Gyeong Min membawa Roo Bi ke kafe.
"Kenapa kau menunggu di luar? Di luar dingin. Kenapa tidak menelponku?" tanya Gyeong Min.
"Aku hanya berjalan-jalan dan kurasa, aku mulai memikirkanmu." jawab Roo Bi, membuat Gyeong Min agak terkejut.
Roo Bi lalu bertanya apa Gyeong Min suka dengan hadiah syal yang ia berikan. Ia mengaku, merajut sendiri syal itu.
"Aku juga punya syal yang sama. Kakakmu yang merajutnya untukku. Kenapa kau memiliki syal yang sama?"
"Cobalah untuk mencari tahu." jawab Roo Bi.
"Aku tidak punya petunjuk." ucap Gyeong Min.
"Aku membencimu! Kebenaran sudah ada di depan matamu tapi kau memilih mengabaikannya. Kebenarannya sudah mendekat, tapi kau bahkan tidak berusaha untuk melihatnya. Jika kau melihat sedikit lebih dalam atau memikirkannya, kau bisa mengetahuinya." jawab Roo Bi dalam hati.
"Katakan padaku, bagaimana bisa kalian punya syal yang sama." ucap Gyeong Min.
"Kau sama seperti yang lainnya. Kau lebih suka mengabaikan kebenaran." kata Roo Bi dalam hatinya.
"Hyeong-bu, aku harus pergi." ucap Roo Bi.
"Kau tidak mau bertemu kakakmu? Kakakmu sangat terguncang akibat video palsu itu." ucap Gyeong Min.
"Kau yakin video itu palsu?" tanya Roo Bi mengejutkan Gyeong Min.
"Kebenaran pada akhirnya akan terungkap. Video itu dan yang lainnya, aku harap kau bisa mengatasinya." ucap Roo Bi lagi, lalu beranjak pergi.
Gilja tak bisa berhenti memikirkan kata-kata Roo Bi tadi.
"Aku tidak bisa memaafkan Roo Na. Ketika aku berada di ambang kematian, dia mencuri wajah dan hidupku. Dan sekarang, dia berusaha masuk dunia politik. Ibu tahu semuanya tapi ibu menutup mata. Bagaimana ibu bisa seperti itu!" protes Roo Bi.
"Dia benar. Aku sudah gila. Aku orang yang mengerikan." batin Gilja.
Tak lama kemudian, terdengar suara Chorim yang memanggil Gilja karena ada Roo Na.
"Dimana Roo Na?" tanya Roo Na.
"Jadi kau disini untuk menemui Roo Na? Dia pasti sibuk." jawab Chorim.
Gilja lalu keluar kamar. Chorim pun pamit. Ia mengaku, ingin keluar sebentar bersama Dongpal.
Setelah Chorim dan Dongpal pergi, Gilja menanyakan alasan Roo Na mencari Roo Bi.
"Kami harus bicara. Aku menelponnya tapi tidak dijawab." jawab Roo Na.
"Kita harus bicara." ucap Gilja.
"Ibu pasti ingin menyuruhku membatalkan niatku masuk dunia politik, kan?"
"Roo Bi-ya."
"Bukan ini yang aku butuhkan dari ibu. Kau seharusnya berada di sisiku!"
"Video itu.."
"Itu palsu! Itu direkayasa!"
Tak lama kemudian, Roo Bi pulang dan Roo Na langsung menariknya ke dalam kamar.
"Itu kau, kan? Yang menyebarkan video itu. Kau pelakunya?" tanya Roo Na.
"Benar, itu aku." jawab Roo Bi.
Roo Na syok. Tak lama kemudian, ia menampar Roo Bi.
Roo Bi pun balas menampar Roo Na.
"Wae? Kau pikir aku tidak bisa membalasmu?" tanya Roo Bi.
"Hapus video itu." pinta Roo Na.
"Kau sangat sombong sebelumnya. Kau takut?"
"Apa yang kau dan Na In Soo rencanakan? Kau pikir dengan ini aku akan berhenti!"
"Jika tidak, apalagi yang akan kau lakukan? Karena sudah sampai di titik ini, apa kau akan mengakui kebenarannya dan berdiri di balik jeruji besi? Jangan cemas. Itu akan segera terjadi."
Roo Na pun berusaha menampar Roo Bi lagi tapi Roo Bi langsung mencengkram tangannya.
"Akan kutambahkan pasal penyerangan ke dalam daftar kejahatanmu dan menjebloskanmu ke balik jeruji besi."
"Hapus sekarang! Jika tidak, akan kubuat kau membayarnya!"
"Silahkan saja, kau bisa menuntutku. Lalu kebenaran akan terungkap. Lalu apa? Apa yang akan terjadi sesudahnya?"
Tangis Roo Na pun pecah. Ia jatuh terduduk dan berteriak-teriak.
"Luapkan amarahmu, sesukamu. Karena mulai sekarang, aku tidak akan membiarkanmu." ucap Roo Bi.
Soyoung, Jihyeok dan Daepung lagi main kartu ketika Dongpal dan Chorim datang.
Mendengar suara Chorim dan Dongpal, Jihyeok pun buru-buru menyembunyikan Soyoung di dalam lemari.
"Appa, kenapa tidak menelpon dulu?"
"Haruskah aku membuat janji dulu kalau mau bertemu anakku?" jawab Dongpal.
"Bukan begitu tapi kita baru bertemu di restoran tadi." ucap Jihyeok.
"Kami kesini untuk berpesta denganmu." jawab Chorim.
Chorim lalu memberikan Jihyeok baju baru.
Melihat itu, Daepung pun langsung menagih punyanya.
Chorim dan Dongpal tertawa, lalu memberikan punya Daepung.
Dongpal menyuruh Jihyeok mencoba baju itu.
"Dia pasti malu karena aku ada di sini." jawab Chorim.
Chorim lantas mengambil baju baru Jihyeok dan berniat menyimpannya di lemari.
Tapi Jihyeok langsung mencegah Chorim dan mengaku ingin mencobanya sekarang.
Curiga, Chorim pun membuka lemari.
Ia syok menemukan Soyoung di sana.
Sementara Soyoung tersenyum menatap Chorim.
Di rumah, keluarga Gyeong Min sedang menonton berita skandal Roo Na.
Kesal, Se Ra pun langsung mematikan televisi.
"Sepertinya ini tidak akan berakhir dalam waktu dekat." ucap Se Ra.
"Dia dibicarakan di TV sepanjang hari. Bagaimana itu akan berakhir? Inilah harusnya mengapa kita melarangnya masuk dunia politik." jawab nenek.
Tak lama kemudian, Geum Hee datang membawakan teh.
"Kudengar, video itu palsu. Apa ada jalan untuk membuktikan kalau video itu palsu?" tanya Geum Hee.
"Yeobo, kau tidak bisa menyelidikinya? Tidak bisakah kau meminta bantuan Pak Kim?" tanya Nyonya Park.
Mendengar itu, Tuan Bae langsung masuk ke kamarnya.
"Dia pergi tanpa minum teh. Bawakan teh ke kamarnya." suruh nenek.
"Baik, ibu." jawab Nyonya Park.
Di kamar, Tuan Bae menghubungi Pak Kim. Ia menyuruh Pak Kim mencari tahu apapun soal video itu, tidak peduli video itu asli atau palsu serta siapa yang mengunggahnya.
Tak lama kemudian, Nyonya Park masuk membawakannya teh.
"Tolong tenanglah. Dokter Kim memarahiku karena tidak memperhatikan kesehatanmu."
"Kenapa dia menyalahkanmu karena kesehatanku?"
"Karena aku istrimu. Tolong perhatikan kesehatanmu demi aku."
Di kamar, Roo Na memberitahu Gyeong Min bahwa kampanye nya akan segera dimulai.
"Kau akan membantuku, kan? Kapan kau libur?"
"Belakangan ini aku sangat sibuk di kantor."
"Apa itu penting? Aku akan menjadi anggota dewan."
Gyeong Min lantas meminta Roo Na melupakan impian masuk dunia politik. Tapi Roo Na kekeuh mau tetap masuk ke dunia politik. Ia beralasan, bahwa apa yang dilakukannya juga demi perusahaan.
Mendengar itu, Gyeong Min pun langsung menegaskan kalau dia tidak peduli Roo Na menang atau tidak dan meminta Roo Na tidak meminta bantuannya.
Gyeong Min pun beranjak pergi. Roo Na hanya bisa menghela napas melihat penolakan Gyeong Min.
Di lobby kantor, Roo Bi melihat Gyeong Min. Ia berusaha menghindari Gyeong Min, tapi Gyeong Min malah memanggilnya.
Gyeong Min mengajak Roo Bi minum kopi di ruangannya tapi Roo Bi malah minta teh hijau membuat Gyeong Min heran.
"Aroma kopi mengingatkanku pada seseorang yang ingin kulupakan." jawab Roo Bi.
Roo Bi lalu meminta maaf soal kemarin malam.
"Sepertinya kau memiliki waktu yang sulit. Bisakah kau mengatakannya padaku? Kau terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Katakanlah." ucap Gyeong Min.
"Apakah aku bisa mengatakannya padamu? Kebenaran yang mungkin membuatmu hancur berkeping-keping." batin Roo Bi.
Tiba-tiba, seketaris Gyeong Min datang dan memberitahukan soal telepon Professor Jung.
Mendengar itu, Roo Bi langsung keluar karena tidak mau mengganggu Gyeong Min.
Setelah Roo Bi pergi, seketaris Gyeong Min berkata lagi, tentang apa yang dikatakan Profesor Jung kalau tidak mungkin memulihkan file yang sudah rusak.
Seseorang menghubungi Roo Bi.
Roo Bi pun langsung menemui orang itu yang tidak lain adalah In Soo, di atap.
"Apa Roo Na memberitahumu? Dia memintaku mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan kalau video itu palsu." ucap In Soo.
"Dan kau tidak sedang memintaku mengatur acaranya, kan?" tanya Roo Bi.
In Soo diam saja.
"In Soo-ssi!"
"Setiap kali aku mengingatnya, itu memukul perasaanku. Kita harus menutup apa yang ada di depan kita. Jika kita melangkah mundur dan melihat gambaran besar, kita menyadari bahwa kebencian dan permusuhan sama sekali tidak penting."
"Kau satu-satunya orang yang berusaha bunuh diri setelah dihancurkan wanita yang kau cintai. Kau satu-satunya orang yang ingin balas dendam. Kau mengancamnya dengan video itu dan mengaku tidak bisa memaafkannya, lalu kau memanipulasiku."
"Benar, karena aku melakukan hal-hal itu, karena aku tahu aku salah, itulah kenapa aku berusaha menghentikanmu."
Tapi Roo Bi tetap kekeuh ingin membalas Roo Na.
Roo Na mendapat telepon dari pengurus Partai Yeomin yang menyuruhnya berhenti.
Mereka pun langsung bertemu di sebuah restoran.
Roo Na menjelaskan kalau video itu palsu.
Pengurus Partai Yeomin pun berkata, jika ada pengakuan public dari seseorang yang menyebarkan video itu, maka orang-orang akan kasihan pada Roo Na.
Mendengar itu, Roo Na langsung menganggap itu sebagai jalan keluarnya.
Ia bergegas ke kantor. Ia mau memaksa Roo Bi membuat pengakuan. Tapi baru turun dari mobil, ia langsung di demo orang-orang.
Takut Roo Na pun kembali masuk ke mobil.
Gyeong Min yang sedang memikirkan video Roo Na, mendengar ribut-ribut di bawah.
Ia langsung melihat ke bawah jendela dan melihat istrinya yang sedang di demo.
Gyeong Min turun ke bawah. Ia melihat In Soo yang berusaha menyelamatkan Roo Na.
Melihat In Soo berusaha menolong Roo Na, Gyeong Min tambah curiga.
Bersambung...........
0 Comments:
Post a Comment