King Maker : The Change Of Destiny Ep 12 Part 2

Sebelumnya....


Pal Ryeong berpakaian layaknya pria bangsawan. *Ngakak sumpah.

Dia tiba di Baeogae dan terus memuji dirinya sendiri yang cocok menggunakan pakaian seperti itu. Pal Ryeong pun langsung ditatap aneh orang-orang di sekelilingnya.


Pal Ryeong tiba di kedai dan menemukan dua wanita berdiri di depan kedai.

Pal Ryeong : Siapa kau?

Kedua wanita itu berbalik. Dia Nahab dan pelayannya.

"Apa ini kediaman Tuan Choi?" tanya pelayan Nahab.

"Ya, itu..." Pal Ryeong terus menatap Nahab.

"Siapa kau? Kau terlihat seperti pria terhormat." ucap pelayan Nahab.

"Aku teman Tuan Choi. Teman yang datang untuk diramal." jawab Pal Ryeong.

"Dia pasti pria bangsawan yang dekat." ucap pelayan ke Nahab. Pelayan lalu tanya kenapa Pal Ryeong terus menatap Nahab.

Pal Ryeong bilang, Nahab terlihat seperti malaikat.

Nahab tersenyum kaget dengan jawaban Pal Ryeong yang bilang dia seperti malaikat.


Lalu dengan memasang wajah judes, Nahab bilang dia datang untuk diramal Chun Joong.

Pal Ryeong : Kurasa sudah terlambat untuk diramal.

Nahab : Siapa kau bisa memutuskan? Bukankah kau kemari untuk diramal juga?

Pal Ryeong : Itu...


Pal Ryeong mendekati Nahab.

Pal Ryeong : Aku punya... Aku punya pengaruh atas dirinya. Aku akan memandu kalian.

Pal Ryeong bergegas ke dalam sembari memanggil Chun Joong.


Nyonya Paeng dan Pal Ryeong berusaha menguping. Pelayan Nahab yang melihat itu, minta mereka berhenti menguping.

Man Seok datang dan memarahi mereka berdua. Man Seok bilang mereka tidak sopan menguping pembicaraan orang.


Nyonya Paeng dan Pal Ryeong langsung menyuruh Man Seok diam.

Goo Cheol yang duduk di depan mereka, ikut-ikutan latah menyuruh Man Seok dan si pelayan diam.


Di dalam, Chun Joong dan Nahab hanya berdua.

Nahab melihat-lihat kamar Chun Joong.

Chun Joong tanya kenapa Nahab datang mencarinya.

Nahab : Kau sungguh tidak tahu? Setelah mendengar ketenaranmu, berapa kali aku ingin menemuimu? Dan kau selalu menolak dengan berbagai alasan.

Chun Jong : Kediaman Tuan Kim Jwa Keun bukan tempat yang menyenangkan bagiku.

Nahab : Aku yakin tidak.


Nahab lalu bertanya lagi kenapa kamar Chun Joong terasa kosong. Dia lalu menyentuh lantai kamar Chun Joong.

Nahab : Kamar dingin tanpa kehangatan atau aroma mengundang seorang wanita...


Nahab kemudian menatap Chun Joong.

Nahab : Kamar yang pas untuk pria yang kesepian. Aku selalu merasa aneh kenapa Tuan Putri amat menyukaimu. Tapi kini bisa kulihat...


Nahab memegang tangan Chun Joong.

Nahab : Jika tahu kau pria yang sangat tampan, aku akan datang lebih awal.


Mendengar itu, Nyonya Paeng dan Pal Ryeong panic.

Nyonya Paeng : Tuan kita akan segera dimakan!

Man Seok menyahut, kumohon jangan! Minggir, aku mau dengar!


Man Seok ikutan menguping.


Nahab masih memegang tangan Chun Joong.

Chun Joong : Kukira kau datang untuk urusan mendesak. Apa aku salah? Kau datang jauh-jauh kemari, berarti Tuan Kim Jwa Keun sakit. Dengan kesakitannya, masa depanmu tampak suram seperti lilin yang terbakar.


Nahab kaget dan langsung menarik tangannya.

Nahab : Kau benar, aku punya pertanyaan.


Nahab lalu memberi tanggal lahirnya.

Nahab : Ini tanggal lahirku. Apa yang akan terjadi kepada aku dan tuanku?

Chun Joong menuliskan sesuatu di kertas.

Nahab tanya, bagaimana nasibnya dan apa semua akan baik-baik saja.


Chun Joong memberikan kertas yang sudah ditulisinya ke Nahab.

Chun Joong : Bawa ini bersamamu.

Nahab membacanya.

Nahab : Tanggal 9 September, sembunyi, capai, jadi dirimu sendiri?

Nahab bingung dan tanya artinya.


Chun Joong : Begitu kau meninggalkan tempat ini, jangan ucapkan kata-kata itu dengan lantang di depan siapa pun. Aku akan mengunjungimu di kediaman Tuan Kim Jwa Keun dan mengungkap artinya. Tapi kau harus menyiapkan 50.000 koin.

Nahab tak setuju.

Nahab : Dengan uang sebanyak itu, aku bisa membeli semua tanah di Unjong-ga! Kau sadar?

Chun Joong : 50.000 koin adalah harga untuk hidup kalian.

Nahab : Hidup kami?

Chun Joong : Dengan catatan rahasia ini, aku akan menyelamatkan kau dan tuanmu. Apa masih terlalu mahal?

Nahab pun tak punya pilihan selain setuju dengan harga yang ditawarkan Chun Joong.

Nahab : Aku akan menunjukkan ini kepada tuanku. Aku akan pergi sekarang.


Begitu Nahab keluar, semua langsung sok sibuk. Chun Joong ikut keluar mengantar Nahab.

Nahab : Kunjungi kami seperti janjimu.

Chun Joong : Jaga dirimu.


Pal Ryeong : Apa temanku sudah banyak membantu?

Nahab hanya tersenyum lalu mengajak pelayannya pergi.


Pal Ryeong tersenyum menatap Nahab.

Chun Joong yang melihat itu, langsung menyikut Pal Ryeong. Pal Ryeong kaget, apa?

Chun Joong : Apa yang kau lakukan?

Pal Ryeong : Wanita itu baru saja tersenyum kepadaku, bukan?


Paginya, Ibu Suri mengumpulkan para menteri di depan tahta.

Ibu Suri : Aku mengumpulkan semua orang di sini karena kalian gagal menemukan penerus sah untuk Raja. Aku terkejut dengan kemalasan dan ketidakmampuan kalian!

Hakim Lee : Ibu Suri, sejak kematian Dojoenggung, kami semua, kerabat Raja, telah mencari bersama. Tolong beri kami waktu lebih...

Ibu Suri marah, Heungseon-gun, aku sudah memberimu penerus langsung! Kenapa kerabat Raja tidak mencapai kesepakatan?

Raja : Ibu Suri, apa maksud anda penerus langsung? Siapa yang kalian bicarakan?

Ibu Suri : Raja, kau akan sangat senang melihatnya. Sangat senang.

Ibu Suri menyuruh dua penipu itu masuk.


Dengan bangganya, Ibu Suri mengenalkan pria itu sebagai Yeongun-gun, putra Hoepyeong-gun.

Raja tidak percaya, aku belum pernah mendengar saudaraku membicarakan seorang anak. Kau sungguh putra Hoepyeong-gun?

Pria itu : Ya, Raja. Ibuku selalu membicarakan anda, Raja. Anda amat dekat dengan ayahku. Dia juga membicarakan bekas luka yang anda dan ayahku terima di usia muda.


Raja : Bekas luka apa yang kau bicarakan?

Pria itu : Saat masih muda dan miskin, kalian berdua digigit anjing besar. Ayahku digigit di paha dan anda digigit di betis.

Raja kaget dan mulai percaya.

Raja : Hanya Hoepyeong-gun dan aku yang tahu soal ini.

Ibu Suri : Raja, anak ini, seperti anda, lahir dengan kehadiran dan takdir seorang raja. Seorang peramal terkenal membawanya kepada kita.


Ibu Suri lalu menyuruh Song Jin menjelaskan bagaimana Song Jin menemukan pria itu.

Song Jin : Aku kebetulan menemui Yeongun-gun dan mendengar tanggal lahirnya. Aku langsung tahu dia memiliki takdir seorang raja. Aku berinisiatif membawanya ke Tuan Lee Hang Ro. Beberapa hari sebelum bertemu dengan Yeongun-gun, aku memimpikan naga muda yang membumbung ke langit. Ini tanda dari langit yang dikirim kepadaku untuk negara kita. Gamgyeol menyatakan di tahun babi, pria dari selatan akan muncul dan membebaskan rakyat dari pajak berlebihan dan korupsi, serta jalanan akan dipenuhi bendera kemenangan. Yeongun-gun dari Selatan akan memperlancar hidup rakyat kita! Aku menatap kedua naga.


Song Jin lalu bersujud.

Song Jin : Salah satunya memiliki wajah Raja yang tidak terbantahkan dan naga muda lainnya... Itu Tuan Muda Yeongun-gun!


Tak lama kemudian, Chun Joong datang.

Chun Joong : Aku, Choi Chun Joong datang sesuai perintah anda, Raja.

Song Jin kaget Chun Joong datang, apalagi atas perintah Raja.


Di pasar, seorang pria berbadan besar mengganggu para pedagang.

Ja Young lewat, dia terburu-buru dan menggendong seorang anak kecil di punggungnya.

Ja Young tidak sengaja menabrak pria itu.

Pria itu marah, cara yang bagus untuk memulai pagiku! Dasar berandal!

Ja Young : Aku terburu-buru, anak ini sakit. Maafkan aku.

Pria itu : Apa minta maaf menyelesaikan sesuatu?

Pria itu lalu melihat wajah Ja Young.

"Kau agak cantik." ucapnya, lalu memegang wajah Ja Young.


Chi Sung datang dan memberi pelajaran pada pria itu. Dia menekan leher pria itu. Pria itu coba bergerak.

Chi Sung : Akan makin sakit jika kau bergerak. Sebentar lagi lehermu akan patah, tunggu saja.

Ja Young : Tolong lepaskan dia! Kau mencoba membunuhnya!

Chi Sung : Jika bertemu dengannya lagi, kau harus membungkuk di hadapannya karena dia penyelamat hidupmu.

Chi Sung melepaskan pria itu. Pria itu langsung pergi.


Chi Sung lalu mengambil anak kecil itu dari punggung Ja Young.

Chi Sung : Tunjukkan jalannya, ini tampak mendesak.


Kembali ke Raja, Chun Joong dan Song Jin.

Raja : Pria itu mengaku Yeongun-gun berpotensi menjadi Raja. Kau mengklaim putra Heungseon-gun begitu.

Chun Joong : Ya, Raja. Aku bilang Lee Jae Hwang pantas menjadi Raja.


Ibu Suri : Raja, bagaimana bisa anda membawa peramal hina kemari dan meminta pendapatnya?

Raja : Ibu Suri, lalu kenapa kau membawa pria itu? Untuk menentukan penerus takhta, kita harus meninjau opini publik, opini pribadi, dan membandingkannya. Bagaimana kau bisa menyangkal ini? Ini semua berawal dari Choi Chun Joong.  Mari kita dengar pendapatnya.

Ibu Suri diam.


Raja minta Chun Joong bicara.

Chun Joong : Aku akan bicara dengan Raja. Takdir raja adalah takdir rakyat. Melihat kehadiran seorang raja juga berarti dia telah membaca nasib rakyat.

Raja : Kalau begitu, di antara kalian berdua, para peramal, siapa pun yang menebak masa depan negara kita dengan benar, kemungkinan orang yang menebak penerus yang tepat.

Chun Joong : Ya, itu benar, Raja.

Raja : Apa yang kalian lihat di masa depan negara ini?


Song Jin : Berkat anda, bangsa ini menjadi lebih damai. Karena pria dari ramalan itu sudah tiba, raja berikutnya akan segera dipilih. Dalam tahun ini, kita akan menyaksikan putra raja berikutnya lahir.

Ibu Suri senang, bahkan seorang putra! Takdir yang mengagumkan.


Raja : Choi Chun Joong, apa yang kau lihat untuk negara ini?

Chun Joong : Maaf mengatakan ini, tapi... aku amat minta maaf mengatakannya, tapi... saat badai di tahun Tikus Hitam, banyak rakyat kita tenggelam dan mati membeku. Anda ingat?

Raja : Bagaimana aku bisa melupakan kejadian mengerikan itu?

Chun Joong : Aku sudah mengamati langit selama sebulan terakhir. Sebuah bintang biru muncul, itu memotong melalui Ophiuchus, dan menyela Ursa Minor. Ini berarti bencana akan menimpa rakyat dan Raja. Ini menandakan bahwa wabah akan menggila, Raja.


Ibu Suri : Beraninya kau asal bicara!


Song Jin : Ini bukan ramalan, tapi kutukan! Dia mengutuk Raja!

Chun Joong : Anda harus bersiap! Seluruh negeri akan sakit karena penyakit!

Song Jin : Raja, ramalan pria ini sungguh suatu kebohongan!


Hakim Lee membela Chun Joong.

Hakim Lee : Raja, jika wabah sungguh akan menyebar dan kita tidak siap untuk itu, aku bahkan tidak bisa mengatakannya...

Song Jin : Tidak, aku akan mempertaruhkan hidupku bahwa tidak akan ada wabah. Karena itu, jika ramalan Choi Chun Joong salah, tolong gorok tenggorokannya!


Ibu Suri : Jika ramalan Choi Chun Joong  untuk negara ini salah, aku akan memenggalmu karena menghina takhta! Kau tidak keberatan dengan ini?

Chun Joong terdiam sejenak sebelum akhirnya mengatakan kalau ia tidak keberatan.

Ibu Suri kaget.


Sementara Song Jin senang. Dia yakin tidak akan ada wabah.

Chun Joong dalam hati, pria ini sudah bertindak terlalu jauh untuk mengalahkanku.


Dan benar saja, wabah mulai menyerang!

Ja Young dan Chi Sung tiba di sebuah desa. Penduduknya, mengalami mual dan lemas.

Chi Sung menyerahkan anak di gendongannya pada seorang wanita di sana, ibu bocah itu.

"Boksil-ku, Boksil-ku..." ucap wanita itu.


Chi Sung tanya ke Ja Young apa yang terjadi di desa itu.

Ja Young : Kau setuju bahwa ini situasi yang serius, bukan? Baik dokter ataupun pejabat pemerintah tidak ada yang datang untuk membantu kami. Aku tidak tahu harus bagaimana sendirian.

Chi Sung : Temui Tuan Putri. Dia akan membantu.


Seperti saran Chi Sung, Ja Young menemui Bong Ryeon.

Ja Young : Mungkin ini tidak sopan, tapi aku datang untuk meminta bantuan Tuan Putri. Wabah menyebar ke seluruh desa miskin. Anak-anak yatim piatu mati menderita penyakit di sana, tapi pemerintah tidak membantu kami. Tuan Putri, tolong kami.

Bong Ryeon : Kenapa kau berusaha keras menyelamatkan anak-anak itu? Kau tidak berhubungan darah dengan mereka. Kau juga tidak bertanggung jawab atas mereka. Lalu kenapa kau datang jauh-jauh kemari untuk memintaku menyelamatkan anak-anak itu? Bicaralah. Kenapa kau melakukan ini?

Ja Young : Aku melakukan ini karena... Tidak ada orang lain yang akan melakukannya. Saat panti asuhan dihancurkan, Tuan Choi Chun Joong mengatakan itu. Dia bilang hanya dia yang bisa menyelamatkan kami. Itu alasan dia melakukannya, tidak ada alasan lain. Aku melakukan apa yang dia lakukan. Anak-anak itu tidak punya siapa pun, karena itu aku melindungi mereka.

Bong Ryeon : Pelajaran hidup yang baik. Bagus, aku akan pergi dan lihat sendiri, lalu memutuskan cara membantu.

Ja Young senang, terima kasih, Tuan Putri!


Ibu Suri yang sedang bersama kedua penipu itu diberi laporan oleh Kasim bahwa tidak ada laporan wabah sama sekali.

Kasim : Kepolisian, departemen kesejahteraan, semua sektor pemerintahan tidak melaporkan apa pun soal wabah kepada Raja.

Song Jin : Sesuai prediksiku, Ibu Suri. Ramalan Choi Chun Joong untuk negara ini adalah kebohongan.

Ibu Suri bingung, Choi Chun Joong adalah pria yang sangat berbakat. Kenapa dia mengatakan ini?

Song Jin : Dia mencoba mengusik Yeongun-gun, aku, dan Ibu Suri sendiri.


Song Jin lalu tersenyum dan bicara dalam hatinya.

Song Jin : Choi Chun Joong, sesuai janjimu, aku akan menggorokmu.


Dalam perjalanan kembali, Yeongun-gun tanya ke Song Jin apa Song Jin sungguh akan membunuh Chun Joong.

Song Jin : Tentu saja, kami membuat kesepakatan dan aku berencana menggoroknya.


Seorang wanita tiba2 muntah di depan mereka.

Mereka mengabaikannya dan pergi begitu saja.

Wanita itu kemudian pingsan. Para warga bergegas menolongnya.


Bong Ryeon yang hendak pergi, melihat Man Seok membungkuk pada salah satu pengawal Keluarga Kim di depan tandunya.


Saat hendak masuk tandunya, In Gyu datang.

In Gyu : Kau mau ke mana tanpa memberitahuku?

Bong Ryeon : Aku akan pergi ke istana.

In Gyu : Kalau begitu, kau tidak keberatan aku mengawalmu?

Bong Ryeon : Berbuatlah sesukamu.


In Gyu terdiam, bingung.

Bong Ryeon masuk dan tandunya dan tersenyum senang melihat In Gyu.


Tapi dalam perjalanan, In Gyu menghentikan tandu Bong Ryeon karena tandunya mengarah ke jalan lain.

Bong Ryeon keluar dari tandu.

In Gyu : Ini bukan jalan ke istana.

Bong Ryeon : Ya, aku tahu. Ini mengarah ke desa miskin.

In Gyu : Kenapa kau pergi ke desa miskin?

Bong Ryeon : Aku sudah berjanji untuk pergi. Jika kau ingin menghentikanku, bagaimana jika kau menyeret Tuan Putri dan menancapkan pisau ke tenggorokannya? Berbuatlah sesukamu.

In Gyu kesal, kau sudah bertekad sejak awal.

Bong Ryeon : Aku tidak punya pilihan lain. Kau tidak pernah meninggalkanku.


Bong Ryeon pergi jalan kaki.

In Gyu kesal dan terpaksa mengikuti Bong Ryeon.

Bersambung ke part 3....

0 Comments:

Post a Comment