“Pindahkan bunga ini ke dalam pot.” Suruh Hwa Gun dengan santainya tanpa menyadari sosok di hadapannya adalah Sang Putra Mahkota. Karena Lee Sun diam saja, Hwa Gun memerintahkan Lee Sun sekali lagi. Tiba2, terdengar suara kasimnya yang bernama Chun Soo. Chun Soo hendak masuk. Lee Sun pun langsung menarik Hwa Gun dan mereka bersembunyi di balik tiang.
Lee
Sun menutup mulut Hwa Gun. Masih belum menyadari siapa sosok di hadapannya, ia
pun mengeluarkan jarumnya dari balik lengannya dan menusuk leher Lee Sun. Lee
Sun pun meringis karena sakit. Hwa Gun berupaya melepaskan dirinya, tapi Lee
Sun semakin menahannya dan memberi isyarat padanya untuk tidak keluar. Mata
keduanya bertemu. Hwa Gun nampak terpesona saat Lee Sun menatapnya. Hwa Sun
kemudian buru2 mengalihkan pandangannya.
Chun
Soo akhirnya pergi karena mengira tak ada Lee Sun di sana. Lee Sun pun
menurunkan tangannya dan menarik napas lega melihat kepergian Chun Soo.
Kesempatan itu pun dimanfaatkan Hwa Gun untuk melarikan diri. Ia mendorong Lee
Sun dan bergegas keluar dari tempat itu.
Setibanya diluar, ia langsung dihunus para pengawal yang berjaga di depan. Dayang yang tadi menemani Hwa Gun melihat kejadian itu dan buru2 pergi memanggil Ratu. Tak lama kemudian, Lee Sun yang sudah memakai jubah dan topengnya datang. Ia keluar dari pintu belakang dan langsung menghunus pedangnya ke arah Hwa Gun.
Ratu kemudian datang dan meminta Lee Sun datang. Ia bertanya ada apa. Lee Sun pun memberitahu kalau gadis itu telah menyelinap masuk ke ruangannya. Ratu tersenyum dan berkata kalau dialah yang mengundang gadis itu ke istana.
“Dia
pasti tersesat kemari karena tidak hafal lingkungan istana. Tolong maafkan saja
kesalahannya demi aku.” ucap Ratu.
Lee
Sun pun mengabulkannya tapi dengan syarat Hwa Gun tidak boleh mengatakan pada
siapapun apa yang Hwa Gun lihat di dalam tadi. Hwa Gun hanya bisa mengangguk
dengan wajah tertunduk.
Ratu lantas menyuruh dayang mengawal Hwa Gun. Lee Sun menarik napas lega saat melihat mereka mulai berjalan pergi. Lee Sun pun beranjak, hendak masuk ke ruangannya. Saat itulah, Hwa Gun berbalik menoleh padanya dan melihat luka bekas tusukannya tadi. Ia pun terkejut menyadari pria yang dia tusuk tadi adalah Putra Mahkota.
Hingga
malam hari, Hwa Gun masih memikirkan si Putra Mahkota yang berwajah tampan itu
sampai membuatnya cengengesan. Ia lalu menatap cermin besarnya dan membuat luka
tusuk di lehernya persis seperti luka yang ia buat di leher Putra Mahkota tadi.
Tak lama kemudian, seorang pelayan memanggilnya untuk menghadap Dae Mok.
“Apa
yang dikatakan Yang Mulia Ratu padamu?” tanya Dae Mok.
“Posisi
Putri Mahkota, beliau ingin tahu aku tertarik apa tidak.” Jawab Hwa Gun.
“Aku
bisa bayangkan reaksimu. Bukankah kau tidak tertarik menjadi pendamping Putra
Mahkota?” ucap Dae Mok.
“Aku
ingin menjadi Putri Mahkota.” Jawab Hwa Gun.
Ucapan
Hwa Gun membuat Dae Mok tak senang. Sambil meletakkan cangkir berisi air dan
daun teh, ia mengingatkan Hwa Gun akan apa yang pernah ia katakan sebelumnya.
“Jika
gelas ini perumpamaan Joseon, maka airnya adalah rakyat, dan daun teh yang
mengambang tak lain adalah Raja. Kita
yang harus menjadi pemilik gelas. Bukan daun teh di dalamnya.” Ucap Dae Mok.
“Aku
mengingatnya. Itu karena daun teh mudah diganti. Tapi, kakek... apakah menjadi Putri
Mahkota itu terlarang untukku?” tanya
Hwa Gun.
“Aku
penasaran apa alasanmu tertarik pada Putra Mahkota yang selalu memakai topeng
itu.” jawab Dae Mok.
“Mungkin
saja rumor ia buruk rupa itu tidak benar. Mungkin dia sebenarnya tampan? Kakek
pernah melihat wajahnya?” ungkapnya.
Dae
Mok pun langsung curiga dan bertanya apa Hwa Gun sudah melihat wajah Sang Putra
Mahkota. Hwa Gun tertegun dan teringat ancaman Lee Sun kalau ia tak boleh
mengatakan apa yang ia lihat tadi. Hwa Gun pun berkata tidak dan mengaku kalau
ia hanya penasaran saja, namun ia mengatakannya sambil senyum2. Jelas itu
membuat Dae Mok makin curiga, tapi Dae Mok menerima jawaban Hwa Gun dan
menyuruh Hwa Gun istirahat. Setelah Hwa Gun pergi, ia langsung memanggil
seseorang dan bertanya dimana Gon.
Kepala
Lee mendatangi suatu tempat di luar istana. Gon tampak mengawasinya dari atap
rumah terdekat. Di tempat itu, ada pemuda seumuran Lee Sun. Saat Kepala Lee
menanyakan nama pria itu, pria itu dengan kepala tegak dan penuh percaya diri
mengaku bahwa namanya adalah Lee Sun dan dia seorang Putra Mahkota.
Gon
langsung menghadap Dae Mok. Pada saat yang bersamaan, Kepala Lee menghadap
Raja. Kepala Lee melapor bahwa ia sudah menyiapkan seseorang untuk berpura2
menjadi Putra Mahkota. Raja pun memuji kerja Kepala Lee dan berkata kalau
mereka tidak pernah tahu kapan Kelompok Pyunsoo akan bergerak jadi mereka harus
bersiap2.
Sementara
itu Gon melapor tentang Kepala Lee yang menyembunyikan seorang anak laki2 di
suatu tempat. Dae Mok pun menyuruh Gon menyelidiki anak itu.
Lee
Sun menyelinap masuk ke ruang perpustakaan dan menemukan buku yang dicari2nya.
Lee Sun lalu teringat perkataan gurunya tentang Woo Bo yang tergila2 pada dunia
medis dan akan langsung menjawab semua pertanyaan apabila diberi hadiah buku
langka.
“Buku
ini pasti hanya ada satu di Joseon.” Ucapnya, lalu pergi. Namun saat hendak
pergi, ia tertarik pada sebatang bambu yang dilihatnya terselip di dalam pot
bunga. Saat ia hendak membuka bambu itu, tiba2 ayahnya datang dan langsung
marah2 dan merebut bambu itu dari tangannya.
“Ma...maafkan
saya.” ucap Lee Sun dengan terbata2.
“Pergi
dan bersiaplah untuk ritual hujan besok!” suruh sang ayah.
Lee
Sun pun tak bisa apa2 selain mematuhi perintah ayahnya itu.
Keesokan
harinya, rakyat bersujud di pinggir jalan saat rombongan Raja dan Putra Mahkota
lewat. Sepanjang jalan, mereka mendengar kasak kusuk rakyat yang mengatakan
bahwa wajah Putra Mahkota sangat jelek sehingga harus ditutupi dengan topeng.
Mereka juga menuduh Putra Mahkota sebagai penyebab musim kemarau yang
berkepanjangan karena sejak Sang Putra Mahkota lahir, musim kemarau berlangsung
lebih panjang.
Seorang
anak kecil bahkan menangis ketakutan melihat topeng Putra Mahkota. Tak tahan
lagi dengan hinaan rakyatnya, Lee Sun pun mempercepat laju kudanya.
Saat
hendak ganti baju sebelum ritual dimulai, Lee Sun memojokkan Chun Soo dan
menyuruh Chun Soo mengenakan jubahnya. Chun Soo langsung berlutut ketakutan.
Tapi Lee Sun tidak perduli dan malah melepaskan topengnya, membuat Chun Soo langsung
merem dan mengaku tidak melihat apa2.
“Benar.
Tutup saja matamu seperti biasanya. Jika sampai kau buka, kau akan melihat
wajahku. Kemudian, kau pasti dibunuh.” Jawab Lee Sun sambil memakaikan
topengnya ke wajah Chun Soo.
Dae
Mok sendiri lagi rapat bersama para pengikutnya dan memberitahu kalau Raja
menyembunyikan anak yang bernama Lee Sun. Para pengikutnya langsung heboh. Dae
Mok berkata, wajah dan nama yang dibutuhkan untuk masuk ke kelompok mereka.
“Diantara
kita, adakah yang melihat wajah Putra Mahkota?” tanya Dae Mok.
“Jangan-jangan...
Raja sengaja membuat Pangeran memakai topeng untuk menipu kita?” ucap salah
satu pejabat.
“Bukankah
itu artinya Raja belum menyerah melawan kita?” timpal Wakil Perdana Menteri.
“Tuan
Dae Mok, sebelum mereka merencanakan sesuatu lebih jauh, mari kita buat Putra
Mahkota bergabung.” Usul yang lain.
“Kepung
Balai Ritual Kerajaan, jadi Putra Mahkota tidak bisa kabur dari sana. Sekalipun
dia coba kabur, tetap bawa dia kemari hidup-hidup.” suruh Dae Mok.
0 Comments:
Post a Comment