King Maker : The Change Of Destiny Ep 6 Part 1

Sebelumnya...


Bong Ryeon memacu kudanya. Di tengah pasar, dia bertemu rombongan In Gyu yang menarik gerobak. Bong Ryeon langsung turun dari kuda dan melihat Chun Joong tak sadarkan diri di dalam gerobak dengan kepala terluka. Bong Ryeon berusaha membangunkan Chun Joong. Chun Joong tersadar dan melihat Bong Ryeon tapi kemudian dia pingsan lagi.


In Gyu menarik tangan Bong Ryeon, membuat Bong Ryeon menatap ke arahnya. Bong Ryeon marah.

Bong Ryeon : Kau! Beraninya kau!

Bong Ryeon lalu menyuruhnya semua mundur dan berkata akan membawa Chun Joong.


In Gyu : Pria ini penjahat. Dia akan dibawa ke pengadilan, Tuan Putri.

Bong Ryeon : Tidak sebelum kau membunuhku.

In Gyu : Baiklah, jika memang harus, bawa dia.


Bong Ryeon kembali menyadarkan Chun Joong.

Bong Ryeon : Tuan, bangun! Kita harus pergi. Tolong bangun.


Tapi... In Gyu memukul leher Bong Ryeon. Bong Ryeon langsung jatuh pingsan di pelukan In Gyu.

Dengan sorot mata sedih, In Gyu menyuruh anak buahnya mengantar Bong Ryeon pulang.

Anak buahnya mengerti.


Ha Jeon dapat laporan dari Chi Sung soal panti asuhan yang dibongkar. Ha Jeon kesal.

Ha Jeon : Memperlakukan titah langsung Raja sebagai sampah.

Ha Jeon lalu sesumbar, kalau dia akan menghabisi keluarga Kim suatu hari nanti.

Ha Jeon lantas beranjak pergi tapi kemudian dia berkata lagi bahwa Chun Joong tidak bisa membaca kematiannya sendiri.


Setelah melemparkan Chun Joong ke lantai penjara, Anggota Geng Gila Ganda mencengkram Chun Joong yang sudah tidak berdaya dan membawanya ke hadapan In Gyu.

In Gyu : Kau sudah sadar?


Melihat In Gyu, Chun Joong teringat saat In Gyu membunuh ayahnya.

In Gyu : Senang bertemu denganmu, Chun Joong.

Chun Joon : Kenapa kau tidak melepas ini dahulu?

In Gyu : Aku mau minta maaf dahulu. Maafkan aku karena telah membunuh ayahmu.


Mendengar itu, Chun Joong marah dan merangsek maju untuk menyerang In Gyu tapi anggota Geng Gila Ganda memeganginya cukup kuat. Chun Joong berteriak marah, brengsek! Kau bedebah!


Anggota Geng Gila Ganda lalu menghajar In Gyu.

Tak lama kemudian, In Gyu menyuruh mereka berhenti.

In Gyu : Dengar baik-baik! Kami telah menyiapkan pengakuanmu. Putra Choi Gyung, pelaku kejahatan Choi Chun Joong. bersekongkol dengan Lee Ha Jeon,  Lee Ha Eung (Hakim Lee) dan Lee Hang Ro (ayah Ha Jeon) untuk membunuh Raja dan menobatkan diri.

Chun Joong : Jika aku menolak?


In Gyu mendekati Chun Joong. Dia menyentuh wajah Chun Joong tapi Chun Joong langsung menjauhkan wajahnya dari tangan In Gyu.

In Gyu lalu tertawa.

In Gyu : Aku mengagumi keberanianmu, tapi kau pasti akan menurutiku.


Tawa In Gyu kemudian menghilang dan berganti dengan tatapan penuh kebencian.

In Gyu : Tidak ada yang bertahan dari tempat ini. Bawa Choi Chun Joong ke ruang air dan jangan biarkan dia tidur. Kita akan melanjutkan interogasi setelah menjinakkannya.


Chun Joong pun dilemparkan ke dalam kolam berisi air oleh anggota Geng Gila Ganda.

Setelah itu, ketua Geng Gila Ganda membenamkan wajah Chun Joong ke air dengan kakinya.

In Gyu tampak menikmati pemandangan itu. Ia senang melihat Chun Joong tersiksa.


Seperti kontak batin, Bong Ryeon sadar dari pingsannya saat wajah Chun Joong dibenamkan ke air. Bong Ryeon terkejut dan mendapati dirinya di sebuah ruangan yang tidak asing baginya.

"Kau ingat ruangan ini? Seharusnya familier bagimu, Tuan Putri." ucap Byeong Woon yang duduk di hadapan Bong Ryeon.

Bong Ryeon yang ingat ruangan itu, bertanya, ada apa dengan ruangan itu memangnya.

Byeong Woon : Kau tidak tahu? Ruangan ini adalah identitasmu. Keberadaanmu!


Byeong Woon lalu menyingkap atasan Bong Ryeon dan melihat cap di bahu belakang Bong Ryeon.

Byeong Woon : Kau sudah lupa capmu? Tuan Putri. Aku bisa menyeretmu ke ruangan ini serta menutup mata dan telingamu selamanya. Mungkin mematahkan kedua kakimu juga.

Bong Ryeon tidak takut dan menantang Byeong Woon membunuh putri Raja.

Byeong Woon : Raja hanyalah orang-orangan sawah dan dia akan segera binasa. Kau hanyalah binatang buas yang diikat. Jangan pernah melupakan siapa dirimu.


Byeong Woon mau pergi. Bong Ryeon berdiri dan berkata, Byeong Woon lah yang tidak boleh lupa.

Bong Ryeon : Janji yang kau buat.  Kau tidak boleh mencelakai Chun Joong, itu janji kita. Jika kau tidak menepati janji dan membunuh Chun Joong, alih-alih janji,  aku akan memberimu ramalan.

Byeong Woon tak takut, apa?

Bong Ryeon : Dengar baik-baik. Anak-anakmu akan menerima akibatnya. Sama seperti perbuatanmu pada Chun Joon dan ayahnya, anak-anakmu akan menjadi penjahat dan diburu, serta akhirnya mereka bunuh diri. Dosa ayahnya akan dibayar oleh anak-anak!

Byeong Woon : Tutup mulutmu!

Byeong Woon mencekik Bong Ryeon.


Bong Ryeon : Jangan pernah lupa. Kau tidak akan membunuh Choi Chun Joong. Tidak akan pernah!

Mata Bong Ryeon tiba-tiba saja berubah warna. Byeong Woon yang takut, akhirnya melepaskan Bong Ryeon dan beranjak pergi.


Chun Joong yang diikat di kursi, kembali tak sadarkan diri. Anak buah In Gyu menepuk2 wajah Chun Joong, menyuruh Chun Joong bangun.

In Gyu lalu datang.

In Gyu : Sekarang, kau siap menulis pengakuanmu?

Chun Joong : Diam, Berengsek.

In Gyu : Bagaimana Choi Chun Joong yang perkasa menyerah secepat itu? Aku harus berusaha lebih keras untuk mengubah pikiranmu.


Mereka menutupi wajah Chun Joong dengan sehelai kain.

Setelah itu, In Gyu menyiram wajah Chun Joong dengan seteko air, sembari tertawa puas.

In Gyu : Kenapa? Kau berubah pikiran?

Chun Joong tak menjawab. In Gyu kembali menyiram wajahnya dan tertawa.


Setelah itu, In Gyu menatap tajam Chun Joong dan meminta Chun Joong tetap kuat karena itu baru permulaan, sembari terus menyiram Chun Joong dengan air.


Wanita pemilik kedai kesal melihat kedua adik si Biksu Merah makan dengan lahap.

"Hei! Bagaimana kalian bisa makan di saat seperti ini?"

"Kami juga pelanggan yang bayar."


Biksu Merah yang hanya duduk saja, tersepona menatap wanita itu.

Wanita itu langsung sok jual mahal dan berlalu begitu saja dari hadapan si Biksu Merah tanpa mengatakan apapun.


Pal Ryeong kembali.

Semua heboh dan langsung tanya hasilnya.

Pal Ryeong : Kapten Lim tidak bisa dihubungi sekarang. Dia pergi untuk mengawal pejabat pemerintah. Kapten lain tidak berguna. Mereka bahkan tidak mendengarkan.

Biksu Merah : Jadi, kau datang dengan tangan kosong? Pecundang!

Pal Ryeong : Pecundang? Apa yang bisa kulakukan di sana? Menari telanjang?

Biksu Merah : Ya! Kau harus melakukan apa pun! Lagi pula, hidupmu tidak sepenting itu.


Pal Ryeong pun sewot dan langsung berdiri mendekati Biksu Merah.

Pal Ryeong : Baiklah, ayo pergi. Pergilah ke kantor polisi negara dan menari telanjang. Mereka akan menghargai tubuhmu dan membebaskan Chun Joong!

Biksu Merah : Kau pikir aku tidak bisa? Menurutmu begitu?

Pal Ryeong : Ayo! Menari?

Biksu Merah : Menari! Ayo! Di mana?


Wanita itu teriak, kalian berdua, hentikan! Kalian berdua tidak membantu! Pergilah, kalian harus pergi.

Biksu Merah : Kenapa kau selalu menyuruhku pergi?

Wanita itu langsung memegangi kepalanya.

"Aduh kepalaku...."

Biksu Merah : Kenapa? Kau baik-baik saja?

"Enyahlah!" teriak wanita itu lalu pergi.


Ja Young menatap Pal Ryeong, Biksu Merah dan Goo Cheol yang sedang bicara.

Pal Ryeong : Bahkan jika Kapten Lim ada di sini, apa gunanya? Tidak ada gunanya.


Biksu Merah menatap kedua adiknya yang terus makan.

Biksu Merah : Berhenti makan, Rakus!

"Jangan membahas makanan begitu! Ini punya kami!" jawab salah seorang adiknya.


In Gyu menghadap Byeong Woon.

Byeong Woon : Kau tidak bisa menyiksa Chun Joong sendiri. Suruh bawahanmu melakukannya.

In Gyu : Tuan, izinkan aku melakukannya sendiri. Aku harus menanganinya...

Byeong Woon : Kau melawan perintahku?

In Gyu : Maafkan aku, Tuan. Tapi aku tidak dikendalikan oleh emosi pribadiku. Aku hanya berusaha memanfaatkan Chun Joong si kriminal untuk mencari dan membasmi pengkhianat lain. Orang seperti Lee Ha Jeon.

Byeong Woon : Baiklah, aku menghargai niatmu, tapi jika Chun Joong mati selama interogasi, seseorang harus bertanggung jawab. Jangan membuatku mengulanginya. Aku tidak peduli jika dia mati, tapi jangan lakukan sendiri.

In Gyu terpaksa menurut.


Seorang pelayan menguping pembicaraan mereka, sambil memegang nampan berisi makanan.

In Gyu membuka pintu dan pelayan itu langsung pura-pura hanya berdiri saja.

In Gyu : Kau boleh pergi sekarang.

Pelayan pun masuk ke kamar Byeong Woon.


Pelayan itu memberikan laporan ke Nahab.

"Dia dilarang menginterogasi Chun Joong sendiri. Untuk menginstruksikan bawahannya..."

"Pergilah sekarang." Nahab tampak senang.


In Gyu menemui Man Seok yang masih dalam perawatan dan belum sadar. In Gyu tanya kondisi Man Seok. Tabib bilang cedera di kepala dan punggung Man Seok cukup parah.

In Gyu : Lakukan apa pun untuk menyadarkannya. Dia datang jauh-jauh dari Ganghwa untuk memberikan sesuatu kepada Choi Chun Joong.  Apa pun itu, aku harus tahu lebih dahulu.


Jwa Geun membahas penerus Raja dengan Byeong Woon dan Myung Hak.

Jwa Geun : Raja telah mengumumkan penurunan takhtanya. Kita harus bergegas.

Byeong Woon : Yang tidak terelak telah datang. Kami sudah menyelesaikan rencana dengan Heungin-gun (kakak Hakim Lee).

Myung Hak : Heungin-gun katamu... Aku tidak terlalu terkesan dengannya.

Byeong Woon : Heungin-gun meminta putranya, Lee Jae Geung, dinobatkan dan sebagai balasannya, dia akan bekerja sama dengan Ibu Suri. Selain itu, dia akan mendapat dukungan Ibu Suri untuk Keluarga Kim-moon. Aku ragu kau bisa menemukan kandidat yang lebih baik.

Myung Hak : Kau benar, semua kerabat Raja akan meminta sebanyak itu. Baiklah, aku tidak menentangnya.

Jwa Geun : Mari kita sepakati putra Heungin-gun. Keluarga Jangdong Kim-moon kita akan bangkit lagi!


Ibu Suri menemui Raja.

Ibu Suri : Tuan Haok datang menemuiku. Dia berbicara tentang putra Heungin-gun, Lee Jae Geung.

Raja : Sudah jelas mereka akan melakukan itu. Heungin-gun katamu... aku sudah menduganya.

Ibu Suri : Kirim perintah. Secara resmi turunkan Tuan Haok dari jabatannya sebagai perdana menteri dan terapkan Bongjoha.

Raja : Jika sesuatu terjadi kepadaku, secara hukum Kim Jwa Geun akan menjadi Wonsang. Dan kau ingin mencegah ini.

Ibu Suri : Jika Kim Jwa Geun menjadi Wonsang, negara ini akan benar-benar menjadi milik Keluarga Kim-moon.


Raja : Kim Jwa Geun tidak akan mendengarkan perintahku.

Ibu Suri : Ini tugas terakhirmu sebagai Raja bangsa. Kau harus mengumpulkan keberanian, Raja!

Bersambung ke part 2....

0 Comments:

Post a Comment