Mereka lalu bicara di atap.
"Menyerahlah. Katakan pada menteri yang memintamu melakukan ini, bahwa kau tidak bisa."
"Kenapa aku harus melakukannya?" tanya Roo Na.
"Haruskah aku mengejanya untukmu? Mungkin hanya aku satu-satunya orang yang tahu. Ani, In Soo juga tahu. Kita semua tahu betapa kejam, licik, egois dan munafiknya dirimu. Lalu apa? Politik? Kau mau menggunakan politik untuk memuluskan rencana jahatmu?" balas Roo Bi.
"Kau takut kan aku menjadi menteri? Tidak ada yang perlu kau takutkan dan cemaskan. Ini tidak akan buruk untukmu. Jika aku terpilih, aku bisa menjadi walikota Seoul atau mungkin sesuatu yang lebih besar. Jika itu terjadi, nama siapa yang akan bersinar. Namamu, Jeong Roo Bi." ucap Roo Na.
Roo Na lantas memegang tangan Roo Bi.
"Nama mu akan menjadi terkenal. Nama mu akan dihormati beberapa generasi." ucap Roo Na.
"Ini hidupku! Aku akan mendapatkannya kembali tidak peduli caranya bagaimana. Siapa kau berani mengusik ketenangan hidupku? Aku tidak akan membiarkanmu. Kau menipu keluargamu sendiri dan sekarang kau ingin menipu seluruh bangsa? Jangan membuatku tertawa." jawab Roo Bi.
"Eonni, aku mengerti perasaanmu. Aku berterima kasih karena kau tidak membongkar rahasiaku. Kau tidak melakukannya karena kau baik. Tapi eonni, pikirkan lah ini. Jika aku tidak mencuri wajahmu, apakah kau akan mengejar mimpimu? Kau hanya akan menjadi ibu rumah tangga biasa."
"Jangan mencari pembenaran untuk dirimu."
"Jika aku masuk dunia politik, aku akan melakukan hal baik. Aku akan memperbaiki politik di Korea. Kau tahu, aku dianggap mentor oleh mereka. Aku panutan mereka."
"Apakah mereka masih akan tetap memperhatikanmu jika topengmu terlepas? Jeong Roo Na, kau tahu apa yang lebih penting dalam sebuah hubungan? Kepercayaan dan kejujuran. Jika kau tetap melakukan ini, aku akan membuka topengmu, demi kebaikanmu serta bangsa dan masa depan politik di Korea."
Roo Bi lalu beranjak pergi, tapi Roo Na membuat langkahnya berhenti dengan mengatakan akan menceraikan Gyeong Min.
"Jika aku terpilih, aku akan menceraikan Gyeong Min dan mengembalikan apa yang kurebut."
Roo Na lantas mendekati Roo Bi.
"Kau selalu mengaku ingin balas dendam dan balas dendam tapi nyatanya kau tidak melakukan apapun. Kau tidak bisa melakukannya. Aku sangat mengenalmu." ucap Roo Na.
"Apa kau yakin?" tanya Roo Bi.
"Kau tidak melakukan apapun sampai sekarang." jawab Roo Na.
Roo Bi lalu berlari. Di depan pintu keluar, ia terduduk lemas.
"Roo Na salah. Aku menahan diri karena ibu dan Gyeong Min. Tapi sekarang aku tidak bisa menahannya lagi. Aku akan merebut hidupku kembali."
Di restoran,. Gilja yang membaca berita Roo Na yang akan masuk dunia politik pun gemetaran.
Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Roo Na.
Berbeda dengan Chorim yang senang membaca berita itu.
Gilja lalu menghubungi Roo Na. Karena tak dijawab, Gilja pun memutuskan pergi.
Gilja dan Roo Na bertemu di sebuah kafe. Gilja beralasan, ia mengajak Roo Na bertemu karena merindukan Roo Na.
"Ibu sudah makan? Sandwich disini enak."
"Aku sudah makan, tapi Roo Bi-ya."
"Wae, eomma?"
"Apa itu benar? Kau mau masuk dunia politik?"
"Ibu pasti membacanya di koran. Itu benar. Mereka mengatakan, jika aku memenangkan pemilihan, nilaiku akan naik."
"Apa karena mertuamu? Bagaimana dengan suamimu?"
"Mereka tidak mendukungku tapi karena aku bersikeras, mereka membiarkan aku melakukannya."
"Roo Bi-ya, menurut ibu kau sebaiknya tidak melakukan ini. Ini bukan ide yang bagus. Kau harus mendengarkanku."
"Kenapa ibu juga? Kenapa tidak ada yang mendukungku?" protes Roo Na.
"Roo Bi, bukan begitu."
Ponsel Roo Na berdering. Dan Roo Na langsung pergi. Tapi sebelum pergi, ia memberikan ongkos taksi pada ibunya.
Gilja menangis.
"Jangan lakukan ini, Roo Na-ya. Kau menggali kuburanmu sendiri." batinnya.
Di apartemennya, In Soo menenggak bir sambil memikirkan kata-kata Roo Na.
"Kau benar, Jeong Roo Na. Kita saling mengenal luar dalam. Jika semua tidak kacau, kita bisa menjadi rekan satu tim. Tapi Jeong Roo Na, haruskah kau melakukan ini? Kau menipu seluruh bangsa."
In Soo pun resah.
Di kamarnya, Dongpal dan Chorim lagi siap-siap untuk interview proposal mereka.
Tak lama kemudian, Soyoung menyuruh mereka keluar.
Chorim pun terkejut melihat Roo Bi yang masih di rumah.
"Aku menunggu bibi untuk berangkat bersama." jawab Roo Bi.
"Roo Na-ya, bagaimana penampilanku? Warnanya tidak terlalu tua?" tanya Chorim.
"Bibi terlihat sempurna." jawab Roo Na.
"Roo Na, kau yang terbaik." puji Dongpal.
Tak lama kemudian, Gilja datang dan menyuruh Chorim tetap di rumah.
"Biarkan suamimu yang melakukannya." ucap Gilja.
Soyoung setuju dengan Gilja, ditambah lagi proposal itu idenya Dongpal.
Tapi Chorim tetap ingin menemani Dongpal.
Gyeong Min menyambut kedatangan Chorim dan Dongpal dengan ramah.
Ia lalu menyuruh mereka duduk.
Chorim mengagumi ruangan kerja Gyeong Min.
Kemudian, Dongpal mengeluarkan proposal mereka.
"Ini proposal kami, Busajangnim." ucap Dongpal.
"Kenapa kau memanggilku seperti itu?" tanya Gyeong Min.
"Kita disini untuk berbisnis." jawab Dongpal.
"Benar, menantu... maksudku, Busajangnim." ucap Chorim.
Seketaris Gyeong Min datang mengantarkan teh.
Dongpal pun mulai jelalatan. Matanya tak berhenti menatap seketaris Gyeong Min.
Melihat itu, Chorim kesal dan menyikut lengan Dongpal.
Mereka lalu mulai membahas proposal.
Gyeong Min takjub dengan isi proposalnya.
Chorim memberitahu Gyeong Min, bahwa semua itu adalah idenya Dongpal dan Roo Bi membantu mereka membuat proposal.
Gyeong Min pun menangkap peluang bagus di sana. Ia berjanji akan segera mendiskusikannya dengan tim pemasarannya.
Sontak, Dongpal dan Chorim senang mendengarnya. Gyeong Min tertawa melihat reaksi mereka.
*Sy nulis scene ini sambil senyum-senyum sendiri. Gyeong Min ini memang suami idaman.
Roo Bi yang mondar mandir di depan ruangan Gyeong Min memikirkan kata-kata Roo Na yang akan menceraikan Gyeong Min.
Lalu Roo Bi berjalan ke kantornya dan menatap tajam meja Roo Na.
"Kau pikir ini hanya karena Bae Gyeong Min, Jeong Roo Na. Tidak bisakah kau melihat, waktumu akan segera habis?"
Malam harinya, di kamarnya, Roo Bi membaca artikel Roo Na yang akan masuk dunia politik.
"Benar, aku akan membuatmu menjadi semakin terkenal." ucap Roo Bi.
Roo Bi pun mengunggah video Roo Na yang berlutut pada In Soo ke media sosial!
Keesokan harinya, saat sarapan, Roo Na meyakinkan keluarga Gyeong Min kalau tidak akan ada masalah dalam pemilihannya.
Tapi tak lama kemudian, ia justru mendapatkan telepon mengejutkan dari ketua partai yang mengatakan tentang videonya.
Bersambung.......
*Kasihan juga ngeliat Nyonya Yoo ini. Udah berapa banyak tetes air mata yang ia tumpahkan karena perilaku Roo Na.