King Maker : The Change Of Destiny Ep 5 Part 2

Sebelumnya...


Hakim Lee yang cemas, memperingatkan Ha Jeon.

Hakim Lee : Jangan nikmati kekerasan semacam itu! Ini salah!

Tapi Ha Jeon malah ngeyel.

Ha Jeon : Sebagai kerabat Raja, apa salahnya membeli senjata baru? Kau terlalu khawatir.


Seorang pelayan datang membawa gulungan surat. Chi Sung mengambil gulungan surat itu dan menyerahkannya pada Ha Jeon.


Ha Jeon langsung membacanya.

Ha Jeon : Apa ini? Peramal?

Hakim Lee : Peramal apa?

Ha Jeon : Surat dari Tuan Choi dari Baeohgae.

Hakim Lee kaget, Tuan Choi? Siapa dia hingga bisa menulis surat?

Ha Jeon : Sekarang bahkan peramal meminta pertolonganku.

Hakim Lee : Pertolongan? Dari dia?


Goo Cheol, adik pemilik kedai tergesa-gesa memanggil Chun Joong. Chun Joong tanya ada apa.

Goo Cheol : Tuan Lee Sung Jik dari Bukchon, Tuan Lee Song Hyun dari Unjong-ga, Tuan Lee Ha Jeon dari Dojeonggung... Mereka semua bilang tidak bisa membantu.

Chun Joong resah.


Pal Ryeong tiba-tiba datang dengan muka panic. Pal Ryeong yang ngos-ngosan, berusaha mengatur napasnya. Wanita pemilik kedai gregetan. Dia memukul Pal Ryeon dan meminta Pal Ryeong cepat bicara.

Pal Ryeong : Panti asuhan... Mereka menghancurkan rumah anak-anak!


Geng Gila Ganda itu kembali berulah. Mereka kembali ke panti dan membuat keributan.

Chun Joong dan Pal Ryeong datang saat mereka beraksi.

Chun Joong : Hei, kau bersenang-senang?

Si ketua geng menatap Chun Joong.

"Siapa kau? Anak anjing hilang dari keluarga tidak berguna?"


Chun Joong menendang si ketua geng, hingga ketua geng tersungkur di meja.

Melihat itu, anak buah si ketua geng berusaha membalas Chun Joong tapi Chun Joong berhasil menjatuhkan mereka hanya dengan sekali pukulan.


Chun Joong lalu menatap si ketua geng yang masih tersungkur di meja.

Chun Joong : Kau senang memukuli orang yang lebih lemah darimu? Apa itu menyenangkan?

Ketua geng : Hajar dia!


Dan lagi2 Chun Joong berhasil menjatuhkan mereka.

Chun Joong : Aku juga menikmatinya. Jadi, aku akan memukulimu. Ini amat menyenangkan.

Si ketua geng takut dan langsung mengajak anak buahnya pergi.

"Kau akan menyesali ini!" ucap ketua geng.


Pal Ryeong menirukan gaya tendangan Chun Joong tadi dengan menendang anak buah si ketua geng.

Pal Ryeong : Pergi dari sini! Bedebah "Geng Gila Ganda"!


Hakim Lee datang dan tersenyum pada Chun Joong.


Hakim Lee dan Chun Joong bicara di tempat lain.

Hakim Lee : Kau mengirim banyak surat kepada kerabat Raja. Tapi kenapa kau tidak mengirimkannya kepadaku? Aku menunggu.

Chun Joong : Tuan Heungseon-gun, kau tak punya kuasa atau uang.

Hakim Lee : Kau benar. Tapi yang tidak kau ketahui adalah aku bisa bicara langsung dengan Raja. Aku akan memberi tahu Raja tentang anak-anak.yatim piatu. Sesuai keinginanmu.


Chun Joong pun sadar ada imbalannya.

Chun Joong : Apa yang kau minta sebagai imbalannya?

Hakim Lee : Aku tidak mau apa-apa. Tapi jika kau menghadiri pertemuan, aku akan berterima kasih.

Chun Joong : Pertemuan?


Hakim Lee : Pertemuan para petinggi yang tertarik dengan ramalan untuk hiburan. Banyak peramal sepertimu akan berkumpul. Aku diperintahkan untuk mengajak seseorang.

Chun Joong : Kau mau aku jadi badut bangsawan?

Hakim Lee : Kau bisa melindungi anak-anak yatim piatu.

Chun Joong : Aku akan melakukannya.


Malamnya, Chun Joong dan Pal Ryeong menuju lokasi pertemuan. Mereka hampir tiba.

Pal Ryeong heran, Kenapa keponakan Ibu Suri, Tuan Jo Young Ha, ingin menemui kita? Bukankah itu karena kau bicara keterlaluan? Jika keadaan menjadi sangat buruk, mereka bisa membunuh kita, bukan?

Chun Joong : Kenapa seseorang mengundang kita ke rumah mereka hanya untuk membunuh kita? Lebih mungkin memanggil kita ke tempat terpencil menyeramkan dan bunuh diam-diam.

Pal Ryeong : Menyeramkan... Tempat yang menyeramkan dan terpencil!


Pal Ryeong melihat sekelilingnya. Seketika ia menjadi takut dan memutuskan kembali tapi Chun Joong menariknya.

Chun Joong : Ayolah, pria tidak boleh terlalu takut. Menyeramkan? Di sini terang sekali.

Chun Joong menyuruh Pal Ryeong jalan duluan. Pal Ryeong takut.

Chun Joong : Aku akan melindungimu.

Pal Ryeong : Tidak, aku akan melindungimu.

Seorang pengawal yang berjalan di depan, meminta mereka bergegas.


Sampai disana, Pal Ryeong terkejut melihat teman-reman mereka.

"Bukankah dia Tuan Byun dari Jangwi-dong?"

"Di sampingnya ada Dukun Jo dari Pelabuhan Dumo."

"Tuan Kang dari Ami-hyeon, Tiongkok!"

"Apa? Kenapa dia di sini? Profesor Hyun datang?"


Profesor Hyun meminta minum lagi.

Pal Ryeong kesal, dia pikir dia siapa?

Pal Ryeong : Mantan profesor dari Gwansanggam. Hanya bangsawan tertinggi yang bisa meminta kehadirannya. Dia sangat terkenal.


Biksu Merah melihat mereka.

Melihat si Biksu Merah, Chun Joong dan Pal Ryeong mau kabur. Tapi si Biksu Merah keburu menghampiri mereka.

Biksu Merah : Hei! Kalian mau ke mana? Aneh sekali melihat kalian di sini!

Pal Ryeong : Aku juga. Kenapa kau kemari?

Biksu Merah : Semua peramal Hanyang berkumpul di sini. Bagaimana bisa aku, si Biksu Merah, melewatkannya?


Tuan Jo, didampingi Ha Jeon, menyapa para peramal.

Tuan Jo : Semua orang yang berkumpul di sini adalah yang terbaik di Hanyang! Aku dan semua pria yang berkumpul di sini memperdebatkan apakah Empat Pilar Takdir benar atau salah, dan jika itu benar, kami harus melihatnya sendiri siapa di antara kalian yang terbaik. Dengan kata lain, untuk hiburan kami!

Salah satu peramal marah.

"Maksudmu, kalian akan menganggap profesi kami sebagai mainan?"

"Kami pikir kalian mungkin tersinggung. Karena itu... Siapa pun yang terbukti menjadi yang terbaik akan mendapat hadiah."


Chi Sung pun menunjukkan hadiahnya.


"Jangan anggap kami dukun sebagai lelucon! Empat Pilar Takdir telah dipelajari selama lebih dari 1.000 tahun! Jangan bermain-main dengan studi kami!"

Pengawal pun langsung membawa pria yang protes pergi.


Tuan Jo : Bagaimana dengan kalian? Maukah kalian mencobanya?


Beberapa peramal mulai tertarik.

Pal Ryeong ke Chun Joong : Tuan, kita tidak akan pergi kan?

Chun Joong : Kenapa aku harus pergi? Ini menyenangkan.


Ibu Suri memanggil Bong Ryeon ke kediamannya.

Ibu Suri : Kau sudah bekerja keras. Tapi tidak seperti sebelumnya, orang-orang ini bertanggung jawab atas negara kita. Kau mau mencobanya?

Ibu Suri ternyata menyuruh Bong Ryeon melihat takdir Raja.

Di depannya bahkan sudah ada beberapa barang.

Tapi Bong Ryeon terlihat takut.

Ibu Suri yang melihat ekspresi Bong Ryeon tanya ada apa.

Bong Ryeon : Aku tidak nyaman dan takut untuk menyentuh benda-benda ini.


Tuan Jo menunjukkan tanggal dan waktu kelahiran seseorang.

Tuan Jo : Sekarang, mari kita mulai. Coba kita lihat...


Profesor Hyun yang melihatnya tersentak.

"Itu takdir Raja Jungjong. Aku telah bekerja di antara anggota kerajaan Gwansanggam. Bagaimana aku bisa salah?" batinnya.

Chun Joong menatap tanggal dan waktu lahir di depannya.

Pal Ryeong yang mengincar hadiah itu, memegang tangan Chun Joong dan menatap Chun Joong penuh harap.


Tuan Jo : Kalian sudah tahu? Takdir ini milik siapa?

"Takdir itu memiliki terlalu banyak air sehingga merusak tanah dan membuat pohon busuk. Itu milik perampok yang lari dari hukum karena melakukan kejahatan dan mati dini." ucap salah seorang peramal.

"Dia asal bicara. Kau tidak lihat? Lihatlah kekayaan di dalam takdir itu. Itu milik pria kaya dan penting!" ucap si Biksu Merah.


Dukun Jo : Ladang besar dengan benih, semua benihnya tumbuh baik! Aku, sang jenderal, bicara Pria ini ayah yang membesarkan banyak anak!

Dukun Jo membunyikan loncengnya.

Biksu Merah : Berhenti membunyikan loncengmu! Itu membuatku pusing.

Ha Jeon tertawa.


Tuan Jo : Profesor Hyun, apa pendapatmu? Silakan bicara.

Profesor Hyun : Dia orang yang luar biasa. Sekian.

Tuan Jo : Ada lagi?


Tuan Jo melirik Chun Joong.

Tuan Jo : Hei, aku pernah melihatmu.

Pal Ryeong berdiri, ya, Tuan.


Tuan Jo : Kau pasti Tuan Choi yang membuang waktuku berjalan ke Wallsong-ru?

Semua kaget, terutama Ha Jeon.


Chun Joong : Maaf atas sikapku sebelumnya.

Tuan Jo : Tuan Heungseon-gun memujimu. Ini kesempatan keduamu. Pendapatmu?

Chun Joong : Hanya pria biasa.

Semua tertawa.


Tapi Chun Joong belum selesai bicara.

Chun Joong : Seorang pria biasa dengan banyak ketakutan. Pengecut kaya.  Tapi juga takdir ironi. Dia telah membunuh banyak orang karena ketakutannya, tidak bisa melindungi kekasihnya, tapi memiliki banyak anak. Lahir dari pria biasa, tapi dihormati dengan baik. Ini takdir seorang raja.


Ha Jeon dan Tuan Jo saling berpandangan. Mereka kaget.


Profesor Hyun juga langsung menatap Chun Joong.


Bong Ryeon memegang sebuah kacamata. Dalam penglihatannya, itu kacamata ayahnya.


Bong Ryeon pun nangis.

Bong Ryeon : Ini... kacamata Raja. Ayah akan mati dalam setahun.


Para peramal mulai meninggalkan lokasi acara. Mereka kesal karena Chun Joong benar dan mendapat hadiah.

Pal Ryeong di depan Biksu Merah, membanggakan diri.

Pal Ryeong : Aku tidak pernah salah! Sepuluh ribu keping emas... Seratus ribu keping emas...

Biksu Merah : Kau pasti bahagia.

Pal Ryeong : Aku bahagia, sangat bahagia!

Pal Ryeong menyuruh Biksu Merah pergi.

Biksu Merah : Kenapa? Bagaimana denganmu?

Pal Ryeong : Dia tidak bisa membawa semua. Aku harus membantunya!


Di dalam sebuah ruangan, Chun Joong dan Profesor Hyun bersama para bangsawan.

Tuan Jo mengaku penasaran dengan anak dari takdir yang baru mereka baca.

Profesor Hyun : Putra dari takdir yang baru saja kami baca?

Tuan Jo : Benar. Kita tidak perlu tahu tentangnya, tapi putranya yang membuat kami penasaran. Lihatlah baik-baik.


Mereka melihat tanggal dan waktu kelahiran dari putra Raja Jungjong.

Setelah itu, Chi Sung langsung membakarnya.


Chi Sung lalu mengingat perintah Ha Jeon sebelumnya.

Ha Jeon : Saat aku membalik gelasku, bunuh dia. Aku akan membawa dua orang terbaik ke kamarku. Aku akan menunjukkan takdir ayahku. Lalu menanyai takdirku. Kita tidak bisa membiarkan mereka hidup setelah tahu terlalu banyak.

Chi Sung : Tolong beri aku tanda untuk mengidentifikasi target.

Ha Jeon : Saat aku membalikkan gelasku saat mereka pergi, kau harus membunuhnya.

Flashback end.


Ha Jeon bicara dalam hatinya.

Ha Jeon : Yang kalian lihat adalah takdir ayahku. Karena itu, saat aku bertanya takdir putranya, aku bertanya takdirku sendiri. Nyawa kalian dipertaruhkan dengan ramalan ini. Kalian harus berhati-hati.


Kamera menyorot Tuan Hwaseo, Lee Hang Ro. Ayah Ha Jeon.

Profesor Hyun bicara dalam hati.


Profesor Hyun : Dia tampak seperti usia yang tepat untuk takdir ini. Pasti putranya yang mereka tanya.

Setelah itu, Profesor Hyun bilang takdirnya dipenuhi pendidikan.

Profesor Hyun : Dia memiliki takdir seorang cendekiawan ternama. Diberkahi banyak anak seperti ayahnya, dia punya tiga anak. Takdir besar seorang cendekiawan.


Ha Jeon : Bagus sekali. Pergilah sekarang dan tunggu instruksi.

Ha Jeon meminum minumannya setelah itu, ia membalik gelasnya.


Chi Sung mengerti dan langsung menatap rekannya. Sang rekan, pria yang mengantar Chun Joong tadi, mengerti dan bergegas keluar untuk menghabisi Profesor Hyun.


Giliran Chun Joong yang ditanya.

Chun Joong : Pemilik takdir ini tidak punya putra.


Ha Jeon : Sudah cukup. Kau boleh pergi sekarang.

Ha Jeon membalik gelasnya. Chun Joong yang melihat itu dan tahu akan dibunuh, menjelaskan lebih lanjut bahwa putra Raja Jungjong akan segera mati.

Chun Joong : Putra yang sudah mati sama saja dengan tidak punya putra.


Ha Jeon kaget, apa?

Kamera menyorot hiasan di baju Ha Jeon.


Sekarang Bong Ryeon sedang membaca hiasan itu.

Bong Ryeon : Orang ini akan mati muda.

Ibu Suri : Apa? Mati muda! Pria muda ini baru berusia 20 tahun, kenapa kau berkata begitu?

Bong Ryeon : Maafkan aku. Tapi orang ini akan mati sebelum akhir tahun.

Ibu Suri : Keluarga Jangdong Kim-moon telah memberikanmu mulut kasar. Enyah dari hadapanku!

Bong Ryeon : Aku akan pergi sekarang, tolong maafkan aku. Aku mengkhawatirkan kesehatan anda.


Ha Jeon marah.

Ha Jeon : Apa kau sangat mengharapkan hadiah sampai mengutuk?

Chun Joong : Pria ini punya istri yang amat bijaksana, tapi sayangnya tidak punya putra. Dia seperti naga yang bersembunyi di bawah tanah menunggu waktunya untuk terbang ke langit.

Ha Jeon kaget dan bertanya dalam hati bagaimana Chun Joong tahu. Bagaimana dia bisa tahu?

Chun Joong : Namun, hanya ada dua cara untuk selamat dari takdirnya. Pertama, dia tidak boleh membiarkan dirinya memiliki dua ayah. Pria ini punya dua ayah, ayah kandung dan ayah tiri.

Ha Jeon makin kaget Chun Joong tau dia punya dua ayah.

Chun Joong : Tapi itu semua sudah berlalu. Hanya ada satu cara lagi. Ayah ini harus membawa putranya ke tempat terpencil dan bersembunyi. Dengan begitu, putranya mungkin bisa hidup.


Chun Joong lalu bicara dalam hatinya.

Chun Joong : Seperti yang dilakukan ayahku untukku.


Chun Joong selamat. Ha Jeon membuka gelasnya.

Ha Jeon : Tuan Choi, kau terbukti sebagai dukun terbaik di seluruh Hanyang, hadiahnya untukmu.

Chun Joong : Maaf, Tuan, tapi aku tidak mengharapkan uang.

Ha Jeon : Apa? Lantas, apa maumu?


Chun Joong : Yang kuinginkan adalah janji.

Ha Jeon : Janji?

Chun Joong : Ya, janji atas nama Raja. Itulah harapanku.

Tuan Hang Ro : Tuan Heungseon-gun membawa pria yang sulit.


Chun Joong kemudian pergi. Dia mencari-cari Pal Ryeong. Pal Ryeong tiba-tiba muncul dibalik tembok.

Chun Joong heran,  sedang apa kau di sana?

Pal Ryeong : Profesor Hyun...

Chun Joong : Profesor Hyun?

Pal Ryeong : Tapi di mana emasnya? Di mana emasnya? Emas!

Chun Joong pun pergi.


Pal Ryeong mengejar Chun Joong.

Pal Ryeong : Ada berita lebih penting... Tuan, tunggu! Sungguh ada yang ingin kukatakan. Kita punya masalah besar!

Chun Joong : Kau menyaksikan pembunuhan Profesor Hyun?

Pal Ryeong : Aku yakin mereka berencana membunuhnya dari awal. Begitu dia keluar, mereka membungkamnya dan menggoroknya. Itu bisa saja kau. Orang-orang kejam yang menakutkan.


Chun Joong berhenti berjalan dan menatap kediaman Ha Jeon.

Chun Joong : Lee Ha Jeon... Apa dia naga bersembunyi yang dipilih Tuan Heungseon-gun?

Pal Ryeong yang takut, mengajak Chun Joong pergi.

Bersambung ke part 3....

0 Comments:

Post a Comment