In Soo membawa Roo Na ke kafe. Bukannya berterima kasih, Roo Na malah menyalahkan In Soo atas kejadian yang dialaminya. Ia bilang, semua itu tidak akan terjadi jika In Soo tidak membuat rekaman itu.
In Soo pun menyesal sudah menolong Roo Na.
Tapi saat ia mau pergi, Roo Na justru menahannya dan meminta tolong.
"Kepala Pemilihan bilang, jika si pengunggah video mengakui bahwa video itu palsu, aku masih punya kesempatan. Aku bisa mendapatkan suara karena orang-orang simpati padaku. Jadi tolong, bujuk Roo Bi."
In Soo pun kembali duduk.
"Kau ingin Roo Bi berbohong?" tanya In Soo.
"Itu bukan kebohongan. Roo Bi lah yang mengunggah video itu. Karena itu, kumohon. Bicaralah dengan Roo Bi. Aku tidak akan pernah melupakan ini. Aku berhutang pada kalian berdua." jawab Roo Na.
"Kau mau aku membunuh Roo Bi lagi?" tanya In Soo.
"Mwo?" tanya Roo Na bingung.
"Roo Bi bilang, kau membunuhnya beberapa kali. Itu semua karena kau. Kau membunuhnya saat dia koma, saat ingatannya hilang dan saat dia memutuskan balas dendam. Aku lebih mati daripada menyuruhnya melakukan itu." jawab In Soo.
"Kau sangat romantis In Soo-ssi." ucap Roo Na.
"Jangan coba-coba melakukannya! Aku tidak akan membiarkanmu lolos! Tidak peduli kau menjadi politisi, presiden atau narapidana, kau harus menghadapinya. Aku tidak mau menjadi bagian dari rencanamu." jawab In Soo.
In Soo lantas bangkit dari duduknya. Ia berniat pergi, tapi kemudian Gyeong Min datang.
Gyeong Min mengucapkan terima kasih pada In Soo karena sudah menolong Roo Na.
In Soo mengangguk, lalu bergegas pergi.
"Setelah semua ini, kau masih ingin masuk dunia politik? Geumanhaja."
Tapi Roo Na tetap keras kepala. Ia bercerita, bahwa dirinya baru saja bertemu dengan Kepala Pemilihan dan mereka sudah memiliki jalan keluar.
"Roo Bi-ya!"
"Gyeong Min-ssi, aku akan menang apapun yang terjadi. Jadi jangan cemas. Aku ini Jeong Roo Bi."
Gyeong Min ke ruangan Se Ra. Mereka membahas para pendemo Roo Na di depan kantor mereka.
"Aku tidak tahu harus bertindak seperti apa." jawab Gyeong Min.
"Kau bersikap seolah-olah ini bukan urusanmu. Jika kau terus seperti ini..." Se Ra pun tidak jadi bicara. Ia beralasan, tidak mau mencampuri urusan rumah tangga Gyeong Min.
"Noona, kau tahu detektif pribadi yang bisa mencari tahu masa lalu seseorang, kehidupan pribadi, rahasia... lupakan. Anggap aku tidak pernah membicarakan ini."
Gyeong Min lalu beranjak pergi.
"Dia berdiri di atas seutas benang. Apa yang dia pikirkan?" gumam Se Ra cemas.
*Roo Bi benar, kebenaran udah di depan mata, tapi Gyeong Min memilih mengabaikannya. Mungkin si Gyeong Min ini takut kali ya kalau apa yang dia pikirkan itu benar. Jadi dia memilih diam daripada mencari tahu.
Di ruangannya, Roo Bi melamun sampai-sampai ia tidak mendengar bunyi ponselnya.
Seokho lah yang menegur Roo Bi, memberitahu Roo Bi tentang ponselnya yang berdering.
Telepon dari Roo Na yang mengajaknya bertemu.
Mereka bertemu di atap.
"Aku tidak akan memintamu menghapus video itu." ucap Roo Na.
"Bukankah sudah kubilang jangan terlalu berharap." jawab Roo Bi.
Roo Bi lalu beranjak pergi tapi Roo Na menahannya.
"Eonni, selamatkan aku. Aku menyesal atas apa yang sudah kulakukan padamu tapi polisi akan segera melakukan penyelidikan. Kalau kau ketahuan, kau akan ditangkap. Jadi bukanlah lebih baik kau mengaku dan meminta maaf sekarang? Katakan pada mereka, video itu palsu dan kau mengunggah video itu karena kau marah." pinta Roo Na.
"Inilah yang terbaik yang bisa dipikirkan otak licikmu." jawab Roo Bi.
"Aku akan melakukan apapun jika kau mau melakukannya." ucap Roo Na.
"Ada yang kuinginkan." jawab Roo Bi.
"Apa?" tanya Roo Na.
"Wajahku. Aku ingin wajahku dan semua kembali seperti dulu." jawab Roo Bi, membuat Roo Na kaget.
"Jangan membodohi dirimu. Kau pikir aku akan berubah pikiran? Kau pikir aku takut jika mereka menangkapku? Aku menunggu polisi datang padaku, karena dengan itu, semua orang akhirnya akan tahu tentang kebohongan dan rahasiamu. Ini akan menjadi skandal yang epik. Wanita itu cukup sombong, mencuri hidup kakaknya, wajah, tunangan, pernikahan dan ingin masuk dunia politik. Jeong Roo Na yang terkenal."
"Kau gila."
"Aku tidak gila. Aku kakakmu. Setiap kali aku merasa tubuhku seperti dicabik-cabik ribuan kali. Pada saat ini, aku lebih mati. Terima kasih telah mengubahku menjadi monster. Aku akan berusaha yang terbaik, agar bisa menjadi monster yang ribuan kali lebih menyeramkan dari dirimu. Aku membayangkan, melihatmu di neraka."
Roo Bi lalu beranjak pergi.
Di kamar mandi, Roo Bi membasuh mukanya dan menangis.
"Apa ini Jeong Roo Bi? Apa kau benar-benar ingin menjadi monster?"
Ia lalu jatuh terduduk dan menangis.
Chorim melirik Gilja yang sedari tadi melamun saja.
Sementara Dongpal, asyik menonton televisi.
Dan Soyoung senyum-senyum sendiri membaca sms Jihyeok yang mengaku merindukannya.
Jihyeok yang lagi menggaruk punggung Daepung, diminta Daepung berhenti mengirimi Soyoung pesan.
"Kenapa? Kau selalu mengeluh betapa kesepiannya dirimu." jawab Jihyeok.
Daepung pun berbalik dan menatap Jihyeok.
"Saat kau tua, kau membutuhkan seseorang yang bisa menggaruk punggungmu. Tapi aku tidak kaya dan tidak punya kekuatan. Kau pikir, wanita mana yang mau denganku?"
"Jangderella Ahjumma!" seru Jihyeok.
"Dia kecil, gemuk dan manis. Dia sempurna." jawab Daepung.
Tak lama, ponsel Jihyeok kembali berdering. SMS dari Soyoung, membuat Jihyeok senyum-senyum sendiri.
Daepung yang kesal melihatnya, langsung menggeplak kepala Jihyeok.
Chorim terus menatap tajam Soyoung yang senyum-senyum sendiri sambil menatap ponsel. Ia tahu, Soyoung lagi sms-an dengan Jihyeok.
Dongpal pun meminta Chorim membiarkan mereka, membuat Chorim sewot.
"Mereka hanya berteman, kenapa kau begini? Dulu kau mengekangku. Sekarang kau ingin mengekang Jihyeok juga? Apa yang akan terjadi setelah kita punya bayi?"
"Agi?" tanya Chorim.
"Geureom. Baby. Kita harus bersiap memiliki bayi." jawab Dongpal, membuat Chorim tertawa malu.
Tak lama kemudian, Roo Bi pulang.
"Roo Na, kau sudah pulang?" tanya Gilja.
"Eomma, kau masih memanggilku Roo Na?" jawab Roo Bi kecewa.
Roo Bi lalu masuk ke kamarnya.
"Eonni, ada apa dengannya? Aku rasa dia sudah kembali seperti dulu." ucap Chorim.
Gilja pun menyusul Roo Bi ke kamar.
Roo Bi tampak menahan tangisnya. Gilja duduk disamping Roo Bi.
"Roo Bi-ya."
"Roo Bi-ya? Aku pikir aku ini Roo Na. Sekarang aku Roo Bi? Ibu, kau tahu aku Roo Bi tapi kenapa kau masih memintaku berpura-pura menjadi Roo Na?"
"Apa lagi yang harus kulakukan? Paman dan bibimu ada di sana. Haruskah aku memanggilmu Roo Bi? Haruskah aku membiarkan semuanya tahu?"
Roo Bi diam saja. Tangisnya sudah pecah kali ini.
Gilja lantas memegang tangan Roo Bi. Ia kembali menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa mengenali kedua putrinya.
*Intinya si Gilja ini gk pengen membahayakan posisi Roo Na. Padahal dia bisa kasih tahu orang rumah kalau Roo Na itu adalah Roo Bi yang asli, tapi dia diam karena gak mau Roo Na disalahkan.
Paginya, Gyeong Min menyuruh Roo Na bangun dan pergi dengan ibu dan neneknya mengunjungi para lansia yang di panti jompo.
Tapi Roo Na menolak dengan alasan sibuk.
"Keluargamu tidak pernah peduli padaku dan sekarang mereka mau aku ikut dengan urusan mereka?"
"Roo Bi-ya!"
"Video skandal contohnya. Jika perusahaan membantuku, masalahnya tidak akan seserius ini."
"Kau bercanda denganku? Seharusnya kau mencegah hal ini sejak awal!"
"Sudah kubilang padamu, aku korban! Orang-orang yang membenciku mengunggah video itu."
"Wae? Kenapa mereka membencimu?"
"Itu sudah jelas, karena peringkatku yang tinggi? Apa kau tidak percaya padaku? Kau benar-benar berpikir, video itu asli? Kau meragukanku? Katakan. Kau tidak percaya padaku?"
"Aku tidak percaya padamu."
Roo Na pun syok, Gyeong Min-ssi.
"Sejak kita menikah, berapa kali kau menipuku? Berapa kali aku memaafkanmu? Video itu palsu? Kau bisa membodohi orang lain, tapi aku tidak. Wanita itu jelas dirimu. Baju yang kau kenakan dalam video itu, aku yang memberikannya padamu setelah kita menikah."
"Aku yakin banyak orang memiliki baju seperti itu."
Tapi Gyeong Min tidak percaya dan beranjak pergi.
"Apa yang harus kulakukan? Aku harus memikirkan rencana." ucap Roo Na.
Tak lama kemudian, ia pun berpikir untuk memaksa Roo Bi melakukan konferensi pers terkait video itu.
Ia mau Roo Bi mengakui bahwa video itu palsu.
Roo Na ke restoran. Ia mengajak sang ibu bicara.
Mereka pun bicara di kafe.
Gilja terkejut mendengar permintaan Roo Na.
Roo Na menyuruhnya membujuk Roo Bi untuk menggelar konferensi pers.
"Eomma, bicaralah padanya. Suruh dia mengakui kalau video itu palsu."
"Apa kau sadar, seberapa egoisnya dirimu? Kau ingin aku menyuruh Roo Na untuk memuaskan dirimu?"
"Aku akan membayarnya setelah aku terpilih. Jika kau membantuku, aku bisa menang."
"Kau tidak boleh melakukannya."
"Eomma ingin aku mati?"
"Mati? Baiklah. Ayo mati bersama."
"Jika Roo Na tidak mengunggah video itu, hal ini tidak akan terjadi!"
"Jadi yang ada dalam video itu kau? Katakan padaku? Apa yang sebenarnya terjadi."
"Jika Roo Na tidak mau menggelar konferensi pers, aku bukan hanya kalah dalam pemilihan tapi juga akan diusir mertuaku. Kau mau itu terjadi? Jadi tolong telepon Roo Na. Cepatlah! Aku tidak punya waktu. Cepat."
Gilja pun syok. Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Roo Na.
Bersambung ke part 2.......
Oooow, Roo Na berusaha mencuci otak ibunya.
Gilja ini ibarat buah simalakama. Dimakan, yang mati Roo Bi. Gak dimakan yang mati Roo Na.
Lagian si Gyeong Min ini ya... kebenaran udah di depan mata, dia bukannya nyelidikin malah milih diem..
Sy ingin cepat menuntaskan drama ini. Beneran gondok sy dengan tingkah Roo Na dan juga Gilja yang menutupi rahasia itu.
Kalau menjaga rahasia itu dari Gyeong Min sih wajar, tapi dari Chorim? Dongpal? Soyoung?