Lanjut gaes,, di episode kali ini, sy kasihan sama Joon Ho....
Di restoran,, para pedagang sedang merayakan kemenangan mereka.
Pak Jung berkata,, mereka boleh makan sepuasnya, gratis tis tis tis, untuk merayakan kemenangan mereka.
Pak Jung lalu celingak celinguk, mencari Dae Han Joon Ho.
Pak Jung : Omong-omong dimana para bintang itu?
Wakil Ketua : Bintang? Siapa?
Pak Jung : Siapa lagi? Dae Han dan Pak Kang. Jika bukan karena mereka, kita tidak akan bisa mulai bernegosiasi.
Tapi pria yang kemaren memakai baju hijau, meminta mereka mengeluarkan Joon Ho dari grup mereka.
Pak Jung pun heran dan tanya apa alasannya.
Pak Jung : Kau tidak tahu dia yang membuat proposal itu?
"Kurasa kau belum mendengar rumor. Anggota Dewan Kang Kyung Hoon tahu Mal Woods akan pindah dan membeli banyak tanah tepat di sebelahnya. Dengan nama pinjaman." jawab pria itu.
Pak Jung kaget mendengarnya.
"Aku juga mendengarnya. Pak Kang membuat proposal koeksistensi, bukan untuk kita, tapi untuk ayahnya." jawab pria disebelahnya.
Tanpa mereka sadari, Joon Ho yang hendak masuk, mendengar pembicaraan mereka.
Joon Ho pun kecewa mendengarnya.
Dae Han dan Soo Hyun kemudian datang.
Soo Hyun : Pak Kang, kenapa kau tidak masuk?
Joon Ho berbohong. Ia bilang pada Soo Hyun bahwa ia baru ingat ada janji penting. Joon Ho pun minta Soo Hyun mengucapkan selamat darinya pada para pedagang. Lalu
Joon Ho buru-buru pergi.
Dae Han pun heran dan bertanya2, kenapa Joon Ho sibuk sekali?
Diluar, Joon Ho berjalan sambil memikirkan kata-kata ayahnya.
Kyung Hoon : Bahkan jika begitu, orang akan selalu menyebutmu anak orang kaya dan kau akan selalu menjadi putra Kang Kyung Hoon.
Joon Ho menghela nafas.
Di ruangannya, Kyung Hoon sedang membaca artikel ttg Mal Woods dan Pasar Inju yang mencapai kesepakatan koeksistensi.
Kyung Hoon lalu tanya ke asistennya soal perkembangan rumor yang ia sebarkan.
"Aku membocorkannya di mana-mana bahwa anda membeli tanah di sebelah Mal Woods, sesuai instruksi anda. Tapi aku khawatir bahwa rumor ini akan merugikan anda dan Pak Kang."
"Orang-orang tidak akan bicara lama. Jaksa akan membuktikan bahwa itu tidak benar."jawab Kyung Hoon.
"Tapi jika Pak Kang mendengar rumor, itu akan membuatnya trauma."
"Karena itu aku menyebarkannya. Agar dia trauma. Dia harus mengalaminya sendiri, betapa bencinya orang miskin terhadap orang kaya." jawab Joon Ho.
Kyung Hoon pun kembali membaca artikel kesepakatan Mal Woods dan Pasar Inju.
-Ep 13, Begitulah Kau Menjadi Keluarga-
*Huaaah, kasihan Joon Ho punya bapak kek gitu. Joon Ho yg harus menanggung beban atas tingkah licik bapaknya. Kalau sy pikir-pikir sih, lebih kasihan Joon Ho disini, meski dia punya segalanya. Dia pengen lepas dari bayang2 bapaknya tapi bapaknya selalu aja ikut campur urusannya. Udah gitu,, cintanya ke Soo Hyun bertepuk sebelah tangan... (Maaf, sy gk tahan buat komenin bapaknya Joon Ho yg selalu buat susah hidup Joon Ho).
Pagi itu, diawali dgn warga Korea yang menonton berita ttg Partai Progresif yang mulai menyeleksi para kandidat karena hanya tinggal 4 bulan lagi sebelum pemilu berlangsung.
Dae Han yang mengikuti wawancara seleksi, tengah menunggu gilirannya. Sambil menunggu gililannya, dia melakukan olahraga mulut.
Tak lama, seorang wanita keluar dan menyuruh Dae Han masuk.
Dae Han pun mulai diwawancara Ketua Partai.
Dae Han : Karena ingin melakukan politik yang melayani rakyat, aku menjadi pengemudi pengganti selama lebih dari setahun dan bekerja lebih keras agar apartemen upah rendah dibangun, yang akan memberikan stabilitas hunian. Aku bangga mengatakan bahwa belakangan ini, aku berperan besar dalam mewujudkan persetujuan koeksistensi antara Pasar Inju dan Mal Woods.
"Anda sadar bahwa etika nomine dipertimbangkan selama seleksi?"
"Ya, aku tahu." jawab Dae Han.
"Anda baru saja dituduh atas penyerangan."
" Ya, itu..., aku dekat dengan pemilik kedai pangsit di Pasar Inju. Dia sudah berada di sana selama lebih dari 20 tahun. Setelah melihat pemilik gedung yang jauh lebih muda menyerangnya, terjadi sedikit perkelahian. Tapi kami berdamai dan menyelesaikannya dengan baik. Aku yakin tugas politisi adalah melawan kekerasan yang dilakukan pihak berkuasa atas yang lemah."
Sekarang, Dae Han sedang menyetir. Bong Joo duduk disampingnya wajah tidak yakin.
Dae Han seperti biasa, mulai membanggakan dirinya. Ia memberitahu Bong Joo apa yang ia katakan tadi saat wawancara seleksi.
Dae Han : Anggota Partai mengangguk terharu dan seperti akan memberi ucapan selamat padaku.
Bong Joo : Dengar, Anggota Dewan Wi.
Dae Han : Ada apa? Kenapa wajahmu begitu?
Bong Joo : Aku sudah mendengar hasil survei publik dari Pak Ki.
Dae Han : Benarkah? Apa? Apa itu buruk?
Bong Joo : Dari lima calon kandidat di distrik ini, kau berada....
"... di peringkat pertama! Dan dengan selisih besar dari orang di posisi kedua!" ucap Bong Joo. Kali ini wajahnya berubah girang.
Dae Han : Kau membuatku panik. Kau membuatku takut setengah mati.
Bong Joo : Apa salahnya takut setengah mati? Kau di posisi pertama!
Dae Han : Ya! Aku tidak keberatan mati, tapi aku harus masuk Dewan dahulu.
Bong Joo : Apa yang kau lakukan? Tancap gas. Ayo ke Dewan Nasional!
Dae Han : Baiklah. Ayo!
Dae Han menatap ke depan dan terkejut menyadari mereka sudah sampai di lampu merah. Untung lah Dae Han sempat mengerem.
Dae Han : Astaga. Lampu merah. Kita hampir mati.
Bong Joo : Kita bisa menancap gas begitu lampu berubah.
Dae Han : Baiklah. Ayo ke Dewan Nasional!
Asisten Pak Baek memberi laporan soal hasil survei publik terhadap Dae Han.
"Dia ungguli orang di posisi kedua dengan selisih besar. Kurasa Anggota Dewan Wi akan lolos seleksi dengan mudah." ucap asistennya.
Pak Baek pun kesal.
Pak Baek : Sentimen publik berubah setiap hari.
Dae Han dan anak2 makan-makan di restoran Pak Jung.
Dae Han : Da Jung, tampaknya kau sudah tidak mual lagi.
Da Jung : Aku sudah muak dengan mual pagi. Masalahnya sekarang, aku terlalu berselera.
Soo Hyun : Kenapa itu menjadi masalah? Bagus untuk ibu dan bayi jika kau makan dengan lahap.
Da Jung : Tapi aku makan terlalu banyak. Tae Poong tidak menyukainya.
Tae Poong : Kakak makan semua daging sapi tadi.
Jung Woo : Biarkan dia makan juga. Tapi setelah kakak digaji, kakak akan membiarkanmu makan.
Tae Poong : Kakak serius, bukan? Kakak berjanji.
Song Yi menatap Tae Poong.
Song Yi : Kapan kau akan dewasa?
Sontak semua langsung tertawa mendengar kata2 Song Yi itu.
Pak Jung kemudian datang dan tanya hasil wawancara Dae Han.
Dae Han : Aku meraih hati para juri dan menjadikan mereka pendukungku.
Da Jung : Jika anda unggul, akankah anda menjadi kandidat Partai Progresif?
Bong Joo : Tidak. Mereka memilih tiga atau lebih dan mengadakan pemilihan. Pemenangnya menjadi kandidat.
Dae Han : Pemilihannya hanya formalitas. Aku yang paling terkenal dan disukai. Aku yakin bahkan Pemandu Acara Nasional Shin Dong Yeob belum pernah disebut Ayah Nasional.
Soo Hyun : Astaga. Rayakan setelah kau lolos seleksi dan menang pemilu. Kupikir sentimen publik hanya bernilai 30 persen. Kau mungkin tetap kalah jika gagal di bagian lain.
Dae Han : Dengarkan, kemampuan berpartisipasi di legislatif 20 persen, wawancara 20 persen, dan etika 30 persen. Aku tidak kekurangan satu pun.
Bong Joo : Kau kurang. Kau bukan orang paling etis.
Dae Han menatap galak Bong Joo. Bong Joo memonyongkan bibirnya. Kesal, Dae Han pun meremas mulut Bong Joo.
Dae Han : Mulut pintarmu adalah masalahmu. Kau tahu itu?
Semua tertawa.
Pak Jung : Kapan kau akan tahu?
Dae Han : Wawancaranya hari ini, jadi, tiga sampai empat hari lagi.
Tak yg bersender di emperan toko, membaca pesan Da Jung.
Da Jung : Berhenti mengabaikan pesanku. Pulanglah.
Lalu Tak melihat Jae Hoon dikompas kakak senior.
Jae Hoon pun berkata, hanya itu uang yang ia punya.
"Kukira keluargamu kaya raya. Bawa uang tunai lagi, ya?"
Tak yg merasa terganggu dgn keributan itu, beranjak pergi.
Kyung Hoon datang berkunjung ke apartemen Joon Ho.
Kyung Hoon : Tekanan airnya bagus dengan pemandangan menghadap ke selatan Tidak buruk.
Joon Ho menghela nafas dan tanya kenapa ayahnya datang.
Kyung Hoon : Kau tidak sadar kau merindukan seseorang sampai mereka pergi. Setelah kau pindah, ayah tidak punya teman bermain go. Ayah datang untuk bermain go.
Joon Ho dan ayahnya mulai bermain mahjong.
Kyung Hoon : Partai Progresif menyeleksi nomine mereka sekarang.
Joon Ho : Aku tahu.
Kyung Hoon : Dalam survei untuk kandidat favorit warga, Dae Han yang pertama.
Joon Ho : Aku yakin. Dia yang paling terkenal.
Kyung Hoon : Benar. Dia yang paling dikenal dibandingkan yang lain bahkan kamu.
Joon Ho : Jika ayah kemari untuk berdebat, ada yang ingin kukatakan juga.
Kyung Hoon : Silakan.
Joon Ho : Ada rumor bahwa ayah membeli lahan di dekat Mal Woods.
Kyung Hoon : Itu rumor tanpa dasar. Jaksa sedang menyelidikinya, jadi, kita akan tahu kebenarannya. Semenakutkan itulah prasangka. Itu mengecap pria tidak bersalah sebagai penjahat.
Joon Ho : Prasangka tidak terbentuk tanpa alasan.
Kyung Hoon : Bahkan jika jaksa menemukan bahwa ayah tidak membeli tanah, orang-orang tidak akan percaya. Mereka tidak percaya yang sebenarnya. Mereka pikir yang mereka yakini adalah kebenaran. Prasangka memang tidak tertandingi. Pindah dan meninggalkan partai tidak akan menghilangkan prasangka. Mereka akan mengira itu semua pura-pura.
Joon Ho : Selama berada di dunia politik, aku tidak bisa bebas dari prasangka orang lain, begitu?
Kyung Hoon : Benar. Namun, kamu bisa mengabaikan prasangka jika kau punya kekuatan.
Joon Ho mengantar ayahnya ke mobil. Sembari berjalan menuju mobil, Kyung Hoon menanyakan soal gadis yang ditaksir Joon Ho.
Kyung Hoon : Namanya Jung Soo Hyun, kan? Kudengar dia penulis utama "Debat".
Joon Ho : Aku tidak bisa bebas dari ayah bahkan setelah pindah.
Kyung Hoon : Ayah bukannya menentang. Ayah merasa kasihan kepada Hye Jin, tapi kau harus menikahi seseorang yang kau sukai, bukan karena latar belakangnya.
Joon Ho : Aku terkejut.
Kyung Hoon : Ayah belajar itu dari pernikahan.
Kyung Hoon lantas masuk ke mobilnya. Lalu ia menurunkan kacanya.
Kyung Hoon : Dia tampak cerdas dan tegas. Semoga berhasil.
Mobil Kyung Hoon melaju pergi.
Asisten Kyung Hoon : Anda pasti menyukai Nona Jung.
Kyung Hoon : Dia memiliki sesuatu yang tidak dimiliki Joon Ho. Status sebagai rakyat biasa. Dia tipe istri presiden yang akan dicintai rakyat.
Paginya, Jung Woo mengajak si kembar dan Da Jung makan di restoran tonkatsu.
Tak lama kemudian, Jung Woo memberikan Da Jung hadiah. Samsung Galaxy tab S3!
Da Jung terkejut, kau tidak mampu membelinya.
Jung Woo : Aku sudah digaji. Kau bisa gunakan ini untuk menggambar komikmu.
Melihat itu, si kembar juga minta hadiah.
Jung Woo pun memberikan hadiah untuk si kembar. Tae Poong senang dapat mainan tyrannosaurus.
Song Yi mengaku, hadiah Jung Woo bukan seleranya tapi ia mengucapkan terima kasih.
Seorang wanita pemilik restoran tiba2 datang dan memberikan mereka makanan gratis. ^Yannie Kim gaes^
Da Jung : Terima kasih.
"Kau pasti bersekolah di SMA Nuri."
"Ya."
"Putriku juga sekolah di sana."
"Dia kelas berapa?"
"Dia seorang junior."
"Benarkah? Kami satu angkatan."
Tak lama, putri wanita itu datang. Dia Min Ji! Ayah Min Ji kemudian keluar.
"Hai, Min Ji." sapa ayahnya.
Min Ji terkejut melihat Da Jung, begitu pula Da Jung. Min Ji yang malu, langsung lari.
Da Jung mengejar Min Ji.
Da Jung : Min Ji-ya!
Min Ji menatap kesal Da Jung, apa?
Da Jung : Tonkatsu di restoranmu sangat enak.
Min Ji : Kau menghinaku? Ya, ayahku sangat tua dan ibu tiriku adalah orang asing. Apa itu menyenangkan? Apa itu lucu?
Da Jung : Tidak. Itu membuatku merasa lebih dekat denganmu.
Min Ji kaget, apa?
Da Jung : Seperti yang kau tahu, keluargaku juga berbeda dari orang lain.
Min Ji : Menyebalkan sekali.
Min Ji pun beranjak pergi meninggalkan Da Jung.
Di kamarnya,, Dae Han menuliskan 'H-127 Pemilu' di papan. Bong Joo berkata, Pak Baek tidak akan membiarkan Dae Han sendirian.
Bong Joo : Dia membencimu sekarang karena masalah Hojig Construction.
Dae Han : Hei. Aku tahu dia ketua partai, tapi dia bisa apa? Semua orang tahu aku favorit publik.
Bong Joo : Terlepas dari itu, aku yakin Pak Baek mengawasimu seperti elang sekarang. Kau harus sangat berhati-hati. Jangan hilang kesabaran dan menyebabkan masalah.
Dae Han : Aku bukan anak kecil.
Dae Han beranjak ke mejanya.
Dae Han : Kenapa kau tidak pulang?
Bong Joo : Ibuku memandangku sinis, jadi, aku tidak bisa tinggal di rumah. Salahmu aku menganggur, jadi, bertanggung jawablah.
Dae Han : Aku punya banyak tanggung jawab.
Bong Joo : Tak pergi ke suatu tempat? Aku belum melihatnya seharian.
Dae Han : Entah apa yang dia lakukan.
Tapi kemudian Dae Han melirik jamnya. Ia kaget melihat jarum sudah menunjuk pukul 11 malam lebih. ^Udah malam lagi aja^ Dae Han pun bertanya2, dimana dan apa yang sedang dilakukan Tak sekarang.
Tak lama, Dae Han dapat telepon dari kantor polisi soal Tak. Dae Han sontak kaget.
Dae Han dan Bong Joo langsung ke kantor polisi.
Dae Han kesal, aku bisa gila. Kenapa dia harus membuat masalah selama musim pemilu?
Tak menjelaskan ke detektif kalau ia tidak memukul korban. Tak bilang, saat dia datang, korban sudah terkapar.
Tapi anak2 yg mengompas Jae Hoon bilang, Tak lah yang memukul Jae Hoon.
Tak lama, Dae Han dan Bong Joo datang.
Dae Han mencengkram lengan Tak.
Dae Han : Tak. Apa yang terjadi? Apa ini soal kekerasan geng?
Tak : Itu tidak benar, Paman. Aku tidak memukulnya. Sumpah.
Dae Han : Kenapa kau pergi sangat larut? Itu sebabnya hal ini terjadi!
Tak lalu tanya ke detektif kondisi korban.
Detektif : Dia dioperasi karena usus yang pecah.
Dae Han dan Bong Joo kaget.
Dae Han : Usus pecah.
Detektif : Ya. Murid yang menyerangnya memberikan pernyataan membingungkan.
Dalam kilas balik, diperlihatkan saat Tak memukul dan menendang Jae Hoon. Anak2 yg mengompas Jae Hoon berusaha menjauhkan Tak dari Jae Hoon.
Dae Han menatap anak2 yg mengompas Jae Hoon. Ia tanya, apa mereka bicara jujur?
Anak2 itu mengklaim jujur.
Tak berteriak kesal.
Dae Han lalu tanya apa yang akan terjadi pada Tak.
Detektif : Sampai korban sadar dan mengatakan yang sebenarnya, dia harus dikurung.
Masalah Tak sampai ke telinga Kyung Hoon. Asisten Kyung Hoon memberitahu bahwa Tak terlibat masalah dan ditahan polisi.
Kyung Hoon tanya alasannya.
"Tampaknya, dia menghajar teman sekelas dengan sekelompok teman. Korban harus dioperasi karena usus yang pecah."
"Astaga, kau harus menemui orang tua korban. Setidaknya kita bisa mendengarkan mereka."
Kyung Hoon senang mendengar berita itu.
Bersambung ke part 2....