Skip to main content

King Maker : The Change Of Destiny Ep 12 Part 3

Sebelumnya...


Di kediamannya, Hakim Lee tanya kenapa Chun Joong membuat ramalan yang buruk? Itu upaya ekstrim untuk menjatuhkan Yeongun-gun, ucapnya. Chun Joong bilang niatnya bukan untuk menjatuhkan siapapun. Ia hanya mengatakan yang sebenarnya demi negara. Hakim Lee tanya, apa Chun Joong sunguh melihat wabah dari bintang? Chun Joong mengaku, kalau ia mengunjungi desa miskin dan melihatnya sendiri.


Chun Joong : Ramalanku untuk negara datang dari sana. Selagi bekerja untuk ayahku di Ganghwa, aku pernah melihat penyakit ini. Penyakit sangat menular yang membuat wajah gelap lalu membunuh. Itu pasti dimulai di desa miskin.


Hakim Lee : Kalau begitu, kita harus bagaimana?

Chun Joong : Tidak ada sektor pemerintah yang mendengarkan ataupun bersiap untuk itu. Karena itu aku membicarakannya di depan Raja sebagai ramalan negara. Raja pernah gagal bersiap untuk penyakit menular dan menyesalinya. Dia tidak akan menganggap remeh ucapanku.

Hakim Lee : Baiklah. Ini bukan saatnya memperebutkan takhta atau politik. Aku akan bicara dengan

Raja dan pejabat pemerintah.

Chun Joong : Ya, Tuan.


In Gyu dan Bong Ryeon tiba di desa miskin.

Melihat situasi disana, Bong Ryeon bergegas melihat para penduduk.

Pengawal Keluarga Kim berkata, kalau itu wabah.


Bong Ryeon mendekati seorang anak kecil.

Tak mau Bong Ryeon tertular, In Gyu mengajak Bong Ryeon pergi.


Ja Young yang sedang merawat pasien, melihat Bong Ryeon. Ia bergegas mendekati Bong Ryeon.

Ja Young : Kau datang, sesuai janjimu!

Bong Ryeon : Ya, apa maksudnya ini?

Ja Young : Situasinya serius. Tapi tidak ada pejabat yang datang.


In Gyu menyuruh Ja Young mundur dan mengajak Bong Ryeon pergi.


In Gyu menarik Bong Ryeon, berusaha membawanya pergi tapi Bong Ryeon menghempas tangannya.

Bong Ryeon : Lepaskan aku!

Bong Ryeon lalu menatap sekelilingnya dan bertekad melindungi desa miskin.


Di Haeminseo, para tabib dan perawat sibuk merawat para pasien. Wabah sudah menyebar ke Hanyang! Menteri Kesehatan datang dan tanya situasinya. Tabib bilang mereka butuh banyak obat tapi tak punya dana.

Jin Sang dan Goo Cheol datang bersama Chun Joong. Mereka membawa obat-obatan.

Menteri : Kenapa kau di sini?

Chun Joong memberitahu semuanya kalau ia membawa seongsanja! Ini efektif melawan penyakit menular. Cepat serahkan kepada para pasien!


Para tabib dan perawat langsung menurunkan obat-obatan yang dibawa Chun Joong.


Menteri tanya bagaimana Chun Joong bisa tahu akan ada wabah?

Chun Joong : Aku mengirim orang untuk membelinya dari apotek di seluruh negara ini. Ada banyak pasien di mana-mana.

Menteri kaget, ada lebih banyak orang sakit?

Chun Joong : Ya, kita butuh dana untuk membeli lebih banyak obat. Tuan, kau harus pergi ke dewan dan meminta uang lagi.

Menteri : Baiklah.


Hakim Lee membahas wabah dengan Keluarga Kim.

Hakim Lee : Jumlah kematian meningkat sangat cepat. Terutama di dekat jembatan dan desa-desa miskin. Ini wabah. Kalian para pejabat tidak boleh malas, kita harus cepat mengatasi ini! Kalian harus membuat rencana!

Tapi Keluarga Kim menolak membantu. *DASAR PELIIIT!!!

Byeong Woon : Orang yang hidup di lingkungan lembab selalu sakit.

Byung Hak : Tuan Heungseon-gun pasti mabuk. Sejak kapan kau peduli pada negara dan rakyat? Jika mabuk, bagaimana jika kau terus melukis dan menulis puisi?


Tapi ada juga yang setuju.

"Kurasa Tuan Heungseon-gun punya pikiran paling jernih di sini. Saat menjadi kepala petugas pemerintahan sementara, aku sudah melihat banyak kasus serupa dengan situasi ini. Ucapan Heungseon-gun pasti benar." ucap Tuan Shimam Jo Du Sun.


Jwa Keun : Hei, Shimam. Cuacanya bagus, apa dunia tampak berbeda bagimu?

Tuan Shimam : Apa maksudmu, Tuan Haok?

Jwa Keun : Kita sudah melayani dewan bersama selama puluhan tahun, tapi tiba-tiba sikapmu berubah seperti ini. Setelah Dojeonggung meninggal, kau memutuskan memihak mereka?

Tuan Shimam : Bagaimana kau bisa mengatakan hal seperti itu? Aku hanya mengkhawatirkan penyakit ini.

Tuan Shimam mengajak Hakim Lee menunggu dan melihat yang terjadi.


Hakim Lee sewot, penyakit ini tidak membunuh rakyat, semua orang duduk di meja ini yang membunuh rakyat! Dengarkan peringatanku.

Hakim Lee pergi.


Menteri Kesehatan mengajak Jwa Keun melaporkan hal ini pada Raja.


Byeong Woon : Kau ingin meraih hati rakyat dengan membuang uang? Jangan membesar-besarkan situasi ini dan membuat Raja stres.

Tuan Shimam : Mari kita kirim petugas dan mengatasi situasi ini.


Jwa Keun tersenyum senang.


Hakim Lee tiba di kantornya dan mendengar dua pejabat sedang membahas wabah.

"Kau sudah lihat di dekat jembatan Sugak?"

"Ini dipenuhi pasien. Aku jadi tidak selera makan."

"Mau minum-minum di Wallsong-Ru? Ada gadis baru bernama Ye Hyang. Kita harus minum sambil memeluk dia."

Hakim Lee sewot dan memanggil keduanya.

Hakim Lee : Kalian menuju Wallsong-ru? Negara ini hancur, tapi kalian lebih memilih mencampakkan rakyat dan minum dengan selir? Kalian pasti sangat bangga. Aku akan ikut dengan kalian.

Kedua pria itu bingung Hakim Lee mau ikut.


Hakim Lee : Dalam perjalanan ke sana, seperti kata kalian, kita akan melewati rakyat yang menjijikkan. Aku berencana mendorong kalian ke antara mereka. Kalian harus menderita penyakit itu untuk merasakan penderitaan rakyat kita.

"Maafkan aku, Tuan. Kami bicara keterlaluan."

"Keterlaluan! Kalian para pejabat hanya melaporkan semuanya dan hari kalian berakhir, tapi jangan pernah lupa, tanpa rakyat di sana tidak ada negara."

Hakim Lee pergi.


Kedua pria itu mengatai Hakim Lee.

"Merepotkan sekali."

"Bertingkah sok suci sendiri."


Ja Young dan Bong Ryeon lagi merawat pasien.

Ja Young tanya mereka harus bagaimana? Ja Young bilang obat dari kementerian kesehatan sudah mau habis.


Chun Joong akhirnya datang membawa obat.

Saat hampir tiba di desa miskin, Chun Joong melihat seorang wanita kesakitan. Chun Joong langsung memanggil tabib dan perawat.


Raja dan para menterinya sedang melakukan ritual doa

Raja : Wabah telah menyebar ke seluruh Hanyang. Rakyat kita yang miskin mati kesakitan. Aku dengan hormat menawarkan minuman dan hatiku. Aku berdoa agar roh menerima heumhyang-ku dan membebaskan rakyat kami dari wabah mengerikan ini.


Hakim Lee marah.

Hakim Lee : Bagaimana bisa kementerian kesejahteraan menyangkal dana di situasi ini?

Seorang pejabat dari kementerian kesejateraan yang berdiri bersama dua rekannya, menjelaskan kalau Dewan Kepala belum memutuskan.

Hakim Lee ngamuk.

Hakim Lee : Kau pikir aku tidak tahu semua uang yang kau miliki yang kau kantongi dari dana kementerian? Bahkan di masa sulit seperti ini, kau hanya memikirkan kantongmu sendiri?

Tapi mereka tidak peduli dan malah mengusir Hakim Lee.


Marah, Hakim Lee menyibak kain yang menutupi gerobak yang sengaja ia bawa. Lalu ia mengambil sesuatu didalam ember.

Hakim Lee : Ini tanah dari desa yang miskin. Di dalam tanah ini, ada muntah rakyat orang kita.

Para pejabat itu ketakutan.

Hakim Lee : Kalian bahkan tidak mendekati pasien dan bersembunyi di balik dinding dengan nyaman. Dan bicara dengan santai?

Rakyat mulai berdiri di belakang Hakim Lee.

Hakim Lee : Seperti para pasien dan rakyat kita, kalian semua harus merasakan penderitaan dan ketakutan mereka!


Hakim Lee melempar tanah itu ke mereka.

Mereka semua langsung panic terkena lemparan tanah bekas muntahan rakyat desa miskin.

Hakim Lee : Berikan aku uang untuk menyelamatkan rakyat! Rakyat kita adalah langit! Rakyat adalah pusat negara kita, Joseon!


Bersambung....

Comments

Popular posts from this blog

I Have a Lover Ep 50

Sebelumnya.... “Aku rasa aku jatuh cinta lagi padamu.” Ucap Jin Eon begitu Hae Gang menghampirinya. “Aku sudah tahu.” jawab Hae Gang. “Berikan tasmu.” Pinta Jin Eon. “Tidak mau, tas melambangkan harga diri seorang wanita.” Jawab Hae Gang. “Berikan padaku. Tas wanitaku melambangkan harga diriku.” ucap Jin Eon. Hae Gang pun tersenyum, lalu memberikan tas alias keranjangnya yang berisi peralatan mandi pada Jin Eon. Jin Eon kemudian menyuruh Hae Gang menggandeng lengannya. Hae Gang pun menggandeng lengan Jin Eon, dan selanjutnya keduanya beranjak pergi menuju sauna dengan senyum terkembang. “Kau akan memakai itu?” tanya Hae Gang saat melihat Jin Eon sedang memilih2 baju sauna. “Aku pernah memakainya dulu.” Jawab Jin Eon. “Tak bisa kubayangkan…” dan Hae Gang pun tersenyum geli, “… tapi entah bagaimana tampaknya akan lucu.” “Awas ya kalau kau jatuh cinta padaku.” Ucap Jin Eon.   Ajumma penjaga sauna kemudian memberitahu bahwa Jin Eon...

I Have a Lover Ep 17 Part 2

Sebelumnya <<< Hae Gang di rumah sakit, menunggui Moon Tae Joon yang sedang di operasi. Wajahnya tampak cemas. Tak lama kemudian, Jin Eon datang. Dua staf keamanan Jin Eon yang sudah duluan tiba di sana, langsung menemui Jin Eon begitu Jin Eon datang. "Bagaimana dengan Moon Tae Joon?" tanya Jin Eon. "Dia sedang di operasi." jawab salah satu staf keamanan Jin Eon. "Lalu Do Hae... ah, maksudku Nona Dokgo Yong Gi?" tanya Jin Eon. "Dia menunggu di depan ruang operasi." jawab staf keamanan itu lagi. "Kau sudah mendapatkan nomor platnya?" tanya Jin Eon. "Sudah." Staf keamanan Jin Eon pun memberikan nomor plat kendaraan yang menabrak Tae Joon pada Jin Eon. Jin Eon menatap nomor plat itu dengan wajah cemas. Ia lalu menyusul Hae Gang ke ruang operasi. Keluarga Moon Tae Joon menyalahkan Hae Gang atas kecelakaan yang menimpa Tae Joon. Kakak Tae Joon berkata, jika saja Tae Joon mendengarkannya untuk m...

I Have a Lover Ep 29 Part 2

Sebelumnya... Seok sedang galau di kamar yang dulu ditempati Hae Gang. Tak lama kemudian, sang ayah datang. Seok mengaku bahwa mungkin dia harus keluar dari rumah untuk sementara waktu karena ia tidak bisa mengendalikan dirinya. “Berusaha melupakan dengan putus asa akan membuatmu bertambah putus asa. Tidak bisakah putus asamu berkurang sedikit?” tanya sang ayah. “Aku punya penyesalan. Aku menyesal dan itu membuatku gila. Aku seharusnya menikahinya saat kau menyuruhku tahun lalu. Maka dengan begitu, dia akan berada di sampingku selamanya. Setidaknya, aku bisa mengatakan padanya untuk tinggal, untuk memohon padanya untuk tinggal. Aku rasa aku tidak bisa melepaskannya. Aku rasa tidak bisa membiarkan itu terjadi. Aku rasa aku tidak akan pernah bisa melepaskannya.” Jawab Seok. “Hanya kau menahan seseorang, hanya karena kau menyukainya, itu hanya akan membuat tanganmu sakit.   Tanpa bisa merasakan kehangatan, kau akan berteriak kesakitan. Itu sebabnya cinta bertepuk sebelah ...