Joon mengambil foto2 pemandangn sepanjang perjalanan di kereta. Akhirnya kereta sampai di stasiun. Jo Soo turun duluan dengan teman2nya, baru disusul oleh Joon. Joon yang sedang berjalan ditabrak oleh Ha Na yang lagi terburu2. Ha Na meminta maaf pada Joon karena sudah menabraknya. Ia lalu pergi karena sudah dipanggil oleh kedua temannya. Joon memandangi kepergian Ha Na, lalu berjalan ke arah yang berlawanan.
Joon sedang memotret seorang model yang memakai mantel bulu lengkap dgn berbagai macam perhiasan di hamparan salju. Ia lalu melihat hasil jepretannya, kemudian meminta istirahat. Jo Soo mendekati Joon. Joon menyerahkan kameranya sambil mengeluh. "Ada apa?" tanya Jo Soo akhirnya. "Apa harus dia seperti itu? Ini kan bukan yang pertama kalinya." keluh Joon. "Menurutku dia cantik. Coba kau lihat berliannya, ah jantungmu pasti berdebar." goda Jo Soo. "Jantungku tidak pernah berdebar2 untuk siapa pun." jawab Joon. "Bagaimana mungkin kau tidak tertarik padanya?" tanya Jo Soo tidak percaya. Joon menatap Jo Soo, lalu berkata "Keahlianku adalah membuat para gadis tergila2 padaku". Joon lalu mengedipkan matanya ke Jo Soo.
Joon melihat hasil jepretannya. Sang model terus memperhatikan Joon. Pandangan mata Joon teralih pada model itu. Si model pun senang dan melambai2kan tangannya pada Joon. Joon menatap Jo Soo, benarkan? Model itu melambai2kan tangannya pada Joon. Joon memandang sinis model itu. Sang model kecewa Joon tidak membalas lambaiannya. Jo Soo tidak percaya Joon tidak tertarik pada model yang menurutnya sangat cantik itu. Joon lalu meminta waktu setengah jam untuk istirahat. Dia beranjak menuju mobilnya. Melihat itu, sang model pun mengikuti Joon.
"Heh! Apa yang kau lakukan?" tanya Joon begitu gadis itu masuk ke mobilnya.
"Diluar dingin sekali." jawab gadis itu.
"Aku tidak suka diganggu. Jadi pergilah." ucap Joon.
"Aku tidak akan mengganggumu." jawab gadis itu, lalu meletakkan tangannya ke penghangat yang ada di mobil.
"Kau berbeda. Dari apa yang kudengar, kau memilih setiap gadis yang kau sukai dalam waktu 3 detik. Apa kau tahu julukan apa yang mereka berikan untukmu?" tanya gadis itu.
"Ah, itu hanya rumor." jawab Joon.
"Tapi kenapa kau tidak berusaha meredam gosip itu?" tanya gadis itu.
"Siapa bilang gosip itu tidak benar." jawab Joon.
"Jadi gosip itu benar?" tanya gadis itu.
"Aku sengaja membiarkan orang2 berpikir kalau aku ini playboy. Dengan begitu, para gadis akan berhenti menyukaiku." jawab Joon.
Gadis itu tersenyum.
"Para gadis membuatku tidak nyaman." ucap Joon lagi.
"Kenapa?" tanya gadis itu.
"Karena aku tidak percaya cinta. Cinta pertama ku, membuatku patah hati." jawab Joon.
"Kalau begitu kita sama. Aku sangat tahu seperti apa rasanya. Kalau kau mau, kau boleh curhat padaku." ucap gadis itu.
Joon menatap gadis itu. Ia lalu mengubah posisinya dengan menghadap gadis itu. Gadis itu terlihat senang. "Tapi aku tidak tahu kenapa aku merasakan sesuatu yang aneh setiap berada di dekatmu." ucap Joon. Gadis itu tersenyum. Joon mendekatkan wajahnya, seolah2 mau mencium gadis itu. Tapi tiba2 ponselnya berdering. Joon mencari2 sumber suara. Gadis itu menunjuk2 kantong Joon.
"Aku?" tanya Joon.
Joon pun merogoh kantongnya. Dia mengeluarkan ponsel berwarna biru dgn gantungan kunci berwarna pink. Itu bukan ponselnya! (pasti itu ponsel Ha Na, tertukar saat mereka bertabrakan di stasiun tadi). Joon turun dari mobilnya dan menjawab ponsel itu.
"Halo." ucap Joon.
"Oh, jadi kau orang Korea?" tanya suara di seberang sana.
"Ya." jawab Joon.
"Itu ponselku. Dimana kau mengambilnya?" tanya si pemilik ponsel.
"Aku tidak mencurinya. Aku saja baru sadar ponsel ini ada di kantongku." jawab Joon.
"Apa? Kenapa bisa ada di kantongmu?" tanya pemilik ponsel tak percaya.
"Beraninya kau menuduhku seperti itu." jawab Joon gak terima.
"Dimana kau? Aku akan segera ke sana." ucap pemilik ponsel yang ternyata adalah Ha Na.
Ha Na lalu menutup teleponnya. Ha Na pun mengajak kedua temannya pergi. Teman Ha Na yang bertubuh gemuk bertanya kemana mereka akan pergi. Ha Na bilang kalau ia harus menemui seseorang. Di bis, teman Ha Na yang bernama Han Tae Seong tanya kemana mereka akan pergi. Ha Na tidak mau memberitahu. Temen Ha Na yang gemuk kesal karena Ha Na merahasiakan sesuatu darinya.
Joon melancarkan rayuannya pada sang model. Tapi saat ia mau mencium si model, Jo Soo datang memberitahu Joon kalau pihak iklan mau Joon menghentikan pengambilan gambar. "Apa?" tanya Joon tidak percaya. Joon melakukan skype dgn pihak iklan. Ia tanya kenapa pengambilan gambar harus dihentikan. Bukannya menjawab, pihak iklan malah bertanya bagaimana kualitas gambar videonya. Bagaimana wajahnya. Joon kesal melihat pihak iklan yang gak serius. Ia tanya apa masalahnya. Sebelum menjawab, pihak iklan minum dulu. Ia pun akhirnya menjawab pertanyaan Joon. Menurutnya pengambilan gambar lebih bagus dilakukan di Seoul. Ia juga bilang kalau konsep Rat Salju terlalu tua. "Lalu?" tanya Joon. Pihak iklan menyuruh seketarisnya mengambil majalah dgn menjentikkan jarinya. Ia pun menunjukkan foto seorang wanita yang mengenakan baju berumbai2 di majalah itu pada Joon.
"Apa?! Kau suruh aku memplagiat?" tanya Joon kesal.
"Anggap saja ini suatu penghormatan. Semua org punya idola masing2 kan?" jawab pihak iklan.
Joon bangkit dari duduknya dengan kesal.
"Ada apa?" tanya pihak iklan.
Jo Soo berusaha menenangkan Joon, dan berbicara dgn pihak iklan.
"Dia sangat percaya diri dengan hasil kerjaannya. Semua orang tahu itu. Untuk sukses, bukan hanya percaya diri yang dibutuhkan. Dia langsung terkenal saat memulai debutnya di New York dgn foto2 kotornya. Tapi di sini dia bukan siapa2. Tidak akan ada yg mau bekerja sama dengannya!" ucap pihak iklan kesal.
"Kau tahu apa tentang seni?" tanya Joon kesal.
Joon yang kesal langsung menutup laptopnya sehingga pembicaraan terputus. Pihah iklan memanggil2 Joon. Ia lalu tanya kepada seketarisnya kenapa layarnya tiba2 jadi gelap.
Jo Soo mengejar Joon.
"Heh! Apa yang kau lakukan? Kalau kau membatalkan kerja sama itu, kita akan bangkrut." ucap Jo Soo.
"Siapa yang akan bangkrut? Aku Seo Joon!" jawab Joon.
"Ya kau Seo Joon. Kau berasal dari keluarga kaya, tapi aku? Bagaimana caranya aku membayar hutang2ku?" tanya Jo Soo lagi.
Tiba2, ponsel Jo Soo berbunyi. Telepon dari ibu Joon. Joon menyuruh Jo Soo jangan mengangkat teleponnya. Telepon pun mati, lalu tak lama kembali berbunyi. Tapi kali ini telepon dari pihak iklan. Joon melarang Jo Soo mengangkatnya. Tapi Jo Soo tetap mengangkatnya dan berlari menjauhi Joon. Joon memaki Jo Soo. Ponsel Ha Na berdering.
"Hallo! Siapa kau!" bentak Joon.
"Aku orang yang menelponmu tadi. Dimana posisimu?" tanya Ha Na.
"Maaf, aku sudah pulang." jawab Joon.
"Bisa2nya kau menyuruhku ke sini, tapi kau malah pulang." tanya Ha Na kesal.
"Kau pikir aku menginginkannya! Kalau kau serius mau mengambil ponselmu, harusnya kau datang lebih awal." jawab Joon kesal.
"Aku sudah berusaha datang secepat mungkin." ucap Ha Na.
"Tapi kau terlambat!" jawab Joon.
"Kenapa kau kasar sekali?" tanya Ha Na.
"Itu salahmu sendiri! Kenapa kau datang terlambat. Lagian kau kan yang menghilangkan ponselmu? Jadi kenapa aku harus mendengarkanmu? Kalau kau kesal, aku akan membuangnya! Kau bisa melakukan apapun yang kau suka." jawab Joon.
"JANGAN! Aku akan segera ke sana." ucap Ha Na.
"Lagi?" tanya teman Ha Na yg gemuk.a
"Dimana kau sekarang?" tanya Ha Na.
Bukannya menjawab, Joon mematikan ponselnya, lalu memanggil Jo Soo yang lagi bicara dgn pihak iklan. Dengan sedikit ragu, Jo Soo mendekati Joon. "Apa kau sudah memberitahu mereka kalau aku akan melakukan apa yang kumau?" tanya Joon. "Mereka akan datang ke sini besok." jawab Jo Soo. "Apa? Kau ini bukannya membereskan masalah! Cepat kemasi barangmu!" suruh Joon. "Kau mau kabur?" tanya Jo Soo.
Ha Na kesal dgn Joon, tapi ia tetap mau menemui Joon.
Dalam perjalanan ke hotel, Joon menelpon asistennya yg lain di Seoul. Ia menyuruh asistennya memberitahu pihak pengiklan kalau dia akan melakukan apa yang dia mau. Ia akan memikirkan tema yg lain jadi pihak pengiklan tidak perlu datang ke Jepang. Jo Soo ragu apa Joon akan mendapatkan tema yang cocok secepat itu. Joon menyuruh Jo Soo diam karena dia sedang berpikir.
"Anak orang kaya sepertimu tidak masalah kalau tidak mendapatkan pekerjaan, tapi bagiku ini masalah besar." ucap Jo Soo.
Joon mau membalas tapi urung dilakukan. Akhirnya Joon sampai di kamar hotelnya. Ponsel Ha Na kembali berbunyi. Di saat bersamaan, Jo Soo masuk membawakan barang2 Joon. Joon melemparkan ponsel Ha Na ke Jo Soo dan menyuruh Jo Soo menjawabnya. Jo Soo menjawabnya, tapi ia disemprot Ha Na. Jo Soo gak percaya Joon mempermainkan Ha Na sampai dua kali. Jo Soo menyuruh Ha Na datang ke hotel, tapi Ha Na lagi menyemprot Jo Soo.
"Hei, tutup saja teleponnya. Kita ada pesta malam ini, jangan lupa ajak juga model itu." perintah Joon.
Ha Na kesal pada Joon. Teman Ha Na yg gemuk membujuk Ha Na untuk mengambil ponselnya besok, dan pergi ke Tomitapam seperti yang sudah direncanakan. "Aku akan membunuhnya." ucap Ha Na kesal. "Atau sekarang saja kita mengambil ponselmu." ucap teman Ha Na yg gendut ketakutan. Di halte bus, Ha Na dan teman2nya menunggu bus. Ha Na menyuruh teman2nya mencari hotel karena ia akan pergi mengambil ponselnya sendiri. Awalnya Tae Sung tidak setuju, tapi teman mereka yg gendut membujuk Tae Suk mencari penginapan karena sudah letih. Akhirnya Tae Sung setuju. Tae Sung lalu mengingatkan Ha Na kalau besok mereka akan pergi berdua saja melihat salju berlian jika teman mereka yg gendut tidak mau ikut.
"Hei, bukankah ada mitos yg mengatakan bila hanya berdua saja melihat salju berlian, maka mereka akan saling jatuh cinta." ucap teman yg gendut.
Tae Sung langsung menutup mulut temannya itu. Kayaknya Tae Sung naik Ha Na nih. Bis Ha Na datang. Ha Na segera naik ke bis. Tae Sung memberikan ponselnya ke Ha Na agar bisa berkomunikasi dgn Ha Na.
Jo Soo tertawa2 melihat ponsel Ha Na. Namun begitu Joon datang, dia langsung menutup mulutnya. Joon tanya apa Jo Soo sudah menemukan foto Ha Na. Jo Soo bilang kalau dia belum menemukan fotonya. Joon lalu bersiap2, kemudian duduk di sofa dan membuka ponsel Ha Na yg ditinggalkan Joon. Saat membuka kunci ponsel Ha Na, yg muncul adalah gambar setan. Joon kaget setengah mati.
"Apa dia anak2?" ucap Joon kesal.
Joon lalu membaca jawaban tebak2an di ponsel Ha Na. Ia tertawa membaca jawaban2 itu. Ia lalu mencari2 foto Ha Na di ponsel itu tapi tak ketemu. Sesaat kemudian dia tercengang saat melihat video pepohonan yang dikelilingi salju dan ditimpa cahaya matahari. Sepertinya Joon sudah mendapatkan ide untuk tema iklannya.
Ha Na turun dari bis. Ia bergegas menuju hotel Joon. Di jalan Ha Na terserempet mobil. Ternyata itu mobil Joon dan Jo Soo. Jo Soo turun dari mobil dan menanyakan keadaan Ha Na dgn Bahasa Jepang. Ha Na juga menjawabnya dengan Bahasa Jepang. Joon yang mengira Ha Na org Jepang, menyuruh Jo Soo masuk karena Ha Na yang memakai baju tertutup itu sepertinya baik2 saja dgn Bahasa Korea.
Saat Jo Soo memberi kartu nama pada Ha Na, Ha Na menjawab dgn ketus dalam Bahasa Korea kalau ia akan menelpon mereka jika ada masalah dgn baju tertutupnya. Joon terdiam mendengar ucapan Ha Na. Ia tak menyangka Ha Na ternyata Orang Korea. Begitu pula dgn Jo Soo. Jo Soo minta maaf pada Ha Na. Ha Na menyuruh Jo Soo hati2 menyetir di negara orang. Joon di dalam mobil pura2 gak denger.
Ha Na sampai di hotel Joon. Ia menelpon ponselnya tapi gak diangkat.
Di tempat pesta, Joon main mata dgn model itu. Model itu lalu bangkit dari duduknya dan menyuruh Jo Soo yang duduk di sebelah Joon pindah karena dia mau duduk di dekat Joon. Joon dan model itu lalu bertingkah seperti sepasang kekasih. Mereka lalu pindah ke tempat karaoke. Ada staf banci yg terus nempelin Jo Soo. Masih di lobby hotel, Ha Na menelpon ke ponselnya tapi tidak diangkat. Sementara itu di tempat karaoke, Joon memberi kode ke model itu untuk keluar bersamanya.
Ha Na marah2 karena Joon tidak bisa dihubungi. Resepsionis mengintip Ha Na. Ha Na yg sadar diintip resepsionis, merasa malu. Saking lelahnya menunggu Joon, Ha Na sampai tertidur di lobby. Namun dia langsung bangun dan kaget melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Ia lalu mendapat ide saat melihat resepsionis kosong. Ha Na pun memeriksa semua kamar. Ia menelpon ke ponselnya dengan harapan bisa menemukan ponselnya. Ha Na sampai di kamar Joon dan mendengar suara ponselnya.
Ha Na menggedor2 pintu kamar Joon, tapi tidak ada yg membukanya. Ha Na yg kesal menarik gagang pintu kamar Joon. Ternyata kamar Joon tidak terkunci. Ha Na pun langsung masuk ke dalam. Ia menghidupkan lampu dan menelpon ponselnya. Betapa bahagianya Ha Na saat menemukan ponselnya di sofa. Saat mau pergi, langkahnya terhenti. Ia mau membalas Joon yang sudah mempermainkannya.
Ha Na masuk ke kamar mandi dan memindahkan lampu ke atas wastafel. Dia lalu menuliskan sesuatu di cermin menggunakan lipstick berwarna merah menyala. Saat mau keluar dari kamar mandi, Ha Na kaget melihat Joon dan model itu masuk ke kamar. Ha Na yg panik masuk lagi ke kamar mandi. Ha Na menjerit saat melihat Joon dan model itu akan berbuat mesum dari kaca kamar mandi. Joon dan model itu melompat ke kasur, namun mereka meringis kesakitan. Joon menyibakkan spreinya dan di sana ada banyak barang. Ha Na yang menarok barang2 itu di sana untuk membalas Joon.
"Apa yang melakukan ini pacarku?" ucap model itu.
"Jadi kau punya pacar?" tanya Joon.
"Tapi tidak mungkin dia. Kalau dia tahu aku selingkuh, dia akan meletakkan pisau di sana." jawab model itu.
Joon mulai merasa seram. Ia pamit ke kamar mandi. Saat mau masuk kamar mandi, ia menabrak Ha Na. Keduany sama2 menjerit. Si model menuduh Ha Na pencuri. Ha Na yang gak terima menunjukkan ponselnya. Ia mengingatkan Joon kalau Joon sudah mempermainkannya dgn menyuruh datang ke Lapangan Hirano, ke hotel dan akhirnya masuk ke kamar Joon. Joon merebut ponsel Ha Na.
"Jadi ini alasannya kenapa kau memasukkan ponselmu ke tasku?" ucap Joon.
"Apa maksudmu?" tanya Ha Na.
"Kau pencuri." ucap model itu.
Ha Na mau merebut ponselnya, tapi Joon tidak mau mengembalikannya. Joon lari, dan Ha Na mengejarnya. Mereka pun saling kejar2an dan akhirnya jatuh di ranjang. Joon menyuruh model itu pergi. Joon lalu memegangi tangan Ha Na dan tersenyum licik. Sementara itu, Ha Na terus meronta2.
Jo Soo masuk ke kamar Joon, karena menyangka Joon ada di kamar. Tapi ia kaget saat mendapati kamar dalam kondisi berantakan. Jo Soo mulai cemas dan masuk ke kamar mandi. Ia menjerit saat melihat krim cukur belepotan di cermin dan ada tulisan berwarna merah di cermin. Tidak itu saja, di wastafel juga ada cairan berwarna merah darah. Jo Soo jatuh terduduk dan tidak sanggup melakukan apa2. Dia syok berat!!
Dalam perjalanan, Ha Na ngomel2 karena Joon memperlakukannya tidak baik, padahal dia tidak bersalah. Joon tidak peduli dan tanya apa yang dilakukan Ha Na di Saporro. Ha Na bilang kalau dia sekolah di sana. Joon tanya lagi Hana sudah tingkat berapa. Ha Na bilang kalau dia akan segera lulus dan kembali ke Korea. Joon mengancam akan membuat Ha Na di depak dari Korea. Ha Na memohon2 agar Joon tidak melakukan itu. Joon pun meminta Ha Na melakukan sesuatu untuknya jika tidak mau dilaporkan ke polisi.
Joon menghentikan mobilnya. Ha Na tanya kenapa Joon menghentikan mobilnya. Joon lalu mendekatkan wajahnya ke Ha Na. Ha Na mulai ketakutan. Joon memperlihatkan video salju yang ada di ponsel Ha Na pada Ha Na. Ia tanya dimana tempat itu. Ha Na bilang kalau itu adalah salju berlian. Joon mengajak Ha Na menuju pegunungan tapi jalannya sudah ditutup. Joon tanya apa lokasinya masih jauh. Ha Na bilang kalau lokasinya masih jauh dan ia mau melihat salju berlian pagi hari. Joon lalu memundurkan kursinya dan tidur.
"Apa yang kau lakukan? Jangan bilang kita akan menunggu di sini sampai pagi." ucap Ha Na.
"Apa kau mau membiarkan aku sendirian ke sana?" tanya Joon.
"Kita kan bisa kembali ke hotel, lalu ke sini lagi pagi harinya." ucap Ha Na.
"Kita sudah tidak punya waktu." jawab Joon.
"Tapi kenapa harus aku?" tanya Ha Na.
"Karena kalau aku tidak ke tempat itu, aku akan hancur." jawab Joon.
Ha Na mau bertanya lagi, tapi Joon menyuruhnya tidur. Ha Na kesal, lalu beranjak tidur.
Pagi pun tiba. Joon turun dari mobil.
"Heh, tutup pintunya. Udaranya sangat dingin." suruh Ha Na.
"Kau tidak mau keluar?" tanya Joon.
"Aku kan sudah bilang kalau aku tidak mau melihat salju berlian denganmu. Aku bisa mati jika melihat salju itu denganmu." jawab Ha Na.
"Baiklah." ucap Joon lalu mengeluarkan ponsel Ha Na. "Aku tidak punya pilihan lain." ucap Joon lagi, lalu mau membuang ponsel Ha Na. Ha Na menjerit, STOPPP! Ia pun turun dari mobil dengan kesal. Ha Na lalu tanya apa Joon mau ke sana dengan pakaian tipis seperti itu. "Apa kita mau berburu beruang kutub? Kau membungkus tubuhmu dengan pakaian setebal itu. Dimana selera fashionmu?" jawab Joon. "Kemampuan bertahan lebih diutamakan daripada fashion." jawab Ha Na. "Apa kau tahu kenapa baju mahal harganya mahal. Karena baju mahal itu tipis, ringan dan bergaya. Tapi juga bisa menghangatkan tubuhmu." jawab Joon. Hana kesal dgn omongan Joon, lalu beranjak pergi.
Joon yg kedinginan mengikuti Ha Na di belakang. Joon tanya berapa lama mereka harus berjalan hingga sampai ke tempat itu. "Cepatlah! Sedikit lagi kita sampai." jawab Ha Na, lalu kembali berjalan. Namun dia berhenti melangkah dan menoleh ke Joon, "Kau tidak kedinginan kan?" tanya Ha Na. "Aku tidak kedinginan." jawab Joon. "Tentu saja kau tidak dingin, karena kau pakai baju mahal dan penuh gaya." jawab Ha Na menyindir Joon. Joon tidak bisa membalas Ha Na.
"Kau kedinginan kan?" ledek Ha Na.
"Aku tidak kedinginan." jawab Joon malu.
"Cepatlah! Kita sudah sampai." ucap Ha Na.
"Mana saljunya!" tanya Joon.
"Belum ada. Kau bisa melihatnya kalau matahari sudah terbit. " jawab Ha Na.
"Kapan matahari terbit?" tanya Joon.
"Dua jam lagi. Tapi aku juga tidak yakin sih? Bisa saja lebih." jawab Ha Na.
"Lalu apa yang akan kita lakukan?" tanya Joon.
"Apa yang akan kita lakukan? Tentu saja menunggu." jawab Ha Na.
Joon semakin kedinginan. Ia memandangi Ha Na.
"Apa?" tanya Ha Na.
"Lepaskan!" suruh Joon.
"Apa yang mau kau lakukan?" tanya Ha Na lagi.
"Aku kedinginan, jadi lepaskan." aku Joon akhirnya.
"Tidak mau." tolak Ha Na.
"Aku ini orang penting, berbeda denganmu. Jika aku sakit akan menjadi masalah besar" ucap Joon.
"Tidak mau. Bagiku, aku adalah orang yang penting."
"Kalau begitu, kita lihat apakah kau bisa menemukan ponselmu jika aku membuangnya." ucap Joon hendak melempar ponsel Ha Na.
"Baiklah!" jawab Ha Na kesal, lalu melepaskan satu jaketnya dan memberikannya ke Joon.
Joon masih mengeluh kedinginan. Dia meminta Ha Na melepaskan jaketnya yang paling tebal. Ha Na menolak karena dia juga kedinginan. Joon meminta sarung tangan. Ha Na bilang dia tidak punya sarung tangan karena tangannya sudah hangat. Joon akhirnya diam. Ha Na berkata pelan, kalau dia suka menemukan ponselnya, dia akan membunuh Joon. Joon ternyata mendengarnya. Ha Na tersenyum manis pada Joon.
Sambil menunggu matahari terbit, Ha Na mengajak Joon bermain tebak2an. Jika Joon berhasil menjawab 5 dari 10 tebakan yang ia berikan, maka ia akan melakukan apapun untuk Joon. Joon dengan pedenya bilang kalau dia pasti bisa menjawab 5 tebakan dengan benar. Ha Na mulai memberi tebak2an. Dan Joon bisa menjawabnya dengan benar.
“Ah, kau pasti sudah membacanya dari ponselku kan!” ucap Ha Na kesal.
“Aku tidak menyontek. Kau juga tidak menyebutkan peraturan tidak boleh menyontek.” Jawab Joon.
“Apa yang kau inginkan?” tanya Ha Na.
Joon menyodorkan tangannya pada Ha Na. “Apa maksudmu? Apa kau mau aku memegang tanganmu? Untuk apa?”
“Sebenarnya apa yang kau pikirkan? Aku bahkan tidak menganggapmu wanita. Apa kau tahu apa julukanku? Pemikat hati 3 detik.” Ucap Joon.
“A.. Apa? Pemikat hati 3 detik? Gadis2?” tanya Ha Na.
“Tanganku seharusnya tidak membeku. Kau bilang kau tidak perlu sarung tangan karena tanganmu sudah hangat kan. Jadi pegang tanganku.” Ucap Ha Na.
Ha Na kesal, tapi akhirnya dia memegang tangan Joon dan memasukkannya ke dalam kantong jaketnya.
“Itu lebih baik.” Ucap Joon.
“Apa pekerjaanmu sehingga tanganmu tidak boleh membeku?” tanya Ha Na.
“Fotografer.” Jawab Joon bangga.
“Jadi itu alasannya kau mengajakku ke sini, karena mau mengambil gambar?”
Joon tidak menjawab dan malah balik bertanya, “Kenapa kau tidak mau kuajak ke sini?”
“Ada mitos. Jika dua orang melihat salju berlian bersama, maka mereka akan saling jatuh cinta. Tapi itu hanya mitos.” Jawab Ha Na.
“Apa yang akan terjadi kalau kita melihatnya bersama2?” tanya Joon.
“Tidak akan terjadi apa2.” Jawab Ha Na.
“Tentu saja tidak akan ada yang terjadi. Kita tidak mungkin saling jatuh cinta.” Ucap Joon.
“Pasti!” jawab Ha Na mantap.
Ha Na melepaskan tangan Joon. “Sudah hangatkan?” tanyanya. Joon memasukkan tangannya ke saku jaketnya. Ia lalu tanya Ha Na mau melihat salju berlian dengan siapa, karena di folder Ha Na tertulis With Love. Ha Na kaget Joon membuka2 ponselnya. Joon mengeluarkan ponsel Ha Na dari sakunya. Ha Na mau merebut ponselnya, tapi Joon menjauhkan ponsel itu dari Ha Na. Karena sibuk bertengkar, Joon pun jatuh ke lubang. Kakinya terkilir.
“Kau baik2 saja?” tanya Ha Na.
“Kalau sampe tanganku terluka dan aku tidak bisa mengambil gambar lagi, kau akan membayarnya!” ucap Joon marah.
Joon lalu menyodorkan tangannya, menyuruh Ha Na menariknya. Ha Na menyodorkan tangannya, mau menarik Joon. Tapi saat Joon hampir meraih tangan Ha Na, Ha Na menarik tangannya dan meminta ponselnya dikembalikan. “Apa?” tanya Joon. “Kau menahan ponselku agar aku menemanimu melihat salju berlian kan, jadi kembalikan ponselku.” Pinta Ha Na. “Bagaimana kalau kau lari setelah aku kembalikan ponselmu.” Tanya Joon. “Apa aku terlihat seperti orang yang tidak bertanggung jawab?” tanya Ha Na.
Joon pun mengembalikan ponsel Ha Na. Ha Na senang karena ponselnya sudah kembali. Joon meminta Ha Na menariknya. Tapi Ha Na malah lari menjauh. Joon pun panik, Hey! Hey!
“Kalau aku menarikmu, nanti kau mengambil lagi ponselku. Aku akan mencari bantuan.” teriak Ha Na, lalu beranjak pergi.
Joon dengan hati kesal berusaha naik ke atas. Dia berpegangan pada dahan pohon dan berhasil naik ke atas. Joon mencari2 Ha Na. Ia menemukan Ha Na sedang terpana melihat salju berlian. Joon langsung mengambil gambar salju berlian. Ia berhenti sejenak karena melihat Ha Na tersenyum senang memandangi salju berlian. Ia pun mengambil foto Ha Na. Ha Na yang menyadari dirinya dipotret, menoleh ke Joon.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Ha Na.
“Kau menghalangi pemandanganku! Minggir sana!” jawab Joon bohong.
Joon langsung mengambil gambar berlian salju lagi. Saat Ha Na lengah, Joon kembali memotret Ha Na. Joon tersenyum puas melihat hasil jepretannya. Ha Na juga mengambil gambar salju berlian dgn kamera ponselnya. Ia tersenyum senang karena bisa melihat salju berlian. Mereka pun akhirnya kembali ke mobil.
“Jadi kau benar2 seorang fotografer. Kau terlihat sangat tampan saat memotret tadi. Oya, aku akan memeriksa lenganmu.” Ucap Ha Na.
Joon menggigil. Akhirnya Ha Na yang menyetir. Ha Na memegang dahi Joon. Panas! Joon tanya apa ada tempat yang hangat di dekat sana. Ha Na pun teringat kalau di sana ada kolam pemandian air panas. Namun tiba2, mobil kehabisan bensin. Ha Na menyalahkan Joon yg menyalakan mobil semalaman. Joon meminta ponsel Ha Na. Saat Joon menekan sebuah nomor di ponsel Ha Na, Ha Na melihat plang penunjuk kolam pemandian air panas.
Jo Soo terbangun dari tidurnya. Semalaman ia tidur di sofa. Ia kaget karena Joon belum kembali. Ponsel Joon berbunyi. Telepon dari ayahnya, Seo In Ha! Jo Soo panik, tapi dia menjawab telepon itu. In Ha menelpon sambil memandang keluar jendela.
“Aku dengar Joon ada pemotretan di Jepang. Aku sekarang di Hokaido. Beritahu dia aku akan menelpon lagi.” Perintah In Ha. Jo Soo pun mulai berpikir yang gak2. Dia pikir Joon diculik hantu. (Hahahhaha, ada2 aja si Jo Soo ini, pasti gara2 tulisan berdarah Ha Na). Ponsel Joon kembali berdering. Ternyata telepon dari Joon. Jo Soo lega Joon menelponnya.
Ha Na dan Joon ke kolam pemandian air panas. Joon merasa aneh karena ada kolam pemandian air panas tanpa pemilik. Ha Na menyuruh Joon masuk ke kolam kalau tidak mau kedinginan. Joon menyuruh Ha Na masuk juga, tapi Ha Na gak mau. Joon menyuruh Ha Na memegangi selimutnya untuk menutupi tubuhnya. Ha Na bilang tidak ada yang perlu disembunyikan Joon. Joon bilang banyak yang harus ia sembunyikan. Joon pun berendam di kolam. Ha Na duduk disamping Joon.
“Bagaimana kau bisa menemukan tempat ini?” tanya Joon.
“Aku ingat dulu pernah ke sini saat ada pelatihan.” Jawab Ha Na.
“Pelatihan? Apa jurusanmu?” tanya Joon.
“Pertanaman.”
Saat Joon melihat ada pemandangan bagus, Joon menyuruh Ha Na mengambil kameranya di mobil. Awalnya Ha Na menolak tapi Joon mengancam akan membuang ponsel Ha Na. Akhirnya Ha Na menurut. Saat Joon asyik memotret, Ha Na diam2 mengambil ponselnya, namun Joon menoleh. Hey! Joon berteriak, membuat Ha Na kaget dan akhirnya jatuh ke kolam bersama dengan ponselnya dan kamera Joon. Kamera Joon selamat, tapi ponsel Ha Na rusak.
“Ini gara2 kau!” ucap Ha Na.
“Maaf.” Jawab Joon.
“Padahal aku sedang menunggu telepon penting.” Ucap Ha Na sedih.
In Ha sedang diwawancarai wartawan. Setelah sesi wawancara selesai, penerjemah In Ha memberitahu kalau ada mahasiswa dari LN yg mau bertemu dgn In Ha. In Ha pun setuju menemui mahasiswa itu.
Ha Na masih berusaha membetulkan ponselnya, tapi ponselnya sudah rusak. Joon merasa bersalah tapi gak mau menunjukkannya.
“Telepon siapa yang kau tunggu?” tanya Joon.
Hana diam saja.
“Apa kau tidak takut padaku?” tanya Joon lagi.
“Kenapa?” tanya Ha Na.
“Karena aku si pemikat 3 detik.” Jawab Joon.
“Aku tidak percaya.” Jawab Ha Na.
“Itu benar.” Ucap Joon.
Joon pun mendekati Ha Na. “Aku tidak percaya cinta. Ayahku tidak bisa melukapan cinta pertamanya dan itu membuat ibuku menderita. Aku tidak mau hidup dalam cinta yang seperti itu, tapi setelah aku bertemu denganmu, aku merasakan cinta untuk yang pertama kalinya.” Rayu Joon.
Joon mulai menghitung. Satu detik, dua detik, tiga detik, tapi tidak ada reaksi dari Ha Na.
“Ibuku tidak pernah melupakan cinta pertamanya. Dia bilang itu adalah kenangan yang sangat indah. Aku ingin merasakan cinta yang seperti itu.” Jawab Ha Na.
Joon terpana melihat Ha Na. Ha Na pun mulai menghitung, satu detik... dua detik... tiga detik... Seperti itukah caramu memikat wanita? Joon diam saja. Tiba2, Joon memeluk Ha Na. Ha Na meronta2 minta dilepaskan. “Tahan sebentar.” Pinta Joon. Ha Na mendorong tubuh Joon dan memaki, Apa kau sudah gila! Joon bilang kalau dia tidak pernah merasakan cinta sebelumnya. Joon lalu mendekatkan wajahnya ke Ha Na. Ha Na menutup matanya.
BERSAMBUNG