Ruby Ring Ep 83 Part 1

Sebelumnya...


Roo Na kesal karena tidak satu pun keluarga Gyeong Min mendukungnya. Ia menuduh keluarga Gyeong Min sentimen padanya.

Tak lama kemudian, Gyeong Min pulang. Roo Na pun berkata, ia akan tetap masuk ke dunia politik meski keluarga Gyeong Min melarangnya.

Roo Na lantas pergi ke kamarnya.


Di kamar, Roo Na berusaha meyakinkan Gyeong Min kalau ia bisa melakukannya.

"Aku tidak minta kau mendukungku. Kau cukup duduk dan melihatnya. Aku bisa membuat mimpiku menjadi kenyataan." ucap Roo Na.

Kesal, Gyeong Min pun masuk ke kamar mandi.


Roo Na berkata, ia akan melakukan apapun agar bisa menjadi politisi top Korea.


Dongpal dan Chorim menunggu jawaban Gilja.

Mereka menunjukkan proposal mereka pada Gilja.

"Ini bagus, tapi aku tidak tahu." jawab Gilja.

"Tidak tahu apanya, semua tertulis di sana." ucap Chorim.

"Aku harap ini tidak mengganggu menantuku." jawab Gilja.

"Kita harus melakukannya. Ditambah lagi, proposal ini dibuat oleh Roo Na." ucap Chorim.


Tak lama kemudian, Roo Bi datang. Roo Bi yang baru selesai mandi itu langsung bergabung bersama mereka.

Dongpal memuji Roo Bi sebagai yang terbaik.

Roo Bi pun senang Dongpal dan Chorim menyukai proposal yang ditulisnya.

Chorim lantas mengambil proposal itu dan menciumnya berkal-kali.

"Aku harap, waralaba ini sukses!" ucapnya. Mereka semua tertawa.

"Tapi dimana Soyoung?" tanya Roo Bi.


Soyoung sendiri ada di rumah Dongpal.

Ia sedang menikmati ramen buat Daepung bersama Jihyeok.

"Dimana telurnya? Ramen akan lebih lezat jika disantai dengan telur dan daun bawang." ucap Soyoung.

Mendengar itu, Daepung langsung sewot dan melarang mereka makan.

"Aku hanya bercanda." ucap Soyoung.

Jihyeok lantas menyendokkan ramen nya ke dalam mangkuk dan menyuruh Soyoun mencobanya.


"Tapi kenapa kalian tidak pergi keluar? Malah terkurung disini." tanya Daepung.

"Pergi keluar membutuhkan biaya. Kita harus menabung." jawab Jihyeok.

"Jihyeok-ah, kau ini laki-laki. Laki-laki..."

"Harus mempertahankan gengsi, lalu berakhir sepertimu?" tanya Soyoung.

Soyoung lalu meminta Jihyeok berhemat dan menabung sebanyak mungkin yang Jihyeok bisa.

Jihyeok mengerti.

Daepung pun kesal dan langsung kehilangan selera makan.


Ia lantas berniat membuat kopi tapi Jihyeok melarangnya karena ia sudah minum kopi pagi tadi.

Daepung makin kesal.


Soyoung kemudian menyuapi Jihyeok kimchi.

Melihat itu, Daepung pun jadi merindukan Geum Hee. Ia bertanya-tanya, apa yang sedang Geum Hee lakukan sekarang.


Geum Hee sendiri juga sedang merindukan Daepung.

"Wang Daepung adalah satu-satunya orang yang mengatakan aku cantik. Aku penasaran dia sedang apa sekarang."


Tuan Bae sedang membahas Roo Na bersama istrinya.

Sang istri penasaran apa yang akan dilakukannya.

Tak lama kemudian, Se Ra masuk ke kamar mereka.

"Appa, aku sudah tahu. Gyeong Min mengatakannya padaku. Tapi appa, eomma, kenapa kita tidak memberikan Roo Bi kesempatan? Ini kesempatan langka untuk seorang wanita. Berpikirlah positif dan berikan sedikit dukungan kita."

"Bukan begitu Se Ra-ya. Appa sudah menjadi pebisnis cukup lama, jadi appa bisa melihat seseorang. Bukan soal kemampuan atau pendidikannya, tapi karakternya. Roo Bi tidak punya karakter seperti itu. Aku bisa saja mendukungnya karena dia menantuku tapi dalam masalah ini, ini tidak benar. Dia tidak memiliki apa yang dibutuhkan untuk melayani negara ini. Tapi sepertinya dia tidak bisa dilarang. Kita hanya bisa menonton saja." jawab Tuan Bae.


Nama Roo Na pun langsung menjadi perbincangan hangat dimana-mana.


Para wartawan penasaran dgn alasan Roo Na masuk ke dunia politik.

Roo Na beralasan, bahwa ia sedang memperjuangkan nasib para wanita di Korea.

Roo Na berkata, dalam hal kesetaraan gender, Korea Selatan menempati peringkat ke 31 dari 34 peringkat.

"Apa bergabungnya dirimu dalam partai politik ada hubungannya dengan insiden remaja yang ingin bunuh diri tempo hari?"

"Aku tidak bisa mengatakan apapun soal itu. Melihat Jiyeon membuatku sadar, bahwa kita tidak boleh membiarkan hal seperti itu terjadi lagi dan aku akan menolong para remaja dan wanita yang membutuhkan bantuanku." jawab Roo Na.


Roo Na lantas melambaikan tangannya ke arah kamera.

"Jiyeon-ah, bagaimana kabarmu? Kau bahagia?"

Wartawan kemudian menanyakan tentang kekacauan demi kekacauan yang diciptakan Roo Na.

Roo Na berkata, bahwa semua orang harus merasakan sakit dulu agar bisa bertahan."


Selesai wawancara, semua orang memberikan ucapan selamat padanya.

Pengurus Partai Yeomin bahkan juga datang hanya untuk memberinya ucapan selamat.

Namun senyumnya langsung menghilang saat ia melihat In Soo yang tengah menatapnya dengan tatapan sinis.


Mereka pun minum di kafe.

In Soo menertawakan niat Roo Na yang ingin masuk ke dunia politik.

"Aku meminta bantuanmu. Jika aku masuk ke dunia politik, aku ingin kau menjadi orang kepercayaanku dan penasihatku. Kau pikir kita tidak bisa menjadi tim? Kemarin musuhan, hari ini berteman. Hari ini berteman, besok musuhan. Itulah politik. Jika aku masuk dunia politik, aku butuh seseorang yang mengenalku luar dan dalam."

"Dan orang itu aku? Wakil Presdir Bae mungkin akan terluka."

"Dia berbeda jalan dengan kita."

"Kau pikir aku seperti dirimu?"

"Kau mungkin bisa mengelak, tapi itulah faktanya. Kita berada di kapal yang sama. Itulah kenapa kita saling mengenal luar dalam. Kita saling membenci satu sama lain, tapi tujuan kita sama. Jika kau jadi asistenku, kau bisa naik ke tempat yang lebih tinggi. Kesempatan emas terbuka lebar untukmu."

"Kau salah orang, Jeong Roo Na. Kita di kapal yang sama? Kau salah. Sekarang aku bisa melihat kau tidak punya seorang pun yang mengenalmu luar dan dalam. Politik? Lakukan sesukamu. Mungkin ini cara tercepat untuk mengembalikanmu ke tempat asalmu." jawab In Soo, lalu beranjak pergi.


Begitu tiba di kantor, Jin Hee, Seokho dan Hyeryeon langsung memberikan ucapan selamat pada Roo Na.

Tak lama kemudian, Roo Bi datang memberitahu Jin Hee bahwa klien mereka akan menandatangani kontrak besok.

Jin Hee lalu memberitahu Roo Bi tentang Roo Na yang akan masuk ke dunia politik.

Sontak Roo Na kaget dan ia langsung menatap Roo Na dengan tatapan kecewa.

Bersambung ke part 2...........

0 Comments:

Post a Comment