mari lanjutkan lain kali. Aku ada urusan mendesak.

Nahab : Kau bahkan belum menghabiskan tehmu. Apa yang begitu mendesak?

Bong Ryeon : Aku akan mengundangmu lain kali. Entah kita menjadi teman atau musuh, hanya waktu yang tahu.

Bong Ryeon pergi.


Nahab menatap kepergian Bong Ryeon dengan tatapan tajam.

Nahab : Kau memanipulasiku dengan kemampuan perdukunanmu? Aku tidak peduli. Jika kau dukun, aku rubah berusia 100 tahun.

Nahab lantas penasaran ada hubungan apa antara Bong Ryeon dan si Tuan Choi itu.


Tapi terlambat. Chun Joong sudah berada di panti asuhan dan meminta mereka berhenti melakukan pengrusakan.

Ja Young langsung berlari ke Chun Joong begitu melihat Chun Joong datang.

"Selamat datang kembali, Tuan Keadilan." sapa si ketua geng.

"Raja telah memerintahkanmu menghentikan pembongkaran." ucap Chun Joong.

"Siapa peduli perkataan raja? Aku mengikuti perintah siapa pun yang membayarku, Bodoh!"

Chun Joong pun menghajar satu per satu anggota geng gila ganda.


Tapi seseorang melemparkan pisau padanya dari belakang. Pisau itu menusuk punggung Chun Joong.

Ja Young pun syok Chun Joong tertusuk.


Pria yang melempar pisau, mendekati Chun Joong yang sudah tertusuk.

"Gila Ganda, mari tangani ini dengan tenang." ucapnya.


Bong Ryeon mau pergi tapi dihalangi anak buah In Gyu.

"Aku diperintahkan untuk melarangmu keluar."

"Siapa yang memberi perintah seperti itu!"

"Tuan Kim Byeong Woon. Silakan masuk kembali."


Bong Ryeon marah dan mencabut pedang pria yang menghalanginya pergi.

"Haruskah aku mengingatkanmu siapa aku? Aku putri Raja! Ketidaksopanan akan membahayakan nyawamu!"


Bong Ryeon lalu menyuruh Dan menyiapkan kuda. Setelah kudanya siap, Bong Ryeon langsung pergi.


Ja Young mendekati pria yang menusuk Chun Joong.

Ja Young : Apa yang kau lakukan? Raja telah memerintahkan agar pembongkaran dihentikan!

Pria itu bilang, itu perintah dari Jwa Keun.


Dengan sisa2 tenaganya, Chun Joong berusaha menghalangi mereka melakukan pembongkaran.

Tapi seseorang memukul kepalanya dari belakang.


Ja Young dan anak-anak langsung ketakutan melihat Chun Joong dipukul.


Chun Joong lalu berbalik, melihat pemukulnya.

Itu In Gyu!

Chun Joong lantas merosot jatuh dengan darah segar mengalir dari kepalanya.


Bersambung...