• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruler : Master Of The Mask Ep 2 Part 2

Sebelumnya...

Note : Karena sistem penayangan di Korea berubah, tayang cuma 35 menitan, so sehari tayang 2 episode sekaligus, alias satu episode dibagi dua… jadi kalau drama ini totalnya 40 episode, itu sama saja dengan 20 episode. Tapi aku bikin sinopsisnya sesuai penayangan ya… satu episode tetap aku bagi dua… Harusnya yang aku tulis masih episode satu, tp karena aku bagi dua sesuai penayangan, sehingga episode nya sudah masuk episode kedua… jadi nanti di synopsis yang aku tulis total episode nya tetap 40…


PM Lee Sun berjalan menuju pintu keluar istana dengan menggunakan baju kasim, namun langkahnya langsung terhenti begitu melihat banyak penjaga di gerbang istana. Ia memutar otak dan berhasil menyelinap keluar dengan melompati tembok istana. Setibanya diluar, ia melepas baju kasimnya dan bergegas menuju perbatasan Desa Seoso, tempat dimana Woo Bo tinggal. Sementara itu, para pengawal nampak menyebar ke seluruh penjuru istana.


Raja masuk ruangannya bersama Kepala Lee dan terkejut mendapati batang bambu yang terselip di pot bunga. Kepala Lee langsung mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan pandangan curiga. Raja terkejut membaca pesan yang ada di dalam bamboo.

“Hari bergabungnya Putra Mahkota, telah diputuskan untuk dimajukan.”

“Mereka memajukan waktunya? Apa mereka mengetahui soal rencana kita?” tanya Raja.

“Hamba tidak yakin. Hanya orang di lingkaran dekat Paduka yang tahu. Mereka tak akan mengetahuinya dengan mudah.” Jawab Kepala Lee.

“Jika mereka tidak tahu, lalu kenapa? Kita harus mempercepat rencana kita.” ucap Raja.

Raja masuk ke ruangan anaknya dan menemukan kasim yang memakai jubah dan topeng anaknya lagi merem sambil komat kamit kalau ia tak melihat wajah PM. Raja pun curiga. Ia langsung mendekati kasim dan membuka topeng kasim. Ia terkejut.

“Dimana Putera Mahkota!” tanya Raja panik.

“Hamba tidak tahu. Hamba sungguh tidak melihatnya.” Jawab kasim ketakutan.

“Cepat jawab pertanyaanku!” sentak Raja.


Kasim pun membuka matanya dan langsung berlutut saat tahu yang di hadapannya adalah Raja. Raja menanyakan dimana PM dengan wajah cemas. Kasim pun mengaku tak tahu karena ia terus menutup mata. Raja bertanya dengan panic, dimana dia sebenarnya?

Lee Sun dengan santainya menguap di tengah pasar. Saat menyadari dimana dirinya berada sekarang, ia panic dan langsung menutupi wajahnya. Seorang pria tak sengaja menubruknya. Pria itu mengomeli Lee Sun karena tak tahu siapa Lee Sun. Pria itu kemudian pergi. Lee Sun pun tersenyum simpul.

Seorang gadis muda nan cantik jelita tengah memetiki bunga saat seorang wanita memanggilnya dengan panic. Wanita itu mengaku putranya sakit. Gadis itu langsung memeriksa kondisi anak wanita itu dan memeriksa tumbuhan yang dimakan anak wanita itu.

“Dia memakan tumbuhan beracun.” Ucap gadis itu.

“Apakah alpine itu beracun?” tanya si wanita.

“Ini tumbuhan badak putih, bukan alpine. Sudah kubilang jangan sembarangan memakan sesuatu.” Jawab gadis itu.

Wanita itu pun panik.

“Jangan kuatir. Ikutlah denganku ke pasar. Jika dia meminum penawarnya, dia akan baik-baik saja.” Ucap gadis itu.

“Namun, saya tidak punya cukup uang.” Jawab wanita itu.

“Saat ini, aku punya uang tabungan.” Ucap gadis itu.


PM Lee Sun menjelajahi pasar dengan antusias dan melihat segala sesuatu yang selama ini tak pernah dilihatnya. Dia bahkan tersenyum malu2 saat dua orang gisaeng tersenyum kepadanya. Secara bersamaan, gadis itu juga menyusuri pasar bersama wanita itu. Keduanya pun berpapasan dan terus berjalan ke arah berbeda.


Anak buah Dae Mok, Jo Tae Ho, sedang memperingatkan pekerjanya karena dia merasa dirugikan oleh orang2 yang mencuri air dari mereka. Ia mengancam akan memotong gaji pekerjanya kalau mereka masih kecurian air. Tapi jika mereka berhasil menangkap si pencuri, maka mereka akan diberikan bonus.

Salah satu pekerja yang diomeli Tae Ho adalah Lee Sun dan ayahnya.

Baru keluar, Lee Sun disemprot ayahnya agar tak membuat masalah. Malas mendengar ocehan ayahnya, Lee Sun pun dengan dinginnya meminta sang ayah memikirkan diri sendiri saja dan beranjak pergi.

Setelah menjelajahi bagian elit pasar, PM Lee Sun mulai memasuki daerah kumuh dan dia langsung tercengang melihat yang terjadi di sana. Rakyat menderita kelaparan, kehausan dan kedinginan. Seorang anak yang tampak begitu pucat dan kehausan muncul dari pojokan.


Begitu Lee Sun dan yang lain membuka sumur, rakyat langsung antri membeli air. PM Lee Sun yang tak mengetahui apapun, langsung menyerobot antrian dan menggendong anak itu. Setelah meminum semangkok air, anak itu langsung kabur tanpa membayar. PM Lee Sun pun terkejut rakyat harus membayar 3 nyang untuk satu mangkok.

PM Lee Sun pun langsung bertanya pada salah satu pengantri air.

“10 nyang.” Jawab si pengantri air.

“Perhari pendapatan 10 nyang. Apa masuk akal harga airnya 3 nyang?” protes PM Lee Sun.

“Kalau memang terlalu mahal bagimu, sana cari air di tempat lain. Memang cuma kau yang haus!” sinis Lee Sun.

“Air menjadi mahal gara-gara orang arogan sepertimu!” protes seorang pria.

“Bayar dan pergi sana!” balas Lee Sun.


Pria itu pun kesal dan merangsek maju menghajar Lee Sun. Seorang petugas datang dan mengayunkan tongkatnya, namun pria itu berhasil mengambil alih tongkatnya. Saat mau bales dendam, PM Lee Sun merebut tongkat itu.

Akibat keributan itu, para warga pun mengambil kesempatan untuk mendapatkan air secara gratis. PM Lee Sun berusaha menghentikan kekacauan itu tapi tak ada yang mau mendengarnya.

PM Lee Sun syok, Mereka tidak berkelahi karena nasi. Hanya demi air?

Tae Ho dan anak buah Dae Mok lainnya pun datang. Kerumunan warga langsung bubar. Tae Ho melesatkan anak panahnya ke arah jantung PM Lee Sun. Tapi untung, anak panah itu hanya mengenai buku yang dibawanya. PM Lee Sun pun buru2 melepaskan anak panah itu dan kabur.

Pada saat yang bersamaan, gadis manis itu baru saja keluar dari toko obat bersama wanita itu. Setelah mendapatkan obatnya, wanita itu pergi meninggalkan Ga Eun, si gadis manis itu. Setelah ibu itu pergi, Ga Eun pun melihat keributan yang terjadi.


PM Lee Sun berlari sekencang mungkin menghindari kejaran Tae Ho. Tapi dia tiba2 saja menubruk seorang pedagang. Dia langsung oleng dan hampir jatuh. Ga Eun dengan sigap menangkapnya.

Ruler : Master Of The Mask Ep 2 Part 1

Sebelumnya...

  
“Pindahkan bunga ini ke dalam pot.” Suruh Hwa Gun dengan santainya tanpa menyadari sosok di hadapannya adalah Sang Putra Mahkota. Karena Lee Sun diam saja, Hwa Gun memerintahkan Lee Sun sekali lagi. Tiba2, terdengar suara kasimnya yang bernama Chun Soo. Chun Soo hendak masuk. Lee Sun pun langsung menarik Hwa Gun dan mereka bersembunyi di balik tiang.

Lee Sun menutup mulut Hwa Gun. Masih belum menyadari siapa sosok di hadapannya, ia pun mengeluarkan jarumnya dari balik lengannya dan menusuk leher Lee Sun. Lee Sun pun meringis karena sakit. Hwa Gun berupaya melepaskan dirinya, tapi Lee Sun semakin menahannya dan memberi isyarat padanya untuk tidak keluar. Mata keduanya bertemu. Hwa Gun nampak terpesona saat Lee Sun menatapnya. Hwa Sun kemudian buru2 mengalihkan pandangannya.

Chun Soo akhirnya pergi karena mengira tak ada Lee Sun di sana. Lee Sun pun menurunkan tangannya dan menarik napas lega melihat kepergian Chun Soo. Kesempatan itu pun dimanfaatkan Hwa Gun untuk melarikan diri. Ia mendorong Lee Sun dan bergegas keluar dari tempat itu.


Setibanya diluar, ia langsung dihunus para pengawal yang berjaga di depan. Dayang yang tadi menemani Hwa Gun melihat kejadian itu dan buru2 pergi memanggil Ratu. Tak lama kemudian, Lee Sun yang sudah memakai jubah dan topengnya datang. Ia keluar dari pintu belakang dan langsung menghunus pedangnya ke arah Hwa Gun.


Ratu kemudian datang dan meminta Lee Sun datang. Ia bertanya ada apa. Lee Sun pun memberitahu kalau gadis itu telah menyelinap masuk ke ruangannya. Ratu tersenyum dan berkata kalau dialah yang mengundang gadis itu ke istana.

“Dia pasti tersesat kemari karena tidak hafal lingkungan istana. Tolong maafkan saja kesalahannya demi aku.” ucap Ratu.

Lee Sun pun mengabulkannya tapi dengan syarat Hwa Gun tidak boleh mengatakan pada siapapun apa yang Hwa Gun lihat di dalam tadi. Hwa Gun hanya bisa mengangguk dengan wajah tertunduk.


Ratu lantas menyuruh dayang mengawal Hwa Gun. Lee Sun menarik napas lega saat melihat mereka mulai berjalan pergi. Lee Sun pun beranjak, hendak masuk ke ruangannya. Saat itulah, Hwa Gun berbalik menoleh padanya dan melihat luka bekas tusukannya tadi. Ia pun terkejut menyadari pria yang dia tusuk tadi adalah Putra Mahkota.


Hingga malam hari, Hwa Gun masih memikirkan si Putra Mahkota yang berwajah tampan itu sampai membuatnya cengengesan. Ia lalu menatap cermin besarnya dan membuat luka tusuk di lehernya persis seperti luka yang ia buat di leher Putra Mahkota tadi. Tak lama kemudian, seorang pelayan memanggilnya untuk menghadap Dae Mok.

“Apa yang dikatakan Yang Mulia Ratu padamu?” tanya Dae Mok.

“Posisi Putri Mahkota, beliau ingin tahu aku tertarik apa tidak.” Jawab Hwa Gun.

“Aku bisa bayangkan reaksimu. Bukankah kau tidak tertarik menjadi pendamping Putra Mahkota?” ucap Dae Mok.

“Aku ingin menjadi Putri Mahkota.” Jawab Hwa Gun.

Ucapan Hwa Gun membuat Dae Mok tak senang. Sambil meletakkan cangkir berisi air dan daun teh, ia mengingatkan Hwa Gun akan apa yang pernah ia katakan sebelumnya.

“Jika gelas ini perumpamaan Joseon, maka airnya adalah rakyat, dan daun teh yang mengambang tak lain adalah Raja.  Kita yang harus menjadi pemilik gelas. Bukan daun teh di dalamnya.” Ucap Dae Mok.
“Aku mengingatnya. Itu karena daun teh mudah diganti. Tapi, kakek... apakah menjadi Putri  Mahkota itu terlarang untukku?” tanya Hwa Gun.

“Aku penasaran apa alasanmu tertarik pada Putra Mahkota yang selalu memakai topeng itu.” jawab Dae Mok.

“Mungkin saja rumor ia buruk rupa itu tidak benar. Mungkin dia sebenarnya tampan? Kakek pernah melihat wajahnya?” ungkapnya.

Dae Mok pun langsung curiga dan bertanya apa Hwa Gun sudah melihat wajah Sang Putra Mahkota. Hwa Gun tertegun dan teringat ancaman Lee Sun kalau ia tak boleh mengatakan apa yang ia lihat tadi. Hwa Gun pun berkata tidak dan mengaku kalau ia hanya penasaran saja, namun ia mengatakannya sambil senyum2. Jelas itu membuat Dae Mok makin curiga, tapi Dae Mok menerima jawaban Hwa Gun dan menyuruh Hwa Gun istirahat. Setelah Hwa Gun pergi, ia langsung memanggil seseorang dan bertanya dimana Gon.

Kepala Lee mendatangi suatu tempat di luar istana. Gon tampak mengawasinya dari atap rumah terdekat. Di tempat itu, ada pemuda seumuran Lee Sun. Saat Kepala Lee menanyakan nama pria itu, pria itu dengan kepala tegak dan penuh percaya diri mengaku bahwa namanya adalah Lee Sun dan dia seorang Putra Mahkota.

Gon langsung menghadap Dae Mok. Pada saat yang bersamaan, Kepala Lee menghadap Raja. Kepala Lee melapor bahwa ia sudah menyiapkan seseorang untuk berpura2 menjadi Putra Mahkota. Raja pun memuji kerja Kepala Lee dan berkata kalau mereka tidak pernah tahu kapan Kelompok Pyunsoo akan bergerak jadi mereka harus bersiap2.

Sementara itu Gon melapor tentang Kepala Lee yang menyembunyikan seorang anak laki2 di suatu tempat. Dae Mok pun menyuruh Gon menyelidiki anak itu.

Lee Sun menyelinap masuk ke ruang perpustakaan dan menemukan buku yang dicari2nya. Lee Sun lalu teringat perkataan gurunya tentang Woo Bo yang tergila2 pada dunia medis dan akan langsung menjawab semua pertanyaan apabila diberi hadiah buku langka.

“Buku ini pasti hanya ada satu di Joseon.” Ucapnya, lalu pergi. Namun saat hendak pergi, ia tertarik pada sebatang bambu yang dilihatnya terselip di dalam pot bunga. Saat ia hendak membuka bambu itu, tiba2 ayahnya datang dan langsung marah2 dan merebut bambu itu dari tangannya.

“Ma...maafkan saya.” ucap Lee Sun dengan terbata2.

“Pergi dan bersiaplah untuk ritual hujan besok!” suruh sang ayah.

Lee Sun pun tak bisa apa2 selain mematuhi perintah ayahnya itu.

Keesokan harinya, rakyat bersujud di pinggir jalan saat rombongan Raja dan Putra Mahkota lewat. Sepanjang jalan, mereka mendengar kasak kusuk rakyat yang mengatakan bahwa wajah Putra Mahkota sangat jelek sehingga harus ditutupi dengan topeng. Mereka juga menuduh Putra Mahkota sebagai penyebab musim kemarau yang berkepanjangan karena sejak Sang Putra Mahkota lahir, musim kemarau berlangsung lebih panjang.

Seorang anak kecil bahkan menangis ketakutan melihat topeng Putra Mahkota. Tak tahan lagi dengan hinaan rakyatnya, Lee Sun pun mempercepat laju kudanya.

Saat hendak ganti baju sebelum ritual dimulai, Lee Sun memojokkan Chun Soo dan menyuruh Chun Soo mengenakan jubahnya. Chun Soo langsung berlutut ketakutan. Tapi Lee Sun tidak perduli dan malah melepaskan topengnya, membuat Chun Soo langsung merem dan mengaku tidak melihat apa2.

“Benar. Tutup saja matamu seperti biasanya. Jika sampai kau buka, kau akan melihat wajahku. Kemudian, kau pasti dibunuh.” Jawab Lee Sun sambil memakaikan topengnya ke wajah Chun Soo.

Dae Mok sendiri lagi rapat bersama para pengikutnya dan memberitahu kalau Raja menyembunyikan anak yang bernama Lee Sun. Para pengikutnya langsung heboh. Dae Mok berkata, wajah dan nama yang dibutuhkan untuk masuk ke kelompok mereka.

“Diantara kita, adakah yang melihat wajah Putra Mahkota?” tanya Dae Mok.

“Jangan-jangan... Raja sengaja membuat Pangeran memakai topeng untuk menipu kita?” ucap salah satu pejabat.

“Bukankah itu artinya Raja belum menyerah melawan kita?” timpal Wakil Perdana Menteri.

“Tuan Dae Mok, sebelum mereka merencanakan sesuatu lebih jauh, mari kita buat Putra Mahkota bergabung.” Usul yang lain.

“Kepung Balai Ritual Kerajaan, jadi Putra Mahkota tidak bisa kabur dari sana. Sekalipun dia coba kabur, tetap bawa dia kemari hidup-hidup.” suruh Dae Mok.