Di apartemennya, Joon Ho menuliskan nama Pak Baek, Pak Lee dan Walikota Jung di papan tulis.
"Partai Progresif, Baek Soo Chang. Woods Utong Lee Kang Hun. Wali Kota Jung Han Soo. Lahan penjara lama, Proyek Mal Woods. Mendorong proyek apartemen upah rendah untuk menutupinya. Mengadakan pemungutan suara untuk mempercepat proyek. Warga menentang proyek itu. Mengamankan pembenaran untuk membangun Mal Woods. Pilih Wi Dae Han sebagai penasihat untuk meredakan kemarahan pedagang." tulis Joon Ho.
Di dekat nama Walikota Jung, Joon Ho memberikan tanda tanya.
Joon Ho : Bagaimana Wali Kota Jung tahu bahwa warga akan menentangnya?
Soo Hyun masih bersama tim nya. Penulis Ahn merasa, Joon Ho agak mencurigakan.
Soo Hyun : Apa maksudmu?
Penulis Ahn : Upayanya mencalonkan diri sebagai penasihat tampaknya menunjukkan niatnya untuk terjun ke politik.
Soo Hyun : Kita tidak tahu. Tapi kita harus bersiap.
Penulis Choi : Siap untuk apa?
Soo Hyun : Kita tahu Pak Wi akan mengikuti pemilu dan Pak Kang mungkin turut serta. Maka kedua panelis akan langsung keluar bersama.
Penulis Ahn : Kau benar. Di mana kita bisa mendapatkan panelis baru?
Penulis Ma : Bagaimana jika acara kita dibatalkan karena ini?
PD Koo tiba2 masuk dan meminta penjelasan Soo Hyun soal pembangunan Mal Woods.
Soo Hyun : Itu rumornya, tapi kita belum tahu.
PD Koo : Apa? Temanku di perusahaan sekuritas bilang itu sudah beres. Kau seharusnya segera memberitahuku jika ada rumor seperti itu.
Soo Hyun : Kenapa?
PD Koo : Jika tahu, aku akan membeli apartemen di sana. Jika Woods Mall masuk, nilai properti akan melonjak.
Soo Hyun : Kau sangat berbakat, Pak Koo.
PD Koo : Apa maksudmu?
Soo Hyun : Membuat orang-orang kehilangan kesabaran mereka.
Penulis Ahn tertawa mendengar jawaban Soo Hyun.
Penulis Ma : Kau benar. Itu bakat.
Keesokan harinya,, Dae Han dan Joon Ho berkumpul bersama para pedagang Pasar Inju. Hasil pemungutan suara penasihat baru mereka sudah keluar. Pak Jung mengumumkan, pemenangnya adalah
Dae Han karena Dae Han mendapat 85 suara dan Joon Ho 32 suara.
Semua senang Dae Han yang terpilih.
Pak Jung lantas meminta Joon Ho mengatakan sesuatu.
Joon Ho : Mungkin aku tidak terpilih, tapi aku akan melakukan yang terbaik untuk membantu kemajuan Pasar Inju.
Para pedagang mengangguk2 dan memuji Joon Ho sbg pria baik.
Berikutnya, giliran Dae Han yang diminta berpidato.
Dae Han : Terima kasih dari lubuk hatiku karena memilihku, walaupun aku tidak mumpuni, untuk peran sepenting ini. Aku tahu kenapa kalian memilihku menjadi penasihat kalian. Itu sebabnya aku menyampaikan ini dengan berat hati. Dengan rumor bahwa mal sedang dibangun di lahan penjara, itu pasti membuat kalian sangat khawatir. Berdasarkan yang kudengar hari ini, rumor itu benar.
Para pedagang dan Joon Ho kaget.
Dae Han lantas berlutut, membuat semua tambah kaget.
Dae Han : Kalian memilihku untuk mencegah Woods Mal masuk tapi kurasa aku tidak bisa menghentikan itu. Maafkan aku.
Para pedagang heboh.
"Mal akan masuk. Apa lagi sekarang?"
Di rumah, Soo Hyun sarapan dengan anak2.
Soo Hyun : Omong-omong, dimana Tak? Aku jarang melihatnya belakangan ini.
Tae Poong : Tak selalu pulang larut.
Da Jung : Entah apa yang dia lakukan. Aku khawatir kondisinya memburuk setelah ayah kami pergi.
Soo Hyun : Dae Han harus lebih menjaganya.
Da Jung : Dia akan lebih sibuk setelah menjadi penasihat, bukan?
Soo Hyun : Mungkin. Kurasa begitu.
Song Yi : Seorang penasihat adalah seseorang yang memberi nasihat, bukan?
Sontak, Soo Hyun dan Da Jung tertawa mendengar pertanyaan Song Yi.
Soo Hyun : Kau sangat pintar, Song Yi.
Dae Han berusaha membujuk para pedagang sekarang.
Dae Han : Seperti yang kalian tahu, dimana-mana dalam radius 1 kilometer dari pasar tradisional hanya boleh ditempati toko-toko tradisional oleh hukum. Pusat perbelanjaan besar seperti Mal Woods tidak bisa masuk....
Dae Han membuat gambarannya di papan.
Dae Han : Namun, seperti yang kalian lihat di sini, hanya sekitar 10 persen lahan yang berada dalam jarak 1 km dari Pasar Inju.
"Bukankah itu berarti secara legal, Mal Woods tidak boleh masuk ke sana?" tanya seorang pria.
Dae Han : Benar. Namun, jika Woods mundur dari 10 persen ini, mereka bisa membangun mal tanpa persetujuan kalian.
Para pedagang heboh. Wakil Pedagang menanyakan solusinya pada Dae Han.
Dae Han : Aku sudah memikirkannya dan aku yakin Woods ingin memanfaatkan seluruh lahan untuk membangun Mal Woods. Sebagai ganti persetujuan kita untuk penggunaan 10 persen ini, bagaimana jika kita mendapatkan kompensasi sebanyak mungkin?
Pak Jung tak setuju.
Dae Han : Mereka memprotes dan berusaha semampunya, tapi mal itu dibangun.
Kubu pedagang terpecah. Sebagian setuju dgn Dae Han dan yang lain tidak.
Pak Jung tanya berapa yg mereka bisa dapatkan.
Dae Han : Entah berapa yang bisa kita dapatkan, tapi aku akan berusaha...
Pak Jung : Berapa pun mereka membayar kita, aku menentangnya. Tempat ini adalah tempat tinggal kita dan seperti anak-anak kita. Orang tua mana yang mau menjual anaknya untuk beberapa dolar? Aku tidak bisa melakukan itu.
Pak Jung pergi.
Joon Ho menyusul Dae Han keluar.
Joon Ho : Apa kau benar-benar tahu hari ini bahwa Mal Woods sudah dipastikan untuk pindah?
Dae Han : Apa? Kau pikir aku berbohong?
Joon Ho : Entahlah.
Dae Han kaget dgn jawaban entahlah Joon Ho.
Dae Han menyusul Pak Jung ke atap gedung.
Dae Han : Aku mengerti perasaan ayah tapi ayah harus rasional di saat seperti ini.
Pak Jung : Apa mendapat beberapa dolar yang kau sebut rasional?
Dae Han : Itu sebabnya aku bilang akan mendapatkan uang sebanyak mungkin.
Pak Jung : Setelah Mal Woods pindah, banyak toko akan bangkrut, dan para pemilik bisnis lokal akan menerima kerugian besar. Menurutmu seberapa besar kompensasi itu akan diberikan?
Dae Han : Jika ayah terus menolak untuk menerimanya dan gigih, mereka bisa mundur dari 10 persen dan melanjutkan pembangunan. Jika begitu ayah mungkin tidak mendapat sepeser pun.
Pak Jung : Lupakan. Aku tidak percaya Woods, Wali Kota Jung, atau kau lagi. Lakukan tugasmu sebagai penasihat. Aku akan berusaha semampuku.
Pak Jung beranjak pergi.
Dae Han kesal, sial!
Dae Han menemui Soo Hyun.
Soo Hyun : Benarkah?
Dae Han : Ya. Aku sendiri baru tahu hari ini.
Soo Hyun : Bagaimana ayahku? Apa katanya?
Dae Han : Dia marah, wajar saja.
Soo yun : Apa tidak ada pilihan selain menerima kompensasi?
Dae Han : Jika ada, aku tidak akan sefrustrasi ini. Soo Hyun-ah, tolong bujuk ayahmu. Aku sangat khawatir dia akan melakukan sesuatu yang drastis.
Soo Hyun : Seperti apa?
Dae Han : Dari suaranya, dia mungkin benar-benar akan membakar diri di depan gedung Woods.
Soo Hyun frustasi mendengarnya.
Soo Hyun : Baiklah. Aku akan membujuknya.
Soo Hyun lalu minta Dae Han menjaga Tak.
Dae Han : Tak?
Si kembar berdiri di depan pintu kamar Tak, melihat Dae Han.
Dae Han : Tak, kau bermain gim? Mari berbincang.
Tak : Tidak ada yang mau kukatakan.
Dae Han : Aku ada.
Tak : Apa? Katakan dan keluar.
Dae Han : Baik. Kudengar kau pulang larut. Aku penasaran apakah ada masalah.
Tak : Apa urusan anda? Anda pikir anda siapa?
Dae Han yang berusaha menahan diri sejak tadi dgn sikap jutek Tak, akhirnya marah.
Dae Han : Apa? Berandal, jaga bicaramu!
Tak tambah melawan. Ia melemparkan bantalnya, lalu berteriak kesal dan berdiri.
Dae Han : Pubertas tidak memberimu kebebasan.
Tak : Sudah cukup. Berhenti bersikap seolah-olah anda ayahku.
Tak pergi.
Dae Han, sial! Dae Han yg kesal lalu memukul dadanya saking kesalnya. Melihat itu, si kembar masuk. Tae Poong malah ngelucu.
Tae Poong : Paman Wi, menirukan gorila? Aku pandai melakukannya.
Tae Poong memukul dadanya. Dae Han makin pusing melihat tingkah Tae Poong itu.
Song Yi lebih dewasa.
Song Yi : Paman Wi, tenanglah.
Dae Han menatap Song Yi. Lalu ia jongkok dan tersenyum pada Song Yi.
Dae Han : Astaga. Aku harus tenang, bukan?
Dae Han lalu melihat Tae Poong yang masih menirukan gorila. Melihat itu, Dae Han menggendong Tae Poong ke kasur dan memukul2 pelan dada Tae Poong.
Di restoran,, Soo Hyun membujuk ayahnya untuk menerima kompensasi.
Pak Jung kesal, kompensasi? Yang benar saja.
Pak Jung menenggak birnya.
Soo Hyun : Ayah akan melakukan apa?
Pak Jung : Apa maksudmu? Apa yang harus ayah lakukan? Ayah akan berusaha semampu ayah untuk mencegah hal itu terjadi.
Soo Hyun : Ayah, kumohon!
Pak Jung : Ayah Ketua Perserikatan Pedagang. Apa tugas ayah? Melindungi pasar! Mulai besok, ayah akan melakukan protes tunggal di kantor Woods.
Soo Hyun : Tekanan darah ayah tinggi! Ayah bisa pingsan! Itu akan membahayakan kesehatan ayah!
Bu Yang ikut bicara.
"Meski begitu, lakukan yang harus dilakukan."
Soo Hyun sebal ibunya mendukung ayahnya.
Bu Yang : Jika bukan kita, siapa yang akan melindungi mata pencarian kami?
Pak Jung berlari keluar dan muntah2 di pinggir jalan.
Soo Hyun menyusul ayahnya. Ia menepuk2 punggung ayahnya.
Soo Hyun : Kumohon, kendalikan emosi Ayah. Dan juga kurangi minum.
Pak Jung : Tapi ayah tidak minum banyak.
Pak Jung lalu menyuruh Soo Hyun masuk ke rumah.
Soo Hyun : Tetap di sini sebentar.
Soo Hyun lari ke apotek dan membeli minuman pereda pengar.
Setelah itu, ia kembali ke ayahnya tapi langkahnya terhenti begitu mendengar ayahnya bicara sendiri.
Pak Jung : Apa pun yang terjadi, aku akan melindungi Pasar Inju. Apa pun yang terjadi! Aku akan memastikan itu tidak berakhir seperti Ji Hyun. Woods Utong, sampah-sampah itu. Mereka berusaha menutupi apa yang terjadi kepada Ji Hyun hanya dengan sedikit uang. Mereka mengulangi omong kosong ini lagi! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Tidak akan.
Soo Hyun sedih mendengarnya.
Dae Han yang udah balik ke kamarnya,, di SMS Da Jung.
Da Jung : Kak Soo Hyun berusaha sangat keras, tapi ayahnya bersikap keras kepala. Dia bahkan akan melakukan protes tunggal besok.
Dae Han makin pusing.
Dae Han : Pak Jung membuatku gila. Protes tunggal tidak akan memperbaiki masalah ini.
Tiba2, Dae Han dihubungi Pak Baek. Pak Baek memberikan ucapan selamat ke Dae Han atas terpilihnya Dae Han sbg penasihat Pasar Inju.
Pak Baek lalu meminta Dae Han menjaga baik2 Mal Woods.
Pak Baek : Perusahaan sedang melalui masa sulit.
Dae Han : Tentu saja. Tidak perlu khawatir, Pak. Aku putra Pasar Inju. Baik, Pak. Aku akan melakukan yang terbaik.
Besoknya,, Pak Jung melakukan protes tunggal di depan gedung Woods.
"Mal Woods akan menghancurkan Pasar Inju!"
"Lindungi mata pencarian bisnis kecil!"
Pak Lee yg melihat itu dari jendela ruangannya, malah tersenyum sinis sambil menikmati kopinya.
Dae Han berusaha membujuk para pedagang di pasar.
"Selamat pagi. Aku Wi Dae Han, Penasihat Pasar Inju."
"Karena kini anda Penasihat, lakukan sesuatu soal ini."
"Kudengar Mal Woods akan dibangun. Siapa yang akan datang ke sini untuk berbelanja jika ada mal besar?"
"Benar. Itu tidak mudah. Aku bertemu dengan Wali Kota, untuk menyelidiki tindakan hukum apa pun. Tapi tidak ada yang bisa kita lakukan."
"Tapi kita tidak bisa diam saja duduk di sini."
"Itu sebabnya kita harus meminta kompensasi sebanyak mungkin! Jika kita melewatkan kesempatan, itu mungkin bukan pilihan. Makanan di sini enak, segar, dan bahkan murah! Kenapa orang pergi ke mal itu alih-alih datang ke sini?"
"Sudah jelas. Pusat perbelanjaan akan punya banyak untuk dilihat dan dilakukan. Parkir mereka juga bagus. Sangat nyaman berbelanja dengan mobil mereka."
"Benar! Itulah maksudku! Kita akan mendapatkan kompensasi sebanyak mungkin, membangun garasi besar di samping pasar, dan membangun atap di seluruh pasar!"
"Setelah kita merenovasi seluruh tempat ini yang cocok untuk berbelanja, kita punya daya saing!"
"Aku tidak yakin soal itu. Bagaimanapun, aku memercayaimu. Jika kau bilang kompensasi adalah pilihan terbaik kami, apa pilihanku? Aku harus mengikuti. Tapi Ketua sudah membebani pikiranku. Dia melakukan protes tunggal di depan Woods Utong. Aku tahu ini sulit bagimu, tapi kau harus membujuknya."
Dae Han menyusul Pak Jung ke Woods.
Dae Han : Ayah harus berhenti sekarang dan pulang. Jika tidak, ayah akan benar-benar pingsan!
Pak Jung : Sudah kubilang. Lakukan apa yang kau bisa. Aku akan berusaha semampuku.
Dae Han : Aku Penasihat Pasar Inju. Melarang ayah bertingkah seperti ini juga tugasku.
Pak Lee keluar dan menuju mobilnya. Ketika menuju mobilnya, ia melihat Pak Jung. Pak Jung juga melihat Pak Lee dan teringat saat ia melakukan hal yang sama, protes di depan Kantor Woods, setelah kematian Ji Hyun.
Flashback....
Pak Jung berkemah di depan Kantor Woods. Ia duduk di depan tendanya dgn tubuh yg sudah lemas dan beberapa tulisan di depanya.
"Pihak yang bertanggung jawab harus membayar! Pemogokan hari ke-19"
"Kembalikan putriku, Ji Hyun, yang meninggal dengan tidak adil!"
"Woods Utong harus mengungkap kebenaran di kecelakaan lift!"
Pak Lee lantas keluar, bersama asistennya. Asisten Pak Lee berusaha membujuk Pak Jung.
"Melanjutkan ini hanya akan menyulitkan anda. Ambil kompensasinya dan mari akhiri di sini."
"Putriku Ji Hyun tidak jatuh. Dia meninggal karena liftnya runtuh. Kalau begitu, setidaknya, yang bisa kalian lakukan adalah mengungkap penyebabnya agar hal ini tidak terulang lagi, dan hukum mereka yang bertanggung jawab!"
"Seperti kataku, kami berusaha yang terbaik."
Pak Lee kesal dan menyuruh asistennya berhenti membujuk Pak Jung.
Pak Lee : Kau melakukan sandiwara ini untuk mendapatkan kompensasi lebih?
Flashback end...
Pak Jung mengejar Pak Lee.
Pak Jung : Tunggu sebentar. Aku ketua serikat pedagang Pasar Inju. Bisa kita bicara?
Pak Lee : Jika ingin bicara, kau harus mengambil langkah yang tepat.
Pak Jung : Aku melakukan ini karena itu mustahil!
Dae Han berusaha menghentikan Pak Jung tapi Pak Jung marah.
Pak Jung : Aku hanya mencoba bicara. Kenapa kau menghentikanku?
Pak Lee masuk ke mobilnya. Ia tak peduli. Sopir lalu mulai melajukan mobil tapi tiba2 saja mengerem mendadak karena Pak Jung berlari ke depan mobil.
Pak Jung : Jika Mal Woods dibangun, itu akhir bagi para pedagang!
Pak Lee : Mundurkan mobilnya.
Sopir Pak Lee memundurkan mobil. Sontak, Pak Jung jatuh. Dae Han langsung menolong Pak Jung.
Mobil Pak Lee pergi.
Pak Lee : Kau bekerja di pasar tua karena kau berpikiran sederhana.
Pak Jung berdiri dan menyuruh Dae Han pergi.
Dae Han frustasi.
Dae Han pun pergi. Dia pergi ke kantor Walikota Jung.
Walikota Jung meminta Dae Han membiarkan Pak Jung. Walikota Jung berkata, unjuk rasa Pak Jung tidak akan menghentikan pembangunan Mal Woods.
Walikota Jung : Orang yang mengekspresikan kemarahannya seperti itu akan membuat kita tampak bagus dari luar.
Dae Han : Kenapa Woods Utong bersikeras soal lahan penjara lama?
Walikota Jung : Itu di dekat jalan tol, jadi, mereka bisa menghemat biaya logistik. Serta meskipun itu di lokasi utama, harga murah karena itu lahan nasional. Tidak ada tempat lebih baik di Kota Inju untuk Mal Woods.
Dae Han : Ini soal uang.
Walikota Jung : Yang penting adalah membawa mereka ke meja negosiasi.
Dae Han : Jangan cemaskan itu. Aku sudah membujuk mereka untuk mendapat kompensasi maksimal.
Soo Hyun menemui ayahnya yg masih protes di depan Gedung Woods.
Pak Jung : Soo Hyun! Kenapa kau di sini?
Soo Hyun : Kenapa? Aku datang untuk menggantikan ayah.
Pak Jung : Menggantikan ayah? Tidak mungkin. Pulanglah. Kau pasti lelah karena bekerja seharian.
Soo Hyun : Bagaimana bisa duduk seharian di ruang pendingin udara melelahkan? Bagaimana dengan ayah?
Pak Jung : Ayah pria yang kuat secara alami.
Ponsel Soo Hyun berbunyi. Telepon dari sang ibu.
Soo Hyun : Ya, Bu. Baiklah.
Soo Hyun memberikan ponselnya pada ayahnya.
Pak Jung : Halo? Ada yang ingin kau katakan?
Bu Yang teriak, jangan mengatakan hal lain dan tukar tempat dengan Soo Hyun! Kita harus menggoreng ayam! Kemari sekarang!
Pak Jung langsung mengembalikan ponsel Soo Hyun.
Pak Jung : Dia bilang datang dan goreng ayam.
Soo Hyun : Pergi dan goreng ayam. Cepat.
Dae Han membawa si kembar keluar. Rupanya dia hendak memakai si kembar untuk membujuk pedagang. Ia menyuruh si kembar bicara pada orang2 kalau mereka ingin bermain di Mal Woods saat cuaca panas.
Mereka lalu pergi. Dae Han membawa mereka ke restoran Pak Jung.
Sampai disana, Dae Han kaget saat Jung Woo bilang Pak Jung sedang menuju restoran dan Soo Hyun menggantikan unjuk rasa Pak Jung.
Dae Han pun bergegas menyusul Soo Hyun. Soo Hyun kaget Dae Han datang.
Soo Hyun : Apa ini? Kau kemari untuk menggantikanku?
Dae Han : Tidak. Aku datang untuk menyingkirkanmu. Sudah kubilang bujuk dia, bukan dibujuk.
Soo Hyun : Aku sudah memikirkannya dan dia benar. Kita tidak boleh menyerah tanpa berjuang.
Dae Han : Bukankah kau akan bekerja besok? Seorang penulis harus menulis. Kau akan membuatku tidak punya pekerjaan?
Soo Hyun : Aku melakukan ini agar para pedagang tidak berhenti bekerja.
Dae Han : Aku mengerti kau mengkhawatirkan ayahmu dan pedagang. Apa perbuatanmu akan mengubah segalanya?
Soo Hyun : Rasanya seperti berusaha menghancurkan batu dengan telur. Kau bilang begitu saat kuliah. Jika telur bertubrukan dengan batu dan batunya pecah, orang akan lihat.
Dae Han : Jika banyak orang melihat dan tertarik, kau dapat kekuatan. Kau butuh orang untuk mendapatkan kekuatan. Lihat sekelilingmu. Apa ada yang melihat?
Soo Hyun : Kau melihat. Jika aku meneruskannya, lebih banyak orang akan melihat.
Dae Han : Aku yakin mereka akan melihat. Untuk sesaat. Lalu mereka akan segera berpaling. Soo Hyun. Berhenti dan pulanglah.
Soo Hyun kesal dan menyuruh Dae Han pulang.
Dae Han menghela nafas, baiklah.
Dae Han pun pergi tapi baru beberapa langkah, Soo Hyun berkata dgn wajah kecewa bahwa ia dan Dae Han sudah banyak berubah sekarang.
Dae Han yg frustasi gagal membujuk para pedagang untuk menerima Mal Woods, minum2 di warung tenda.
Dae Han mabuk, lalu menghubungi Walikota Jung.
Dae Han meminta kompensasi 4 juta dolar pada Walikota Jung.
Walikota Jung : Sudah kubilang. Aku sudah menyelesaikannya dengan Pak Lee.
Dae Han : Jika kita akan membangun garasi untuk pasar dan merenovasi tempat itu, setidaknya kita butuh sebanyak itu. Ya?
Walikota Jung : Kubilang ya.
Dae Han : Jika tidak bisa memberi pedagang sebanyak itu, kita berengsek. Kau tahu itu, bukan?
Walikota Jung : Kau terdengar mabuk. Berhentilah minum dan pulanglah.
Dae Han : Baiklah. Aku percaya kepadamu, Han Soo.
Sementara itu, Joon Ho sedang jalan-jalan di seputaran apartemennya sambil bicara dgn Reporter Nam di telepon.
Joon Ho : Menurutmu bagaimana Wali Kota Jung begitu yakin?
Reporter Nam : Tentang apa?
Joon Ho : Bahwa apartemen upah rendah akan ditentang.
Reporter Nam : Dia bisa saja melakukan survei rahasia dan mengetahuinya.
Joon Ho lalu melihat Dae Han dan menyudahi pembicaraan mereka.
Setelah menutup teleponnya, Joon Ho bergegas menemui Dae Han.
Joon Ho : Kau minum-minum?
Dae Han : Ya. Suasana hatiku sedang buruk hari ini, jadi, pergilah dengan tenang.
Dae Han beranjak pergi, tapi baru selangkah, langkahnya terhenti karena ucapan Joon Ho.
Joon Ho : Entah kenapa kau menjadi penasihat, tapi karena sudah terpilih, lakukan dengan benar.
Dae Han kesal. Ia berbalik dan menatap Joon Ho.
Dae Han : Kau pikir kau hebat, bukan? Tapi kau bukan apa-apa tanpa ayahmu. Kau tahu itu?
Joon Ho : Apa maksudmu?
Dae Han : Hei. Apa yang kau capai tanpa bantuan ayahmu? Kau lahir dengan sendok perak di mulut dan tidak pernah sengsara.
Joon Ho kesal dikatai begitu. Tapi ia berusaha menahan dirinya untuk tidak membalas Dae Han. Joon Ho lantas menyuruh Dae Han pulang tapi Dae Han tidak mau dan terus mengatai Joon Ho.
Dae Han : Kepindahanmu kemari tampak seperti kau kabur dari rumah agar bisa berkencan.
Joon Ho : Kebiasaan mabuk tidak manis di usia kita.
Joon Ho yang takut tidak bisa menahan diri lantaran kata2 Dae Han, memutuskan pergi. Tapi Dae Han terus bicara.
Dae Han : Kau akan mencalonkan diri sebagai independen? Itu bagus untukku. Terima kasih! Akan mudah menjatuhkanmu jika ayahmu tidak melindungimu. Tapi apa menurutmu ayahmu akan membiarkanmu? Kau akan seperti bayi yang ditinggalkan di air. Kang Joon Ho, si Bayi.
Joon Ho pun mulai marah. Ia berbalik dan memukul Dae Han.
Bersambung ke part 4....