• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Showing posts with label The Great Show. Show all posts
Showing posts with label The Great Show. Show all posts

The Great Show Ep 16 Part 3 (Episode Terakhir)

Sebelumnya...


 "Enam bulan kemudian"

Dae Han dan Soo Hyun keluar dari kamar sambil menggeret koper dan membahas soal Kota Jinju yang menyurvei kesepakatan antara Mal Woods dan Pasar Inju untuk keuntungan bersama. Soo Hyun mengaku bangga.


Tak dan si kembar sedang video call-an.

Da Jung dan Jung Woo sibuk dengan bayi mereka.

Soo Hyun : Tapi Kota Jinju hanya mengundang kau dan ayah. Kau yakin kita semua bisa pergi?

Dae Han : Tidak ada salahnya memanfaatkan ini. Akan menyenangkan pergi liburan keluarga.

Tak : Ayah, akan kutunjukkan Sun.


Tak mengarahkan kameranya ke Da Jung dan Sun.

Dong Nam : Astaga, Sun! Kau makin besar setiap harinya! Manisnya.

Da Jung : Bagaimana Vietnam?

Dong Nam : Bagus. Pekerjaan juga baik-baik saja.


Tae Poong merebut ponsel Tak.

Tae Poong : Ayah, hasilkan banyak uang dan kembalilah ke Korea.

Dong Nam : Baik, ayah akan mencari banyak uang dan kembali, jadi, jangan bertengkar dengan Song Yi dan bersikap baik, ya? Kau harus menurunkan berat badan. Jangan makan terlalu banyak!


Semua tertawa. Song Yi lalu mengambil ponsel Tak dari Tae Poong.

Song Yi : Jangan khawatir. Aku akan mengawasi Tae Poong.


Dae Han dan Soo Hyun menyapa Dong Nam.

Dae Han : Halo, Pak. Apa kabar?

Dong Nam : Aku baik-baik saja. Maaf aku harus menitipkan anak-anak denganmu lagi.

Dae Han : Tidak perlu sungkan. Ini bagus dan ramai. Jaga dirimu. Tidak apa-apa.


Sekarang, Dae Han, Soo Hyun, Jung Woo, Sun, Da Jung, Tak dan Si Kembar sudah di mobil.

Soo Hyun duduk disamping Dae Han.

Jung Woo, Sun dan Da Jung di kursi tengah.

Di kursi belakang, Tak asyik bermain dgn Si Kembar.

Jung Woo : Aku penasaran kenapa kakak harus naik mobil ini, alih-alih naik mobil Pak Jung? Kurasa itu karena dia ingin pergi dengan ayah.

Soo Hyun yg malu menyangkalnya.

Soo Hyun : Tidak. Aku ingin ibu dan ayahku merasa akan pergi berduaan.


Di mobil, Bu Yang menyuapi Pak Jung yg sedang menyetir. Pak Jung bertanya,, bagaimana jika kita menikahkan Soo Hyun dan DAe Han musim semi berikutnya?

Bu Yang : Kenapa terburu-buru?

Pak Jung : Kenapa menundanya. Mereka tidak makin muda. Tapi sejujurnya....

Bu Yang : Hentikan!

Pak Jung : Maksudku cuacanya bagus! Cuacanya indah.


Dae Han mengatakan, rasanya menyenangkan bisa pergi dengan Soo Hyun.

Soo Hyun : Terserah. Fokuslah mengemudi.

Dae Han : Ya, Bu. Aku akan fokus...


Dae Han melihat Soo Hyun memakai kacamata.

Dae Han : Keren. Dari mana kau mendapatkannya?

Soo Hyun : Matahari sangat terik. Mataku sakit.

Dae Han : Astaga, sakit sekali. Sangat sulit untuk mengemudi.

Soo Hyun : Kau tidak akan membiarkanku, bukan?

Soo Hyun memberikan kacamatanya ke Dae Han.

Dae Han : Tidak, aku tidak memintanya.

Soo Hyun : Cepat ambil.

Dae Han : Apa? Aku tidak... Terima kasih.


Dae Han memakainya.

Dae Han : Astaga, ini terasa jauh lebih baik.


Mereka semua tiba di Pusat Pasar Jinju. Seorang pria pengelola pasar, mengajak mereka berkeliling dan menjelaskan ttg pasar itu.

"Ini adalah Mal Silk Road Youth, yang dikelola oleh kaum muda."

"Anda melakukannya dengan baik, Pak." jawab Dae Han.

"Kafe ini cantik dan ada berbagai makanan, jadi, ini sangat populer di masyarakat."

"Sangat menyenangkan." jawab Dae Han.

"Zaman pedagang di pasar tradisional zaman sekarang beragam, dan itu harus menjadi tempat dengan pengalaman unik alih-alih hanya menjual barang,"

"Tentu. Ya, kau benar." jawab Dae Han.


"Acaranya besok, jadi, anggap saja hari ini sebagai tur dan silakan lihat-lihat."

"Ya, Pak." jawab Dae Han.

"Semua orang harus...  Ke mana semua orang?" tanya pria itu kaget dan bingung.

"Mereka semua sangat bersemangat, jadi, mereka melihat-lihat." ucap Dae Han.


"Kalian lapar?" tanya Bu Yang pada Si Kembar. Soo Hyun dan ibunya membawa Si Kembar dan Tak ke salah satu kafe.


Tak : Tae Poong.

Tak memberikan garpu yg sudah dicucuk makanan, ke Tae Poong tapi saat Tae Poong mau mengambilnya, Tak pura2 akan memasukkannya ke mulut.

Tae Poong cemberut. Tak mengerjai Tae Poong sekali lagi. Ia pura2 memberikan itu ke Tae Poong tapi saat Tae Poong mau mengambilnya, malah dikasih ke Song Yi.

Semua tertawa.


Tae Poong cemberut, Kak Tak. Ayolah...


Soo Hyun : Tae Poong!

Soo Hyun memberikan makanan yg sama ke Tae Poong. Tae Poong senang.


Jung Woo, Da Jung dan Sun keliling melihat2. Mereka berhenti sebentar di toko baju.

Jung Woo memilihkan beberapa pakaian untuk Sun, tapi Sun malah membuang mukanya.

Da Jung tertawa, dia tidak menyukainya.


Mereka lantas pergi ke galeri dan melihat2 ukiran.

Di ruangan galeri itu, ada Dae Han, Soo Hyun, Pak Jung, Bu Yang, Tak dan Si Kembar. Dae Han sedang membuat ukiran.

Dae Han mengukir nama, 'Widaehan Sho' di ukirannya.


Habis dari galeri, mereka semua pergi makan.

Dae Han : Rasanya menyenangkan berada di sini. Aku bisa merasakan stresku hilang.

Soo Hyun : Kita bersenang-senang berkat Dae Han dan Ayah.

Dae Han : Apa kau juga menyukainya, Tae Poong?

Tae Poong : Aku menyukainya!

Song Yi : Ini menyenangkan.

Dae Han : Aku senang semua orang menyukainya. Bagaimana jika kita ke Vietnam untuk ulang tahun pertama Sun? Kita bisa mengunjungi ayah Tak.

Soo Hyun : Kedengarannya bagus.

Jung Woo : Kalau begitu, ayo kita pergi ke Kanada musim panas depan. Mengunjungi orang tuaku.

Dae Han : Astaga, Kanada?

Bu Yang : Kami akan sering bepergian ke luar negeri berkat kalian! Soo Hyun tidak pernah pergi ke luar negeri.


Dae Han : Benarkah? Kau belum pernah pergi ke luar negeri?

Soo Hyun : Aku bahkan tidak bisa naik lift. Bagaimana aku bisa naik pesawat?

Dae Han : Kalau begitu, kita harus pergi. Mari naik pesawat bersama.


Pak Jung : Mari lakukan. Selagi membahasnya, kalian bisa pergi ke Hawaii.

Soo Hyun : Apa? Kenapa kami harus pergi ke Hawaii?

Pak Jung : Orang bilang itu tempat yang bagus untuk bulan madu.

Mendengar itu, sontak Dae Han senang Pak Jung memberi restu padanya.


Pak Jung : Jika kau membuat Soo Hyun menangis, aku akan membuatmu menangis darah.

Dae Han : Tentu saja. Terima kasih, Ayah. Tidak akan kubiarkan dia mengangkat jarinya, apalagi menangis.


Soo Hyun : Siapa bilang aku akan menikah? Aku tidak mau menikah.


Sontak semua langsung menatap Soo Hyun dgn tatapan menggoda.

Pak Jung : Benarkah?

Soo Hyun : Belum.

Semua tertawa.


Sekarang mereka pergi ke studio lentera.

"Ini studio lentera melayang." ucap pria itu.

"Begitu rupanya. Dari yang kulihat di internet, kita bisa menulis harapan di lentera dan mengirimkannya ke sungai." jawab Dae Han.

"Benar. Festival lentera melayang sedang berlangsung, jadi, tuliskan keinginan kalian." ucap pria itu.

Mereka mulai menulis.


Bong Joo tampak lelah memeriksa tumpukan berkas2.

Seorang pria yang berdiri di depan meja dan memunggungi Bong Joo, memanggil Bong Joo.

"Pak Ko?"

Bong Joo langsung berdiri. Pria itu berbalik, dia Joon Ho!

Bong Joo : Ya, Pak Anggota Dewan?

Joon Ho : Ini semua yang dikirim Kementerian Pendidikan?

Bong Joo : Ya.

Joon Ho : Mereka sangat kejam karena kita tidak berasal dari partai. Bahkan memeriksa kantor pemerintahan sulit karena kita tidak punya partai.


Joon Ho lalu duduk di kursinya.

Joon Ho : Bagaimana rasanya saat kau menjadi ajudan Dae Han?

Bong Joo : Biasanya, para anggota dewan dari partai yang sama menyusun rencana bersama dan bekerja sama, tapi kau tahu Anggota Dewan Wi. Dia suka melawan sendirian. Kurasa dahulu

sama sulitnya. Aku selalu terkutuk menjadi ajudan Anggota Dewan dari pihak yang sama.

Joon Ho : Aku lebih suka sekarang.


Di studio, Soo Hyun kesal karena Dae Han tak bisa dihubungi.

Soo Hyun : Jadi? Kapan Dae Han akan tiba di sini?

Penulis Ahn : Katanya mungkin tiba setengah jam sebelum kita siaran langsung.

Soo Hyun : Bukannya akan, tapi mungkin? Sudah berapa kali dia melakukan ini?

Penulis Ma : Mungkin ini kali ketiga sejak kita membentuk panel baru.

Soo Hyun : Dia benar-benar mengejek kita.

Penulis Ahn : Bersabarlah. Kau tahu dia pria hit saat ini.

Penulis MA : Dia benar. Jika kau menghitung acara radio, dia anggota tetap di lebih dari 10 acara.

Soo Hyun : Aku tidak peduli itu 10 atau 20. Dia harus datang tepat waktu. Ini siaran langsung.


Tak lama, Dae Han datang dan minta maaf karena terlambat.

Dae Han : Aku akan naik kereta bawah tanah mulai sekarang. Maafkan aku.

Soo Hyun : Apa kau malas bersiap untuk acara ini karena kau sibuk?

Dae Han : Aku tidak akan bermalas-malasan sesibuk apa pun aku. "Debat" yang membuatku menjadi diriku saat ini.


Dae Han langsung ke meja panel.

PD Koo datang.

PD Koo : Kau akan melewatkan Dewan Nasional dan langsung ke Gedung Biru?

Dae Han : Gedung Biru?

PD Koo : Mereka melakukan survei untuk calon presiden masa depan favorit, dan kau di posisi kedua. Kedua.

Dae Han : Kuminta mereka berulang kali tidak memasukkanku dalam survei, tapi mereka tidak mau mendengarkan. Itu hanya ketertarikan sesaat.

Soo Hyun : Aku tahu. Lihat dia berada di posisi kedua dalam pemilihan presiden.

Dae Han : Astaga. Aku tidak tertarik dengan pemilihan presiden. Mari kita mulai. Aku harus ke programku berikutnya.


Sekarang,, Dae Han dan Soo Hyun ada di sebuah ruangan yg gelap. Mereka memandang keluar jendela.

Soo Hyun : Sunbae, tidakkah kau sedih?

Dae Han : Tentang apa?

Soo Hyun : Tentang kalah dalam pemilu Kau juga hanya kalah dengan 190 suara.

Dae Han : Tapi aku mendapatkan cinta rakyat. Lagi pula, Joon Ho baik-baik saja.

Soo Hyun : Aku tidak pernah tahu kau sangat murah hati.

Dae Han : Ini bukan apa-apa. Kau akan terus terkejut selagi makin sering bersamaku.

Soo Hyun : Kau menulis harapan apa di lentera melayang?

Dae Han : Hanya kesehatan dan kebahagiaan keluarga kita. Hal-hal seperti itu.


Kembali ke saat mereka menulis lentera.

Song Yi : Kuharap ayah segera kembali dari Vietnam.


Tae Poong : Biarkan aku makan daging sapi setiap hari.


Tak : Biarkan aku tumbuh 5 cm lagi.


Jung Woo : Biarkan aku menjadi suami dan ayah yang baik. Dan biarkan laguku merajai tangga lagu.


Da Jung : Mari kita semua sehat dan bahagia seperti sekarang.


Soo Hyun : Aku ingin bergabung dengan Widaehan Sho musim semi depan.


Dae Han : Aku tahu aku bisa melakukannya dengan baik sekarang. Tolong kembalikan aku ke Dewan Nasional. Jika itu terlalu sulit, aku tidak keberatan langsung ke Gedung Biru. Di mana pun aku berada, apa pun jabatanku, aku ingin memberikan kekuatan kepada yang lemah.


Mereka lalu berfoto bersama.


TAMAT!!!

Ngakak... Si Dae Han ngomongnya aja gk tertarik mencalonkan diri sebagai Presiden,, tapi diam2 dia nulis harapannya di lentera kalau dia pengen masuk Dewan Nasional atau Gedung Biru.

Tapi agaknya harapan Dae Han yg langsung ke Gedung Biru terkabul tuh....

Jadi begitulah gaes,,, kantor itu, ruangan itu akhirnya dimiliki Joon Ho, bukan Dae Han. Joon Ho lah yang menggantikan posisi ayahnya, bukan Dae Han.

Dae Han dan Soo Hyun juga happy ending, mereka akan menikah pada akhirnya...

Nasibnya Hye Jin nih yg gak jelas... Balik ke Debate, enggak. Nerusin karir politiknya juga enggak... terus fakta dia mantannya Dae Han juga gk dibahas ya....

Tapi gk penting juga sih ngebahas Hye Jin... Intinya, Dae Han, Soo Hyun dan anak2 juga Joon Ho berakhir bahagia... Ye kagak??

Sukaaa endingnya.... Biasanya sy suka protes soal ending... Tapi The Great Show ini endingnya bagus......

Sampai jumpa di Drama Lim Ju Hwan berikutnya gaes....

The Great Show Ep 16 Part 2 (Episode Terakhir)

Sebelumnya...


Joon Ho menemui ayahnya. Sang ayah tanya, kenapa kemari? Kau pasti sibuk kampanye, kan?

Joon Ho : Aku ingin meminta bantuan ayah.

Kyung Hoon : Bantuan apa?

Joon Ho : Mengenai Da Jung. Putri Dae Han. Tolong jangan sampai orang lain tahu soal ayah kandungnya.

Kyung Hoon : Bukan ayah yang menentukan.

Joon Ho : Hal-hal yang ayah lakukan untukku lebih merugikan daripada membantu. Da Jung hamil. Ayah tidak boleh menyakiti seseorang yang hamil hanya untuk memenangi pemilu. Jika ayah akan melakukan hal seperti itu...

Kyung Hoon : Jangan khawatir. Seperti yang ayah bilang, ayah akan serahkan sepenuhnya kepadamu bagaimana menggunakan rekaman itu.


Pak Jung datang membawakan minuman dingin.

Pak Jung : Ini untuk wanita hamil.

Pak Jung memberikan Da Jung minuman yg berbeda dari mereka.

Bong Joo : Kau tahu? Aku merasa menua 10 tahun setiap hari karena Pak Wi.

Pak Jung : Menua tidaklah berarti. Perutku terasa sangat sesak, kupikir aku akan kencing celana!

Semua tertawa.


Dae Han melirik Da Jung.

Dae Han : Kau yakin baik-baik saja?

Da Jung : Aku baik-baik saja. Aku dan Dreamy tidak apa-apa.

Dae Han : Aku akan berusaha menjadi ayah yang jauh lebih baik.

Da Jung : Ayah tidak bisa menjadi ayah yang baik saja. Ayah juga harus menjadi kakek yang baik.

Semua tertawa.


Soo Hyun : Bukankah kau terlalu santai? Pemilihannya sebentar lagi.

Dae Han : Aku baru saja adakan konferensi pers bahwa aku mengadakan pertunjukan. Aku tidak bisa langsung menunjukkan wajahku lagi.


Da Jung : Lantas, anggap hari ini sebagai istirahat dan beristirahatlah. Ayah akan mempersingkat umur.

Dae Han : Baik, Bu!


Kyung Hoon menggunakan cara lain untuk menjegal Dae Han masuk ke Dewan Nasional. Ia juga tidak menepati janjinya pada Joon Ho yg memintanya tidak menyakiti Da Jung.

Ya, asisten Kyung Hoon memberikan uang pada Dong Nam dan memberikan kartu nama. Ia menyuruh Dong Nam menghubungi nomor reporter yg ada di kartu nama itu.

Dong Nam : Aku hanya bilang Wi Dae Han memberi 30.000 dolar untuk membungkamku dan menjauhkan aku dari anak-anak, bukan?

"Kau juga harus mengatakan siapa ayah kandung Da Jung dan kejahatan apa yang dia lakukan."

"Aku mengerti."

"Kami akan memberikan sisanya setelah pemilu."


Paginya, di hari ke-3 menjelang pemilu, Dae Han dan pendukungnya kembali kampanye.

Dae Han menyapa para pedagang di pasar.


Seorang ibu memarahi Dae Han karena memanfaatkan anak2 untuk menghapus julukan putra durhaka.

Dae Han : Aku merasa sangat malu, Bu. Tolong pergi ke tempat pemungutan suara pada hari pemilu, dan hukum aku dengan suara kalian.

Pak Jung membela Dae Han.

"Ada kalanya kau membuat penilaian yang tidak jelas. Anak-anak membutuhkan wali saat itu, dan kini mereka lebih dekat! Benar, bukan?"

"Aku akan bekerja keras, Bu. Tolong beri aku kesempatan."


Para pedagang lain setuju.

"Dia pandai mengurus anak-anak!" ucap ibu pedagang lain.


Tak lama, mereka bertemu Joon Ho yg juga sedang kampanye.

Dae Han : Bagaimana kabarmu?

Joon Ho : Ini melelahkan karena ini kali pertamaku. Kau?

Dae Han : Tidak jauh berbeda.

Joon Ho : Semoga berhasil.


Joon Ho dan tim nya pergi tapi Dae Han memanggil Joon Ho.

Dae Han : Kang Joon Ho, terima kasih.

Joon Ho : Jika kau bersyukur, pilih nomor 3.

Dae Han : Aku tidak begitu sebersyukur itu.

Joon Ho : Sampai jumpa.

Mereka saling mendukung kini!


Kyung Hoon diberitahu asistennya peringkat Dae Han turun setelah konferensi pers itu jadi mereka unggul 4%.

Kyung Hoon : Kurasa wawancara hari ini akan menjadi pukulan keras.


Dong Nam pergi ke cvN!


Di lobby cvN, Soo Hyun dan tim nya membahas siapa yg akan menang antara Dae Han dan Joon Ho.

Soo Hyun : Aku tidak tahu. Aku tidak bisa menebak.

Penulis Ma : Lalu kau akan memilih siapa?

Soo Hyun : Ini surat suara rahasia!

Penulis Ma : Tapi sudah jelas kau akan memilih Wi Dae Han.


Soo Hyun lalu melihat Dong Nam.

Penulis Ma : Soo Hyun, kenapa kau tampak sangat terkejut?

Soo Hyun : Bukan apa-apa. Kalian pergilah.


Soo Hyun bergegas menemui Dong Nam.

Soo Hyun : Pak, sedang apa kau disini.

Dong Nam : Aku seharusnya menemui seseorang disini. Maaf, aku sedang terburu-buru.

Dong Nam lari ke lift.


Di jalan, Dae Han yg diberitahu Soo Hyun soal Dong Nam yg datang ke cvN, berusaha menghubungi Dong Nam, tapi tidak dijawab.

Bong Joo : Apa yang dia lakukan di stasiun TV?

Dae Han yakin Dong Nam ingin buka mulut soal ayah kandung Da Jung.


Di lobby, Soo Hyon menonton Dong Nam yg mulai diwawancara.

Tak lama, Dae Han dan Bong Joo datang.

Dong Nam : Pemilu akan diadakan, jadi, aku ingin bisa membantu pemilih membuat keputusan yang lebih bijaksana dengan datang ke sini.


Joon Ho yang sedang makan-makan bersama orang tua dan timnya, langsung curiga pada ayahnya.

Joon Ho : Apa ini ulah ayah?

Kyung Hoon : Apa maksudmu? Ayah tidak ada hubungannya. Mari kita lihat apa yang ingin dia katakan.


"Jungang-gu, Kota Inju adalah distrik terpanas pemilu tahun ini." ucap si pewawancara.

Dong Nam : Ya. Dan Pak Wi Dae Han mencalonkan diri di sana, dan dia mengadakan konferensi pers kemarin, tapi kupikir orang-orang harus tahu satu hal tentang Wi Dae Han.


Da Jung, Pak Jung dan Bu Yang cemas.

Jung Woo yg tahu Da Jung cemas, menggenggam tangan Da Jung.


Dong Nam : Anak-anak yang ditampung oleh Wi Dae Han adalah anak-anakku, kecuali untuk yang tertua. Jadi, mereka orang asing bagi Wi Dae Han.

Pewawancara : Apa terjadi hal buruk kepada anak-anak saat mereka bersama Pak Wi?

Dong Nam : Tidak. Sama sekali tidak. Dia sangat baik kepada mereka sampai anak-anak lebih menyukainya. Seburuk itulah Pak Wi. Kenapa dia membuat mereka lebih menyukainya daripada ayah kandung?

Pewawancara : Apa itu tadi? Bukankah anda kemari untuk mengungkap kebenarannya? Apa ada hubungannya dengan ayah kandung Da Jung?

Dong Nam : Ayah kandung Da Jung? Yang kudengar dari ibu Da Jung adalah ayahnya meninggal sebelum Da Jung lahir. Tapi kenapa itu penting? Da Jung punya ayah hebat di sisinya sekarang.


Da Jung tersenyum mendengarnya.

Da Jung : Dia mengatakan hal yang tepat setelah sekian lama.


Si pewawancara langsung ingin mengakhiri wawancara itu.

Tapi Dong Nam bilang ia belum selesai bicara.

Dong Nam : Kebenaran yang ingin kuungkapkan di sini hari ini adalah, Ketua Partai Nasionalis, Kang Kyung Hoon, menyuapku dengan uang untuk memfitnah Wi Dae Han.

Sontak mendengar itu, si pewawancara langsung menutup acaranya.


Joon Ho langsung marah.

Joon Ho : Sudah kubilang. Hal-hal yang ayah lakukan untukku hanya merugikanku.

Kyung Hoon : Kau tidak memercayai ayah dan memilih untuk percaya kepada bedebah itu?

Joon Ho : Siapa pun yang kupercaya, kebenaran tidak berubah.

Joon Ho beranjak pergi.


Dae Han, Soo Hyun dan Bong Joo langsung menghampiri Dong Nam yg baru keluar dari lift.

Dae Han : Aku sangat bersyukur karena keberanianmu berbicara.

Dong Nam : tidak perlu berterima kasih.


Soo Hyun : Pak Han, kenapa kau muncul di berita?

Dong Nam : Kang Kyung Hoon memerintahkanku untuk tampil di berita dan memfitnah ayah Da Jung.

Soo Hyun : Tapi kau mengatakan sebaliknya di berita.

Dong Nam : Dia terus menggangguku, datang jauh-jauh ke Chuncheon. Dia memberitahuku soal menjadi ayah yang membanggakan.


Bong Joo : Itukah alasanmu pergi ke Chuncheon tanpa memberi tahu ajudanmu?


Dae Han : Pak Han, kau apakan uang yang kau dapat dari Kang Kyung Hoon?

Dong Nam : Aku memakai sekitar 1.000 dolar. Aku akan ke Kejaksaan dengan sisanya besok. Kau harus pergi. Aku yakin Da Jung menunggu.

Dae Han : Aku akan mengantarmu ke Chuncheon.

Dong Nam : Tidak. Aku lebih suka bus ekspres.

Soo Hyun : Kau pasti sangat lelah. Biarkan Dae Han mengemudi.

Dong Nam : Ya, harus. Aku melakukan hal paling keren dalam hidupku. Biarkan aku menikmatinya sendirian dalam perjalanan pulang.


Dalam perjalanan pulang, Dong Nam bicara dengan Tak.

Tak : Ayah luar biasa hari ini.

Dong Nam : Ayolah. Bicara di depan kamera bukan masalah besar.

Tak : Kapan ayah pulang?

Dong Nam : Jika ayah pergi sekarang, akan butuh lebih dari dua jam.

Tak : Aku akan menunggu ayah. Kita harus makan ramen tuna. Aku akan memasaknya kali ini.

Dong Nam : Ramen tuna terdengar lezat. Mulut ayah sudah berliur.


Kyung Hoon dan asistennya kembali ke kantor.

Kyung Hoon : Aku tidak percaya si bodoh itu akan menusukku dari belakang. Kurasa aku tidak lebih baik daripada harimau ompong.

"Aku akan menyebarkan artikel soal bagaimana Han Dong Nam adalah adalah detektif korup dan pecandu judi. Akan kupastikan ucapannya di TV kehilangan kredibilitas." jawab asistennya.


Joon Ho dan Reporter Nam di kantor kampanye mereka.

Reporter Nam : Maaf harus mengatakan ini, tapi kurasa sudah berakhir.

Joon Ho : Ini belum berakhir sampai semuanya berakhir. Bukankah ini berarti hasilnya bisa berubah jika kita berusaha keras hingga akhir?

Reporter Nam : Kau benar. Kenapa?

Joon Ho : Aku memikirkannya secara berbeda. Kurasa melakukan yang terbaik meski sudah jelas kau akan kalah adalah hal patut dilakukan bagi penggemar yang datang ke pertandingan.

Reporter Nam : Aku tidak cukup besar untuk bersikap sopan dalam pertempuran yang kalah. Kau bisa bersikap anggun sendiri.

Reporter Nam memutuskan meninggalkan Joon Ho dan beranjak pergi.


Ponsel Joon Ho berdering. Telepon dari Dae Han.


Hye Jin meminta dukungan orang2 untuk Joon Ho.

Hye Jin : Orang yang akan melindungi Inju. Orang yang memimpin kemajuan Inju. Tolong percaya dan pilih nomor 3, Kang Joon Ho!


Hye Jin lalu menghampiri Joon Ho dan ibunya.

Hye Jin : Makin sedikit orang.

Ibu Joon Ho : Itu tidak bisa dihindari. Ayahmu melakukan aksi sia-sia.

Joon Ho : Tidak penting apakah penontonnya banyak atau sedikit. Aku harus melanjutkan pidatoku.


Joon Ho mulai berpidato,, tapi salah seorang warga menghentikannya.

"Lupakan saja! Anda menyuap orang lain dengan uang untuk memfitnah! Memangnya anda siapa bisa memberi kami pidato?"

"Dia benar. Bagaimana bisa anda, yang lahir dengan sendok perak di mulut, memahami kehidupan orang biasa?"


Dae Han kemudian datang.

Dae Han : Aku tidak terlahir dengan sendok perak di mulutku. Tapi aku tidak bisa memahami kehidupan orang biasa.

Hye Jin dan ibu Joon Ho terkejut melihat Dae Han.

Hye Jin : Sedang apa Wi Dae Han di sini?


Joon Ho tersenyum menatap Dae Han dan mengingat percakapan mereka kemarin.

Flashback...


Dae Han menghubungi Joon Ho setelah Reporter Nam memutuskan meninggalkan Joon Ho.

Dae Han mengajak Joon Ho bertemu.

Dae Han : Kang Joon Ho, sejak tahun pertama kita di SMA, kita telah bersaing selama 20 tahun.

Joon Ho : 20 tahun? Kita punya sejarah spesial.

Dae Han : Kau tidak lelah melawanku?

Joon Ho : Apa maksudmu?

Dae Han : Aku muak. Aku yakin rakyat juga. Dewan Nasional berjuang 365 hari dalam setahun. Jadi, kenapa kita tidak melakukan hal lain selain berkelahi?

Flashback end..


Orang-orang mulai meneriakkan nama Joon Ho dan Dae Han secara bergantian.


Joon Ho : Orang-orang menyebut orang kaya sebagai sendok perak karena mereka mendapatkan kekayaan mereka dengan tidak adil, dan menggunakan kekayaan itu untuk menyalahgunakan kekuasaan. Ayahku tidak adil. Dia menggunakan kekuasaannya dan mengeksploitasinya secara tidak adil. Dan Wi Dae Han di sini adalah salah satu korbannya. Memakai kesempatan ini, atas nama ayahku, aku ingin meminta maaf kepada Pak Wi.

Gantian Dae Han yg bicara.

Dae Han : Aku Wi Dae Han. Inilah Kang Joon Ho. Dia sangat lembut dan berprinsip. Anehnya, dia tidak seperti ayahnya. Aku kalah di pemilu terakhir karena aku dicap sebagai putra durhaka karena masalah yang berkaitan dengan ayahku. Saat aku mengalaminya langsung, itu sangat sulit. Aku berharap Kang Joon Ho di sini tidak perlu melalui itu. Kami memutuskan untuk berdiri di sini bersama karena kami tidak akan mengikuti jejak politikus terus berseteru. Kami sepakat akan menunjukkan kepada rakyat bagaimana kami akan bicara dan berpikir bersama, dan melangkah maju bersama. Aku tidak yakin siapa yang akan terpilih dalam pemilu dua hari lagi. Tapi siapa pun yang terpilih, kami akan bekerja sama dalam politik, sebagai teman dan rekan kerja.

Para warga pun kembali meneriakkan nama mereka sbg bentuk dukungan.


Dari jauh, Kyung Hoon memperhatikan mereka.

Kyung Hoon : Menurutmu berapa lama mereka akan bertahan?

"Tidak lama, Pak. Saat mulai bekerja, mereka akan berubah."

"Semua politikus yang kulihat begitu. Tapi siapa tahu? Seorang ayah tidak boleh menghalangi anaknya." jawab Kyung Hoon.

Kyung Hoon lalu menyuruh supirnya jalan.


Malamnya, Kyung Hoon menggelar konferensi pers.

Kyung Hoon : Aku membuat kesalahan besar karena kasih sayang yang salah dan kekhawatiran terhadap putraku. Mulai saat ini, aku akan mundur dari jabatanku sebagai ketua Partai Nasionalis, kursiku di dewan dan semua layanan masyarakat serta pensiun dari politik. Kandidat Kang Joon Ho tidak tahu apa pun tentang tindakanku. Aku ingin memohon kepada para pemilih. Tolong nilai Kandidat Kang Joon Ho, bukan sebagai putra ayah yang bodoh, tapi sebagai Kang Joon Ho sendiri selama pemilihan mendatang.


Hari yg dinanti2 tiba.


Orang2 mulai memberikan suara mereka.


Usai memilih, Dae Han mengunjungi rumah abu orang tuanya.

Dae Han : Aku menemui orang tuaku di rumah pemakaman setelah pemilu. Dan aku berdoa agar orang-orang membuat keputusan yang bijaksana dan hebat.

Dae Han lalu menatap nama kedua orang tuanya. Wi Jae Sung dan Kang Eun Sook.


Hasil perhitungan suara cepat mulai diumumkan.

"Kini kita mulai penghitungan suara untuk pemilihan umum ke-21."

Bersambung ke part 3...