• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruby Ring Ep 62 Part 1

Sebelumnya...


Roo Na menerima ajakan makan siang Eun Ji, tanpa sadar kalau itu hanya jebakan.


Yeonho yang sejak tadi duduk di depan Eun Ji pun senang mengetahui Roo Na akan datang. Eun Ji pun menagih janji Yeonho. Yeonho berjanji padanya, akan memberikannya tas desainer jika ia berhasil mengajak Roo Na makan siang. Yeonho pun berkata, akan membelikan Eun Ji tas itu setelah ia mendapatkan uangnya.


Roo Na berlari ke ruang makan dan terkejut tidak mendapati ayah mertuanya di sana.

"Dia bersama Gyeong Min dan Se Ra. Itu mungkin untuk bayi yang kau kandung. Dia selalu bilang, akan memberikan cucunya saham perusahaan. Aku juga akan memberikan apa yang kupunya untuk cicitku." ucap nenek.

"Itu terlalu cepat, Bu." jawab Nyonya Park.

"Aku ini sudah tua. Lebih baik memberikannya sekarang." ucap nenek.

"Samonim, bukankah kau bilang akan mendonasikan uangmu ke badan amal?" tanya Geum Hee.

"Aku akan mendonasikan uangku sebagian saja tapi setelah aku meninggalkan cukup uang untuk cicitku." jawab nenek.

"Berapa banyak, Samonim?" tanya Geum Hee.

"Aku belum menghitungnya, jadi aku tidak yakin tapi jumlahnya lumayan besar." jawab nenek.

Roo Na jelas senang mendengarnya. Ia berkata dalam hatinya, kalau ia tidak akan membiarkan anaknya hidup susah sepertinya. Ia mengaku, akan melakukan apapun untuk anaknya. Bahkan, kalau perlu, ia akan membuat anaknya menjadi presiden.


Gilja berdiri di depan kamar Roo Bi. Tak lama kemudian, Roo Bi keluar dan pamit pada ibunya.


Setelah Roo Bi pergi, Gilja beranjak ke dapur.

"Kau sudah selesai mencuci piring?" tanya Gilja. Soyeong mengiyakan.

"Apa Chorim masih tidur? Dia harus makan sesuatu." ucap Gilja.

Tiba-tiba saja, Soyoung kepikiran sesuatu dan ia langsung berlari ke kamar.


"Eonni! Eonni!" teriak Soyoung. Gilja yang mendengar teriakan Soyoung, langsung berlari ke kamar.

Soyoung berusaha membangunkan Chorim, tapi Chorim tak bangun-bangun. Gilja pun ikut berusaha membangunkannya, tapi Chorim tetap tak bangun dan Soyoung menemukan obat-obatan di tepi kasur. Di bibir Chorim, ada noda merah.

Gilja kaget dan langsung menyuruh Soyoung menelpon ambulance.


"Komo! Komo! Bangun! Komo!"  Gilja berusaha menyadarkan Chorim. Chorim masih tak bangun. Sampai akhirnya, ia menyiram wajah Chorim dengan segelas air. Chorim pun bangun. Gilja menangis.

"Aku tahu kau kesal, tapi kau tidak boleh mati! Bagaimana aku bisa hidup tanpamu!"


Soyoung menghubungi ambulance. Pada petugas, Soyoung berkata, bahwa Chorim sudah sadar tapi Chorim muntah darah.

Mendengar itu, Chorim pun bergegas bangun.

"Apa? Muntah darah? Siapa? Siapa?" tanya Chorim.

"Tentu saja kau! Dongpal tidak pantas untukmu!" jawab Gilja sambil memukuli Chorim.

"Memangnya apa yang kulakukan? Ada apa?" tanya Chorim.

"Komo, kau tidak mencoba melakukan hal bodoh kan?" tanya Gilja.

"Apa? Kau pikir aku akan bunuh diri? Kau gila? Kenapa juga aku harus bunuh diri!" jawab Chorim.

"Tapi kau tidak sadar. Ada pil di sana dan di mulutmu ada darah." ucap Soyoung.

"Aku ketiduran saat lagi minum anggur." jawab Chorim.

"Lalu pil nya?" tanya Soyoung.

"Itu obat demam." jawab Chorim.


Gilja pun langsung memarahi Soyoung yang sudah membuat kehebohan. Soyoung pun menjelaskan, karena Chorim sangat kecewa dengan Dongpal, jadi ia pikir Chorim akan bunuh diri.

Lalu terdengar suara ambulance. Gilja, Chorim dan Soyoung pun panic.

*Astaga, sy ngakak scene ini.


Daepung keluar dari kamar mandi dan menemukan Dongpal sedang minum-minum.

"Masih terlalu pagi untuk minum-minum. Kau tidak bekerja?" tanya Daepung.

"Aku sudah keluar." jawab Dongpal.

"Jangan. Pikirkan Jihyeok. Kau tidak boleh melakukan ini." ucap Daepung.

"Aku bajingan yang sebenarnya." jawab Dongpal.

"Aku seorang penipu. Aku penipu. Aku lah yang penipu, bukan kau." ucap Daepung.

Dongpal ingin minum lagi, tapi Daepung melarangnya. Dia bahkan mengambil botol sojunya dari tangan Dongpal. Dongpal marah dan mengambil kembali soju itu dari tangan Daepung.


In Soo menghubungi Roo Bi saat Roo Bi tengah bekerja bersama tim nya. In Soo mengajak Roo Bi makan siang, tapi Roo Bi menolak dengan alasan pekerjaan. In Soo berkata, Roo Bi bisa kembali bekerja setelah selesai makan siang.

"Haruskah aku menerobos ke tempatmu?" tanya In Soo. Roo Bi pun tak punya pilihan selain menerima ajakan makan siang In Soo.


Se Ra tiba-tiba datang.

"Menorobos kemana?" tanya Se Ra.

"Ah itu..." In Soo berusaha menjelaskan.

"Kau bisa menerobos masuk ke ruanganku kapanpun kau mau." ucap Se Ra.

Se Ra lantas menyuruh Jiyeon, seketarisnya, untuk memberikan In Soo kopi meskipun dirinya tidak ada.


Roo Na sedang berbelanja untuk keperluan bayinya. Ia tak henti-hentinya menebar senyum saat melihat-lihat perlengkapan bayi.


Selesai belanja, ia mampir ke sebuah kafe dan menunggu Eun Ji. Saat menunggu Eun Ji, ponselnya berdering.

"Kau sudah selesai belanja? Nenek menyuruhku menelponmu. Dia cemas. Cepatlah pulang jika kau sudah selesai." ucap Nyonya Park. Roo Bi pun mengiyakan.


Nyonya Park memberitahu nenek kalau Roo Na sudah selesai belanja dan sedang makan siang dengan seorang teman. Nenek pun kesal. Nenek bilang, Roo Na bisa berbelanja kebutuhan bayi nanti bersama Gyeong Min.

"Dia butuh keluar ibu." bela Tuan Bae.

"Tapi dia harus ekstra hati-hati mulai sekarang." jawab nenek.


Roo Na masih menunggu Eun Ji, tapi yang datang malah Yeonho. Yeonho pun menghampiri Roo Na dengan senang hati setelah memesan kopinya. Ia bersikap, seolah-olah mereka bertemu karena kebetulan.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Roo Na.

"Aku merindukanmu, Samonim. Kudengar kau hamil. Selamat." jawab Yeonho.

"Aku pikir, kau dan Eun Ji putus." ucap Roo Na.

"Eun Ji? Benar, kami putus. Tapi aku menghubunginya tadi dan dia bilang, dia akan bertemu denganmu jadi aku datang untuk menyapamu." jawab Yeonho.


"Aku tidak punya bisnis denganmu, jadi tolong pergi." ucap Roo Na.

"Aku punya bisnis dengamu." jawab Yeonho.

"Ada apa denganmu? Urusan kita sudah selesai." ucap Roo Na.

"Aku percaya kalau kau masih berhutang padaku. Suamimu mengambil uang itu." jawab Yeonho.

"Aku tidak akan diam saja jika kau terus seperti ini." ucap Roo Na.

"Utang juga bisa diwariskan." ancam Yeonho.

"Aku tidak punya uang." jawab Roo Na.

"Suamimu kaya." ucap Yeonho.

"Aku tidak punya uang!" jawab Roo Na, lalu beranjak pergi meninggalkan belanjaannya.

Yeonho pun bergegas menyusul Roo Na sambil membawa barang belanjaan Roo Na.


Roo Na semakin mempercepat langkahnya. Namun tiba-tiba, dia jatuh. Tepat saat itu, Roo Bi dan In Soo melihat mereka. Melihat Roo Bi dan In Soo, Yeonho pun mencampakkan belanjaan Roo Na dan kabur.

"Kau bersama Goo Yeonho?" tanya Roo Bi. Roo Na pun menggeleng.

"Lalu kenapa dia mengejarmu?" tanya Roo Bi.

"Mana aku tahu." jawab Roo Na.


Mereka lalu pergi makan siang.

"Makanlah yang banyak karena kau sedang hamil. Aku penasaran, seperti apa rasanya mengandung bayi dari pria yang kita cintai." ucap Roo Bi.

"Mana aku tahu." jawab Roo Na.

"Tentu saja kau tahu. Bayi itu kan hasil dari hubunganmu dengan Gyeong Min yang kau pacari bertahun-tahun." ucap Roo Bi.


In Soo pun menatap Roo Bi dengan tatapan tidak nyaman.

"Ada teman yang memberitahuku, hamil itu rasanya seperti  ada parasit aneh yang tumbuh dalam dirinya. Jadi dia melakukan aborsi dan putus dengan pacarnya. Dia menyadari, kalau dia tidak mencintai pria itu. Itu sebabnya, ada yang bilang, mereka tidak bisa mencintai bayi mereka karena tidak mencintai ayah mereka. Cinta ibu adalah naluri, jadi jika kau tidak merasakannya, bukannya itu gawat." ucap Roo Bi.

"Benar, kau tidak mencintaiku. Kau mencintai hidupmu sendiri. Kau menganggap bayimu adalah hambatan." ucap In Soo dalam hatinya sambil menatap Roo Na.

"Maafkan aku karena banyak bicara. Kita bisa mulai makan sekarang." ucap Roo Bi lagi.


Tapi Roo Na merasakan perutnya tidak nyaman dan memutuskan ke kamar mandi.

Roo Bi yang hendak makan, terkejut melihat noda darah di alas duduk Roo Na.


Roo Na masuk ke kamar mandi sambil menahan sakit. Saat melihat darah yang mengalir di sela-sela kakinya, ia terkejut.

"Andwae, andwae." ucapnya lirih. Lalu, ia jatuh seketika dan menjerit kesakitan.


Roo Bi pun datang dan terkejut melihat keadaan Roo Na. Ia mengajak Roo Na ke rumah sakit tapi Roo Na menolak. Roo Na mengaku, bahwa dirinya akan baik-baik saja. Roo Bi juga berencana menelpon Gyeong Min, Roo Bi pun marah. Tapi Roo Na tetap kekeuh, ia melarang Roo Bi memberitahu siapa pun tentang keadaannya.

Roo Na keguguran!

Bersambung ke part 2.............

Akhirnya sampai juga di part ini, part yg saya tunggu-tunggu. Part dimana Roo Na keguguran.

Sy spoiler dikit ya, nanti Roo Na berbohong pemirsaaa. Dia pura-pura hamil, bahkan sampai makai bantalan perut. Tapi sih nanti dia ketahuan sama nenek dan benar-benar diusir oleh keluarga Gyeong Min.

Ruby Ring Ep 61 Part 2

Sebelumnya...


Gyeong Min pulang ke rumah dan melihat neneknya masih merajut. Nenek berkata, bahwa ia tidak akan pernah

lelah kalau untuk cucunya. Gyeong Min pun tertawa.

Lalu, Gyeong Min memberikan Geum Hee hadiah syal.

"Oh, Gyeong Min-ah. Aku tersentuh." ucap Geum Hee.

"Tersentuh apanya. Kau memaksa pria sibuk membelikanmu syal." jawab nenek.


Gyeong Min pun naik ke atas, menuju kamarnya. Setibanya di kamar, ia mendapati Roo Na sedang membaca buku kehamilan. Gyeong Min duduk disamping Roo Na.

"Kau muntah lagi?" tanya Gyeong Min.

"Tidak, mungkin karena bayi kita tapi tidak seserius itu." jawab Roo Na.

"Kudengar, ibumu datang." ucap Gyeong Min.

"Dia membawakan kami kue beras dan nenek membuatkanku kaldu ikan mas. Dia bilang, itu baik untuk ibu hamil dan kulit bayi." jawab Roo Na.

"Kaldu ikan mas? Bukankah itu sangat bau?" tanya Gyeong Min.

"Aku bisa menahannya. Jika itu baik untuk bayi kita, aku bisa menahan apapun." jawab Roo Na.


Gyeong memeluk Roo Na. Ia mengajak Roo Na melupakan pertengkaran mereka dan fokus pada bayi serta kebahagiaan mereka. Roo Na setuju.

"Gyeong Min-ssi, sekarang kau harus bekerja lebih keras. Kau tahu kan, kebutuhan anak-anak sangat mahal." ucap Roo Na.

"Pada tingkat ini, aku mungkin akan mematahkan punggungku." jawab Gyeong Min. Mereka lalu tertawa.


Di kamarnya, Roo Bi berkaca-kaca memikirkan kata-kata Gyeong Min yang merindukan masa lalu.

"Apa yang harus kulakukan, Gyeong Min-ssi? Aku sangat merindukanmu." ucap Roo Bi.


Ponsel Roo Bi berdering. Telepon dari In Soo. In Soo mengaku, sangat merindukan Roo Bi.

"Kau belum memaafkanku, kan?" tanya In Soo.

"In Soo-ssi, sudah malam. Sebaiknya kau tidur." jawab Roo Bi, lalu memutuskan panggilan In Soo.


In Soo pun menghela nafas, sembari menatap fotonya dengan Roo Bi di ponselnya.


Keesokan harinya, Roo Bi dan Soyoung makan dengan canggung karena Chorim tak nafsu makan. Gilja menenangkan Chorim dengan berkata kalau Dongpal pasti memiliki penjelasan.

"Penjelasan apa? Dia mungkin akan berbohong lagi!" jawab Chorim.

"Soyoung-ah, kau yakin itu anaknya?" tanya Gilja.

"Eomma, mungkinkah ini cuma salah paham?" tanya Roo Bi.

"Tidak mungkin itu salah paham! Semuanya sudah berakhir! Dan eonni, aku juga marah padamu! Jika itu tunangan Roo Bi atau Roo Na yang memiliki anak, kau mungkin akan membunuh pria itu. Kau bilang sudah menganggapku seperti putrimu, tapi... tapi..."

Chorim menangis dan berlari menuju kamarnya.


Gilja menyusul Chorim. Gilja berkata, bahwa ia mempercayai Dongpal sama seperti ia mempercayai Chorim. Ia mengaku, bahwa ia hanya kesulitan memahami itu. Tangis Chorim tambah kencang.


Dongpal yang baru sampai di restoran, langsung menghadap Gilja. Ia ingin mengatakan sesuatu pada Gilja.

"Haruskah aku keluar?" tanya Soyoung.

"Tidak apa-apa. Kau juga bagian dari keluargaku, ditambah kau akan menikah suatu hari nanti. Lihatlah Chef No dan belajar, jadi kau tidak akan bisa dibodohi." jawab Gilja.

Dongpal memutuskan resign dari restoran Gilja. Gilja pun kesal.

"Bahkan berlutut saja, masih belum cukup untukmu dimaafkan. Bagaimana kau bisa bertanggung jawab. Lalu, anakmu... adalah laki-laki yang datang kemarin?"

Dongpal mengiyakan.


"Kau punya anak sebesar itu tapi mengaku pria lajang." ucap Gilja.

Dongpal pun menjelaskan, kalau ia awalnya hanya bercanda. Tapi ia tidak menyangka, bahwa dirinya dan

Chorim akan saling jatuh cinta. Ditambah, Chorim hanya mau menikah dengan pria lajang.

Dongpal lalu berkata, bahwa perasaannya pada Chorim tidak pernah berubah. Ia juga menjelaskan, kalau ia tak bisa melamar Chorim karena tak bisa jujur soal Jihyeok.

"Lalu dimana ibu anak itu?"

"Ibunya meninggalkannya saat dia berumur 3 tahun." jawab Dongpal.

"Jadi bagaimana sekarang? Kau mematahkan hati Chorim! Apa kau tahu seberapa sakitnya dia! Kalian pacaran, lalu putus, pacaran putus, lalu kau menentang keras pernikahannya dengan orang lain dan sekarang, kau punya anak. Apa kau sengaja menyakiti hatinya? Kau punya dendam padanya? Harusnya kau jujur sejak awal!" ucap Gilja.

"Aku minta maaf, Samonim." jawab Dongpal.

"Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Apa yang bisa kukatakan?" ucap Gilja kesal, lalu pergi.


Soyoung mendekati Dongpal.

"Oppa."

"Chorim masih di rumahnya?"

"Aku kasihan padanya." jawab Soyoung.

"Aku benci pada diriku! Aku orang yang mengerikan!" ucap Dongpal.


Chorim masih tidak bisa memaafkan Dongpal. Saat teringat tentang Jihyeok malam itu, ia tambah kesal. Dan ia pun menyesal karena tidak menerima lamaran Gongnam.


Di kamarnya, Roo Na sedang bicara dengan bayinya.

"Kau mendengar musiknya, kan? Kau harus mirip dengan ayahmu. Kau harus pandai main piano, pandai olahraga dan belajar. Dan kau juga harus tampan." ucap Roo Na.


Tak lama kemudian, Gyeong Min keluar dari kamar mandi dan duduk di kasur.

Roo Na pun tersenyum dan segera duduk di depan Gyeong Min.

"Ayahmu tampan, kan?" ucap Roo Na.

"Kenapa kau bicara sendiri?" tanya Gyeong Min.

"Aku sedang bicara dengan bayi kita." jawab Roo Na.

"Kau pikir bayi kita bisa mendengarnya?" tanya Gyeong Min.

"Tentu saja." jawab Roo Na.

"Kita harus segera turun dan sarapan." ucap Roo Na lagi.


Gyeong Min keluar duluan. Tepat saat Roo Na akan menyusul Gyeong Min, ponsel Roo Na berdering. Telepon dari Eun Ji yang mengucapkan selamat atas kehamilannya.

"Kau bekerja hari ini?" tanya Eun Ji.

"Aku cuti hamil." jawab Roo Na.

"Kalau begitu mampirlah ke sini. Kita sudah lama tidak bertemu. Aku merindukanmu. Aku juga punya kaus kaki untuk bayimu." ucap Eun Ji.

"Aku tidak membutuhkannya. Jika kau dan Yeonho menikah, lalu punya anak, gunakan itu untuk anakmu." jawab Roo Na.

"Roo Bi-ya, sebenarnya aku sudah putus dengannya. Aku sangat depresi. Aku sangat merindukanmu. Ayo kita makan siang." ucap Eun Ji.

Roo Na terdiam.


Bersambung......