• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruler : Master Of The Mask Ep 5 Part 2

Sebelumnya...

  
Rombongan PM Lee Sun tiba di Jongmyo. PM Lee Sun mengajak Sun masuk bersamanya agar Sun bisa mengadukan apa yang terjadi pada ayahnya. Tapi begitu masuk, Raja langsung mengomeli PM Lee Sun yang telah membuat Tuan Han menyelidiki Departemen Pengadaan Air.

“Jika kita hanya diam, terlebih berkompromi, siapa lagi yang akan melindungi rakyat yang tak berdaya?” ucap PM Lee Sun membela diri.

“Apa katamu!” Raja semakin marah.

“Departemen Pengadaan Air menyiksa rakyat melalui air yang sebenarnya hak semua orang. Mereka menyalahgunakan wewenang untuk menekan rakyat, bahkan mengabisi nyawa orang-orang. Ayah dari anak ini juga dibunuh secara sadis hanya karena mencuri setimba air. Ayahanda, tolong bantu Hanseongbu Han Gyu Ho dan Petugas Park,mengungkap kebenaran dan membubarkan Departemen Pengadaan Air.” Pinta PM Lee Sun.

“Tindakan gegabahmu itu hanya akan membuat lebih banyak nyawa melayang. Turunkan perintah itu saat kau sudah memiliki kekuatan untuk melindungi rakyatmu.” Jawab Raja.


“Apa gunanya itu jika mereka semua mati sebelum saatnya tiba?Sekalipun kita lemah, kita harus berperang demi rakyat!” ucap PM Lee Sun.

“Departemen Pengadaan Air adalah kompensasi atas nyawamu!” teriak Raja akhirnya.

Kontan saja, semua orang terkejut. Raja lantas meminta mereka semua keluar karena ia ingin bicara dengan PM Lee Sun. Setelah semua keluar, Raja melepaskan topeng PM Lee Sun dan berlutut di hadapannya.


“Pangeran Sun, kau menanyakan alasan sebenarnya kenapa kau harus memakai topeng, 'kan? Sebelum kau lahir, ayahmu ini...” Raja pun terdiam.

“A… abamama?” ucap PM Lee Sun.

“Apa kau tahu jika kau hampir saja mati sesaat setelah kau lahir?” tanya Raja.

“Saya dengar alasan saya memakai topeng adalah akibat efek samping penyakit itu.” jawab PM Lee Sun.

“Bukan penyakit melainkan racun.” Ucap Raja, membuat PM Lee Sun terkejut.


Raja lalu mengungkapkan perjanjiannya dengan Kelompok Pyunsoo demi mendapatkan penawar atas racun yang bersemayam di tubuh PM Lee Sun. Sebagai gantinya, Dae Mok meminta hak penuh atas Departemen Pengadaan Air dan menginginkan PM Lee Sun bergabung dengan Pyunsoo.

“Sekalipun kami membuat kesepakatan, aku tidak bisa membiarkanmu bergabung dengan mereka dan melihatmu menjadi anjing peliharaan mereka. Itu sebabnya, aku memakaikan topeng di wajahmu.” Ucap Raja.


Raja lantas menggenggam tangan putranya dan meminta maaf padanya. Terlalu sulit mempercayai semua itu, PM Lee Sun pun mengira ayahnya sedang bercanda. Namun melihat keseriusan di mata sang ayah, ia langsung menarik tangannya dari genggaman sang ayah dan menatap sang ayah dengan kecewa.

“Raja adalah anugerah langit. Ia merupakan Kaisar negeri ini. Ia ditugaskan untuk mengabdi pada kepentingan rakyat. Saya pun suatu saat akan menjadi Raja. Anda selalu mengajari saya menjadi Raja yang melayani rakyatnya. Namun, anda mengatakan bahwa Departemen Pengadaan Air, yang telah menyengsarakan rakyat, ada karena saya?”


Air mata PM Lee Sun pun mulai mengalir.

“Itu demi menyelamatkanmu.” Ucap Raja.

Woo Jae yang baru pulang langsung disambut manis oleh Hwa Gun. Hwa Gun bersikeras ingin jadi Putri Mahkota. Woo Jae mengiyakan dan berkata tak ada yang mustahil karena Hwa Gun adalah cucunya Dae Mok, tapi kemudian Woo Jae berubah pikiran dan berkata kalau ia tak bisa memberikan putrinya pada Putra Mahkota yang buruk rupa itu.
“Ayah, jika aku menjadi Putri Mahkota, kakek tidak akan membunuh cucu mantunya sendiri, 'kan?” tanya Hwa Gun cemas.

“Hwa Gun-ah, kenapa kau ingin menjadi Putri Mahkota?” tanya Woo Jae.

“Ayah juga tidak menyetujuinya?” tanya Hwa Gun.

“Tidak, bukan itu maksudku. Aku akan memberikan segalanya untukmu. Namun... Putri Mahkota? Kakekmu tidak akan pernah menyetujuinya.” Jawab Woo Jae.


“Jika aku menjadi Putri Mahkota, ayah memiliki Kelompok Pyunsoo sekaligus keluarga kerajaan dalam genggaman. Lalu, ayah akan menjadi lebih kuat dari Kakek Dae Mok. Ayah tidak ingin lebih kuat dari Kakek Dae Mok?” hasut Hwa Gun.

“Kakekmu itu selalu menyukai karaktermu yang begini. Kalau begitu, besok, ayo kita temui Yang Mulia Ratu. Jika Ratu menyetujui, akan lebih mudah meyakinkan kakekmu.” Ucap Woo Jae.

Hwa Gun pun tersenyum senang.


Belum lagi kekagetannya hilang, PM Lee Sun pun kembali dikejutkan dengan Kepala Lee yang membawa Lee Sun palsu masuk. Lee Sun palsu tampak sekarat. Dengan tubuh lemas, ia menyampaikan pesan dari Kelompok Pyunsoo untuk PM Lee Sun.

“Nyawa Putra Mahkota seharga dengan Departemen Pengadaan Air. Menyerang departemen sama halnya menyerah akan nyawa Yang Mulia Putera Mahkota. Singkirkan Hanseongbu Han Gyu Ho dan Petugas Park. Putra Mahkota juga harus bergabung dengan departemen.”
“Siapa... yang mengirim pesan itu?” tanya PM Lee Sun.


Belum sempat menjawab, Lee Sun palsu sudah ambruk duluan dan meninggal dunia dengan mulut berbusa. Kepala Lee pun langsung memeriksa Lee Sun palsu. Raja terkejut saat Kepala Lee bilang kalau Lee Sun palsu diracun.


“Sekarang juga tangkap Hanseongbu Han Gyu Ho dan Petugas Park!” suruh Raja.

“Yang Mulia!” protes Seja.


Pasukan Pengawal Istana yang dipimpin Choi Sung Ki langsung mendatangi kediaman Tuan Han. Disaat itu, Tuan Han dan Petugas Park sedang berdiskusi sambil melihat peta saluran irigasi. Tuan Han langsung menyembunyikan peta itu menyadari yang datang adalah Pasukan Pengawal Istana.

“Han Gyu Ho dan Park Moo Ha. Kalian telah melakukan pencatutan nama Yang Mulia Putera Mahkota. Akui kejahatan kalian!” ucap Choi Sung Ki.

“Kejahatan macam apa maksud kalian? Siapa yang memerintahkan aku ditangkap?” tanya Tuan Han.

“Ini perintah Raja!” jawab Choi Sung Ki, membuat Tuan Han kaget setengah mati.


Di istana, PM Lee Sun ingin tahu alasan ayahnya menghukum Tuan Han. Dengan berurai air mata, ia tanya apakah itu karena dirinya? PM Lee Sun tak terima jika ayahnya melakukan itu untuk melindungi dirinya. 
“Ini bukan saat yang tepat memerangi mereka. Bukankah sakit melihat mereka kesulitan? Kau marah pada ayahmu ini yang menyusahkan rakyat? Kalau begitu, kalahkan Kelompok Pyunsoo dengan menjadi Raja sesungguhnya!” jawab Raja.

Raja lalu menyuruh Kepala Lee mengurung PM Lee Sun.


Sementara itu, Ga Eun berlari mengejar sang ayah yang sudah mulai dibawa pergi. Sang ayah marah karena Ga Eun keluar rumah untuk menyusulnya. Ga Eun mengkonfirmasi kalau sang ayah akan dibebaskan setelah Putra Mahkota nanti datang. Tuan Han pun meyakinkan Ga Eun kalau ia akan bebas setelah Putra Mahkota datang. Choi Sung Ki berteriak, menyuruh prajurit membawa Tuan Han. Tuan Han pun dibawa, Ga Eun tidak rela tapi prajurit malah menariknya dan mendorongnya dengan kasar.


PM Lee Sun berteriak, meminta sang ayah mencabut kembali hukumannya. Tapi teriakannya sama sekali tak didengar. Sun hanya bisa diam di pojokan mendengar teriakan tak berdaya PM Lee Sun.


Tepat saat itu, Raja lewat bersama Kepala Lee. Mereka membahas tentang mencari anak lain untuk menggantikan Putra Mahkota. Raja melihat Sun dan menyuruh Kepala Lee mengantar Sun pulang.


Ratu menemui Youngbin Lee membawakan nama2 kandidat Putri Mahkota. Ratu ingin Youngbin Lee ikut memilih. Semula, Youngbin Lee menolak karena memilih Putri Mahkota adalah hak eksklusif Ratu. Tapi Ratu tetap ingin Youngbin Lee ikut memilih karena Youngbin Lee adalah ibu kandung Putra Mahkota.


Tepat saat Youngbin Lee keluar dari istana Ratu, ia bertemu Woo Jae dan Hwa Gun diluar. Dengan wajah dingin, ia melihat Hwa Gun yang datang dengan penampilan anggunnya.


Woo Jae dan Hwa Gun menemui Ratu. Ratu menginginkan Hwa Gun menjadi mantunya, tapi terpaksa menolak karena alasan kakek Hwa Gun yang menentang keras Hwa Gun menjadi Putri Mahkota. Woo Jae pun meyakinkan Ratu kalau ia pasti bisa meluluhkan hati ayah mertuanya.

“Maafkan aku berkata begini. Namun, aku tidak merasa kau mampu melakukannya. Di negeri ini, adakah yang selamat jika menentang Tuan Dae Mok?” sindir Ratu.


“Kau pasti sangat kecewa. Aku... sungguh minta maaf.” Ucap Ratu pada Hwa Gun.

“Saya juga, Yang Mulia. Anda akan lebih menyesal...10 tahun mendatang.” Ancam Hwa Gun.

Ratu pun tersenyum canggung.

Raja menemui Tuan Han di penjara. Ia bertanya, apa Tuan Han ingat yang dikatakannya di masa lalu.

“Yang Mulia berkata hamba harus bersikap adil, namun tidak gegabah.” Jawab Tuan Han.

“Aku menyuruhmu menunggu. Menunggu sampai Putera Mahkota menjadi Raja lalu menjadi abdi setianya di hari penobatan dirinya. Kenapa kau malah mengikuti perintahnya sekarang dan memulai investigasi” ucap Raja.

“Ampuni hamba, Yang Mulia.” Jawab Tuan Han.

“Ini terlalu dini. Jika kita bertarung sekarang, baik kau maupun Putra Mahkota akan mati. Aku akan mengorbankan kau dan melindungi Putra Mahkota, sesuai keinginan mereka.” Ucap Raja.

“Apakah yang Paduka maksud adalah Kelompok Pyunsoo?Apa yang Kelompok Pyunsoo inginkan?” tanya Tuan Han.

“Mereka ingin aku menjatuhi dirimu hukuman mati.” Jawab Raja.


Park Moo Ha yang ketakutan, langsung menanyakan nasib dirinya. Tuan Han pun meminta Raja mencari jalan agar Park Moo Ha bisa selamat. Ia yakin suatu saat nanti, Park Moo Ha akan menjadi abdi setia PM Lee Sun. 


Tuan Han juga berkata kalau ia punya seorang putri. Raja berjanji akan melindungi putri Tuan Han dan mencari jalan menyelamatkan Park Moo Ha.


Sementara itu, PM Lee Sun terduduk lemas di depan pintu.

“Tolong lepaskan aku dan bebaskan Tuan Han. Dia pria berintegritas yang hanya menjalankan perintahku. Jika sampai ia mati, aku tak akan sanggup menghadapi Ga Eun. Bagaimana lagi aku akan menjalani hidup?” ucapnya.

Tangis PM Lee Sun pun pecah.

Ruler : Master Of The Mask Ep 5 Part 1

Sebelumnya...

  
Chung Woon bersiaga dengan pedangnya. Ia berteriak, siapa kalian! Menyingkirlah kalian! Gon yang berdiri atap, berkata bahwa ia mendapat perintah untuk mengamankan Putra Mahkota. Chung Woon ingin tahu kenapa Gon mencari Putra Mahkota. Gon berkata, ia hanya membutuhkan Putra Mahkota.


“Pemanah! Panah!” teriak Gon.

  
Seketika para pemanah pun langsung menghujani panah ke arah Putra Mahkota. Chung Woon berusaha menghalau panah2 itu dengan pedangnya, sementara di belakang PM Lee Sun nampak melindungi Lee Sun. Gon lantas menangkap sesuatu yang aneh. Ia melihat ke arah tangan Sun yang menggenggam lambang Seja.

“Yang Mulia, aku akan mengamankan jalan ke sisi kanan. Larilah semampu Anda. Jangan pergi ke arah berlawanan. Tunggulah Kepala Pasukan Pengamanan Istana datang. Anda mengerti?” ucap Chung Woon.


PM Lee Sun tertegun, gu… guru…

“Pemanah!” teriak Gon.

“Bergerak sekarang!” suruh Chung Woon.

  
Chung Woon pun memotong jaring itu dengan pedangnya. Kawanan pemanah bergerak maju. Chung Woon menghadapi kawanan pemanah itu dan berusaha melindungi PM Lee Sun. PM Lee Sun mengambil pedang milik salah satu kawanan pemanah yang sudah tewas sebelum beranjak pergi. Gon yang melihat itu pun tak tinggal diam. Ia langsung berlari di atap mengejar PM Lee Sun.


Gon berhasil mendahului PM Lee Sun. Mau tak mau, PM Lee Sun pun menghadapi serangan Gon. Ia menangkis serangan Gon dengan pedangnya. Namun kekuatan PM Lee Sun tak sebanding dengan kekuatan Gon. Tepat saat Gon hendak menusuk PM Lee Sun dengan pedangnya, Chung Woon datang menghalau pedang Gon.


Chung Woon dan Gon berkelahi, namun sialnya Gon berhasil menjatuhkan Chung Woon. Gon pun kembali menyerang PM Lee Sun. PM Lee Sun menangkis serangan Gon dengan pedangnya tapi Gon berhasil melukai PM Lee Sun.

“Kau kemari untukku, 'kan? Maka aku akan ikut. Turunkan pedangmu!” suruh PM Lee Sun.

  
Gon mengarahkan pandangannya ke tangan Sun. Melihat lambang Putra Mahkota, Gon pun mengira Sun lah Putra Mahkota yang asli dan memerintah anak buahnya membawa Sun. Namun syukurlah, pasukan keamanan istana datang tepat saat anak buah Gon akan membawa Sun pergi.


PM Lee Sun pun bergegas menarik Sun pergi yang langsung diikuti Chung Woon.


Woo Jae berdiri di depan pintu ruangan sang ayah. Ia memberitahu sang ayah bahwa sudah saatnya ke aula, tapi karena sang ayah tidak menjawab, ia pun membuka pintu dan melihat Hwa Gun yang memaksa Dae Mok bicara. Woo Jae langsung mengomeli Hwa Gun yang tidak sopan pada Dae Mok, tapi Dae Mok langsung meng-cut perkataan Woo Jae dan menyuruh Woo Jae pergi.


“Beritahu kakekmu ini kenapa tidak boleh membunuh Putera Mahkota?” ucap Dae Mok.

“Kalau begitu, Putera Mahkota bisa tetap hidup?” tanya Hwa Gun.

“Memang kapan aku bilang akan membunuh Putera Mahkota? Namun, aku juga tidak bilang akan membiarkan dia hidup.” jawab Dae Mok.

“Yang Mulia Putera Mahkota akan menjadi Raja yang hebat.” Ucap Hwa Gun.

“Lalu?” tanya Dae Mok.


“Kakek pernah bilang padaku…” Hwa Gun lantas mengambil cangkir berisi air dan daun teh.

“Jika cangkir ini adalah Joseon maka tehnya adalah rakyat, sedangkan daun teh di dalamnya adalah Raja. Dan kita harus menjadi pemilik cangkirnya. Cobalah dipikirkan. Seduhan teh yang memiliki sisa akar tidak akan terasa lezat.” Ucap Hwa Gun.


“Itu benar. Kau benar. Hanya orang bodoh yang membunuh Singa. Namun, seorang Tuan adalah yang mampu mengendalikan monster.” Jawab Dae Mok sembari tertawa.

“Tidak. Seorang Tuan adalah pemilik kepercayaan.” Hwa Gun balas tertawa.

“Kenapa kau berpikir demikian?” tanya Dae Mok.


“Jika yang ditumbuhkan adalah kepercayaan, ia tak akan pernah pergi meski tak lagi diberi apa-apa. Itulah pencapaian Seorang Tuan yang sesungguhnya. Kakek, jika aku memenangkan hati Putra Mahkota,apa yang akan terjadi?” ucap Hwa Gun.

Dae Mok pun mengerti. Ia tertawa dan berkata, akan membiarkan Hwa Gun memiliki Putra Mahkota. Woo Jae yang mendengar itu, hanya bisa diam sembari menghela napas.


Petugas Park sedang membujuk salah satu pekerja untuk mengulangi apa yang pernah ia katakan padanya soal Departemen Pengadaan Air yang menutup sumber air, tapi pekerja itu menolak mengatakannya karena masih menyayangi nyawanya. Petugas Park protes, ia sudah memberikan banyak makgeoli.

“Aku tidak akan meminumnya kalau tahu nyawaku yang jadi taruhan.” Tolak pekerja itu.

“Anda juga tidak punya banyak umur tersisa.” Balas Petugas Park.

“Aku tahu, mati sekarangpun tidak ada bedanya, tapi anak dan cucuku bagaimana!?” ungkapnya.


Tuan Han angkat bicara. Ia bertanya, saat pekerja itu membangun sistem irigasi, apakah ia mengubah rute alirannya. Pekerja itu mengiyakan karena melihat orang2 hampir mati kehausan, ia merasa resah karena itulah ia memberitahu Petugas Park tapi ia menolak membuat kesaksian resmi.

“Saya tidak akan memaksa anda saat ini. Nanti saat saya mampu menjamin keamanan anda dan keluarga anda, anda mau bersaksi?” tanya Tuan Han.

“Jika memang Tuan ini bisa merealisasikannya, kembalilah saat itu.” jawab pekerja itu.


Tanpa mereka sadari, anak buah Dae Mok menguping pembicaraan mereka.


Saat sedang bersembunyi, PM Lee Sun melihat luka di lengan Chung Woon. Ia pun merasa bersalah dan meminta maaf. Ia berkata, ia melakukannya karena berpikir mereka tidak akan melukainya. Chung Woon pun sewot.

“Ada rasa sakit yang lebih pedih dibanding kematian. Hamba adalah pengawal Yang Mulia. Jangan pernah menyelamatkan hamba lagi.”

“Kau akan menjadi pengawalku mulai sekarang?” tanya PM Lee Sun.


“Jangan memercayai orang selain Kepala Pasukan Pengamanan Istana. Tunggulah di sini. Yang Mulia mengerti?” ucap Chung Woon.


PM Lee Sun mengiyakan dengan senang hati. Chung Woon lalu melihat luka di lengan PM Lee Sun dan meminta Sun menjaga PM Lee Sun karena yakin PM Lee Sun akan bertindak bodoh lagi. Sun pun mengerti. Ia mengangguk mengiyakan perintah Chung Woon dengan wajah tertunduk.


Setelah Chung Woon pergi, PM Lee Sun langsung mengomentari Chung Woon yang punya harga diri tinggi sambil senyum2. PM Lee Sun lalu menatap Sun dan berkata kalau Chung Woon marah padanya, bukan pada Sun jadi Sun gak perlu memikirkan kemarahan Chung Woon tadi.

“Kenapa pada orang rendahan seperti hamba Yang Mulia begitu baik?” tanya Sun heran.

“Lee Sun, kau. Kau adalah teman pertamaku. Bahkan nama kita sama. Kau menyerah untuk balas dendam, dan memilih memercayai serta mengikutiku.” Jawab PM Lee Sun.

Sun tertegun mendengarnya, sepertinya ia tak menyangka akan jawaban PM Lee Sun itu.


Tuan Han ditemani Petugas Park sedang peta jalur sistem irigasi. Petugas Park terkejut, ia bertanya apa mereka mengubah rute air untuk memenuhi suplay Departemen Pengadaan Air?

“Inilah yang ingin aku konfirmasi. Kesampingkan perihal musim hujan, tapi saat musim panas, air akan memenuhi area ini dengan baik dan tidak mengalir ke tempat lain.” Jawab Tuan Han.

Petugas Park kesal, ia tak habis pikir dengan Kelompok Pyunsoo yang terus menyusahkan rakyat kecil.

“Kelompok Pyunsoo adalah otak penggerak Departemen Pengadaan Air.” Ucap Tuan Han.


Ibu Sun meraung2 menangisi jasad suaminya. Seorang pria kemudian datang dan mengusulkan agar mereka semua pergi melawan Departemen Pengadaan Air. Woo Bo melarangnya dengan tegas. Ga Eun tak setuju.

“Sun pergi kesana untuk membalas dendam sendirian, Guru ingin kami membiarkan dia sendirian?” tanyanya.


“Aku ingin kalian mempertahankan nyawa kalian yang berharga. Kau pikir, berapa banyak nyawa lagi yang harus melayang baru mereka akan berhenti? Mereka bahkan membunuh seorang pria akibat setimba air. Kalian pikir mereka akan mengampuni kalian jika berdemo? Kalian pikir mereka akan mengubah cara mereka hanya karena kalian protes? Tidak, mereka justru akan lebih menyiksa kita.” jawab Woo Bo.


Dae Mok rapat bersama kroni2nya. Ia kesal lantaran Gon gagal membawa Putra Mahkota. Gon meminta maaf dan melapor kalau Putra Mahkota menyamar sebagai rakyat jelata. Gon sangat yakin, Sun adalah Putra Mahkota karena Sun membawa lambang emas Putra Mahkota, ditambah lagi dengan cara pasukan kerajaan melindungi Sun.

“Mereka tidak tahu kalau kita mengetahui wajah Putra Mahkota, bukan begitu?” tanya Dae Mok, lalu tersenyum sinis.


“Petugas Hanseongbu, Tuan Han Gyu Ho, tengah menginvestigasi Departemen Pengadaan Air atas perintah Putra Mahkota.” Lapor Tae Ho.

“Perintah Putra Mahkota?” tanya Dae Mok.

“Benar. Saat ini, kelihatannya mereka belum tahu apa-apa, namun mereka bertemu dengan tukang galian. Jika saya diberi izin, saya akan menyingkirkannya.” Jawab Tae Ho.


“Hanseongbu Han Gyu Ho sebelumnya adalah gubernur sebuah kota kecil, dan Raja yang menyukai pekerjaannya, kemudian memindahkan dia ke Hanseongbu.” Ucap Menteri Heo.

“Bagaimana dengan Putra Mahkota palsu?” tanya Dae Mok.

“Putra Mahkota palsu belum bergerak. Sedangkan dua Lee Sun lain dipindahkan, dan lokasinya sudah diketahui.” Jawab Menteri Joo.
“Dia menginvestigasi atas perintah Putra Mahkota. Bukankah kau bilang Putra Mahkota memiliki mental yang lemah?” tanya Dae Mok.

“Ya. Dia memiliki depresi, sebab itu Raja amat menjaganya.” Jawab Menteri Joo.


“Kita harus pastikan hal ini tidak terjadi lagi. Kita harus menghukumnya dengan perintah langsung Raja.” Ucap Dae Mok.

“Perintah Raja?” tanya Menteri Heo.

“Raja pun juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk mereka, kita harus tekankan itu. Bersihkan Jongmyo. Tidak perlu menangkap Putra Mahkota, buat saja dia yang datang sendiri padaku.” Jawab Dae Mok licik.


Para pengawal yang mengepung tempat pemujaan pun seketika mundur dan meninggalkan istana. Chung Woon mengawasi dari balik pohon dan melihat mereka semua pergi. Tak lama, ia melihat ada seorang menteri yang datang.


Menteri Joo menghadap Raja. Ia melapor kalau Tuan Han menyelidiki Departemen Pengadaan Air atas perintah Putra Mahkota dan meminta Raja menghukumnya atas tuduhan penyalahgunaan nama Putra Mahkota.

“Hidup Putra Mahkota dengan keberadaan Departemen Pengadaan Air sama pentingnya. Bagaimana bisa Putra Mahkota menyerang Departemen Pengadaan Air? Kelompok Pyunsoo telah membuat perjanjian dengan Anda perihal departemen tersebut.” Ucap Menteri Joo.

“Bila kami menyerang Departemen Pengadaan Air maka nyawa Putra Mahkota akan dalam bahaya?” tanya Raja.

“Yang Mulia. Putra Mahkota harus bergabung dengan Kelompok Pyunsoo. Jangan mengirim yang palsu, ataupun mencoba menjadikannya Raja yang melawan Kelompok Pyunsoo. Jika tidak,Yang Mulia sendiri akan terluka.” Ancam Menteri Joo.


Menteri Joo lantas memberitahu Raja soal nasib si kakek tukang galian yang tadi ditanyai Tuan Han dan Petugas Park. Saat Menteri Joo mengatakannya, saat itu pula pembunuh datang dan menghabisi si kakek.

Dia juga memberitahu nasib dua Lee Sun lainnya.  Saat ia memberitahunya, saat itu pula Gon beserta anak buahnya menghabisi Lee Sun palsu. Raja sangat marah tapi ia tak bisa berbuat apapun.


Petugas Park kesal, ia merutuki orang2 Pyunsoo yang doyan menyusahkan rakyat kecil. Tak lama Woo Bo datang dan langsung menggeplak kepalanya. Woo Bo lalu bertanya rencana Tuan Han. Tuan Han bilang ia akan menginvestigasi sesuai peraturan.

“Jangan terlalu berpegang pada peraturan yang ada. Mungkin hanya akan menimbulkan bahaya.” Jawab Woo Bo.

“Mulai lagi! Lagi! Setiap kali aku hendak ikut ujian pemerintah, Guru selalu bilang aku hanya akan mati jika di pemeritahan. Lalu memberiku soal-soal, mengunciku di ruang jerami.Meski aku hanya menjadi pejabat rendahan aku tidak pernah marah pada Guru. Namun, ini soal berbeda. Bagaimana bisa kita membiarkan mereka begitu saja?” protes Petugas Park.

“Memang bisa apa kau dengan kekuasaan yang tidak seberapa itu?” tanya Woo Bo.
“Aku memang tidak bisa apa-apa. Aku tahu. Tapi, kita memiliki Putra Mahkota, itu cukup.” Jawab Petugas Park.

“Putra Mahkota?” tanya Woo Bo.


Tuan Han pun langsung menunjukkan surat perintah itu. Woo Bo seketika cemas dan meminta mereka menghentikan investigasi. Tepat saat itu, Ga Eun keluar dari rumah dan mendengar semuanya.

“Kau tidak akan bisa menggulingkan mereka. Kematian hanya akan menghampiri kalian yang coba meluruskan kesalahan ini. Hanya itu satu-satunya cara kalian dan dia tetap hidup.” ucap Woo Bo.