• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

My Golden Life Ep 13 Part 1

Sebelumnya...


Tangis Ji An pecah seketika setelah mengetahui fakta Ji Soo. Ia tak habis pikir, sang ibu tega membohonginya. Ji An yang syok, memukul dadanya berkali-kali. Ia bingung harus bagaimana sekarang.


Semenetara itu, Nyonya Yang yang sudah berada di depan pintu tak jadi masuk karena ditelpon Hae Ja. Hae Ja memberitahu Nyonya Yang soal barang2 Ji Soo yang tertinggal di mobilnya. Hae Ja bilang, ia tak bisa mengantarkan barang2 Ji Soo karena harus mengganti penyaring air. Nyonya Yang pun langsung meluncur ke rumah Hae Ja untuk menjemput barang2 Ji Soo.


Di dalam, Ji An yang sudah tak bertenaga dikejutkan dengan bunyi ponselnya. Telepon dari Senior Jo yang menyuruhnya kembali ke kantor untuk mencari data FNB perusahaan. Senior Jo bilang, Ha Jung sudah mencari di ruang data tapi tidak ketemu. Ji An pun menjawab dengan lemas kalau ia akan segera kembali ke kantor.


Hae Ja memberi saran pada Nyonya Yang untuk merahasiakan soal restoran Haesung dari anak2. Hae Ja menyuruh Nyonya Yang berbohong, Hae Ja bilang, anak2 hanya perlu tahu kalau Nyonya Yang sudah mendapat pekerjaan.


Tuan Seo menawarkan rencana bisnisnya ke salah satu potential partner nya tapi sayangnya ia lupa membuat kartu nama, membuat partnernya jadi kurang yakin dan enggan bekerja sama. Tepat saat itu, Seok Doo menghubunginya. Seok Doo berkata, sudah melihat e-mail yang dikirimkan Tuan Seo. Tapi sayangnya, barang yang direkomendasikan Tuan Seo tidak ada nilainya. Tuan Seo pun berjanji akan mencari produk potensial lainnya. Tak lupa, Tuan Seo juga meminta kartu nama pada Seok Doo.


Tuan Jung tak setuju kalau anniversary perusahaan yang harusnya sebulan lagi dimajukan lebih cepat. Do Kyung beralasan, itu saran dari tim pemasaran terkait penjualan produk musim dingin mereka. Tapi Tuan Jung tetap protes, ia tidak terima dan merasa Do Kyung sudah melangkahinya. 
“Jika itu terkait langsung dengan penjualan kita, kita harus mendiskusikannya dengan cabang-cabang kita. Ini masalah penting. Kenapa kau memutuskan sendiri? Kau tidak boleh mengabaikan hierarki.” Ucap Tuan Jung.

Do Kyung jelas kaget dengan reaksi Tuan Jung. Tuan Jung lantas meminta laporan detailnya kenapa mereka harus memajukan anniv perusahaan.


Balik ke ruangannya, Do Kyung merasa ada yang aneh dengan sikap Tuan Jung. Do Kyung lantas menyuruh Ji An memperbaiki proposal anniv Haesung.


Ji An dengan mudahnya menemukan data lama perusahaan di ruang arsip. Ia pun langsung membawa data2 lama itu ke ruangannya. Ha Jung sepertinya sengaja mengerjai Ji An dengan pura2 tidak bisa menemukan data2 lama itu. Padahal kesemua data2 itu teronggok di ruang data. Dengan suara lemas, Ji An bilang kalau ia harus keluar lagi tapi Manajer Lee melarang dan menyuruh Ji An memperbaiki proposal untuk merayakan anniv Haesung. Manajer Lee bilang, mereka harus menyertakan alasan kenapa harus memajukan Hari H. Manajer Lee minta Ji An menyelesaikan proposal itu sebelum besok siang. Dengan suara lemas dan wajah yang pucat, Ji An pun mengiyakan perintah manajernya.


Nyonya Yang berusaha menyenangkan Ji Soo. Ji Soo yang baru pulang kerja, terkejut melihat sang ibu lagi membersihkan loyang dan cetakan kuenya. Ji Soo mengira ibunya sudah membuang loyang dan cetakan kue itu. Nyonya Yang tersenyum, lalu berkata kalau Ji Soo membeli loyang dan cetakan kue itu saat pertama kali belajar memanggang.

“Ibu bilang semuanya sudah ibu jual dan uangnya sudah terpakai semua.” Jawab Ji Soo.

“Ibu berusaha menghentikanmu memanggang karena kai menyia-nyiakan pekerjaan sebagai ahli gigi.” Ucap Nyonya Yang.

“Aku tidak tahan dengan itu karena perutku lemah. Isi mulut orang itu menjijikkan.” Jawab Ji Soo.

“Baiklah. Omong-omong, kau mendapat pekerjaan di toko roti. Bekerja keraslah.” Ucap Nyonya Yang.

“Tadinya aku hendak memanggang roti hari ini, jadi, kubeli panci sekali pakai ini.” jawab Ji Soo.

Kemaren Tuan Seo beliin Ji Soo oven, sekarang Nyonya Yang ngembaliin loyang dan cetakan kue Ji Soo… entah kenapa, sy merasa mereka tidak tulus menyenangkan Ji Soo. Sy ngeliatnya mereka kayak lagi ngebaikin Ji Soo gitu…


Ji Soo lari ke kamarnya. Ia mengambil buku resepnya lalu mulai membuat roti di dapur.


Mesin pembuat kopi Woo Hee rusak, karena itulah Woo Hee memanggil tukang service. Tapi pria itu sepertinya tertarik pada Woo Hee. Woo Hee yang mulai risih, mengusir pria itu dengan cara halus. Tapi pria itu malah terus ngajak Woo Hee bicara macam-macam. Woo Hee berusaha menghindar, tapi pria itu terus mendekatinya, bahkan menawarkan diri membantu Woo Hee membersihkan meja. Woo Hee pun marah dan secara terang2an mengusir pria itu.


Pria itu jadi kesal. Tepat saat itu, Hyuk datang. Hyuk pun menjelaskan situasi Woo Hee pada pria itu.

Tanpa mereka sadari, Boss Kang sedang menatap lirih Woo Hee dari luar jendela.


Setelah itu, kita melihat Boss Kang menangisi Woo Hee di toko rotinya. Ternyata, itulah yang membuat mata Boss Kang terlihat sembab, karena Boss Kang menangisi Woo Hee setiap malam.

Dan seperti yang saya duga, penyebab perceraian Woo Hee adalah KDRT. Woo Hee dan suaminya, Cha Kyung Soo, bercerai 5 tahun lalu.


Dari adegan Boss Kang yang menangisi Woo Hee, kita beralih ke adegan si imut Ji Soo yang baru aja selesai membuat roti. Dengan wajah berseri2, Ji Soo memotret dirinya bersama rotinya yang keluar dari oven. Sy tebak, Ji Soo mau kirimin fotonya ke Ji An.


Do Kyung yang baru saja pulang, langsung membicarakan soal Ji An dengan ayah dan ibunya. Do Kyung bilang kalau Ji An lagi sibuk memperbaiki proposal anniv Haesung sesuai perintah Tuan Jung.

“Pamanmu melakukan itu?” tanya Nyonya No kaget. 




Sementara Tuan Choi terlihat mulai terlihat kesal.


Malam semakin larut, tapi Ji An masih di kantor menyelesaikan proposalnya. Namun sayangnya, Ji An tak bisa konsentrasi karena fakta tentang Eun Seok terus mengganggu pikirannya.


Ji An akhirnya pulang ke rumah. Tapi karena merasa itu bukan rumahnya, ia pun mau pergi lagi. Tapi suara Do Kyung menghentikan langkahnya. Ji An beralasan, kalau ia mau mencari udara segar.

“Tapi ini sudah lewat tengah malam.” Jawab Do Kyung.

“Tapi kenapa Kakak di luar, padahal sudah lewat tengah malam?” tanya Ji An lemas.

“Kakak yang membuatmu pulang larut. Kakak tahu kau amat stres, tapi kenapa kau minum bir pukul segini? Kakak juga tidak bisa menyuruh seseorang mengikutimu. Kakak amat mencemaskan adik kakak yang tidak terduga ini.” jawab Do Kyung.

“Kebanyakan orang di dunia ini hidup seperti ini.” ucap Ji An.

“Tapi kau tidak berada di kelompok itu.” jawab Do Kyung.

Ji An yang sudah tak kuat bicara lagi, buru2 masuk ke dalam dengan alasan capek. Do Kyung heran sendiri melihat sikap adiknya.


Keesokan harinya, Ji An sudah pergi pagi2 sekali untuk melakukan riset. Seohyun pun heran sendiri melihat Ji An bekerja begitu keras. Tuan Choi bilang itu karena Ji An mewarisi darah Nyonya No. Ji An sangat bersemangat dan pantang menyerah persis seperti Nyonya No. Nyonya No menambahkan kalau Ji An berusaha sebaik mungkin menyelesaikan proposal itu agar tidak membuat malu Do Kyung.


“Setelah proposalnya lolos, aku akan membiarkannya istirahat.” Jawab Do Kyung.

“Harus. Dia hanya akan melewati departemen pemasaran. Katakan kepadanya agar tidak berusaha terlalu keras.” Ucap Tuan Choi.

“Kakek menyuruhnya berkontribusi. Di samping itu, ini acara hari jadi ke-40. Sudah sewajarnya dia merasa tertekan.” Jawab Do Kyung.

“Kenapa kau tidak membelikan makan siang dan bilang begitu?” tanya Tuan Choi pada Nyonya No.


“Aku tidak akan bekerja hari ini.” jawab Nyonya No.  Tuan Choi pun heran, tapi Nyonya No hanya bilang mau mengurus sesuatu di rumah.


Ji An yang sudah berada di kantor, tampak focus menyelesaikan proposalnya. Perhatian Ji An sedikit teralih ketika seorang cleaning service masuk. Ji An kemudian menatap ke arah jam dengan tatapan lirih.


Ji Soo senang banget roti buatannya dipuji oleh Tuan Seo dan Nyonya Yang. Nyonya Yang pun penasaran dengan bahan roti Ji Soo karena rotinya sangat lembut. Ji Soo hanya menjawab itu rahasia. Tuan Seo protes Ji Soo merahasiakannya.

“Aku berusaha menyalin resep Pak Pembuat Roti.” Jawab Ji Soo.

“Kenapa kau memanggilnya begitu?” tanya Nyonya Yang.

“Dia pembuat roti, jadi, kupanggil begitu.” jawab Ji Soo.


Ji Soo lalu menanyai pendapat Ji Tae yang sedari tadi diam saja. Ji Tae pun menyuruh Ji Soo untuk terus belajar agar bisa menjadi pembuat roti. Ji Soo mengangguk, lalu berkata kalau ia tidak terlalu peduli pada makanan lain.


Ji Soo tiba2 ingat Ji An. Ji Soo bilang kalau Ji An juga harus mencicipi rotinya. Karena nama Ji An disebut2, Ji Tae pun jadi ingat kalau kemarin Ji An datang mengunjunginya. Ji Tae lantas memberitahu ayah dan ibunya soal kedatangan Ji An. Ji Tae bilang, sekarang Ji An sudah kembali bekerja di Tim Pemasaran Haesung. Tuan Seo dan Nyonya Yang pun seketika terdiam.


Ji Soo yang baru sampai di toko roti, heran sendiri melihat roti yang dibuat Boss Kang sangat sedikit. Boss Kang beralasan, kalau ia hanya sedang malas. Ji Soo tambah heran. Boss Kang dengan sedikit ketus menjawab kalau ia membuat roti bukan untuk menyenangkan orang lain. Ji Soo penasaran, alasan Boss Kang membuat roti. Boss Kang yang kesal ditanyai terus, menyuruh Ji Soo diam dan bekerja.


Ekspresi Boss Kang barulah berubah saat Ji Soo memberitahunya tentang Woo Hee. Ji Soo bilang, kalau Woo Hee meminta nomor rekening Boss Kang. Boss Kang panic dan menyuruh Ji Soo memberikan nomor rekening Ji Soo saja. Ji Soo heran. Boss Kang kemudian berkata, kalau dia membutuhkan uang cash.

“Tapi kita mendapatkan uang tunai setiap harinya.” jawab Ji Soo.

“Aku amat ingin uang tunai.” Ucap Boss Kang.


Do Kyung di ruangannya, sedang bicara dengan Ji An di telpon. Do Kyung mengajak Ji An makan siang dan mengaku sudah memesankan taksi untuk Ji An. Ji An yang mulai menghindari Do Kyung, pun beralasan kalau ia sudah memesan makanan duluan. Do Kyung terus memaksa Ji An. Ia membujuk Ji An dengan belut favorit Ji An. Ji An menolak, kali ini ia mengaku takut kalau ada yang memergoki mereka bersama. Mendengar itu, Do Kyung pun tersenyum dan memuji Ji An yang mulai berhati2. Tapi Ji An buru2 menutup teleponnya dengan alasan makanannya sudah datang. Ditolak Ji An, akhirnya Do Kyung meminta Gi Jae menemaninya makan siang.

Pas lagi makan siang, Gi Jae membahas soal Do Kyung yang meminjam personal shoppernya untuk mencari beberapa pakaian, tas, aksesori dan sepatu tempo hari. Gi Jae yakin, Do Kyung punya something special dengan seorang wanita. Do Kyung pun berjanji akan memberitahu Gi Jae nanti. Gi Jae pun makin penasaran. Namun Do Kyung malah mengalihkan topic pembicaraan dengan membahas soal pekerjaan impian.

“Saat SMA, aku kabur dari rumah untuk menjadi desainer mode. Aku berhasil naik pesawat ke Paris, tapi tertangkap di bandara di sana dan dipaksa naik pesawat pulang.” Jawab Gi Jae.

“Putra Sungho Medical menjadi desainer mode?” ucap Do Kyung kaget.

“Tapi kau ingin menjadi fotografer perang.” Jawab Gi Jae.

“Aku?” tanya Do Kyung.

“Saat itu kau kelas 8 atau 9? Kau jatuh cinta dengan foto-foto Robert Capa.” Jawab Gi Jae.

Do Kyung pun baru ingat impian masa kecilnya. Gi Jae berkata, saat itu Do Kyung mengatakan kalau jurnalis sesungguhnya berani turun ke medan perang. Tapi sekarang Do Kyung malah mengklaim kalau itu bukanlah pekerjaan impiannya.


Adegan pindah ke Ji An yang mutusin makan siang dengan kimbab saja setelah melihat kartu ATM Nyonya No yang ia simpan di agendanya. Saat hendak makan, Ji An ingat kata2 ibunya kalau mereka akan mati jika Ji An mengungkapkan semuanya. Ternyata, Ji An sempat bicara dengan ibunya. Sang ibu pun menyuruh Ji An meminta dikirim ke luar negeri. Ji An tentu saja protes.

Sy bingung nih bagian ini… Saking bingungnya, sy sampai nonton berulang kali adegan di awal… tp gk ada adegan Ji An ngomong sama ibunya… Yg ada mah setelah Ji An tahu fakta soal Eun Seok, dia kan langsung balik kantor, sementara ibunya menjemput barang Ji Soo di rumah Bibi Hae Ja…


Lamunan Ji An seketika buyar setelah ia mendapat kiriman foto Ji Soo. Dugaan sy benar, Ji Soo memang ngirimin fotonya sama rotinya ke Ji An. Ji An terdiam sejenak, sebelum akhirnya membalas kiriman Ji Soo.


Ji Soo senang banget melihat respon Ji An. Menurutnya, hanya Ji An yang menyadari bakatnya. Saking senangnya, Ji Soo langsung menghubungi Ji An. Dengan wajah berseri2, Ji Soo meyakinkan Ji An kalau roti itu ia buat sendiri. Ji Soo juga cerita, kalau ia membuatkan roti untuk sarapan ayah dan ibu dan ayah yang membelikannya oven. Ji An menjawab kata2 Ji Soo dengan mata berkaca-kaca. Ji Soo juga cerita, soal tangan ayah yang terluka jadi ayah terpaksa berhenti bekerja. Ji An pun tambah sedih.


Tak kuat menahan rasa sedihnya, Ji An buru2 mengakhiri pembicaraan mereka. Usai bicara dengan Ji Soo, Ji An teringat kata-katanya pada sang ayah soal keputusannya masuk ke Keluarga Haesung.

“Kenapa ayah mau menghentikanku? Kenapa aku tidak boleh pergi? Saat orang lain membenciku, dan tidak mengacuhkanku. Aku merasa sengsara, payah, dan hina. Aku tidak tahan lagi. Kenapa aku tidak bisa menjadi putri keluarga kaya? Orang tua kandungku konglomerat. Kenapa aku tidak boleh tinggal bersama mereka padahal mereka kaya? Maksudku, kenapa harus ayah memilihku dari awal? Tidak peduli sekeras apa aku berusaha, aku sudah terdiskualifikasi. Aku sudah tidak punya nilai atau kualifikasi yang bagus. Bagaimana bisa aku mendapat nilai bagus sambil harus bekerja? Bagaimana bisa aku menang melawan anak-anak yang punya uang jajan, les privat, dan belajar di luar negeri?”

Ji An juga ingat kata2 Ji Soo kalau ayahnya pingsan saat mengejar dirinya yang pergi menuju kediaman Haesung.


Tangis Ji An pecah, tapi ia buru2 menghapus tangisnya.


Tanpa Ji An sadari, Do Kyung melihatnya dari jauh. Ya, Do Kyung yang baru selesai makan siang dengan Gi Jae, tak sengaja lewat dan langsung menghentikan mobilnya begitu melihat Ji An. Tapi Do Kyung gak menghampiri Ji An. Ia cuma berkomentar, soal Ji An yang bekerja keras, lalu kembali melajukan mobilnya.


Ji Ho yang lagi makan siang sama rekan kerjanya, tiba2 saja dihubungi sang ayah. Sang ayah bertanya, kapan Ji Ho akan selesai belajar. Sang ayah juga mengajaknya makan malam bersama. Ji Ho pun terkejut.


Ji An menyerahkan proposal anniv pada Manajer Lee. Manajer Lee, Senior Jo, Senior Song dan Senior Yang pun langsung menatap Ji An kagum karena Ji An berhasil menyelesaikan proposal itu dengan cepat. Sementara Ha Jung kesal melihat Ji An. Dan Senior Oh yang sejak awal mendukung Ha Jung, ikut2an sebal pada Ji An.


Manajer Lee pun langsung menyerahkan proposal itu pada Do Kyung. Do Kyung takjub Ji An mampu mengerjakan proposal itu sendirian dalam waktu singkat. Manajer Lee langsung cari muka, ia bilang itu karena dirinya yang menyuruh Ji An menyelesaikan proposal itu dengan segera. Alih2 dapat pujian, Manajer Lee malah kena damprat Do Kyung. Aigooo, sy ngakak berat liat pas scene ini…


Di atap Haesung, Ji An sedang meyakinkan dirinya kalau ia bisa melakukannya. Tak lama kemudian, Ha Jung datang mengganggunya. Ha Jung protes karena disuruh menemui Ji An. Ha Jung mengatai Ji An arogan hanya karena Ji An lupa membawa ponsel dan membuat ia terpaksa mencari Ji An. Setelah itu, dengan wajah sebal, Ha Jung memberitahu Ji An kalau Do Kyung mengajak tim mereka makan malam untuk menyelamati Ji An yang berhasil menyelesaikan proposal itu.

Ji An pun berkata, ia sudah punya janji. Ji An bilang ia harus pulang ke rumahnya lebih awal hari itu.


Ji Tae dapat undangan nonton film. Kenangan akan Soo A pun langsung mengisi pikirannya. Ia ingat, dulu ia dan Soo A sangat ingin menonton film itu. Saat itu, Soo A bertanya, apa Ji Tae mau mendaftarkan diri agar bisa mendapatkan tiket itu. Soo A melarang Ji Tae melakukannya. Ia bilang, lebih tidak menonton film itu daripada harus menanggung malu karena mendaftar agar bisa mendapat tiket.


Ji Tae pun langsung mengirimi Soo A pesan. Dalam pesannya, ia mengaku mendapatkan tiket nonton Casablanca. Ji Tae ngajak Soo A ketemuan agar bisa memberikan tiket itu pada Soo A.


Tuan Seo lagi nungguin Ji Ho di depan tempat les Ji Ho. Pas Tuan Seo lagi lengah, Ji Ho diam2 menyelinap ke teras tempat bimbel itu, terus pura2 baru keluar dari sana.


Tuan Seo pun mengajak Ji Ho makan. Ji Ho penasaran kenapa sang ayah tiba2 mengajaknya makan. Sang ayah berkata, alasannya karena Ji Tae. Sang ayah minta maaf karena tidak menanyakan pendapat Ji Ho dulu. Ayah mengaku, setelah Ji Ho pindah, ia menyuruh Ji Tae menikah dan menempati kamar Ji Ho. Tapi sayangnya, Ji Tae tak mau mendengarnya. Karena itulah, ia mengajak Ji Ho makan malam, karena ia mau menyuruh Ji Ho membujuk Ji Tae.

Ji Ho tak yakin Ji Tae mau mendengarnya, tapi ia janji akan membuat Ji Tae berubah pikiran. Setelah itu, Tuan Seo mengatakan akan bekerja keras membiayai kuliah Ji Ho. Ia tak mau Ji Ho mencari uang sendiri untuk membayar biaya kuliah. Ji Ho langsung tertegun mendengarnya.


Ji An yang hendak masuk ke rumah Keluarga Haesung, melihat seorang wanita berdiri di depan pagar. Begitu masuk, wanita itu langsung berlutut di hadapan Nyonya No. Sontak, Ji An kaget melihatnya. Wanita itu mengaku salah dan meminta Nyonya No memaafkannya.

“Salahkah jika aku menghentikan sokonganku? Aku hanya berpikir Yayasan Taeyoung lebih baik dibandingkan Yayasan Mirae untuk menyokong siswa kurang mampu yang berbakat di bidang seni.” Jawab Nyonya No.

“Aku hanya melakukan perintah Bu No Jin Hee. Dia ingin aku memberi tahu Shimsung anda telah menemukan putri Anda.” Ucap wanita itu.

“Pikirmu aku tidak tahu?” tanya Nyonya No.


“Dia juga sudah berjanji. Dia tidak akan menceritakan soal putrimu kepada siapa pun.” Jawab wanita itu.
“Tentu saja tidak akan. Dia istrinya pemilik Perusahaan Shimsung. Dia tidak sebodoh itu untuk menyebarkan rumor. Jika ya, dia akan mempermalukan dirinya dan perusahaannya.” Ucap Nyonya No.

“Konstruksi sekolah asrama kami dihentikan. Tanpa donasi yang anda janjikan, kami tidak akan bisa membayar biaya konstruksinya.” Jawab wanita itu.

“Maka kalian akan bangkrut.” Ucap Nyonya No dingin.

“Kami mendirikan gedungnya karena anda berjanji.” Jawab wanita itu.


“Aku tidak menjanjikan apa pun. Kubilang aku akan memikirkannya.” Ucap Nyonya No.

“Anda selalu mensponsori yayasan kami setelah mengatakan hal yang sama.” Jawab wanita itu.


Wanita itu terus membujuk Nyonya No agar tetap memberikan sokongan padanya. Tapi Nyonya No yang terlanjur kesal, tidak peduli. Nyonya No lalu dengan santainya menyuruh para pelayannya menyeret wanita itu keluar.


Ji An syok melihatnya. Ia tambah syok setelah teringat kalau wanita itu adalah salah satu wanita yang ditemuinya di Galeri Seonyi.


Syok, Ji An langsung lari ke atas. Di lantai atas, ia malah bertemu Seohyun yang dengan santainya memberitahu dirinya apa akibat jika seseorang berani membocorkan sesuatu tentang keluarganya. Seohyun bilang, ibuya bukan hanya akan menghancurkan orang itu, tapi juga akan menghancurkan seluruh keluarga itu. Ji An pun makin ketakutan. Ia takut Nyonya No akan menghancurkan keluarganya jika rahasianya terbongkar.

My Golden Life Ep 12 Part 2

Sebelumnya...


Ji An akhirnya sampai di rumah pewarna alami. Dia langsung minta maaf ke Do Kyung karena terlambat datang. Tapi Do Kyung malah menanyakan alasan Ji An meminjam uang ke Hyuk. Do Kyung memberitahu Ji An soal kedatangan Hyuk ke kantor. Ji An pun menjelaskan kalau ia sudah mengembalikan uang Hyuk dan tidak pernah meminjam uang Hyuk.


Hyuk yang baru kembali ke kantornya, terkejut mengetahui Ji An mengembalikan uangnya. Hyuk pun frustasi karena tidak tahu kemana Ji An pindah, tidak tahu nomor ponsel dan e-mail Ji An. Sementara itu, Ji An dan Do Kyung sedang melihat proses pencelupan dari daun nila segar.


Nyonya Yang yang sedang menuju rumahnya bingung sendiri bagaimana menyuruh keluarganya mengisi angket Haesung soal masakannya. Ia mengaku, bisa menyuruh keluarganya mencicipi masakannya tapi tidak bisa menyuruh mereka mengisi angketnya.

Tiba2, Hae Ja datang. Hae Ja yang tahu Nyonya Yang baru pulang dari seminar Haesung pun pura2 kelaparan, tapi malas memasak. Nyonya Yang langsung bersemangat. Ia mengajak Hae Ja ke rumahnya dan mau memasakkan sesuatu untuk Hae Ja. Hae Ja pun senang pancingannya berhasil.


“Kenapa harus hamburger?” tanya Hae Ja saat melihat Nyonya Yang membuat hamburger untuknya.


Nyonya Yang pun tersenyum dan mengaku lagi ingin membuat hamburger. Tapi Hae Ja tidak bisa dibohongi. Ia bisa menebak soal restoran burger yang dibukakan Haesung untuk Nyonya Yang. Nyonya Yang seketika terdiam. Hae Ja mengoceh lagi, ia bilang itulah alasan kenapa Tae Soo mau mulai berbisnis lagi.

“Eonni, kau pikir aku bahagia dengan semua ini? Ji Tae abeoji tidak bekerja di pusat distribusi. Dia hanya buruh harian.” Jawab Nyonya Yang.

Hae Ja pun kaget, Omo…

“Kau membeli rumah ini untuk investasi, kan? Tapi aku membeli rumah ini darimu dengan harga murah. Aku berterima kasih untukmu.Tapi bagaimana jika daerah ini dibangun kembali? Bagaimana jika rumah ini digusur? Aku akan berakhir di ruang bawah tanah lagi. Aku harap daerah ini tidak akan dibangun kembali. Itulah yang kurasakan.” Ucap Nyonya Yang.


Tangis Nyonya Yang pun keluar. Ia mengaku tidak pernah membayangkan akan hidup seperti itu. Ia bilang, saat Haesung menawarinya bisnis waralaba, ia sempat menolaknya. Tapi saat wanita itu bilang, Tae Soo hanyalah kuli bangunan, aku tanpa pikir panjang menerimanya.

Nyonya Yang terduduk lemas. Hae Ja menenangkan Nyonya Yang dan berkata, ia mengerti perasaan Nyonya Yang.

“Tidak. Kau tidak mengerti apa yang kurasakan. Dan juga Tae Soo, kalian tidak mengerti. Aku bahkan tidak mengerti diriku, kenapa aku melakukan ini.” ucap Nyonya Yang.

“Kau sudah melakukan hal yang benar. Lagipula, kau sudah membesarkan Ji An. Anggap saja ini ganti rugi karena sudah membesarkan Ji An.” Jawab Hae Ja.


Beralih ke Ji Soo yang baru bangun tidur dan langsung turun ke bawah gara2 mencium bau masakan ibunya. Begitu Ji Soo datang, Hae Ja buru2 menyembunyikan angket Haesung di laci meja.

“Kau turun karena mencium sesuatu?” tanya Hae Ja.

“Benar sekali.” Jawab Ji Soo.

Ji Soo pun mengira sang ibu membuat burger khusus untuknya. Ji Soo buru2 mencicipinya dan rasanya enak.


Sembari berjalan menuju ke mobil, Ji An menanyakan pendapat Do Kyung soal pewarna tadi. Do Kyung bilang itu indah, tapi bukan itu yang diharapkannya.

“Oya, kau masih harus mengunjungi satu tempat lagi kan? Aku tidak bisa menemanimu karena harus meeting. Jadi sebaiknya kita makan sesuatu yang bisa dimakan dengan cepat untuk makan malam hari ini.” ucap Do Kyung.

“Tapi kau akan makan malam selama pertemuan, kan?” tanya Ji An

“Mana mungkin aku membiarkan adikku melewatkan makan malam.” Jawab Do Kyung.


Do Kyung pun menemani Ji An makan tteokbokki di pinggir jalan. Tak tega liat Ji An makan di pinggir jalan, Do Kyung berniat untuk segera membuka identitas Ji An sebagai Eun Seok agar Ji An bisa makan enak.

“Aku tidak akan mengubah seleraku begitu saja. Ini sangat lezat.” Jawab Ji An.

“Ini demi kesehatanmu.” Ucap Do Kyung.

“Kau hanya berusaha mencari kesalahan orang lain.” Balas Ji An.

“Tapi ada sesuatu yang patut dipuji darimu. Sun Woo Hyuk.” Jawab Do Kyung.

“Hyuk-ah?” tanya Ji An bingung.

“Bagus sekali kau tidak memberitahukan nomormu. Kau akhirnya bertingkah seperti adikku. Seperti putri Haesung Corporation sejati.” Puji Do Kyung.


Ji An pun seketika teringat soal fotonya dan Ji Soo yang tiba2 hilang. Teringat hal itu, Ji An terdiam. Do Kyung heran sendiri melihat Ji An yang mendadak diam. Ji An pun berkata, bahwa ia hanya merasa seperti sedang diyakinkan. Ji An kemudian memuji Do Kyung sebagai kakak yang bisa diandalkan.

“Kau juga punya kakak di keluarga lamamu kan? Apa dia tidak bisa diandalkan?” tanya Do Kyung.

“Tentu saja bisa, tapi saat keadaan menjadi sulit, kau tidak akan mempedulikan orang lain.” Jawab Ji An pelan.


Ji Tae lagi asyik baca komik sambil ngemil di kamar komiknya. Soo A juga melakukan hal yang sama di ruang sebelah. Baik Ji Tae maupun Soo A, sama2 tidak saling menyadari kehadiran satu sama lain.

Di rumah, Tuan Seo lagi bicara sama Seok Doo soal item produk yang ia kirim ke e-mail Seok Doo. Tepat saat itu, Ji Tae pulang. Melihat ayahnya lagi sibuk bicara di telpon, Ji Tae pun langsung menuju kamarnya.


Tuan Seo langsung menyusul Ji Tae begitu selesai bicara dengan Seok Doo.

“Ji Tae-ya, mereka bilang kau bisa merasakan ketidakhadiran seseorang. Ruangan ini terasa begitu kosong sekarang.” ucap Tuan Seo.

“Ayah kenapa kemari?” tanya Ji Tae.

“Kudengar kau baru putus dari pacarmu.” Jawab Tuan Seo.

Ji Tae pun terkejut, ia penasaran ayahnya tahu darimana.


“Mereka bilang batuk dan cinta adalah dua hal yang tidak bisa disembunyikan. Kau sepertinya sudah pacaran dengannya selama bertahun-tahun. Konyol sekali kalau Ji Ho yang berbagi kamar denganmu sampai tidak tahu soal ini.” jawab Tuan Seo.

“Kami memang sudah putus.” Ucap Ji Tae.

“Kenapa? Kalian harusnya menikah.” Jawab Tuan Seo.

“Tapi kami sudah berakhir sekarang.” ucap Ji Tae.

“Kau bilang sudah berakhir tapi kau terus saja bersedih. Kenapa? Karena kau tidak kaya? Kenapa kau membutuhkan uang? Kau hanya membutuhkan kamar untuk tinggal bersama.” Jawab Tuan Seo.

“Ayah, apa yang ayah bicarakan? Kenapa ayah membicarakan soal uang dan kamar sewa?” tanya Ji Tae.


“Aku dan ibumu tinggal di sebuah ruangan yang sempit saat kami menikah.” Jawab Tuan Seo.

“Itukan sudah lama.” Ucap Ji Tae.

“Tapi tidak masalah. Menikahlah.” Jawab Tuan Seo.

“Ayah tahu kan aku tidak mampu membelinya.” Ucap Ji Tae.

“Kenapa tidak? Kau punya kamar ini. Aku dan ibumu tidak akan membebanimu setelah kami pensiun. Jadi kau bisa mulai dari sini. Menabung lah, kemudian pindah.” Jawab Tuan Seo.

“Tidak sesederhana itu ayah.” ucap Ji Tae.

“Hidup bisa jadi rumit atau sederhana. Itu tergantung dari caramu berpikir.” Jawab Tuan Seo.

“Aku tahu apa yang harus kulakukan.” ucap Ji Tae.


“Apa yang kau tahu! Kau pikir kau tahu semuanya! Karena kau sudah 33 tahun, jadi kau pikir kau tahu semuanya?” suara Tuan Seo mulai meninggi.

“Aku bukan anak kecil lagi.” Jawab Ji Tae.

“Karena itulah kau belum dewasa! Karena kau berpikir seperti itu. Ayahmu sudah lebih dari 60 tahun. Aku bahkan takut kalau aku salah, tapi kau? Hanya karena umurmu sudah dewasa, bukan berarti pikiranmu dewasa. Kau tidak tahu apa yang kau butuhkan. Kau mungkin sudah lupa, tapi aku bekerja di perdagangan selama 15 tahun dan menjalankan bisnis selama 10 tahun. Dengarkan ayahmu.” ucap Tuan Seo.

“Ayah tidak tahu kan kenapa melakukan ini, jadi diamlah. Waktu sudah berubah sekarang. Aku tidak akan menyesali keputusanku.” Jawab Ji Tae.


Ji An yang baru pulang terkejut melihat Tuan Choi menunggunya di halaman. Tuan Choi tersenyum, kemudian berkata bahwa hari sudah larut, tapi putrinya belum pulang, jadi bagaimana ia bisa tidur.

“Maafkan aku. Aku baru saja pulang dari Yangpyeong menemui vendor kita.” jawab Ji An.


Tuan Choi lantas menyuruh Ji An duduk. Setelah Ji An duduk, Tuan Choi pun menjelaskan, kalau mereka mengirim Ji An ke tim marketing bukan untuk menyuruh Ji An bekerja. Tuan Choi juga bilang, Ji An hanya sementara ada di sana.

“Aku baik2 saja. Aku melakukannya karena aku benar-benar ingin melakukannya. Ini untuk hari jadi perusahaan kita yang ke-40.” Jawab Ji An.

“Lalu kapan kau akan meluangkan waktu agar kita bisa pergi berkencan? Ada yang ingin kuberikan padamu. Hadiah yang tidak akan pernah kau lupakan.” Ucap Tuan Choi.

“Ayah bisa memberikannya padaku nanti setelah ulang tahun perusahaan kita.” jawab Ji An.


Keesokan harinya, Nyonya Yang yang mau pergi, memberitahu Ji Soo kalau dirinya akan pulang terlambat. Nyonya Yang juga berkata, sudah menggoreng cumi2 favorit Ji Soo. Ji Soo heran sendiri dan penasaran sang ibu mau pergi kemana. Sang ibu berkata, hanya mau menghirup udara segar saja dengan Hae Ja. Sebelum beranjak dari kamar Ji Soo, Nyonya Yang minta maaf pada Ji Soo. Ji Soo pun sekali lagi heran ibunya tiba2 minta maaf tanpa alasan yang jelas.


Boss Kang heran sendiri Ji Soo udah datang pagi. Ji Soo mau menanyakan sesuatu tapi saat melihat mata Boss Kang yang sembab, ia terkejut. Boss Kang beralasan, kalau sebelum tidur, ia makan mie dulu. Boss Kang lantas menanyakan pertanyaan Ji Soo.

Ji Soo curhat soal Hyuk yang tiba2 berkeliaran di lingkungan rumahnya. Ji Soo yakin, kalau Hyuk sedang mencari rumahnya. Boss Kang terkejut, ia bertanya apa Hyuk tahu dimana rumah Ji Soo.

“Aku rasa dia tahu. Aku tidak pernah melihatnya lagi di kafe.” Jawab Ji Soo.

“Bagaimana kalau dia mengenal salah satu tetanggamu? Dia tidak pernah menanyakannya padaku dan aku tidak pernah memberitahunya dimana kau tinggal.” Ucap Boss Kang.

“Aku tinggal di Daebang-dong.” Jawab Ji Soo.

“Seo Ji Soo-ssi, punya harapan itu bagus tapi harapan tanpa dasar menjadi khayalan belaka.” Ucap Boss Kang.

“Tapi mau apa dia ke lingkunganku? Aku sudah melihatnya dua kali. Apa dia punya kerabat yang tinggal disana?” tanya Ji Soo.


Ji Soo yang sedang menuju ke kafenya Woo Hee, latihan bicara untuk menyapa Hyuk.  Tak lama kemudian, ia terkejut melihat Hyuk yang mendadak keluar dari kafe.  Ji Soo pun bicara pada dirinya, kalau ia gagal menyapa Hyuk dengan luwes, berarti dia bukan Seo Ji Soo lagi.


Tapi saat berhasil mengucapkan selamat pagi tanpa gugup, Hyuk malah bersikap seolah2 tidak mengenalnya. Ji Soo seketika teringat kata2 Boss Kang soal harapan. Ji Soo kemudian tersadar dan mengatai dirinya aneh.


Woo Hee mengajak Ji Soo minum kopi saat Ji Soo sudah mau pergi.  Woo Hee bertanya, berapa yang harus ia bayar untuk roti2 yang dikirimkan Ji Soo. Ji Soo berkata, ia akan menanyakannya pada Boss Kang.

Woo Hee lalu membicarakan soal Hyuk. Ia memberitahu Ji Soo alasan kenapa Hyuk jarang datang ke kafe. Woo Hee bilang, semua itu karena gadis yang disukai Hyuk.

“Tidak semua pria seperti dia, tapi aku mengenalnya cukup baik. Ketika dia menyukai seseorang, dia tidak akan semudah itu melupakannya. Aku pikir waktu akan menyembuhkan lukanya. Setelah waktu berlalu, dia akan baik2 saja.” Ucap Woo Hee.

Ji Soo ingin tahu wanita seperti apa yang Hyuk sukai.

“Aku tidak terlalu mengenalnya, tapi dia cantik dan juga pintar.” Jawab Woo Hee.

Ji Soo pun langsung kecewa mendengarnya.


Ji An minta izin keluar lagi sama Manajer Lee karena ia harus mengunjungi beberapa supplier. Manajer Lee berkata, Ji An tidak perlu minta izin lagi padanya.

Saat Ji An sudah mau pergi, Ha Jung langsung menghampiri Ji An. Ha Jung berbisik, bertanya kapan Ji An akan mengatur file seperti yang dimintanya.

Tapi Senior Jo yang sudah bisa menebak kalau Ha Jung menyuruh Ji An melakukannya, langsung menegur Ha Jung.


Di lobby, Ji Soo menghubungi Ji An. Ji Soo curhat soal perasaannya pada Hyuk. Ji Soo bilang pada Ji An, kalau ia akan melupakan Hyuk dan hanya focus pada roti saja.

Saat Ji An mau menutup teleponnya, Ji Soo memberitahu Ji An tentang sang ibu yang menangisi fotonya. Ji Soo yakin itu karena Ji An pergi dan meminta Ji An bicara pada ibu. Ji An pun terkejut.


Dari sinilah Ji An mulai menggali lebih dalam soal Eun Seok. Ji An langsung menemui Ji Tae dan bertanya, kenapa Ji Tae tidak bisa menyadari wajah salah satu dari adik perempuan Ji Tae yang berubah padahal saat itu Ji Tae sudah berumur 8 tahun.

“Aku tidak tahu Ji An sudah meninggal. Suatu hari aku pulang ke rumah tapi ibu tidak ada di rumah. Ayah bilang ibu sakit dan ibu tinggal dengan orang tuanya. Aku menangis berbulan2 karena harus tinggal sama ayah.” jawab Ji Tae.

“Lalu bagaimana kita bisa pergi Dubai?” tanya Ji An.

“Sebelum ke Dubai, ibu membawa kalian berdua pulang. Tapi aku merasa wajah Ji Soo sedikit berbeda.” Jawab Ji Tae.

Ji An pun kaget, Ji Soo?

“Aku pikir itu kau.” ucap Ji Tae lagi.


Habis menemui Ji Tae, Ji An pergi ke kafe internet. Ia mencari tahu sosok anak perempuan Haesung yang menghilang. Tak lama kemudian, ia menemukan foto Eun Seok kecil.


Ji An lantas buru2 pulang ke rumah. Kata2 sang ibu tentang luka di kelingkingnya yang ia dapat saat berumur satu tahun, juga saat sang ibu memintanya sekolah di luar negeri terus terngiang di telinganya. Ji An mencari bukti di setiap sudut rumah, namun ia tak menemukannya.

Ji An lantas masuk ke kamar ibunya. Setelah lama mencari, ia akhirnya menemukan bukti itu di dalam lemari ibunya. Ji An langsung lemas saat melihat foto Eun Seok yang asli.

Tak hanya itu, Ji An juga menemukan passport Ji Soo. Dengan tangan gemetar, Ji An membuka passport itu dan melihat foto Ji Soo yang asli. Tangis Ji An pun pecah…

Bersambung…

Akhirnya Ji An tahu ibunya berbohong… Tapi sy jadi gak rela kalo identitas Ji An yg asli cepet2 ketahuan.. Sy mau lihat dulu Ji An kencan sama Tuan Choi dan Nyonya No… Sy juga masih betah lihat kebersamaan Ji Soo dengan Tuan Seo…

Makin penasaran sama drama ini…. Episode selanjutnya, kita bakal dibuat nangis sama Ji An yang ketakutan kalau keluarga Choi tahu dia bukan Eun Seok….