• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Showing posts with label Blessing of the Sea. Show all posts
Showing posts with label Blessing of the Sea. Show all posts

Blessing Of The Sea Ep 8 Part 1

Sebelumnya...


Chung Yi ada di Institut Pengembangan  Material Mentah Jubo. Ia disana untuk mengambil mangkuk supnya, tapi ia melihat sebuah bayangan melintas diluar.

Chung Yi pun meletakkan box makanannya di bawah dan mengambil sebatang kayu.

Kemudian, dia keluar sambil mengayunkan kayunya dan teriak.

"Siapa disana!"


"Ini aku!" sahut Ko Yeo Jung, si wanita berambut keriting yang memesan supnya tadi. Yeo Jung meracau, bahwa dia bintang malam ini.

Chung Yi berusaha menyadarkan Yeo Jung dan berkata kalau dia hanya datang untuk mengambil piringnya.

Chung Yi : Kau baik-baik saja?


Yeo Jung : Soal sampel itu... kau menyentuhnya karena tahu sesuatu?

Chung Yi : Kurasa kau sedikit mabuk. Sebaiknya kau pulang.

Yeo Jung : Aku juga ingin pergi. Kusuruh para bedebah itu menjaga rumah kaca, tapi mereka malah kabur. Mereka membawa gaji harian begitu saja. Jika kau membayarku, aku akan bekerja setiap hari. Aku akan sangat berterima kasih. Astaga.


Di kamarnya, Jae Ran marah-marah di telepon.

Jae Ran : Aku bukan bocah. Haruskah kau menyebutkan jadwal yang sama berulang kali! Bukankah kau dibayar untuk bekerja!

Gwi Nyeo tiba-tiba masuk dan merebut ponsel ibunya dan memutuskan panggilannya.

Jae Ran tambah sewot, apa yang kau lakukan!

Gwi Nyeo : Pegawai ibu akan bilang ibu menyalahgunakan kekuasaan.

Jae Ran : Ini sungguh menyebalkan! Kenapa mengadakan konser di desa terpencil?


Gwi Nyeo : Pemain violin itu diadopsi ke Prancis saat masih muda. Jadi, mereka bermain di desa yang mereka anggap kampung halaman.

Jae Ran : IPK-mu buruk sekali karena kau terlalu sibuk mengingat detail tidak penting.

Gwi Nyeo : Pak Seo yang memberitahuku. Ayolah, Ibu!


Young In menyerahkan dokumen yang baru saja ditandatanganinya pada Pil Doo.

Young In :Apakah konser hari ini diadakan Administrasi Warisan Budaya? Aku juga akan hadir.

Pil Doo kaget kaget, anda akan hadir?

Young In : Ini acara yang diadakan saat kita mendiskusikan kemungkinan mengembalikan aset kebudayaan.


Young In melirik lukisan berharga, milik ayahnya Chung Yi.

Young In : Jika lukisan itu berperan penting dalam negosiasi ini, bukankah itu akan menaikkan status Grup Jubo? Aku harus datang langsung agar bisa memahami situasinya.

Pil Doo : Ya, tentu saja.


Ryan menyusul Poong Do yang berlari keluar bandara.

Ryan : Kau akan seperti ini? Itu Eric.

Poong Do : Maka dari itu. Kenapa harus di sana?

Ryan : Kenapa kau memedulikan lokasinya? Masalahnya ini Eric!

Poong Do : Tidak sesederhana itu. Aku tidak mau ke sana.

Ryan kesal, baiklah, lantas tidak usah. Tinggalkan saja Eric kesayanganmu itu dan hancurlah di industri ini! Sesederhana itu!


Ji Na duduk di salon, sambil menikmati secangkir kopi. Salon itu adalah salon tempat ia dulu bekerja.

Manajer salon kemudian datang.

Manajer salon yang tak tahu itu Ji Na, bersikap ramah pada Ji Na.

"Apa ini kali pertama anda mengunjungi salon kami? Aku akan melayani anda."


"Ini bukan kali pertamaku. Kau tidak mengenaliku?" Ji Na lalu melepas kacamatanya.

Si manajer kaget.

"Yeo Ji Na, beraninya kau datang kemari!"


Ji Na mencampakkan cangkirnya ke lantai.

Si manajer kaget.

Ji Na : Beraninya kau bicara dengan nada seperti itu kepada pelanggan.


Ji Na kemudian berdiri dan menatap tajam si manajer.

Ji Na : Mau kugunting juga rambutmu?

Si manajer ketakutan. Ji Na tersenyum puas melihatnya.


Ji Na keluar dan bertemu dua wanita yang mengenalinya sebagai J-Na, si pengulas riasan.

Dua wanita itu mengaku sangat mengagumi Ji Na dan minta berfoto.

Ji Na pun menjelek-jelekkan salon itu.

Ji Na : Kuberitahu ini karena kalian adalah penggemarku. Jangan datang lagi ke salon ini. Mereka kurang bergaya.


Di belakang, si manajer menatap kesal Ji Na. Ji Na membalasnya dengan tersenyum puas.


Yeo Jung mendekati Chung Yi yang tidur di kebun Jubo.

Yeo Jung : Kau masih disini?

Chung Yi terbangun dan meregangkan badannya.


Chung Yi lantas berdiri.

Chung Yi : Kau menyuruhku tetap di sini sampai kau kembali. Tapi aku tidak yakin kau ingat.

Yeo Jung : Dasar bodoh.

Yeo Jung lalu memberi Chung Yi dua amplop.

Chung Yi senang, tapi kemudian ia tanya kenapa Yeo Jung memberinya dua?


Yeo Jung : Kau bisa menjaga lagi hari ini. Tidak ada yang datang karena konser sialan itu.

Chung Yi : Nona Ko, simpan saja ini. Tapi bisakah kau membantuku?


Ji Na sewot, pasalnya dia datang melamar ke sebuah perusahaan tapi disuruh bekerja sebagai karyawan magang.

"Kontenmu sebagai pengulas riasan dinilai sangat tinggi pada proses wawancara. Kau akan menjadi magang selama enam bulan." ucap pria itu.


Ji Na melihat kartu nama pria itu pakai penjepit. Pria itu ternyata manajer pemasaran Grup Jubo, bernama Tak Teu In.

Ji Na : Aku ingin bicara dengan orang yang bertanggung jawab membawaku ke sini, bukan kau.  Wakil Presdir Seo Pil Doo. Di mana dia sekarang!


Ji Na keluar sambil marah2.

Ji Na : Dia pikir aku di sini untuk menjadi pemagang!


Dua karyawan melintas. Ji Na mendengar pembicaraan mereka.

"Kita bisa terlambat begitu tiba di Yongwang-ri. Aku tidak menyangka Pimpinan akan hadir."

"Kau sudah memeriksa kamera?

"Ya."

"Jika seluruh keluarga pemilik datang, menurutmu cucu Pimpinan juga akan datang?"

"Kau pernah melihatnya?"

"Belum. Setahuku, belum pernah ada yang melihatnya."


Ji Na memikirkan sesuatu.

Ji Na : Yongwang-ri? Seluruh keluarga pemilik datang?

Ji Na kemudian tersenyum licik.


Poong Do berdiri di dermaga, tempat Chung Yi biasa menyendiri.

Poong Do teringat kata-kata Chung Yi, yang bicara padanya sambil menangis.

Chung Yi : Jika kau sakit, temuilah dokter. Jangan muncul di hadapanku lagi.

Poong Do menghela nafas.

Poong Do : Aku juga tidak ingin kembali.


Spanduk bertuliskan, "130 Tahun Diplomasi Korea-Prancis, Konser Perayaan, Eric dan Kawan-kawan" sudah terpasang.

Satu per satu mobil mulai berdatangan.


Hak Kyu dan rekannya bekerja sebagai tukang parkir.

Chung Yi berlari menghampiri Hak Kyu.

Hak Kyu : Sedang apa kau disini?

Chung Yi : Aku kabur dari kerja paruh waktuku. Bagaimana dengan ayah?

Hak Kyu : Ayah menggantikan ayahnya Dong Sik. Ayah tidak bisa diam saja dan membiarkan ibumu mengomel. Omong-omong, pekerjaan paruh waktu apa?

Chung Yi : Ada pekerjaan di rumah kaca di sini.


Hak Kyu : Rumah kaca? Yang itu?

Chung Yi : Ya.

Hak Kyu : Kau bekerja di sana?

Chung Yi : Ya.


Mobil Jae Ran lewat dan diperiksa oleh rekan Hak Kyu.

Sementara Hak Kyu asyik bicara dengan Chung Yi.

Mereka tak saling melihat. Mobil Jae Ran kemudian masuk ke dalam.

Chung Yi : Ayah tidak kedinginan? Pakaian Ayah terlalu tipis.

Hak Kyu : Ayah baik-baik saja.


Malam pun tiba. Poong Do jalan-jalan disamping rumah kaca.

Tiba-tiba, Poong Do melihat kunang-kunang.

Poong Do pun teringat masa kecilnya dengan Chung Yi.

Flashback...


Poong Do dan Chung Yi duduk di hutan.

Chung Yi mengenalkan teman-temannya pada Poong Do. Teman-teman Chung Yi adalah kunang-kunang yang ia simpan di dalam toples kecil.

Chung Yi : Teman-temanku cantik, bukan? Aku bisa melihat semuanya meski mereka tidak bicara. Jadi, tidak usah mengkhawatirkan apa pun. Aku akan mendengarkan apa pun yang kau katakan.

Flashback end..


Poong Do tersenyum, lalu ia mengikuti kemana kunang2 itu pergi.


Kamera menyorot sebuah tongkat bisbol.


Disamping tongkat itu, Chung Yi tertidur sambil duduk di kursi.


Chung Yi di kebun kaca, hanya ditemani sinar lampu yang redup2.


Poong Do berjalan mengikuti kunang2 yang masuk ke kebun.

Tepat saat itu, lampu di kebun padam.

Poong Do tak bisa melihat apapun.


Chung Yi terbangun. Dia panic dan langsung mengambil tongkat bisbol untuk berjaga-jaga.

Tiba2, Poong Do menabraknya. Chung Yi yang gak bisa lihat apapun, langsung memukul Poong Do.


Poong Do kabur. Chung Yi mengejar Poong Do dan papasan sama Yeo Jung. Yeo Jung menarik Chung Yi.

Chung Yi : Ada pencuri di labmu.

Yeo Jung : Apa maksudmu? Dia? Dia pianis yang akan tampil hari ini.

Chung Yi kaget : Apa? Dia pianis?


Poong Di meringis kesakitan sambil megangin tangannya.

Ryan datang.

Ryan : Kau dari mana? Aku sudah takut kau tidak akan geladi bersih.

Melihat Poong Do kesakitan, Ryan tanya ada apa?

Ryan : Tanganmu terluka?

Poong Do : Aku tidak apa-apa. Ambilkan air.

Bersambung ke part 2....

Blessing of the Sea Ep 7 Part 3

Sebelumnya...


Ternyata institut yang dimaksud Woo Yang tadi adalah Institut Pengembangan Material Mentah milik Joobo Group.

Chung Yi mengantarkan makanan kesana menggantikan Woo Yang.


Tapi saat tiba di dalam, ia tak menemukan siapa pun disana.

Chung Yi pun meletakkan pesanannya di atas meja.

Saat meletakkan di meja, ia tak sengaja melihat sampel warna di meja lain.

Chung Yi : Cantiknya. Bagaimana bisa ada warna secantik itu?


Chung Yi pun mendekati meja itu dan iseng menyusun warna.

Manajer wanita yang dimaksud Woo Yang datang. Dia datang sambil marah2 di telepon.

"Sedang apa kau?" tanya si manajer.

"Maaf. Tadi ini tampak tidak teratur." jawab Chung Yi.

"Aku tidak suka orang sepertimu. Kau terlalu rajin. Kau dari pesan antar? Kau boleh pergi sekarang." ucap si manajer.

"Aku bisa datang nanti malam untuk ambil mangkuk kosong, bukan?" pintanya.

Si manajer diam saja. Chung Yi bergumam sendiri, terserah.


Chung Yi menuju sepedanya sambil mengatai si manajer wanita aneh.

Matanya lalu melihat sebuah tempat yang ditutupi kain.

Chung Yi masuk kesana dan terkagum2 melihat tanaman yang tumbuh subur disana.

"Apa karena tanah mereka subur?" pikir Chung Yi.


Chung Yi menggali tanah disekitar situ dan menanam bibitnya.

Chung Yi : Aku akan meminjam tanahnya sedikit. Tolong rawat tanamanku juga.


Di rumah Chung Yi, Woo Yang, Hun Jung dan kedua anak mereka lagi asyik makan seafood.

Hun Jung : Sudah lama kita tidak makan daging. Makanlah, Yeol Mae.

Woo Yang : Putra ayah, buka mulutmu. Enak?

Deok Hee datang dan menatap mereka dengan kesal.

Yeol Mae langsung memasukkan udang ke mulut Deok Hee.

Yeol Mae : Nenek Dukun, udangnya enak, bukan?

Deok Hee menampol Yeol Mae.

Deok Hee : Hei, sudah kubilang, berhenti memanggilku nenek. Aku tampak setidaknya sepuluh tahun lebih muda daripada ibumu.


Deok Hee lalu duduk di sebelah Yeol Mae.

Deok Hee : Tapi dari mana kalian mendapatkan udang mahal seperti itu? Aku yakin pasangan pelit ini tidak mungkin membelinya.

Putra mereka mau buka mulut kalau hidangan laut itu dari Hak Kyu. Woo Yang pun langsung menutup mulutnya dan menjelaskan kalau ada donatur tanpa nama.

Woo Yang menuangkan soju ke gelas dan menyuruh Deok Hee minum. Deok menatap mereka curiga.

Deok Hee : Kalian ingin uang sewa dikurangi dengan memberiku makanan ini?

Hun Jung : Bukan, Bu Bang. Ayo, minumlah.

Sekarang, anak2 mereka sudah di dalam.  Hanya tinggal mereka berdua diluar.

Deok Hee : Udang ini langsung mengingatkanku kepada Hak Gyu. Apa dia dirundung dan diganggu di kapal?


Hak Kyu datang dan menatap wajah Deok Hee dari jarak dekat.

Melihat Hak Kyu, Deok Hee mengira dirinya sedang menghayal karena mabuk.

Hak Kyu : Aku masih hidup, Sayang.

Deok Hee marah dan langsung menendang Hak Kyu.

Deok Hee : Apa yang terjadi? Kau bilang akan mencari uang. Kau bilang akan membawa banyak uang.


Keributan pun terjadi.

Deok Hee mengejar Hak Kyu yang lari sambil marah2.

Woo Yang dan Hun Jung coba menghentikannya. Tapi mereka ikut jadi sasaran.


Chung Yi pulang dan berusaha menghentikan keributan itu.

Chung Yi dan Deok Hee jatuh.

Deok Hee meringis kesakitan sambil memegangi punggungnya dan mengaku tidak bisa bergerak.

Deok Hee lalu menggapaikan tangannya ke Hak Kyu. Tapi begitu Hak Kyu menggapai tangannya, ia pun menjambak rambut Hak Kyu.

Terdengar narasi Chung Yi.

"Seperti inilah keadaan kami. Keadaannya selalu gila dan terkadang sulit. Terkadang aku tertawa karena tidak percaya. Tapi kami semua saling menyayangi dan sehat. Setiap hari kami merindukan dan menunggumu.


Di rumahnya, Nyonya Jung sedang menemani Yeol Mae tidur.

Nyonya Jung lalu menatap foto Shi Joon.

Nyonya Joon : Aku merindukanmu, Shi Joon.


Paginya, Deok Hee berdoa.

Deok Hee : Kumohon, Raja Naga. Tolong jaga Ji Na agar dia aman. Tolong jaga Ji Na.

Narasi Chung Yi kembali terdengar.

Chung Yi : Aku yakin Kak Ji Na juga baik-baik saja. Ibu berdoa kepada Raja Naga setiap hari. Tolong jaga dia. Jika mendengar kabarnya, aku akan mengirimimu surat lebih dahulu. Aku merindukanmu, Si Joon Oppa.


Ternyata narasi Chung Yi adalah isi surat Chung Yi untuk Si Joon.

Di sel, teman2 Si Joon meledek Si Joon usai membaca surat itu.

Si Joon marah dan menendang salah satu dari mereka.

Perkelahian tak terhindarkan. Si Joon dikeroyok.

Kamera lalu mensorot beberapa surat dari Chung Yi di lantai.


Ryan menjemput Poong Do di bandara.

Poong Do : Aku akan tampil bersama Eric, pria yang paling kuhormati. Aku harus sopan. Kita akan tampil di mana? Pusat Kesenian Seoul?

Ryan :  Begini sebenarnya... Kau tahu tempat itu.


Chung Yi kembali ke institut Joobo untuk mengambil mangkuknya.

Tapi sapai disana, dia melihat bayangan di dalam kebun tanaman.


Ji Na terlihat di bandara. Ia keluar dari terminal kedatangan.


Bersambung....