Chung Woon bersiaga dengan pedangnya. Ia berteriak, siapa kalian! Menyingkirlah kalian! Gon yang berdiri atap, berkata bahwa ia mendapat perintah untuk mengamankan Putra Mahkota. Chung Woon ingin tahu kenapa Gon mencari Putra Mahkota. Gon berkata, ia hanya membutuhkan Putra Mahkota.
“Pemanah! Panah!” teriak
Gon.
Seketika para pemanah pun langsung menghujani panah ke arah Putra Mahkota. Chung Woon berusaha menghalau panah2 itu dengan pedangnya, sementara di belakang PM Lee Sun nampak melindungi Lee Sun. Gon lantas menangkap sesuatu yang aneh. Ia melihat ke arah tangan Sun yang menggenggam lambang Seja.
“Yang Mulia, aku akan
mengamankan jalan ke sisi kanan. Larilah semampu Anda. Jangan pergi ke arah
berlawanan. Tunggulah Kepala Pasukan Pengamanan Istana datang. Anda mengerti?”
ucap Chung Woon.
PM Lee Sun tertegun, gu…
guru…
“Pemanah!” teriak Gon.
“Bergerak sekarang!” suruh
Chung Woon.
Chung Woon pun memotong jaring itu dengan pedangnya. Kawanan pemanah bergerak maju. Chung Woon menghadapi kawanan pemanah itu dan berusaha melindungi PM Lee Sun. PM Lee Sun mengambil pedang milik salah satu kawanan pemanah yang sudah tewas sebelum beranjak pergi. Gon yang melihat itu pun tak tinggal diam. Ia langsung berlari di atap mengejar PM Lee Sun.
Gon berhasil mendahului PM Lee Sun. Mau tak mau, PM Lee Sun pun menghadapi serangan Gon. Ia menangkis serangan Gon dengan pedangnya. Namun kekuatan PM Lee Sun tak sebanding dengan kekuatan Gon. Tepat saat Gon hendak menusuk PM Lee Sun dengan pedangnya, Chung Woon datang menghalau pedang Gon.
Chung Woon dan Gon
berkelahi, namun sialnya Gon berhasil menjatuhkan Chung Woon. Gon pun kembali
menyerang PM Lee Sun. PM Lee Sun menangkis serangan Gon dengan pedangnya tapi
Gon berhasil melukai PM Lee Sun.
“Kau kemari untukku, 'kan? Maka
aku akan ikut. Turunkan pedangmu!” suruh PM Lee Sun.
Gon mengarahkan pandangannya ke tangan Sun. Melihat lambang Putra Mahkota, Gon pun mengira Sun lah Putra Mahkota yang asli dan memerintah anak buahnya membawa Sun. Namun syukurlah, pasukan keamanan istana datang tepat saat anak buah Gon akan membawa Sun pergi.
PM Lee Sun pun bergegas
menarik Sun pergi yang langsung diikuti Chung Woon.
Woo Jae berdiri di depan pintu ruangan sang ayah. Ia memberitahu sang ayah bahwa sudah saatnya ke aula, tapi karena sang ayah tidak menjawab, ia pun membuka pintu dan melihat Hwa Gun yang memaksa Dae Mok bicara. Woo Jae langsung mengomeli Hwa Gun yang tidak sopan pada Dae Mok, tapi Dae Mok langsung meng-cut perkataan Woo Jae dan menyuruh Woo Jae pergi.
“Kalau begitu, Putera
Mahkota bisa tetap hidup?” tanya Hwa Gun.
“Memang kapan aku bilang
akan membunuh Putera Mahkota? Namun, aku juga tidak bilang akan membiarkan dia
hidup.” jawab Dae Mok.
“Yang Mulia Putera Mahkota akan
menjadi Raja yang hebat.” Ucap Hwa Gun.
“Lalu?” tanya Dae Mok.
“Jika cangkir ini adalah
Joseon maka tehnya adalah rakyat, sedangkan daun teh di dalamnya adalah Raja. Dan
kita harus menjadi pemilik cangkirnya. Cobalah dipikirkan. Seduhan teh yang
memiliki sisa akar tidak akan terasa lezat.” Ucap Hwa Gun.
“Itu benar. Kau benar. Hanya orang bodoh yang membunuh Singa. Namun, seorang Tuan adalah yang mampu mengendalikan monster.” Jawab Dae Mok sembari tertawa.
“Tidak. Seorang Tuan adalah
pemilik kepercayaan.” Hwa Gun balas tertawa.
“Kenapa kau berpikir
demikian?” tanya Dae Mok.
“Jika yang ditumbuhkan adalah kepercayaan, ia tak akan pernah pergi meski tak lagi diberi apa-apa. Itulah pencapaian Seorang Tuan yang sesungguhnya. Kakek, jika aku memenangkan hati Putra Mahkota,apa yang akan terjadi?” ucap Hwa Gun.
Dae Mok pun mengerti. Ia
tertawa dan berkata, akan membiarkan Hwa Gun memiliki Putra Mahkota. Woo Jae
yang mendengar itu, hanya bisa diam sembari menghela napas.
Petugas Park sedang membujuk salah satu pekerja untuk mengulangi apa yang pernah ia katakan padanya soal Departemen Pengadaan Air yang menutup sumber air, tapi pekerja itu menolak mengatakannya karena masih menyayangi nyawanya. Petugas Park protes, ia sudah memberikan banyak makgeoli.
“Aku tidak akan meminumnya
kalau tahu nyawaku yang jadi taruhan.” Tolak pekerja itu.
“Anda juga tidak punya
banyak umur tersisa.” Balas Petugas Park.
“Aku tahu, mati sekarangpun
tidak ada bedanya, tapi anak dan cucuku bagaimana!?” ungkapnya.
Tuan Han angkat bicara. Ia
bertanya, saat pekerja itu membangun sistem irigasi, apakah ia mengubah rute
alirannya. Pekerja itu mengiyakan karena melihat orang2 hampir mati kehausan,
ia merasa resah karena itulah ia memberitahu Petugas Park tapi ia menolak
membuat kesaksian resmi.
“Saya tidak akan memaksa anda
saat ini. Nanti saat saya mampu menjamin keamanan anda dan keluarga anda, anda
mau bersaksi?” tanya Tuan Han.
“Jika memang Tuan ini bisa
merealisasikannya, kembalilah saat itu.” jawab pekerja itu.
Tanpa mereka sadari, anak
buah Dae Mok menguping pembicaraan mereka.
Saat sedang bersembunyi, PM Lee Sun melihat luka di lengan Chung Woon. Ia pun merasa bersalah dan meminta maaf. Ia berkata, ia melakukannya karena berpikir mereka tidak akan melukainya. Chung Woon pun sewot.
“Ada rasa sakit yang lebih
pedih dibanding kematian. Hamba adalah pengawal Yang Mulia. Jangan pernah menyelamatkan
hamba lagi.”
“Kau akan menjadi pengawalku
mulai sekarang?” tanya PM Lee Sun.
“Jangan memercayai orang selain Kepala Pasukan Pengamanan Istana. Tunggulah di sini. Yang Mulia mengerti?” ucap Chung Woon.
PM Lee Sun mengiyakan dengan senang hati. Chung Woon lalu melihat luka di lengan PM Lee Sun dan meminta Sun menjaga PM Lee Sun karena yakin PM Lee Sun akan bertindak bodoh lagi. Sun pun mengerti. Ia mengangguk mengiyakan perintah Chung Woon dengan wajah tertunduk.
Setelah Chung Woon pergi, PM Lee Sun langsung mengomentari Chung Woon yang punya harga diri tinggi sambil senyum2. PM Lee Sun lalu menatap Sun dan berkata kalau Chung Woon marah padanya, bukan pada Sun jadi Sun gak perlu memikirkan kemarahan Chung Woon tadi.
“Kenapa pada orang rendahan
seperti hamba Yang Mulia begitu baik?” tanya Sun heran.
“Lee Sun, kau. Kau adalah
teman pertamaku. Bahkan nama kita sama. Kau menyerah untuk balas dendam, dan
memilih memercayai serta mengikutiku.” Jawab PM Lee Sun.
Sun tertegun mendengarnya,
sepertinya ia tak menyangka akan jawaban PM Lee Sun itu.
Tuan Han ditemani Petugas Park sedang peta jalur sistem irigasi. Petugas Park terkejut, ia bertanya apa mereka mengubah rute air untuk memenuhi suplay Departemen Pengadaan Air?
“Inilah yang ingin aku
konfirmasi. Kesampingkan perihal musim hujan, tapi saat musim panas, air akan
memenuhi area ini dengan baik dan tidak mengalir ke tempat lain.” Jawab Tuan
Han.
Petugas Park kesal, ia tak
habis pikir dengan Kelompok Pyunsoo yang terus menyusahkan rakyat kecil.
“Kelompok Pyunsoo adalah
otak penggerak Departemen Pengadaan Air.” Ucap Tuan Han.
Ibu Sun meraung2 menangisi
jasad suaminya. Seorang pria kemudian datang dan mengusulkan agar mereka semua
pergi melawan Departemen Pengadaan Air. Woo Bo melarangnya dengan tegas. Ga Eun
tak setuju.
“Sun pergi kesana untuk
membalas dendam sendirian, Guru ingin kami membiarkan dia sendirian?” tanyanya.
“Aku ingin kalian
mempertahankan nyawa kalian yang berharga. Kau pikir, berapa banyak nyawa lagi
yang harus melayang baru mereka akan berhenti? Mereka bahkan membunuh seorang
pria akibat setimba air. Kalian pikir mereka akan mengampuni kalian jika
berdemo? Kalian pikir mereka akan mengubah cara mereka hanya karena kalian
protes? Tidak, mereka justru akan lebih menyiksa kita.” jawab Woo Bo.
Dae Mok rapat bersama kroni2nya. Ia kesal lantaran Gon gagal membawa Putra Mahkota. Gon meminta maaf dan melapor kalau Putra Mahkota menyamar sebagai rakyat jelata. Gon sangat yakin, Sun adalah Putra Mahkota karena Sun membawa lambang emas Putra Mahkota, ditambah lagi dengan cara pasukan kerajaan melindungi Sun.
“Mereka tidak tahu kalau
kita mengetahui wajah Putra Mahkota, bukan begitu?” tanya Dae Mok, lalu
tersenyum sinis.
“Petugas Hanseongbu, Tuan Han Gyu Ho, tengah menginvestigasi Departemen Pengadaan Air atas perintah Putra Mahkota.” Lapor Tae Ho.
“Perintah Putra Mahkota?”
tanya Dae Mok.
“Benar. Saat ini,
kelihatannya mereka belum tahu apa-apa, namun mereka bertemu dengan tukang
galian. Jika saya diberi izin, saya akan menyingkirkannya.” Jawab Tae Ho.
“Hanseongbu Han Gyu Ho sebelumnya
adalah gubernur sebuah kota kecil, dan Raja yang menyukai pekerjaannya, kemudian
memindahkan dia ke Hanseongbu.” Ucap Menteri Heo.
“Bagaimana dengan Putra
Mahkota palsu?” tanya Dae Mok.
“Putra Mahkota palsu belum
bergerak. Sedangkan dua Lee Sun lain dipindahkan, dan lokasinya sudah
diketahui.” Jawab Menteri Joo.
“Dia menginvestigasi atas
perintah Putra Mahkota. Bukankah kau bilang Putra Mahkota memiliki mental yang
lemah?” tanya Dae Mok.
“Ya. Dia memiliki depresi, sebab
itu Raja amat menjaganya.” Jawab Menteri Joo.
“Kita harus pastikan hal ini
tidak terjadi lagi. Kita harus menghukumnya dengan perintah langsung Raja.”
Ucap Dae Mok.
“Perintah Raja?” tanya
Menteri Heo.
“Raja pun juga tidak bisa berbuat
apa-apa untuk mereka, kita harus tekankan itu. Bersihkan Jongmyo. Tidak perlu
menangkap Putra Mahkota, buat saja dia yang datang sendiri padaku.” Jawab Dae
Mok licik.
Para pengawal yang mengepung tempat pemujaan pun seketika mundur dan meninggalkan istana. Chung Woon mengawasi dari balik pohon dan melihat mereka semua pergi. Tak lama, ia melihat ada seorang menteri yang datang.
Menteri Joo menghadap Raja. Ia melapor kalau Tuan Han menyelidiki Departemen Pengadaan Air atas perintah Putra Mahkota dan meminta Raja menghukumnya atas tuduhan penyalahgunaan nama Putra Mahkota.
“Hidup Putra Mahkota dengan
keberadaan Departemen Pengadaan Air sama pentingnya. Bagaimana bisa Putra
Mahkota menyerang Departemen Pengadaan Air? Kelompok Pyunsoo telah membuat
perjanjian dengan Anda perihal departemen tersebut.” Ucap Menteri Joo.
“Bila kami menyerang
Departemen Pengadaan Air maka nyawa Putra Mahkota akan dalam bahaya?” tanya
Raja.
“Yang Mulia. Putra Mahkota
harus bergabung dengan Kelompok Pyunsoo. Jangan mengirim yang palsu, ataupun
mencoba menjadikannya Raja yang melawan Kelompok Pyunsoo. Jika tidak,Yang Mulia
sendiri akan terluka.” Ancam Menteri Joo.
Menteri Joo lantas memberitahu Raja soal nasib si kakek tukang galian yang tadi ditanyai Tuan Han dan Petugas Park. Saat Menteri Joo mengatakannya, saat itu pula pembunuh datang dan menghabisi si kakek.
Dia juga memberitahu nasib
dua Lee Sun lainnya. Saat ia
memberitahunya, saat itu pula Gon beserta anak buahnya menghabisi Lee Sun
palsu. Raja sangat marah tapi ia tak bisa berbuat apapun.
Petugas Park kesal, ia
merutuki orang2 Pyunsoo yang doyan menyusahkan rakyat kecil. Tak lama Woo Bo
datang dan langsung menggeplak kepalanya. Woo Bo lalu bertanya rencana Tuan
Han. Tuan Han bilang ia akan menginvestigasi sesuai peraturan.
“Jangan terlalu berpegang
pada peraturan yang ada. Mungkin hanya akan menimbulkan bahaya.” Jawab Woo Bo.
“Mulai lagi! Lagi! Setiap
kali aku hendak ikut ujian pemerintah, Guru selalu bilang aku hanya akan mati
jika di pemeritahan. Lalu memberiku soal-soal, mengunciku di ruang jerami.Meski
aku hanya menjadi pejabat rendahan aku tidak pernah marah pada Guru. Namun, ini
soal berbeda. Bagaimana bisa kita membiarkan mereka begitu saja?” protes Petugas
Park.
“Memang bisa apa kau dengan
kekuasaan yang tidak seberapa itu?” tanya Woo Bo.
“Aku memang tidak bisa
apa-apa. Aku tahu. Tapi, kita memiliki Putra Mahkota, itu cukup.” Jawab Petugas
Park.
“Putra Mahkota?” tanya Woo
Bo.
Tuan Han pun langsung menunjukkan surat perintah itu. Woo Bo seketika cemas dan meminta mereka menghentikan investigasi. Tepat saat itu, Ga Eun keluar dari rumah dan mendengar semuanya.
“Kau tidak akan bisa
menggulingkan mereka. Kematian hanya akan menghampiri kalian yang coba
meluruskan kesalahan ini. Hanya itu satu-satunya cara kalian dan dia tetap
hidup.” ucap Woo Bo.
0 Comments:
Post a Comment