The Great Show Ep 12 Part 4

Sebelumnya...


Paginya,, Dae Han pergi ke sebuah restoran, menemui seorang pria tua, anggota dewan.

Dae Han : Anggota Dewan, ini Wi Dae Han. Apa kabar, Pak?

"Seperti biasa." jawab pria itu cuek sambil terus baca buku dan main mahjong.

Melihat sikap pria itu, Dae Han pun bingung sendiri harus bersikap bagaimana.

Pria itu lantas menyuruh Dae Han duduk.


"Kudengar kau menyelidiki Hojig Construction." ucap pria itu.

"Ya, Pak. Aku sangat sensitif terhadap bau dan aku mencium bau amis di sana." jawab Dae Han.

"Bagaimana kau akan bertahan di politik dengan perut lemah?" ucap pria itu, masih cuek.

"Ingat apa yang anda katakan saat kali pertama aku masuk Yeouido? Bahwa jika aku kesulitan antara teori dan kebenaran, aku harus memilih kebenaran."

Barulah pria itu menatap Dae Han.

"Hojig Construction.  Ada rumor bahwa mereka melobi politikus terlepas dari afiliasi partai. Jika kau macam-macam dengan mereka, mungkin kau menyerang partai sendiri." ucap pria itu.

"Lagi pula, mereka membenciku." jawab Dae Han.

"Ini di skala yang berbeda. Lupakan nominasi. Kau mungkin tidak akan pernah menemukan tempat di partai lagi." ucap pria itu.


Dae Han tidak takut sama sekali. Ia berkata, ia tidak akan maju tanpa mengambil resiko.

Dae Han : Anda berimpian merombak partai kita. Anda harus menjatuhkan Pak Baek jika ingin merombak partai. Aku akan membantu anda. Tolong bantu aku.

"Direktur keuangan Hojig adalah teman masa kecil Kim Tae Hoon. Kudengar dia kaki tangannya dan mengelola dana taktisnya. Kau harus menggali di sana." ucap pria itu.

"Di mana aku bisa menemukannya?" tanya Dae Han.

"Penjara. Dia baru saja masuk penjara karena melalaikan tugas." jawab pria itu.


Dae Han pun langsung ke penjara bersama Soo Hyun. Tapi Mantan Direktur Keuangan Hojig tidak mau bicara. Ia bahkan pura2 tidak tahu saat Dae Han menyinggung soal lobi politik.

Dae Han : Kami tahu kau masuk penjara menggantikan Kim Tae Hoon.

"Kau terlalu memujiku." ucap pria itu.

Dae Han tak patah arang. Kali ini, ia menyebutkan soal putri pria itu yang dirawat di RS.

Dae Han : ... dan tagihan medis....


Mendengar kata 'putrinya' dan 'tagihan medis', wajah pria itu langsung berubah. Enggan memberitahu Dae Han semuanya, pria itu pun beranjak dari duduknya.

Dae Han dan Soo Hyun berdiri.

Soo Hyun menghentikan langkah pria itu dgn bicara soal adiknya.

Soo Hyun : Empat belas tahun lalu, kecelakaan lift yang dibangun Taehoon. Kau ingat, bukan? Adikku meninggal dalam kecelakaan itu. Hal paling menakutkan dan tidak tertahankan dalam hidup adalah kehilangan seseorang yang kita cintai. Tapi tahukah kau  apa yang lebih menghancurkan hidup? Rasa bersalah karena mengira salahmu orang yang kau cintai tewas.


Soo Hyun mengingat saat ia menyuruh Ji Hyun ke mal, padahal Ji Hyun tidak mau saat itu karena ingin menonton Shinhwa. Dan Ji Hyun pun mau pergi saat dengar kakaknya akan kencan dgn Dae Han.


Soo Hyun : Konon, gunung pun berubah setelah 10 tahun, tapi sudah 14 tahun dan rasa bersalahnya tidak akan hilang. Tolong katakan yang sebenarnya agar tragedi yang menimpa adikku dan aku itu tidak terjadi lagi.

Pria itu berbalik, menatap Soo Hyun sejenak, tapi kemudian berlalu tanpa mengatakan apapun.


Dae Han dan Soo Hyun meninggalkan penjara dgn wajah kecewa.

Dae Han menatap Soo Hyun.

Dae Han : Kau baik-baik saja?

Soo Hyun : Tentu saja. Ini bukan saatnya dipenuhi emosi. Kita harus mencari cara agar dia mau bicara.

Dae Han : Kau benar. Kita harus mencari cara.

Soo Hyun : Dia berteman dengan Kim Tae Hoon selama 40 tahun. Kita tidak akan meraih hatinya dengan beberapa kata saja.

Dae Han : Tepat sekali.

Tapi kemudian, satu ide melintas di otak Dae Han.

Dae Han : Bagaimana jika kita mengakhiri pertemanan itu?

Soo Hyun : Tidak semudah itu. Dia tampak sangat penuh tekad.

Dae Han : Benar. Kita harus mengincar Kim Tae Hoon, CEO Hojig.


Maka dimulai lah misi Dae Han merusak pertemanan CEO Kim dan pria itu. Dae Han mendatangi CEO Kim yg sedang mai golf.

"Pukulan yang bagus." puji Dae Han ketika CEO Kim selesai melakukan pukulannya.

CEO Kim berbalik dan menatap Dae Han.

CEO Kim : Kau siapa?

Dae Han : Kau tidak mengenalku? Aku mantan anggota dewan termuda, Wi Dae Han, Ayah Nasional.

CEO Kim : Ada apa, Ayah Nasional? Kau mau bicara denganku?


Dae Han pun duduk, dgn santainya, di kursi depan CEO Kim.

Dae Han : Banyak yang ingin kubicarakan denganmu. Jadi... Eksklusivitas untuk lahan penjara, kecelakaan lift dari 14 tahun lalu. Kau dan aku sepertinya sudah kenal lama.

"Jika mau bicara omong kosong, pulanglah dan jaga anak-anakmu, Ayah Nasional."

"Pak Cho memberitahuku banyak hal menarik. Pukul banyak bola golf. Kau mungkin akan segera berakhir di tempatmu tidak bisa main golf."

Wajah CEO Kim langsung berubah. Dae Han kemudian pamit dan pergi.


CEO Kim langsung menghentikan main golf nya dan beranjak pergi.

Dalam perjalanan, dia menghubungi Walikota Jung.

Walikota Jung : Aku yakin dia hanya mengujimu. Dia tukang gertak.

CEO Kim : Kurasa juga begitu, tapi rasanya tidak enak di mulutku. Jika Pak Cho membuka mulutnya, itu akan sangat memusingkan.

Walikota Jung : Maka tidak buruk untuk memastikan dia tidak pernah bicara.

CEO Kim : Kurasa kita harus melakukan itu.


Habis menemui CEO Kim, Dae Han mengajak Soo Hyun ke RS. Mereka membujuk istri Pak Cho agar bicara soal insiden itu.

Dae Han : Nyawa para pedagang bergantung pada keputusan Pak Cho.

Istri Pak Cho : Aku tidak tahu apa pun soal itu, jadi, tolong pergilah.

Dae Han : Aku yakin putrimu tidak ingin Pak Cho menanggung akibat kesalahan orang lain dan mengabaikan ketidakadilan.

Istri Pak Cho : Kumohon, pergilah. Kumohon.

Dae Han terus memaksa. Melihat istri Pak Cho terus bungkam, Soo Hyun meminta Dae Han berhenti membujuk istri Pak Cho.


Lalu tiba2, putri mereka yg sakit muncul.

"Ibu, perkataan mereka benar. Aku tidak tahan melihat ibu dan ayah menghancurkan hidup kalian karena aku lagi. Itu lebih menyakitkan daripada menjalani kemoterapi. Tolong beri tahu ayah, aku merindukan ayah yang dahulu kukagumi. Itu akan memberiku kekuatan untuk melawan penyakit ini."


CEO Kim ke penjara, menemui Pak Cho.

CEO Kim : Hei. Wi Dae Han datang menemuimu?

Pak Cho : Kenapa? kau takut aku akan mengatakan sesuatu?

CEO Kim : Ayolah. Aku tahu kau tidak akan bicara. Aku datang karena sudah lama tidak melihatmu.

Pak Cho : Jangan khawatir. Aku pria yang setia.

CEO Kim : Aku tahu, tapi... kau tahu aku mudah curiga. Dan kau terlalu peduli.

Pak Cho : Apa maksudmu?

CEO Kim : Begini... Jangan lakukan hal bodoh dan pikirkan putrimu saja. Tagihan medisnya sangat besar.

Pak Cho : Kau mengancamku?

CEO Kim : Astaga. Aku tidak mengancammu. Aku menyuruhmu menghadapi kenyataan. Jadi, tagihan medis putrimu terus dibayar.

Mendengar itu, Pak Cho kesal.


Pak Cho lantas dibawa kembali menuju sel nya. Saat menuju sel, ia ingat sikap CEO Kim setelah tragedi lift itu.

Flashback...


Pak Cho : Setidaknya kau harus pergi ke pemakaman. Empat orang tewas karena lift kita jatuh.

CEO Kim : Jika aku pergi, kita seperti mengakui kesalahan kita. Aku tidak bodoh. Aku tidak akan ke sana.

Pak Cho : Tetap saja. Itu tindakan yang tepat.

CEO Kim : Ini masalahmu. Kau terlalu peduli. Diam dan kelola uang kita. Ada banyak orang yang harus kita suap.


Lalu Pak Cho ingat cerita Soo Hyun.

Soo Hyun : Tolong katakan yang sebenarnya agar tragedi yang menimpa adikku dan aku itu tidak terjadi lagi.


Joon Ho memberitahu para pedagang bahwa Walikota Jung sudah menandatangani izin untuk Mal Woods.

Joon Ho : Mereka hanya butuh persetujuan Dewan Kota.

Sontak para pedagang heboh dan panic.

Wakil Ketua : Apa tidak ada cara untuk menghentikannya secara hukum?

Joon Ho : Wali Kota Jung menggunakan wewenangnya sebagai wali kota, jadi, meski mengadukan itu, kita akan kalah.


Ponsel Dae Han tiba2 saja berdering. Dae Han pun berdiri dan menjawab teleponnya. Telepon dari istri Pak Cho. Istri Pak Cho bilang, Pak Cho menyuruhnya memberitahu sesuatu ke Dae Han.

Sontak Dae Han girang dan mengucapkan terima kasih.


Melihat Dae Han mendadak girang, semua mata langsung mengarah padanya.

Dae Han : Terima kasih. Aku akan segera ke sana. Baiklah.

Begitu melihat Dae Han selesai menelpon, Pak Jung tanya kenapa Dae Han begitu gembira?

Dae Han : Kurasa aku sudah menemukan cara. Ya.


Malamnya, Dae Han dan Soo Hyun ketemuan di taman. Dae Han menunjukkan sebuah flashdisk yg didapatnya dari istri Pak Cho ke Soo Hyun.

Soo Hyun : Apa ada detail dana taktisnya di dalam?

Dae Han : Ya. Dari Taehoon Elevators sampai sekarang.

Soo Hyun : Itu seperti kotak hitam korupsi mereka. Kau akan menyerahkan ini kepada jaksa, bukan?

Dae Han : Harus. Tapi... aku harus menemui seseorang dahulu.


Malam itu juga, Dae Han mengajak Walikota Jung bertemu. Mereka bertemu di depan sebuah minimarket. Sambil menikmati soju, Walikota Jung tanya, kenapa Dae Han ingin bertemu.

Dae Han : Aku diberi sedikit hadiah.

Walikota Jung : Hadiah apa?

Dae Han meletakkan flashdisk itu di atas meja.

Dae Han : Semua bedebah yang menerima suap dari Kim Tae Hoon ada di dalamnya. Kau juga mengambil banyak. Uang tunai 200.000 dolar dan griya tawang. Diam-diam juga.

Walikota Jung kaget.

Walikota Jung : Lalu? Kau datang untuk melihatku jatuh?


Dae Han : Tidak. Aku ingin bertanya bagaimana kau bisa mengacaukan ini. Kau tidak sehina ini saat aku menjadi ajudanmu.

Walikota Jung : Aku tidak punya pilihan jika ingin tetap hidup di antara bedebah yang lebih berkuasa dariku. Aku harus berkompromi dan menjadi cukup kacau.

Dae Han : Itu masalahnya. Ya. Mengompromi dan merasionalisasi secukupnya.

Walikota Jung : Kapan kau akan ke kejaksaan?

Dae Han : Kamu ingin aku melakukan apa? Katakan kepadaku!


Besok paginya, Dae Han menemui para bedebah itu yang sedang main golf. Ia pura2 sedang main golf disana.

Dae Han : Kalian semua berkumpul di sini. Kurasa kalian berempat dekat.

Pak Joo sewot, hei kau! Aku tahu kau tidak punya sopan santun, tapi kau sudah keterlaluan.

Dae Han : Bagaimana aku keterlaluan?

Pak Joo : Memangnya kau tidak tahu? Kau mengganggu kami saat kami bermain golf, dan bahkan tidak menyapa Pak Baek dengan benar!

Dae Han : Menyapa?

Dae Han lalu menatap Pak Baek dan pura2 minta maaf.

Dae Han : Astaga. Maafkan aku. Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku berlutut dan bungkuk?

Mereka makin sewot.

Pak Joo : Berandal. Apa kau sudah gila? Hei!


Pak Baek menyuruh Pak Joo diam.

Pak Joo mengerti dan diam.

Pak Baek lantas mendekati Dae Han.

Pak Baek : Kau jelas tidak datang ke sini untuk bermain golf. Apa yang ingin kau katakan?

Dae Han : Begini, sebagai anggota Partai Progresif, kupikir aku harus memberi tahu anda.

Pak Baek : Apa?

Dae Han : Aku baru memberikan diska lepas berisi detail dana taktis Hojig kepada jaksa.


CEO Kim sontak kaget mendengarnya.

Pak Baek lantas berterima kasih pada Dae Han atas infonya, lalu pergi.

Setelah Pak Baek pergi, yang lain juga pergi sambil menatap kesal Dae Han.


Pak Joo melabrak Dae Han.

Pak Joo : Kau sudah gila? Tunggu saja.

Pak Joo mau pergi, menyusul teman2nya tapi dihalangi Dae Han.

Pak Joo : Apa yang kau lakukan? Minggir!


Dae Han : Aku yakin kau ingat kecelakaan lift 14 tahun lalu di Pasaraya Woods karena kau jaksa dalam kasus itu.

Pak Joo : Apa maksudmu?

Dae Han : Menurut buku kas dana taktis, kau mengambil banyak uang dari Kim Tae Hoon. Ini saatnya membayar dosa-dosamu.

Mendengar itu, Pak Joo ketakutan dan berlari pergi.


Kejaksaan langsung bergerak mengusut tuntas masalah korupsi yg dilakukan Hojig, Pak Lee dari Woods, Pak Joo dan Walikota Jung.

Sontak, media langsung memberitakan mereka.

"Jaksa bilang mereka mendapatkan bukti Kim Tae Hoon, lobi ilegal CEO Hojig Construction dengan para politikus. Kim diduga berkolusi dengan Lee Kang Hun dari Woods Utong dan Wali Kota Inju, Jung Han Soo, untuk menerima perlakuan khusus dan hak pembangunan Mal Woods yang Woods sedang kejar di Kota Inju. Wali Kota Jung Han Soo dengan sukarela pergi ke Kejaksaan dan mengaku menerima 200.000 dolar dari Hojig Construction. Taehoon Elevators, pendahulu Hojig Construction, memasang lift di Pasaraya Woods yang jatuh dan membunuh empat orang 14 tahun lalu. Jaksa berencana menyelidiki Anggota Dewan Joo Kwang Chun, yang merupakan jaksa yang memimpin kasus ini, karena tidak menyelidiki kasus itu setelah menerima suap Kim Tae Hoon."

Di ruangannya, Kyung Hoon dan asistennya terkejut menonton berita itu.


Di apartemennya, Joon Ho menghela nafas setelah menonton berita itu.


Bu Yang menangis haru dan mengucapkan terima kasih kepada Dae Han karena sudah menolong mereka mengusut kematian Ji Hyun.

Pak Jung : Ji Hyun bisa beristirahat dengan tenang.

Dae Han : Aku tidak melakukannya sendirian. Soo Hyun, penulis lain, Bong Joo, dan orang-orang di pasar. Kita melakukannya bersama.


Bong Joo : Aku benar-benar melakukan sesuatu yang besar. Menjaga Tae Poong dan Song Yi...

Bong Joo melihat si kembar.

Bong Joo : Menjaga mereka sungguh tidak main-main.


Tiba2 saja, Da Jung merasakan tidak enak di perutnya tapi ia tidak bilang.


Pak Joo, Pak Lee, CEO Kim, Walikota Jung resmi menjadi tahanan kejaksaan..


Perwakilan Balai Kota Inju meminta maaf kepada para pedagang di pasar Inju.

"Kami minta maaf dengan tulus karena merugikan dan mencemaskan akibat tindakan tidak pantas yang menyerubungi pembangunan Mal Woods. Kami, Balai Kota Inju, telah memutuskan untuk memulai kembali dan menyelidiki ulang proyek Mal Woods."


Pak Jung sebagai Ketua Pedagang Pasar Inju pun menandatangani surat kesepakatan antara Mal Woods dan Pasar Inju untuk agar sama2 bisa diuntungkan.


Di akhir, para pedagang berfoto bersama Balai Kota Inju.

Dae Han dan Joon Ho datang. Mereka bahagia masalah Mal Woods dan Pasar Inju terselesaikan dgn baik.


Sementara itu, Kyung Hoon dan Pak Baek bertemu diam2.

Kyung Hoon : Para jaksa membuat keributan. Kita harus memberi mereka sesuatu.

Pak Baek : Mari selesaikan dengan mengirim empat ke penjara agar itu tidak sampai ke kita.

Kyung Hoon : Dae Han berhasil kali ini.

Pak Baek : Dia mempermalukan kita. Kita tidak bisa membiarkan ini. Kita harus menusuk jantungnya.


Joon Ho dan Dae Han menyusul Soo Hyun ke atap.

Dae Han : Kenapa kau ingin datang ke sini?

Soo Hyun : Lihat. Matahari terbenam sangat indah. Benar-benar cantik. Mungkin butuh sekitar dua tahun agar Mal Woods dibangun, bukan?

Dae Han : Mungkin.


Soo Hyun : Kuharap begitu mal itu terbuka, itu akan menciptakan sinergi dengan pasar seperti harapan dan menghidupkan kembali semua bisnis di area ini. Bagus, bukan?

Dae Han : Kita semua harus bekerja keras untuk mewujudkannya.

Joon Ho : Kau tahu kata orang masa depan tidak datang kepadamu, kau harus membangunnya.

Soo Hyun : Omong-omong, kalian berdua bekerja dengan baik.

Joon Ho : Kau juga.

Dae Han membenarkan kata Joon Ho.

Dae Han : Benar. Akan sulit untuk membongkar korupsi jika kami tidak dapat bantuanmu.

Soo Hyun : Pemilihannya sangat dekat sekarang.


Joon Ho : Aku tidak punya pilihan selain bekerja dengan Dae Han, tapi aku akan berjuang keras mulai sekarang.

Dae Han : Itu juga yang kuinginkan.

Joon Ho : Tapi aku yang akan masuk ke Dewan Nasional.

Dae Han : Warga biasa bisa masuk ke Gedung Dewan Nasional saat tur.


Soo Hyun : Kenapa kalian tidak bertengkar besok? Mari kita nikmati sukacita kemenangan hari ini.

Joon Ho : Baiklah.

Ketiganya tersenyum, menikmati kemenangan mereka.

Bersambung....

Episode berikutnya, giliran Tak kena masalah gaes. Dia dituduh melukai teman sekolahnya.

Seperti biasa, Kyung Hoon dan Pak Baek memanfaatkan masalah Tak untuk menjegal Dae Han melenggang ke kursi dewan.

0 Comments:

Post a Comment