The Great Show Ep 13 Part 3

Sebelumnya...


Joon Ho dan Soo Hyun ketemuan di kafe.

Joon Ho : Aku tahu ini masalah besar, tapi aku tidak mengira kau akan mengubah panelis.

Soo Hyun : Belum pasti. Dan kami memutuskan membatalkan acara pekan ini.

Joon Ho : Jika kau mengganti Dae Han, aku juga akan berhenti.

Soo Hyun : Kenapa?

Joon Ho : Aku sudah lama tampil di acara ini dan pemilihan umum akan segera tiba.

Soo Hyun : Begitu rupanya. Kurasa kau dan Dae Han tidak akan bisa bekerja dengan kami lagi juga.


Joon Ho : Aku yakin Hye Jin juga akan berhenti.

Soo Hyun : Kenapa dia mau berhenti?

Joon Ho : Dia akan mencalonkan diri untuk Partai Nasionalis.

Soo Hyun : Kalau begitu, kalian bertiga mungkin akan saling melawan?

Joon Ho : Ya. Entah kenapa menjadi seperti itu.


Di lokasi kejadian,, Dae Han memasang spanduk mencari saksi untuk kasus Tak.

Bong Joo : Seperti kata polisi, tidak ada kamera pengawas di sini.

Dae Han : Benarkah?

Bong Joo : Bukankah Tak bilang dia ada di kafe internet sebelum kemari?

Dae Han : Benar. Mari kita lihat.


Dae Han dan Bong Joo pun langsung ke warnet tempat Tak sering nongkrong sendirian.

Di kamera pengawas, terlihat Tak bermain game sendirian.

Flashback...


Tak yg sedang bermain, di sms anak2 pengompas Jae Hoon.

"Kami merampas uang dari Jae Yoon, jadi, cepat kemari."

Tak pun bergegas pergi setelah menerima sms itu.

Flashback end....


"Tunggu, itu dia. Tak." Ucap Dae Han.

"Dia? Dia rutin datang." jawab pemilik warnet.

"Ini pukul 21.54." ucap Dae Han.


Dae Han dan Bong Joo lantas meninggalkan warnet. Dae Han menyalakan stopwatch nya dan mulai berjalan bersama Bong Joo ke lokasi kejadian.

"Empat belas menit. Tak meninggalkan warnet pukul 21.45 dan butuh 14 menit. Maka sudah pukul 22.08. Tak menelepon 911 pukul 22.15, jadi, hampir tepat." ucap Dae Han menunjukkan stopwatch nya.

"Tapi tetap saja, itu bukan bukti yang cukup. Dia bisa berlari kemari dan memukulinya, lalu menelepon 911 setelah Jae Hoon pingsan." jawab Bong Joo.

"Jadi, maksudmu dia berlari kemari?" tanya Dae Han.

"Tidak, maksudku itu mungkin." jawab Bong Joo.

" Kurasa seseorang bisa membuat argumen itu." ucap Dae Han.

"Tapi bahkan korbannya bilang Tak menghajarnya. Bukankah itu mungkin benar? Kenapa korbannya berbohong?" jawab Bong Joo.

"Dia mungkin dendam kepadanya karena kali terakhir atau mungkin para perundung itu mengancamnya untuk berbohong." ucap Dae Han.

"Sial." jawab Bong Joo.


Ditengah keputusasaan mereka, Dae Han tak sengaja melihat kamera dasbor dari sebuah mobil yang parkir di dekat mereka.

Dae Han : Kamera dasbor di mobil yang diparkir. Pasti menyala semalaman." ucap Dae Han.

Bong Joo : Itu dia! Jika kita bisa menemukannya, semuanya akan beres." jawab Bong Joo.

Dae Han lalu melihat stiker yg bertuliskan nomor telepon si pemilik mobil yg di kaca mobil.


Ternyata mobil itu milik seorang petugas mini market.

"Ya, ini mobilku, tapi aku mengemudi pulang pukul 17.00."

"Kau tahu mobil yang diparkir di sana setelah itu?" tanya Dae Han.

"Aku tidak tahu. Ini bukan tempat parkir, jadi, mobil mana pun bisa parkir di sana." jawab pria itu.

"Penyerangan terjadi pukul 22.00. Apa kau melihat sesuatu?" tanya Dae Han.

"Entahlah. Aku pulang pukul 17.00. Kami punya pekerja paruh waktu setelah itu." jawab pria itu.

"Pekerja paruh waktu?" tanya Dae Han.


Jung Woo mengantarkan pesenan pelanggan ke meja. Setelah itu, ia kembali ke meja dapur dan menguping pembicaraan Joon Ho dan Pak Jung.

Jung Woo terkejut saat mendengar Joon Ho mencalonkan diri secara independen.

Pak Jung tanya alasan Joon Ho melakukan itu, padahal Joon Ho punya ayah seorang Ketua Partai.

Joon Ho : Orang-orang dikelompokkan menurut kekayaan orang tua mereka. Jika aku mendapat dukungan dari Partai Nasionalis, citra itu akan mengikutiku selama sisa karier politikku. Mereka akan bilang ayahku mewarisi tempat itu untukku.

Pak Jung : Itu benar, tapi... bukankah sulit mencalonkan diri sebagai independen? Mereka tidak memilih orang, tapi memilih partai.

Joon Ho : Karena itu aku datang untuk menemui anda, Pak.

Pak Jung kaget, apa? Apa hubungannya denganku?

Joon Ho : Aku mau anda yang pertama bergabung dengan kampanye pemilihanku.


Sontak lah, si Jung Woo langsung menyela saat mendengar Joon Ho ingin Pak Jung mendukungnya.

Jung Woo : Anda tidak bisa melakukan itu. Dia di pihak ayah mertuaku.

Bu Yang keluar dari dapur.

Pak Jung : Hei, jangan mengganggu saat orang dewasa bicara. Pergi bersihkan mejanya.

Jung Woo menurut dan pergi membersihkan meja.


Pak Jung : Lalu?

Joon Ho : Aku menyadari betapa jauhnya aku agar mendapat dukungan pedagang melalui insiden Mal Woods. Akan sangat membantuku jika anda bisa memanduku di sisiku.

Pak Jung : Aku mengerti maksudmu, tapi kurasa aku tidak bisa melakukan itu. Wi Dae Han juga akan mencalonkan diri kali ini. Tidak akan bagus jika aku memihakmu.

Joon Ho : Aku yakin anda sudah tahu, tapi aku sangat menyukai Nona Jung.

Pak Jung : Senang mendengarmu menyukai putriku, tapi apa orang tuamu akan setuju?

Joon Ho : Ayahku sepertinya juga menyukainya.

Pak Jung senang mendengarnya.

Pak Jung : Aku yakin semua itu bergantung pada bagaimana perasaan Soo Hyun.


Di jalanan, Dae Han dan Bong Joo sedang membagi-bagikan brosur 'mencari saksi'.

Bong Joo yg sudah lelah, mengajak Dae Han mengisi perut dulu.

Dae Han yg takut saksi muncul kalau mereka pergi makan, menyuruh Bong Joo makan duluan.


Dae Han lalu melihat Soo Hyun di seberang jalan.

Dae Han : Bagaimana dia tahu kita di sini?

Bong Joo : Aku meneleponnya dan memohon agar dia menyelamatkanku.

Dae Han, apa? Astaga.


Soo Hyun menghampiri mereka.

Soo Hyun : Bong Joo, pulanglah. Aku akan mengambil alih dari sini.

Bong Joo senang dan mau pergi, tapi Dae Han menahannya.

Dae Han : Kau mau ke mana? Meninggalkan kapal?

Bong Joo : Nona Jung sudah disini.

Soo Hyun : Dia benar. Biarkan dia pulang. Ini pasti hari yang melelahkan.

Dae Han : Kau harus memeriksa Da Jung. Dia pasti sangat stres sekarang. Selain kehamilannya, Tak pasti menyulitkan dia.

Soo Hyun : Kau benar.

Soo Hyun pun bergegas pergi.


Tiba2, Soo Hyun ditelpon ayahnya.

Soo Hyun pun bergegas ke restoran dan mendapati ayah dan ibunya sudah duduk menunggunya.

Soo Hyun : Apa yang ingin kalian bicarakan?

Pak Jung : Pak Kang datang tadi siang.

Soo Hyun : Lalu kenapa?

Pak Jung : Dia bilang dia amat menyukaimu.

Soo Hyun kaget mendengarnya.


Soo Hyun : Dia bilang begitu?

Pak Jung : Dari yang ayah dengar, Anggota Dewan Kang juga sangat menyukaimu. Jadi.....

Pak Jung ragu bertanya. Melihat itu, Bu Yang melanjutkan kata2 Pak Jung.

Bu Yang .... kami ingin bertanya, apa pendapatmu tentang Pak Kang?

Soo Hyun : Ayah, ibu.  Saat ini, aku tidak punya waktu untuk berkencan. Kalian juga tahu itu. Tak ditahan sekarang.

Pak Jung : Karena itulah ayah membicarakan ini. Kau pikir kami tidak tahu kau menyukai Dae Han?

Soo Hyun menyangkal.

Pak Jung : Tidak ada istirahat bagi keluarga dengan banyak anak.  Lihat Tak. Kami tahu Dae Han orang baik, tapi kami tidak setuju.

Soo Hyun : Tidak ada yang sempurna. Dan tidak ada keluarga yang sempurna. Aku dan Dae Han tidak sempurna. Memang benar aku menyukai Dae Han. Aku tidak yakin apakah perasaanku kepadanya akan makin kua atau tidak, tapi terlepas dari pilihan yang kubuat, itu tidak akan didasarkan pada latar belakangnya.

Pak Jung : Tapi....


Bu Yang memotong kalimat Pak Jung.

Pak Jung : Kau benar-benar putri ibu. Kau benar! Kau harus menjalani hidupmu sendiri. Kami akan berdiri di sampingmu dan mendukung pilihanmu.

Pak Jung sewot, bukan itu kesepakatan kita!

Bu Yang : Tapi kau tahu, pernikahan adalah tentang...

Pak Jung : Baik! Lakukan sesukamu! Kau, putri Yang Mi Sook, bisa hidup sesukamu.

Soo Hyun tertawa melihat perdebatan orang tuanya.


Dae Han dan Bong Joo kembali ke minimarket itu.

Min Ji yg bekerja disana, sontak kaget melihat Dae Han.

Dae Han pun tanya, apa Min Ji sudah mendengar ada penyerangan tadi malam pukul sepuluh?

Min Ji : Aku sudah dengar.

Dae Han : Kudengar sifmu berakhir pukul 22.00. Kau melihat sesuatu saat keluar?

Min Ji : Tidak.

Dae Han : Kau melihat pria mencurigakan berseragam sekolah?

Min Ji : Tidak.


"Permisi..." pembicaraan mereka selesai lantaran seseorang datang ke meja kasir untuk membayar. Min Ji langsung melayaninya.

Dae Han dan Bong Joo pergi.


Da Jung terkejut mendengar cerita Soo Hyun soal Dae Han yg berkeliaran di jalan mencari bukti.

Da Jung lantas cemas kalau mereka tidak bisa mendapatkan bukti.

Soo Hyun : Kurasa kau sudah lupa.

Da Jung : Melupakan apa?

Soo Hyun teringat soal moto Da Jung.

Flashback...


"Jangan khawatir!" ucap Da Jung pada Soo Hyun saat mereka makan di restoran cepat saji, sebelum ia menjadi putri legal Dae Han.

Flashback end...


Soo Hyun : Itu motomu.

Da Jung tersenyum, kakak benar. Tidak perlu khawatir sebelumnya. Tapi aku merasa kasihan kepada Paman Dae Han. Ini masa yang penting.


Dae Han dan Bong Joo masih di lokasi kejadian, menunggu saksi. Ketika sebuah mobil datang,, Dae Han langsung menanyai pemiliknya.

Dae Han : Kau parkir di sini semalam?

Sayangnya tidak.


Bong Joo : Kau tidak bisa menjamin mobil yang parkir di sini semalam akan kembali dan parkir di sini lagi hari ini.

Dae Han : Mobil yang parkir di malam hari biasanya orang yang tinggal dekat. Kemungkinan mereka akan parkir di tempat yang sama.

Bong Joo : Tetap saja, ini terlalu gegabah.


Dae Han lantas duduk disamping Bong Joo dan menepuk2 kakinya.

Bong Joo : Kau sungguh akan bermalam di sini?

Dae Han : Hei, Tak ada di sel sekarang. Menghabiskan semalaman di sini bukanlah masalah.

Bong Joo : Kau terdengar seperti ayah kandungnya.

Dae Han terdiam sejenak mendengar kata2 Bong Joo. Tapi setelahnya ia berkata, karir politiknya dipertaruhkan sekarang.

Bong Joo : Kau benar. Aku melihat konferensi pers Anggota Dewan Baek. Dia siap mengusirmu.

Dae Han : Dia pasti berpikir itu peluang bagus untuk menyingkirkan duri di sisinya.

Bong Joo : Hasil pemeriksaan akan diumumkan lusa. Kuharap kita bisa membuktikan Tak tidak bersalah saat itu.


Min Ji yg masih kerja, teringat saat salah satu anak yg mengompas Jae Hoon datang membeli rokok.


"Terima kasih untuk rokoknya." ucap anak itu.

"Banyak merokok dan mati cepatlah." jawab Min Ji ketus.

Anak itu kemudian pergi setelah membayar.


Setelah anak itu pergi, Min Ji menilep selembar uang dari laci uang.

Min Ji pun resah.

Bersambung ke part 4....

0 Comments:

Post a Comment