Pak Jung dan para pedagang Inju minum2 bersama.
Pak Jung merasa malu. Ia mengaku, sudah salah menilai Joon Ho.
"Kita masih memilih penasihat lusa, bukan?" tanya salah seorang pria.
"Apa gunanya? Hasilnya sudah jelas." jawab Pak Jung.
"Tapi kita bilang akan memilih, jadi, kita harus melakukannya." ucap si Wakil Presdir.
Joon Ho tiba2 datang. Pak Jung kaget Joon Ho datang.
Pak Jung : Sedang apa kau di sini?
Joon Ho : Kukira kalian akan salah paham dengan kejadian di acara hari ini, jadi, aku ingin menjelaskannya.
Pak Jung : Tidak, kami tidak salah paham. Kami mengerti. Kami menyadari bahwa kau tidak di pihak kami.
Joon Ho : Pak. Maksudku, yang ingin kusampaikan di acara adalah kita tidak boleh memihak mal atau pasar...
Pak Jung : Aku tidak ingin minum lagi. Aku akan pulang sekarang.
Pak Jung beranjak pergi. Joon Ho hanya bisa terdiam dan menghela nafas.
Dae Han marah2 pada Walikota Jung. Bong Joo memperhatikan mereka dari jauh. Dae Han minta penjelasan.
Walikota Jung : Woods sudah lama mengincar lahan itu. Aku ingin menghentikannya, karena itu kupercepat pemungutan suara untuk apartemen upah rendah.
Dae Han : Lalu?
Walikota Jung : Tapi para penghuni menentangnya, jadi, aku tidak punya alasan untuk menghentikan mal.
Dae Han : Tapi katamu kau akan menghentikan mal dan fokus terpilih sebagai penasihat mereka.
Walikota Jung : Aku mengatakannya untukmu. Untukmu. Jika tidak, kau tidak akan menyerang Joon Ho di TV.
Dae Han : Tetap saja, seharusnya kau jujur kepadaku. Aku seperti berbohong ke seluruh negeri di TV langsung!
Walikota Jung : Hei. Bagaimana bisa berpolitik tanpa berbohong? Kau tidak mau dinominasi?
Dae Han greget, kenapa kau membicarakan nominasi itu sekarang?
Walikota Jung : Menurutmu kenapa Pak Baek sangat baik kepada Pak Lee? Pak Baek adalah paman Pak Lee.
Dae Han kaget, paman?
Dae Han melajukan mobilnya dgn kesal.
Lalu ia ingat percakapannya dgn Walikota Jung tadi.
Flashback....
Walikota Jung : Menjadi penasihat dan bekerja untuk pedagang. Katakan pada mereka nyatanya sulit menghentikan mal dan pilihan terbaik mereka adalah menerima kompensasi. Itulah kenyataannya.
Dae Han : Kau menyuruhku menjadi mata-matamu?
Walikota Jung : Hei, kenapa itu mata-mata? Kau akan memediasi.
Dae Han : Ini gila.
Walikota Jung : Dae Han. Jangan melihat ke tempat lain. Fokuslah menuju ke sana...
Walikota Jung menatap lurus ke depan. Dae Han melihat apa yang sedang dilihat Walikota Jung. Ia terdiam saat tahu Walikota Jung menatap gedung putih.
Walikota Jung : Jika masalah ini terselesaikan dengan baik, kau dan aku akan memiliki koneksi kuat dalam hidup.
Flashback end...
Dae Han menghela nafas kesal.
-Episode 11, Kompensasi-
Di rumah,, Da Jung yg sedang menemani si kembar main balok susun, menghubungi Tak.
Da Jung : Dimana kau sekarang?
Tak : Warnet.
Da Jung : Kau tahu sekarang pukul berapa? Kau tidak punya uang main di warnet. Pulang sekarang!
Tak : Lupakan saja. Khawatirkan diri kakak sendiri.
Tak memutuskan panggilannya.
Da Jung sewot, sampai2 dia menjatuhkan balok susunya.
Tae Poong senang menyadari Da Jung akan menjitak Tak nanti.
Song Yi menatap Da Jung dan minta Da Jung tidak marah. Song Yi bilang, Da Jung bisa menakuti bayinya nanti.
Da Jung sadar dan mengelus kepala Song Yi.
Da Jung : Kau benar. Maaf.
Soo Hyun menemani Joon Ho minum di depan minimarket.
Soo Hyun : Bagaimana dengan ayahku?
Joon Ho : Dia dingin.
Soo Hyun : Aku yakin dia dingin karena dia ketua serikat.
Joon Ho : Kau juga kecewa padaku?
Soo Hyun : Tentu saja tidak. Kau tahu itu akan merusak kesempatanmu jadi penasihat mereka, tapi kau tidak berkompromi. Aku menghormati itu.
Joon Ho : Syukurlah.
Soo Hyun : Tapi ini posisi resmiku sebagai penulis "Debat". Sebagai putri pedagang pasar, aku tidak setuju dengan keyakinanmu.
Joon Ho : Kenapa?
Soo Hyun : Mau jalan-jalan denganku?
Dari minimarket, Soo Hyun mengajak Joon Ho ke lokasi penjara tempat mal akan dibangun. Sampai disana, Soo Hyun mematikan stopwatch di ponselnya.
Joon Ho bingung dibawa kesana.
Soo Hyun : Kita hanya butuh 13 menit 35 detik untuk berjalan ke sini dari Pasar Inju.
Joon Ho : Itu sangat dekat.
Soo Hyun : Jika Mal Woods buka di sini, di mana kau akan menghabiskan uangmu?
Joon Ho : Tidak ada kebijakan yang bisa memuaskan semua orang. Bukankah pilihan terbaik untuk meminimalkan hasil negatifnya?
Soo Hyun : Tapi hasil negatif itu menentukan kelangsungan hidup para pedagang. Dan orang tuaku ada di antara mereka.
Joon Ho terdiam.
Dae Han ada di restoran Pak Jung. Pak Jung menuangkan minuman untuknya.
Pak Jung : Itu sangat sulit. Tidak mungkin mudah dengan terang-terangan memihak kami di TV seperti itu. Putra Pasar Inju berbeda karena suatu alasan.
Dae Han : Ayah baru menyadari itu?
Pak Jung tertawa lalu menyuruh Dae Han minum.
Jung Woo lalu datang, membawakan sekeranjang penuh ayam goreng.
Jung Woo : Ayah mengagumkan hari ini.
Jung Woo lalu menyuruh Dae Han makan dan berkata, ayam itu hadiah dari nyonyanya, Bu Yang.
Dae Han : Astaga. Tidak perlu begini. Terima kasih.
Bu Yang keluar dari dapur dan bergabung dengan mereka.
Dae Han : Kelihatannya lezat.
Dae Han mulai makan, tapi saat Bu Yang berkata, ia memberikan ayam itu sbg suap untuk menghentikan mal dibangun, Dae Han kaget dan langsung menjatuhkan ayamnya. Pak Jung heran.
Pak Jung : Ada apa? Kau tidak menyukainya?
Dae Han : Apa? Tidak, aku... Aku merasa kurang sehat.
Pak Jung : Apa? Putra Pasar Inju tidak boleh sakit.
Dae Han : Aku merasa jauh lebih baik.
Pak Jung : Tidak.
Dae Han : Omong-omong, setelah berdebat soal topik itu, aku bisa melihat Joon Ho ada benarnya.
Pak Jung : Apa maksudmu?
Dae Han : Aku merasa menjauhkan mal saja mungkin bukan yang terbaik...
Pak Jung kesal, mmong kosong apa itu? Jika kita tidak menjauhkannya, lalu apa? Kau menyuruh semua pedagang mati?
Dae Han : Tidak. Ayolah. Ayah sangat ekstrem. Dengar. Maksudku adalah... Jika... Jangan salah paham. Jika kebetulan... Jika sampai masuk, mungkin kita harus membuat rencana cadangan...
Pak Jung : Jangan beri aku omong kosong soal rencana cadangan. Selama menjadi ketua serikat, aku tidak akan membiarkan itu masuk ke dekat pasar. Lihat saja aku.
Dae Han : Apa yang akan ayah lakukan?
Pak Jung : Apa lagi? Aku akan membakar diri jika perlu.
Dae Han pun tak berani bicara lagi.
Sekarang,, Dae Han sudah berada di depan rumahnya tapi ia masih di mobil.
Dae Han stress, kenapa sulit sekali mendapatkan koneksi kuat?
Dae Han lantas turun dari mobil.
Bersamaan dengan itu, Soo Hyun dan Joon Ho lewat di muka rumahnya.
Dae Han kesal melihat Soo Hyun bersama Joon Ho.
Soo Hyun : Kau baru pulang? Kenapa lama sekali?
Dae Han : Aku harus melakukan sesuatu.
Dae Han yang cemburu pada Joon Ho, pamit masuk ke dalam.
Soo Hyun : Ini sangat sulit.
Joon Ho : Apa? Apa yang sulit?
Soo Hyun : Acara itu. Aku khawatir dengan rating penonton.
Da Jung menyambut Dae Han yang baru masuk.
Dae Han heran melihat Da Jung masih di rumah, padahal biasanya jam segitu Da Jung sudah ke rumah Soo Hyun.
Dae Han lantas menyuruh Da Jung. Ia yakin Da Jung lelah. Dae Han menuju sofa. Da Jung mengikuti Dae Han ke sofa.
Da Jung : Tak...
Dae Han : Apa? Ada apa dengan Tak?
"Lupakan saja." jawab Da Jung, lalu duduk.
Dae Han lalu melihat bantalan lutut berwarna hitam yang dipegang Da Jung.
Dae Han : Apa itu?
Da Jung : Ini? Aku menemukannya di antara buku saat membersihkan ruang kerja.
Da Jung kemudian tanya, apa Dae Han ingat ucapan Dae Han saat ia memberikan bantalan itu pada Dae Han?
Dae Han : Apa yang kukatakan?
Flashback....
Saat itu, Dae Han sedang melakukan perjalanan duka atas kematian ayahnya. Di tengah2 perjalanan dukanya, Da Jung menghampirinya dan memberikan bantalan itu. Dae Han pun menerimanya dan berjanji akan menyimpan bantalan lutut itu, serta melihat bantalan itu setiap hari ketika merasa hari2nya berat.
Dae Han : Ini akan mengingatkanku menjadi politisi yang melindungi rakyat.
Flashback end....
Dae Han tersenyum.
Da Jung pun memberikan semangat pada Dae Han.
Dae Han mengambil bantalan itu dan tersenyum.
Keesokan harinya,, Dae Han dan Walikota Jung menghadiri acara peluncuran buku Anggota Dewan Baek Soo Chang.
Walikota Jung tanya ke Dae Han,, apa alasan Pak Baek mengadakan acara peluncuran bukunya di hari kerja.
Dae Han : Kenapa?
Walikota Jung : Dia ingin melihat bedebah mana yang setia kepadanya. Jika dia tidak menyukaimu lagi, kau akan dikucilkan selamanya. Hei. Kita ambil jalan mudah, ya? Jalan yang mudah.
Pak Baek masih menyampaikan pidatonya di depan.
Pak Baek : Ada pembagian antara permusuhan dan kebencian.
Semua memberikan applause untuk pidato Pak Baek.
Dae Han : Aku menguji para pedagang semalam dan tidak mungkin. Mereka akan membakar diri jika mal itu masuk.
Walikota Jung : Itu sebabnya kau harus membujuk mereka.
Dae Han : Tidak semudah itu. Kau bisa memindahkan mal.
Bisik2 Dae Han dan Walikota Jung kelewat keras, sehingga Pak Baek terpaksa menghentikan pidatonya karena merasa terganggu.
Dae Han terus bicara dan tepuk tangan, padahal yg lain sudah selesai tepuk tangan.
Pak Baek menatap kesal mereka.
Menyadari itu, Walikota Jung langsung menghentikan Dae Han.
Pak Baek kembali pidato. Begitu Pak Baek memulai kembali pidatonya, Dae Han dan Walikota Jung kembali bicara.
Dae Han : Pindahkan saja...
Walikota Jung : Sadarlah.
Dae Han : Separah itulah ini. Aku sudah gila.
Walikota Jung : Woods bilang itu tempat yang paling optimal. Apa yang bisa kulakukan?
Dae Han lalu melihat Pak Lee.
Dae Han : Ada Pak Lee Kang Hun. Aku akan meyakinkannya.
Walikota Jung melarang Dae Han, tapi Dae Han tak peduli.
Dae Han mendekati Pak Lee. Walikota Jung menghela nafas dan bergegas menyusul Dae Han.
Pak Lee mengaku senang melihat mereka.
Dae Han : Aku merasakan kedekatan dengan anda. Aku merasa kita sudah menjadi saudara lebih dari satu dekade.
Pak Lee tersenyum mendengarnya.
Walikota Jung : Maka mulai hari ini kalian harus menjadi saudara kandung.
"Mau, Pak?" tanya Pak Lee pada Dae Han.
Dae Han : Jangan terlalu formal. Aku adik Anda.
Pak Lee tertawa lagi.
Dae Han : Sebenarnya, aku ingin membicarakan sesuatu dengan anda.
Walikota Jung : Ini bukan tempatnya. Nanti saja.
Pak Lee : Nanti? Tidak. Adikku ingin mengatakan sesuatu. Siapa yang peduli kita di mana?
Dae Han : Aku tahu anda sibuk, jadi, aku akan berterus terang. Tentang kompleks perbelanjaan yang ingin anda bangun di Inju. Aku ingin tahu apa anda mau memindahkannya ke tempat lain.
Pak Lee : Kenapa?
Dae Han : Aku meminta beberapa ahli Feng Shui yang khusus menjual lahan, dan kata mereka, lokasi penjara dahulu sangat buruk untuk mal. Sayang sekali, mungkin akan bangkrut begitu buka. Aku mencemaskan anda, jadi... itu juga, tapi itu juga terlalu dekat dengan Pasar Inju. Karena mata pencarian dipertaruhkan, pedagang akan menentang.
Wajah Pak Lee berubah kesal.
Pak Lee : Tampaknya adikku pandai politik, tapi tidak pandai bisnis. Kami melakukan banyak analisis sebelum membuat keputusan itu. Mencoba membaliknya akan mengancam penghasilan kami.
Dae Han : Jika Anda memberiku waktu, aku akan menyelidikinya lagi...
Pak Lee : Apa hanya pedagang di pasar yang kau perhatikan di negeri ini?
Dae Han terdiam. Pak Lee lantas pergi.
Di sekolah, Da Jung mulai memiliki banyak teman. Teman2 Da Jung sedang membaca komik buatan Da Jung.
Mereka memuji Da Jung. Mereka yakin, jika Da Jung mengunggahnya di internet, komik Da Jung akan viral.
Da Jung : Apa yang kalian lakukan? Kalian pandai menilai komik.
Mereka lantas tertawa.
Min Ji dan teman2nya kesal melihat Da Jung yg mulai memiliki teman.
Min Ji yang kesal, sok cuek dan terus memainkan ponselnya.
"Hei. Han Da Jung kini yang populer. Kau hanya akan menonton ini?"
"Tidak perlu iri. Jika itu sangat mengganggumu, gambarlah komikmu sendiri." jawab Min Ji.
Masih di acaranya Pak Baek, Dae Han bertemu Anggota Dewan Joo.
Dae Han : Anggota Dewan Joo. Lama tidak berjumpa.
Pak Joo : Kau benar! Sudah lebih dari tiga tahun. Aku tidak melihatmu sejak kau kalah dalam pemilu.
Pak Joo lalu bicara dengan dua staffnya.
"Kalian kenal dia, bukan? Dia ayah nasional, Wi Dae Han."
"Tentu saja. Kau tampak lebih tampan secara langsung." jawab staff Pak Joo yg cewek.
"Anggap saja layar tidak menangkap karismaku." ucap Dae Han.
Staff Pak Joo mulai bersikap acuh.
Dae Han : Aku hanya bercanda.
Pak Joo : Kau masih sangat lucu. Kudengar kau ditangkap setelah berkelahi.
Dae Han : Kau tahu, aku tidak bisa membiarkan ketidakadilan.
Pak Joo : Benar, temperamenmu buruk. Saat menjadi anggota dewan, kau sangat ceroboh. Aku terkejut.
Dae Han : Dan kupikir perwakilan proporsional yang baru selalu kesulitan.
Pak Joo : Benar, bukan? Bahkan politisi lama seperti aku masih kesulitan.
Waktunya berfoto bersama Pak Baek tiba. Para anggota partai diminta naik ke panggung.
Dae Han mau ikut naik, tapi langsung ditertawai Pak Joo.
Pak Joo : Kenapa kau mau naik? Kau masih berpikir bahwa kau anggota dewan?
Terpaksalah Dae Han kembali turun dan berdiri disamping Walikota Jung.
Walikota Jung : Lihatlah Joo Kwang Chun. Terlepas dari rekam jejak buruknya dalam kegiatan legislatif, dia terpilih berkat dukungan Anggota Dewan Baek. Memberikan kekuatan kepada yang lemah? Itu hanya mungkin jika kau punya kuasa.
Bersambung ke part 2....
0 Comments:
Post a Comment