• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Hide and Seek Ep 21 Part 1

Sebelumnya..

Ternyata prediksi sy salah gaes...

Bu Kim balas dendam bukan karena Nyonya Na merebut Makepacific.

Di episode ini terungkap, kalau Bu Kim diadopsi Nyonya Na untuk menerima takdir buruk Nyonya Park... setelah itu, Nyonya Na seenak jidatnya membatalkan adopsi Bu Kim.

Lalu apa hubungan Bu Kim dan si cenayang??


Setelah mengetahui siapa Bu Kim sebenarnya, Eun Hyuk mengikuti Bu Kim. Bu Kim yang tahu diikuti Eun Hyuk pun meminta penjelasan kenapa Eun Hyuk mengikutinya

"Kita harus bicara, Kim Sun Hye-ssi." jawab Eun Hyuk.

Sontak Bu Kim kaget nama aslinya disebut. Tapi ia masih menyangkal dan mengatakan Eun Hyuk salah orang.

"Bukankah kau ibunya Min Chae Rin dan dalang dari penculikan Min Soo A dan kau hidup dibawah nama palsu Kim Sook Young?" ucap Eun Hyuk.

Barulah Bu Kim berbalik dan menatap waspada Eun Hyuk.

Eun Hyuk lantas mendekati Bu Kim.

Bu Kim pun meminta Eun Hyuk menutup mulut kalau tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi.


"Kau ingin mengirim pria pengendara motor itu lagi untuk menyerangku?"

"Kau beruntung karena lolos hari itu, tapi kali ini itu tidak akan terjadi lagi."

"Kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau kejam pada Chae Rin?"

"Chae Rin pantas menjadi pemilik Makepacific lebih dari siapapun. Dia kompeten dan gigih. Dia tidak memiliki kekurangan."

"Jadi itu sebabnya kau menyuruh seseorang menculik Min Soo A dan membuat Chae Rin menjadi pewaris sebagai gantinya?"


"Adakah alasannya aku tidak boleh melakukan itu?"

"Karena ibunya, dia menjadi pengganti untuk menerima takdir buruk, menjalani pernikahan yang tidak dia inginkan dan hidup sebagai pewaris palsu. Bisakah kau bayangkan bagaimana Chae Rin melalui semua itu? Mengejutkan karena dia tidak gila. Aku saja hampir gila melihat penderitaannya!"

"Jo Sung Min, kau lupa asalmu? Kau tahu darah siapa yang kau miliki di tubuhmu? Hal itu tidak akan pernah berubah meski kau mengganti namamu. Jika bukan karena kau, Chae Rin tidak akan dibuang. Tidak peduli dia suka atau tidak, dia akan tetap menjadi bagian keluarga itu dan dia bisa mengambil posisinya kembali. Tapi kau menghancurkannya! Kau tahu! Jadi aku mencoba membuatnya mengambil kembali apa yang sudah dia buang."


"Kau tidak akan bisa lolos setelah apa yang kau perbuat sejauh ini. Aku ingin mengungkap kebenarannya tapi tidak bisa karena aku tidak ingin Chae Rin syok. Aku tidak mau melihatnya hancur. Jadi kau harus mengatakannya sendiri! Katakan padanya siapa kau sebenarnya dan apa yang sudah kau lakukan. Tidak peduli Chae Rin memaafkan atau menghukummu, kau harus menerimanya dengan hati lapang. Kau mengerti."

Bu Kim tertawa.


Eun Hyuk menatapnya tajam dan berkata, tidak seorang pun boleh menyakiti Chae Rin, termasuk Bu Kim.

"Aku akan mencari cara agar Chae Rin bisa menerima kebenaran ini tanpa rasa syok. Jadi tunggu lah sampai saat itu. Segera, kebenarannya akan terungkap."

Eun Hyuk lantas beranjak pergi. Bu Kim pun menatapnya dengan tatapan tajam.


Chae Rin bertanya-tanya, kenapa Bu Kim membohonginya.

"Aku yakin ibuku masih hidup di suatu tempat. Jika tidak, dia tidak mungkin membohongiku."

Chae Rin pun berniat menemui Bu Kim lagi tapi Eun Hyuk menceganya.

"Kau tidak akan mendapatkan jawabannya meskipun menemuinya. Dia bahkan membuat abu palsu."

"Tapi aku tidak akan diam seperti ini. Hanya dia yang satu-satunya tahu siapa ibuku." jawab Chae Rin dengan tangis yang hampir pecah.

"Apapun yang Bu Kim katakan, bisakah kau menerimanya? Bagaimana jika dia mengatakan sesuatu yang tidak pernah kau bayangkan?" tanya Eun Hyuk cemas.

"Jika aku harus tahu, aku akan menerimanya." jawab Chae Rin.

"Bagaimana jika lebih baik kau tidak mendengarnya? Bagaimana jika kau tidak ingin mendengarnya?" tanya Eun Hyuk.

"Ani, aku harus tahu kebenarannya meski itu melukai hatiku." jawab Chae Rin.


Sekarang, Bu Kim menemui Jae Sang. Ia berjanji akan menghancurkan Eun Hyuk jika Jae Sang menjadikan Chae Rin pemilik Makepacific.


Sontak Jae Sang terkejut. Ia lantas pindah ke sofanya dan mengajak Bu Kim bicara.

Bu Kim berkata, Jae Sang satu-satunya orang yang bisa membuat Makepacific menjadi milik Chae Rin.

"Alih-alih Min Soo A, kau malah mendukung Chae Rin. Kupikir kau orangnya Bu Na."

"Menurutmu siapa yang pantas menjadi pemilik Makepacific. Jika bukan karena Chae Rin, Makepacific sudah lama hancur. Dengan keterampilan seperti, dia jelas cukup bagus menjadi pemiliknya. Jika Cha Eun Hyuk menghalangi jalanmu, aku akan menghancurkannya. Kau dan Chae Rin pasangan serasi. Jika itu memberikan akhir yang bahagia untuk seseorang."

"Akhir bahagia? Aku suka mendengarnya." jawab Jae Sang.


Chae Rin kembali menemui Bu Kim untuk menanyakan ibunya.

"Kau terlihat seperti merindukan ibu kandungmua. Kau tidak pernah ingin tahu siapa ibumu. Kau tidak pernah merindukannya. Kau memperlakukan Nyonya Park seperti ibumu dan bersikap seperti putri kandungnya."

"Siapa bilang aku tidak merindukannya? Aku tidak pernah melupakannya dari pikiranku meskipun hanya sekali. Aku memperlakukan Nyonya Park sebagai ibuku, karena aku harus melakukannya. Jika aku tidak melakukannya, aku akan menjadi yatim piatu. Aku tidak bisa berhenti memikirkan hal itu. Apa kau tahu? Siapa ibuku? Dimana dia?"

"Aku tidak peduli dengan ibumu."

"Apa katamu?"


"Saat aku muak dengan hubungan darah Nyonya Na, kau datang ke rumah ini. Aku membantumu karena kasihan melihatmu berjuang bertahan hidup. Hanya itu alasannya. Kau sendiri yang mengatakannya. Hanya yang punya sikap pemilik lah yang dapat menjadi pemilik. Aku setuju denganmu." jawab Bu Kim.

Bu Kim hendak masuk, tapi Chae Rin langsung menahan dan mencengkram lengan Bu Kim.

"Kau bercanda? Berarti kau berharap aku melupakannya saat kau berbohong padaku kalau ibuku sudah mati?"

"Entah percaya atau tidak, begitulah kenyataannya. Mau kau tanya berapa kali pun jawabanku tetap sama."

"Kalau begitu bisa kuberi tahu nenek soal ini? Kenapa kau membantuku dan apa yang ada di pikiranmu. Kau tidak peduli nenek tahu atau tidak?"

Chae Rin lantas masuk. Ia ingin memberitahu Nyonya Na siapa Bu Kim tapi Bu Kim menghentikannya dengan mengancamnya akan melukai Eun Hyuk.


Chae Rin pun kembali menatap tajam Bu Kim.

"Sadarlah dimana posisimu sekarang dan tetap diam. Nyonya Na sedang menunggu waktu yang tepat. Nona Soo A sudah meminta Nyonya Na untuk menghancurkannya. Karena sekarang dia tidak bisa memilikinya, dia tidak ingin ada yang memilikinya. Sekarang kau mengerti? Selama kau bersamanya, entah bagaimana dia akhirnya akan terluka karena itu tinggalkan dia segera. Kau memiliki koneksi yang andal seperti Presdir Moon. Berhenti bersikap bodoh. Apa yang sudah kau lalui dan untuk apa kau hidup. Pikirkan itu saja. Seharusnya itulah yang Min Chae Rin lakukan." ucap Bu Kim.

Bu Kim lalu masuk, meninggalkan Chae Rin yang terpaku menatapnya.


Sampai di rumah, Chae Rin langsung meminta Eun Hyuk hati-hati. Ia yakin, seseorang akan datang mengancam Eun Hyuk lagi.

"Musuhku dari segala arah. Bagaimana aku bisa berakhir seperti ini?" jawab Eun Hyuk.

"Berhentilah bercanda. Kau mungkin akan terluka karena aku. Jika itu terjadi, aku tidak akan pernah memaafkan diriku." ucap Chae Rin.

Eun Hyuk pun tersenyum. Ia lantas memegang tangan Eun Hyuk.

"Kalau begitu aku akan memastikan tidak akan ada yang terjadi setidaknya demi kau." jawab Eun Hyuk.


Sekarang, Chae Rin sudah tertidur. Eun Hyuk datang, mendekati Chae Rin yang tertidur di sofa. Eun Hyuk kemudian menyelimuti Chae Rin dan menyibak rambut Chae Rin serta menatap Chae Rin.


Tak lama kemudian, Eun Hyuk dihubungi Kyung Sik.

Mereka bertemu di warung tenda. Kyung Sik memberitahu bahwa Sun Hye sudah lama mengganti namanya menjadi Kim Sook Young.

"Setelah adopsinya dibatalkan, tidak ada jejak tentangnya." ucap Kyung Sik.

"Kau tahu nama panti asuhan pertama tempatnya tinggal?" tanya Eun Hyuk.

"Karena sudah lama sekali, informasinya sudah tidak ada." jawab Kyung Sik.

"Kau tahu siapa yang mengadopsinya?" tanya Eun Hyuk.

"Aku tidak bisa melacak itu. Pemutusan adopsinya terjadi beberapa kali. Tapi aku bisa mendapatkan informasi seorang temannya yang tinggal di panti asuhan yang sama dengannya." jawab Kyung Sik.


Kyung Sik lantas memberikan catatan itu pada Eun Hyuk.

Di catatan itu tertulis nama serta alamat teman sepanti Bu Kim.

Choi Eun Young. Yeongdo-ro 14, Yeongdeungpo-gu, Seoul.

"Dia menyembunyikan fakta bawa dia diadopsi dan menjalani seluruh hidupnya dengan rahasia itu seolah-olah dia tidak ada di dunia ini." ucap Eun Hyuk.

Kyung Sik mengangguk-ngangguk.

Mereka lalu membahas Chae Rin. Eun Hyuk cemas, ia takut Chae Rin terluka jika mengetahui siapa Bu Kim sesungguhnya.


Jae Sang minum-minum sendirian di rumahnya sambil memikirkan tawaran Bu Kim.


Tak lama berselang, Pimpinan Moon keluar dan heran melihat Jae Sang minum-minum di malam yang sudah larut.

Jae Sang pun berkata, bahwa ada seseorang yang ingin menghancurkan Eun Hyuk untuknya.

Pimpinan Moon kaget dan langsung duduk di depan Jae Sang.

Jae Sang berkata, seseorang memberikannya penawaran menarik.

"Jadi, apa jawabanmu? Kau menerima tawaran itu?" tanya Pimpinan Moon.

"Aku hanya ingin dia hilang dari hadapanku, tapi...."

"Kenapa kau ragu?

"Aku takut kalau Chae Rin tidak akan mau melihatku lagi jika aku melakukannya. Awalnya aku bertekad tidak akan kehilangan dia. Tapi siapa yang tahu. Bisa saja kami berkeluarga dan punya anak jika kami tidak cocok sebagai mitra bisnis."

"Jika kau ingin bersamanya dan punya anak dengannya, tidak terlalu terlambat. Tidak sulit mendapatkannya. Sudah ada seseorang yang bersedia melakukan pekerjaan kotor itu."

"Boleh seperti itu?" tanya Jae Sang.


Eun Hyuk dihubungi Jae Sang. Jae Sang mengajaknya ketemuan tapi ia menolak. Jae Sang pun langsung berkata, bahwa Bu Kim datang menemuinya dan membuat penawaran menarik tentang Chae Rin. Sontak Eun Hyuk kaget dan langsung ke Taesan menemui Jae Sang.


Jae Sang memberitahu Eun Hyuk bahwa Bu Kim ingin dia menjadikan Chae Rin pemilik Makepacific.

"Dia bilang ingin menyingkirkan yang kubenci. Ini peringatan terakhirku. Menjauhlah dari Chae Rin. Bukan hanya untuknya tapi demi kebaikanmu juga. Cinta riskanmu itu tidak cocok untuk sembarang orang. Kau tahu apa yang dia harus lalui saat menerima semua perlakuan buruk di keluarga Min. Dia sangat tangguh dan menahan semuanya sambil berpura-pura menjadi orang lain. Gairahnya untuk perusahaan yang membuatnya terus bertahan tapi dia melepaskan semuanya dalam sekejap. Memangnya sulit membayangkan sesedih apa perasaannya? Jika kau benar-benar mencintainya, lepaskan dia."

"Meski dia mendapatkan semua yang dia minta, dia tetap akan merana tanpa aku. Kau sudah lupa dia lari darimu dan datang padaku."

Mendengar itu, Jae Sang mulai kesal.


"Kau membuat kesalahan besar. Apapun yang terjadi sekarang kau harus sadar ini akibat ulahmu sendiri."

"Kalau begitu aku mungkin harus menanyakan nasibmu pada peramal untuk tahu bagaimana masa depanku."

Jae Sang tersenyum kesal.


Eun Hyuk menemui Choi Eun Young, teman sepanti Bu Kim. Tapi sayangnya, Eun Young tidak ingat apapun karena kejadiannya sudah lama.

Eun Hyuk mengerti dan minta diri. Tapi saat Eun Hyuk akan kembali ke mobilnya, wanita itu ingat sesuatu dan memberitahu Eun Hyuk kalau orang tua angkat Sun Hye adalah pemilik perusahaan kosmetik.


Chae Rin menemui sang ayah di kantor (akhirnya ada lagi scene ayah dan anak ini).

Ada Do Hoon juga disana.

"Do Hoon memberitahuku bahwa kami bisa menyelesaikan masalah pesanan pembelian Soo A berkat dirimu. Gomapta."

Do Hoon tersenyum mendengarnya.

Chae Rin merendah. Ia mengatakan, apa yang dilakukannya bukan sesuatu yang istimewa dan ia hanya melakukan tugas sebagai mantan CFO.

"Sejujurnya aku khawatir saat pernyataan keluar dia telah dipromosikan menjadi CFO. Aku yakin dia banyak belajar dari pengalaman ini." ucap Presdir Jang.

Presdir Jang lantas meminta Do Hoon meninggalkan mereka karena ingin bicara berdua dengan Chae Rin.

Do Hoon pun meninggalkan mereka dengan senang hati.


"Namamu sudah dihapus dari keluarga dan kau diusir dari rumah, kau benar-benar berakhir seperti itu? Waktu itu aku kasar padamu..."

"Tidak apa-apa, Ayah. Soo A sudah kembali sekarang. Hubungan kita tidak mungkin seperti dulu

lagi." jawab Chae Rin dengan sorot mata terluka.


Soo A menuju ruangan ayahnya dengan wajah kesal.

Ia bertemu Do Hoon. Do Hoon pun sontak melarangnya masuk.

"Ayahmu sedang bersama Chae Rin sekarang. Dia memanggilnya untuk membahas pesanan pembelian bahan baku?"

"Wae? Untuk memberinya hadiah? Sangat menyebalkan. Seakan sangat layak dipuji saja. Ayah benar-benar sangat mengecewakan."

"Berhentilah bersikap kekanakan."

"Kau juga berpikir seperti itu? Kau pikir, posisi CFO lebih cocok diisi Chae Rin daripada aku? Para karyawan tampaknya juga berpikir seperti itu. Mereka enggan menyebuutku CFO mereka. Memang mereka pikir ini mudah bagiku? Aku sudah berusaha sebaik mungkin, tapi mereka memperlakukanku seperti tenaga penjual keliling." ucap Soo A kesal.


Soo A lalu berlari menuju ruangan ayahnya tapi langkahnya terhenti karena ponselnya tiba-tiba berdering.

"Eomma." Soo A menangis.

"Ada apa, Soo A-ya? Kenapa kau menangis? Baiklah, ibu akan segera kesana." jawab Nyonya Park, lalu turun dari tempat tidur.


Tepat saat itu, Bu Kim datang membawakan obat.

Nyonya Park memberitahu bahwa Soo A kesulitan beradaptasi dengan hidup barunya.

Ia lantas berniat memberikan sahamnya pada Soo A untuk mendukung Soo A.

"Kalau begitu, berarti Nona Soo A akan menjadi pemegang saham terbesar. Ini berarti dia menjadi

Presdir perusahaan kan?" tanya Bu Kim.

"Kurasa begitu." jawab Nyonya Park, lalu bersiap-siap.


Tak mau Soo A mendapatkan semuanya, Bu Kim pun memberikan obat itu pada Nyonya Park.

Ia juga mengatakan, akan menyiapkan obat untuk Soo A juga.

Saat Nyonya Park meminum obat itu, Bu Kim menatapnya tajam dan tersenyum menyeringai.

Bersambung ke part 2.......

Love Rain Ep 5

Sebelumnya...


Joon mengambil foto2 pemandangn sepanjang perjalanan di kereta. Akhirnya kereta sampai di stasiun. Jo Soo turun duluan dengan teman2nya, baru disusul oleh Joon. Joon yang sedang berjalan ditabrak oleh Ha Na yang lagi terburu2. Ha Na meminta maaf pada Joon karena sudah menabraknya. Ia lalu pergi karena sudah dipanggil oleh kedua temannya. Joon memandangi kepergian Ha Na, lalu berjalan ke arah yang berlawanan.



Joon sedang memotret seorang model yang memakai mantel bulu lengkap dgn berbagai macam perhiasan di hamparan salju. Ia lalu melihat hasil jepretannya, kemudian meminta istirahat. Jo Soo mendekati Joon. Joon menyerahkan kameranya sambil mengeluh. "Ada apa?" tanya Jo Soo akhirnya. "Apa harus dia seperti itu? Ini kan bukan yang pertama kalinya." keluh Joon. "Menurutku dia cantik. Coba kau lihat berliannya, ah jantungmu pasti berdebar." goda Jo Soo. "Jantungku tidak pernah berdebar2 untuk siapa pun." jawab Joon. "Bagaimana mungkin kau tidak tertarik padanya?" tanya Jo Soo tidak percaya. Joon menatap Jo Soo, lalu berkata "Keahlianku adalah membuat para gadis tergila2 padaku". Joon lalu mengedipkan matanya ke Jo Soo.


Joon melihat hasil jepretannya. Sang model terus memperhatikan Joon. Pandangan mata Joon teralih pada model itu. Si model pun senang dan melambai2kan tangannya pada Joon. Joon menatap Jo Soo, benarkan? Model itu melambai2kan tangannya pada Joon. Joon memandang sinis model itu. Sang model kecewa Joon tidak membalas lambaiannya. Jo Soo tidak percaya Joon tidak tertarik pada model yang menurutnya sangat cantik itu. Joon lalu meminta waktu setengah jam untuk istirahat. Dia beranjak menuju mobilnya. Melihat itu, sang model pun mengikuti Joon.


"Heh! Apa yang kau lakukan?" tanya Joon begitu gadis itu masuk ke mobilnya.

"Diluar dingin sekali." jawab gadis itu.

"Aku tidak suka diganggu. Jadi pergilah." ucap Joon.

"Aku tidak akan mengganggumu." jawab gadis itu, lalu meletakkan tangannya ke penghangat yang ada di mobil.

"Kau berbeda. Dari apa yang kudengar, kau memilih setiap gadis yang kau sukai dalam waktu 3 detik. Apa kau tahu julukan apa yang mereka berikan untukmu?" tanya gadis itu.

"Ah, itu hanya rumor." jawab Joon.

"Tapi kenapa kau tidak berusaha meredam gosip itu?" tanya gadis itu.

"Siapa bilang gosip itu tidak benar." jawab Joon.

"Jadi gosip itu benar?" tanya gadis itu.

"Aku sengaja membiarkan orang2 berpikir kalau aku ini playboy. Dengan begitu, para gadis akan berhenti menyukaiku." jawab Joon.

Gadis itu tersenyum.

"Para gadis membuatku tidak nyaman." ucap Joon lagi.

"Kenapa?" tanya gadis itu.

"Karena aku tidak percaya cinta. Cinta pertama ku, membuatku patah hati." jawab Joon.

"Kalau begitu kita sama. Aku sangat tahu seperti apa rasanya. Kalau kau mau, kau boleh curhat padaku." ucap gadis itu.


Joon menatap gadis itu. Ia lalu mengubah posisinya dengan menghadap gadis itu. Gadis itu terlihat senang. "Tapi aku tidak tahu kenapa aku merasakan sesuatu yang aneh setiap berada di dekatmu." ucap Joon. Gadis itu tersenyum. Joon mendekatkan wajahnya, seolah2 mau mencium gadis itu. Tapi tiba2 ponselnya berdering. Joon mencari2 sumber suara. Gadis itu menunjuk2 kantong Joon.

"Aku?" tanya Joon.


Joon pun merogoh kantongnya. Dia mengeluarkan ponsel berwarna biru dgn gantungan kunci berwarna pink. Itu bukan ponselnya! (pasti itu ponsel Ha Na, tertukar saat mereka bertabrakan di stasiun tadi). Joon turun dari mobilnya dan menjawab ponsel itu.

"Halo." ucap Joon.

"Oh, jadi kau orang Korea?" tanya suara di seberang sana.

"Ya." jawab Joon.

"Itu ponselku. Dimana kau mengambilnya?" tanya si pemilik ponsel.

 "Aku tidak mencurinya. Aku saja baru sadar ponsel ini ada di kantongku." jawab Joon.

"Apa? Kenapa bisa ada di kantongmu?" tanya pemilik ponsel tak percaya.

"Beraninya kau menuduhku seperti itu." jawab Joon gak terima.

"Dimana kau? Aku akan segera ke sana." ucap pemilik ponsel yang ternyata adalah Ha Na.
 
Ha Na lalu menutup teleponnya. Ha Na pun mengajak kedua temannya pergi. Teman Ha Na yang bertubuh gemuk bertanya kemana mereka akan pergi. Ha Na bilang kalau ia harus menemui seseorang. Di bis, teman Ha Na yang bernama Han Tae Seong tanya kemana mereka akan pergi. Ha Na tidak mau memberitahu. Temen Ha Na yang gemuk kesal karena Ha Na merahasiakan sesuatu darinya.


Joon melancarkan rayuannya pada sang model. Tapi saat ia mau mencium si model, Jo Soo datang memberitahu Joon kalau pihak iklan mau Joon menghentikan pengambilan gambar. "Apa?" tanya Joon tidak percaya. Joon melakukan skype dgn pihak iklan. Ia tanya kenapa pengambilan gambar harus dihentikan. Bukannya menjawab, pihak iklan malah bertanya bagaimana kualitas gambar videonya. Bagaimana wajahnya. Joon kesal melihat pihak iklan yang gak serius. Ia tanya apa masalahnya. Sebelum menjawab, pihak iklan minum dulu. Ia pun akhirnya menjawab pertanyaan Joon. Menurutnya pengambilan gambar lebih bagus dilakukan di Seoul. Ia juga bilang kalau konsep Rat Salju terlalu tua. "Lalu?" tanya Joon. Pihak iklan menyuruh seketarisnya mengambil majalah dgn menjentikkan jarinya. Ia pun menunjukkan foto seorang wanita yang mengenakan baju berumbai2 di majalah itu pada Joon.

"Apa?! Kau suruh aku memplagiat?" tanya Joon kesal.

"Anggap saja ini suatu penghormatan. Semua org punya idola masing2 kan?" jawab pihak iklan.

Joon bangkit dari duduknya dengan kesal.

"Ada apa?" tanya pihak iklan.

Jo Soo berusaha menenangkan Joon, dan berbicara dgn pihak iklan.

"Dia sangat percaya diri dengan hasil kerjaannya. Semua orang tahu itu. Untuk sukses, bukan hanya percaya diri yang dibutuhkan. Dia langsung terkenal saat memulai debutnya di New York dgn foto2 kotornya. Tapi di sini dia bukan siapa2. Tidak akan ada yg mau bekerja sama dengannya!" ucap pihak iklan kesal.

"Kau tahu apa tentang seni?" tanya Joon kesal.

Joon yang kesal langsung menutup laptopnya sehingga pembicaraan terputus. Pihah iklan memanggil2 Joon. Ia lalu tanya kepada seketarisnya kenapa layarnya tiba2 jadi gelap.


Jo Soo mengejar Joon.

"Heh! Apa yang kau lakukan? Kalau kau membatalkan kerja sama itu, kita akan bangkrut." ucap Jo Soo.

"Siapa yang akan bangkrut? Aku Seo Joon!" jawab Joon.

"Ya kau Seo Joon. Kau berasal dari keluarga kaya, tapi aku? Bagaimana caranya aku membayar hutang2ku?" tanya Jo Soo lagi.


Tiba2, ponsel Jo Soo berbunyi. Telepon dari ibu Joon. Joon menyuruh Jo Soo jangan mengangkat teleponnya. Telepon pun mati, lalu tak lama kembali berbunyi. Tapi kali ini telepon dari pihak iklan. Joon melarang Jo Soo mengangkatnya. Tapi Jo Soo tetap mengangkatnya dan berlari menjauhi Joon. Joon memaki Jo Soo. Ponsel Ha Na berdering.

"Hallo! Siapa kau!" bentak Joon.

"Aku orang yang menelponmu tadi. Dimana posisimu?" tanya Ha Na.

"Maaf, aku sudah pulang." jawab Joon.

"Bisa2nya kau menyuruhku ke sini, tapi kau malah pulang." tanya Ha Na kesal.

"Kau pikir aku menginginkannya! Kalau kau serius mau mengambil ponselmu, harusnya kau datang lebih awal." jawab Joon kesal.

"Aku sudah berusaha datang secepat mungkin." ucap Ha Na.

"Tapi kau terlambat!" jawab Joon.

"Kenapa kau kasar sekali?" tanya Ha Na.

"Itu salahmu sendiri! Kenapa kau datang terlambat. Lagian kau kan yang menghilangkan ponselmu? Jadi kenapa aku harus mendengarkanmu? Kalau kau kesal, aku akan membuangnya! Kau bisa melakukan apapun yang kau suka." jawab Joon.

"JANGAN! Aku akan segera ke sana." ucap Ha Na.

"Lagi?" tanya teman Ha Na yg gemuk.a

"Dimana kau sekarang?" tanya Ha Na.

Bukannya menjawab, Joon mematikan ponselnya, lalu memanggil Jo Soo yang lagi bicara dgn pihak iklan. Dengan sedikit ragu, Jo Soo mendekati Joon. "Apa kau sudah memberitahu mereka kalau aku akan melakukan apa yang kumau?" tanya Joon. "Mereka akan datang ke sini besok." jawab Jo Soo. "Apa? Kau ini bukannya membereskan masalah! Cepat kemasi barangmu!" suruh Joon. "Kau mau kabur?" tanya Jo Soo.

Ha Na kesal dgn Joon, tapi ia tetap mau menemui Joon.


Dalam perjalanan ke hotel, Joon menelpon asistennya yg lain di Seoul. Ia menyuruh asistennya memberitahu pihak pengiklan kalau dia akan melakukan apa yang dia mau. Ia akan memikirkan tema yg lain jadi pihak pengiklan tidak perlu datang ke Jepang. Jo Soo ragu apa Joon akan mendapatkan tema yang cocok secepat itu. Joon menyuruh Jo Soo diam karena dia sedang berpikir.

"Anak orang kaya sepertimu tidak masalah kalau tidak mendapatkan pekerjaan, tapi bagiku ini masalah besar." ucap Jo Soo.


Joon mau membalas tapi urung dilakukan. Akhirnya Joon sampai di kamar hotelnya. Ponsel Ha Na kembali berbunyi. Di saat bersamaan, Jo Soo masuk membawakan barang2 Joon. Joon melemparkan ponsel Ha Na ke Jo Soo dan menyuruh Jo Soo menjawabnya. Jo Soo menjawabnya, tapi ia disemprot Ha Na. Jo Soo gak percaya Joon mempermainkan Ha Na sampai dua kali. Jo Soo menyuruh Ha Na datang ke hotel, tapi Ha Na lagi menyemprot Jo Soo.

"Hei, tutup saja teleponnya. Kita ada pesta malam ini, jangan lupa ajak juga model itu." perintah Joon.


Ha Na kesal pada Joon. Teman Ha Na yg gemuk membujuk Ha Na untuk mengambil ponselnya besok, dan pergi ke Tomitapam seperti yang sudah direncanakan. "Aku akan membunuhnya." ucap Ha Na kesal. "Atau sekarang saja kita mengambil ponselmu." ucap teman Ha Na yg gendut ketakutan. Di halte bus, Ha Na dan teman2nya menunggu bus. Ha Na menyuruh teman2nya mencari hotel karena ia akan pergi mengambil ponselnya sendiri. Awalnya Tae Sung tidak setuju, tapi teman mereka yg gendut membujuk Tae Suk mencari penginapan karena sudah letih. Akhirnya Tae Sung setuju. Tae Sung lalu mengingatkan Ha Na kalau besok mereka akan pergi berdua saja melihat salju berlian jika teman mereka yg gendut tidak mau ikut.

"Hei, bukankah ada mitos yg mengatakan bila hanya berdua saja melihat salju berlian, maka mereka akan saling jatuh cinta." ucap teman yg gendut.

Tae Sung langsung menutup mulut temannya itu. Kayaknya Tae Sung naik Ha Na nih. Bis Ha Na datang. Ha Na segera naik ke bis. Tae Sung memberikan ponselnya ke Ha Na agar bisa berkomunikasi dgn Ha Na.

Jo Soo tertawa2 melihat ponsel Ha Na. Namun begitu Joon datang, dia langsung menutup mulutnya. Joon tanya apa Jo Soo sudah menemukan foto Ha Na. Jo Soo bilang kalau dia belum menemukan fotonya. Joon lalu bersiap2, kemudian duduk di sofa dan membuka ponsel Ha Na yg ditinggalkan Joon. Saat membuka kunci ponsel Ha Na, yg muncul adalah gambar setan. Joon kaget setengah mati.

"Apa dia anak2?" ucap Joon kesal.

Joon lalu membaca jawaban tebak2an di ponsel Ha Na. Ia tertawa membaca jawaban2 itu. Ia lalu mencari2 foto Ha Na di ponsel itu tapi tak ketemu. Sesaat kemudian dia tercengang saat melihat video pepohonan yang dikelilingi salju dan ditimpa cahaya matahari. Sepertinya Joon sudah mendapatkan ide untuk tema iklannya.

Ha Na turun dari bis. Ia bergegas menuju hotel Joon. Di jalan Ha Na terserempet mobil. Ternyata itu mobil Joon dan Jo Soo. Jo Soo turun dari mobil dan menanyakan keadaan Ha Na dgn Bahasa Jepang. Ha Na juga menjawabnya dengan Bahasa Jepang. Joon yang mengira Ha Na org Jepang, menyuruh Jo Soo masuk karena Ha Na yang memakai baju tertutup itu sepertinya baik2 saja dgn Bahasa Korea.


Saat Jo Soo memberi kartu nama pada Ha Na, Ha Na menjawab dgn ketus dalam Bahasa Korea kalau ia akan menelpon mereka jika ada masalah dgn baju tertutupnya. Joon terdiam mendengar ucapan Ha Na. Ia tak menyangka Ha Na ternyata Orang Korea. Begitu pula dgn Jo Soo. Jo Soo minta maaf pada Ha Na. Ha Na menyuruh Jo Soo hati2 menyetir di negara orang. Joon di dalam mobil pura2 gak denger.

Ha Na sampai di hotel Joon. Ia menelpon ponselnya tapi gak diangkat.


Di tempat pesta, Joon main mata dgn model itu. Model itu lalu bangkit dari duduknya dan menyuruh Jo Soo yang duduk di sebelah Joon pindah karena dia mau duduk di dekat Joon. Joon dan model itu lalu bertingkah seperti sepasang kekasih. Mereka lalu pindah ke tempat karaoke. Ada staf banci yg terus nempelin Jo Soo. Masih di lobby hotel, Ha Na menelpon ke ponselnya tapi tidak diangkat. Sementara itu di tempat karaoke, Joon memberi kode ke model itu untuk keluar bersamanya.


Ha Na marah2 karena Joon tidak bisa dihubungi. Resepsionis mengintip Ha Na. Ha Na yg sadar diintip resepsionis, merasa malu. Saking lelahnya menunggu Joon, Ha Na sampai tertidur di lobby. Namun dia langsung bangun dan kaget melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Ia lalu mendapat ide saat melihat resepsionis kosong. Ha Na pun memeriksa semua kamar. Ia menelpon ke ponselnya dengan harapan bisa menemukan ponselnya. Ha Na sampai di kamar Joon dan mendengar suara ponselnya.

Ha Na menggedor2 pintu kamar Joon, tapi tidak ada yg membukanya. Ha Na yg kesal menarik gagang pintu kamar Joon. Ternyata kamar Joon tidak terkunci. Ha Na pun langsung masuk ke dalam. Ia menghidupkan lampu dan menelpon ponselnya. Betapa bahagianya Ha Na saat menemukan ponselnya di sofa. Saat mau pergi, langkahnya terhenti. Ia mau membalas Joon yang sudah mempermainkannya.

Ha Na masuk ke kamar mandi dan memindahkan lampu ke atas wastafel. Dia lalu menuliskan sesuatu di cermin menggunakan lipstick berwarna merah menyala. Saat mau keluar dari kamar mandi, Ha Na kaget melihat Joon dan model itu masuk ke kamar. Ha Na yg panik masuk lagi ke kamar mandi. Ha Na menjerit saat melihat Joon dan model itu akan berbuat mesum dari kaca kamar mandi. Joon dan model itu melompat ke kasur, namun mereka meringis kesakitan. Joon menyibakkan spreinya dan di sana ada banyak barang. Ha Na yang menarok barang2 itu di sana untuk membalas Joon.


"Apa yang melakukan ini pacarku?" ucap model itu.

"Jadi kau punya pacar?" tanya Joon.

"Tapi tidak mungkin dia. Kalau dia tahu aku selingkuh, dia akan meletakkan pisau di sana." jawab model itu.


Joon mulai merasa seram. Ia pamit ke kamar mandi. Saat mau masuk kamar mandi, ia menabrak Ha Na. Keduany sama2 menjerit. Si model menuduh Ha Na pencuri. Ha Na yang gak terima menunjukkan ponselnya. Ia mengingatkan Joon kalau Joon sudah mempermainkannya dgn menyuruh datang ke Lapangan Hirano, ke hotel dan akhirnya masuk ke kamar Joon. Joon merebut ponsel Ha Na.

"Jadi ini alasannya kenapa kau memasukkan ponselmu ke tasku?" ucap Joon.

"Apa maksudmu?" tanya Ha Na.

"Kau pencuri." ucap model itu.


Ha Na mau merebut ponselnya, tapi Joon tidak mau mengembalikannya. Joon lari, dan Ha Na mengejarnya. Mereka pun saling kejar2an dan akhirnya jatuh di ranjang. Joon menyuruh model itu pergi. Joon lalu memegangi tangan Ha Na dan tersenyum licik. Sementara itu, Ha Na terus meronta2.


Jo Soo masuk ke kamar Joon, karena menyangka Joon ada di kamar. Tapi ia kaget saat mendapati kamar dalam kondisi berantakan. Jo Soo mulai cemas dan masuk ke kamar mandi. Ia menjerit saat melihat krim cukur belepotan di cermin dan ada tulisan berwarna merah di cermin. Tidak itu saja, di wastafel juga ada cairan berwarna merah darah. Jo Soo jatuh terduduk dan tidak sanggup melakukan apa2. Dia syok berat!!


Dalam perjalanan, Ha Na ngomel2 karena Joon memperlakukannya tidak baik, padahal dia tidak bersalah. Joon tidak peduli dan tanya apa yang dilakukan Ha Na di Saporro. Ha Na bilang kalau dia sekolah di sana. Joon tanya lagi Hana sudah tingkat berapa. Ha Na bilang kalau dia akan segera lulus dan kembali ke Korea. Joon mengancam akan membuat Ha Na di depak dari Korea. Ha Na memohon2 agar Joon tidak melakukan itu. Joon pun meminta Ha Na melakukan sesuatu untuknya jika tidak mau dilaporkan ke polisi.

Joon menghentikan mobilnya. Ha Na tanya kenapa Joon menghentikan mobilnya. Joon lalu mendekatkan wajahnya ke Ha Na. Ha Na mulai ketakutan. Joon memperlihatkan video salju yang ada di ponsel Ha Na pada Ha Na. Ia tanya dimana tempat itu. Ha Na bilang kalau itu adalah salju berlian. Joon mengajak Ha Na menuju pegunungan tapi jalannya sudah ditutup. Joon tanya apa lokasinya masih jauh. Ha Na bilang kalau lokasinya masih jauh dan ia mau melihat salju berlian pagi hari. Joon lalu memundurkan kursinya dan tidur.

"Apa yang kau lakukan? Jangan bilang kita akan menunggu di sini sampai pagi." ucap Ha Na.

"Apa kau mau membiarkan aku sendirian ke sana?" tanya Joon.

"Kita kan bisa kembali ke hotel, lalu ke sini lagi pagi harinya." ucap Ha Na.

"Kita sudah tidak punya waktu." jawab Joon.

"Tapi kenapa harus aku?" tanya Ha Na.

"Karena kalau aku tidak ke tempat itu, aku akan hancur." jawab Joon.

Ha Na mau bertanya lagi, tapi Joon menyuruhnya tidur. Ha Na kesal, lalu beranjak tidur.

Pagi pun tiba. Joon turun dari mobil.

"Heh, tutup pintunya. Udaranya sangat dingin." suruh Ha Na.

"Kau tidak mau keluar?" tanya Joon.

"Aku kan sudah bilang kalau aku tidak mau melihat salju berlian denganmu. Aku bisa mati jika melihat salju itu denganmu." jawab Ha Na.

"Baiklah." ucap Joon lalu mengeluarkan ponsel Ha Na.  "Aku tidak punya pilihan lain." ucap Joon lagi, lalu mau membuang ponsel Ha Na. Ha Na menjerit, STOPPP! Ia pun turun dari mobil dengan kesal. Ha Na lalu tanya apa Joon mau ke sana dengan pakaian tipis seperti itu. "Apa kita mau berburu beruang kutub? Kau membungkus tubuhmu dengan pakaian setebal itu. Dimana selera fashionmu?" jawab Joon. "Kemampuan bertahan lebih diutamakan daripada fashion." jawab Ha Na. "Apa kau tahu kenapa baju mahal harganya mahal. Karena baju mahal itu tipis, ringan dan bergaya. Tapi juga bisa menghangatkan tubuhmu." jawab Joon. Hana kesal dgn omongan Joon, lalu beranjak pergi.


Joon yg kedinginan mengikuti Ha Na di belakang. Joon tanya berapa lama mereka harus berjalan hingga sampai ke tempat itu. "Cepatlah! Sedikit lagi kita sampai." jawab Ha Na, lalu kembali berjalan. Namun dia berhenti melangkah dan menoleh ke Joon, "Kau tidak kedinginan kan?" tanya Ha Na. "Aku tidak kedinginan." jawab Joon. "Tentu saja kau tidak dingin, karena kau pakai baju mahal dan penuh gaya." jawab Ha Na menyindir Joon. Joon tidak bisa membalas Ha Na.

"Kau kedinginan kan?" ledek Ha Na.

"Aku tidak kedinginan." jawab Joon malu.

Saat mau mengikuti Ha Na, Joon terjatuh. Ha Na menertawakan Joon, lalu menyuruh Joon mengikutinya. Joon pun dengan tertatih2 mengikuti Ha Na. Mereka akhirnya sampai.

"Cepatlah! Kita sudah sampai." ucap Ha Na.

"Mana saljunya!" tanya Joon.

"Belum ada. Kau bisa melihatnya kalau matahari sudah terbit. " jawab Ha Na.

"Kapan matahari terbit?" tanya Joon.

"Dua jam lagi. Tapi aku juga tidak yakin sih? Bisa saja lebih." jawab Ha Na.

"Lalu apa yang akan kita lakukan?" tanya Joon.

"Apa yang akan kita lakukan? Tentu saja menunggu." jawab Ha Na.

Joon semakin kedinginan. Ia memandangi Ha Na.

"Apa?" tanya Ha Na.

"Lepaskan!" suruh Joon.

"Apa yang mau kau lakukan?" tanya Ha Na lagi.

"Aku kedinginan, jadi lepaskan." aku Joon akhirnya.

"Tidak mau." tolak Ha Na.

"Aku ini orang penting, berbeda denganmu. Jika aku sakit akan menjadi masalah besar" ucap Joon.

"Tidak mau. Bagiku, aku adalah orang yang penting."

"Kalau begitu, kita lihat apakah kau bisa menemukan ponselmu jika aku membuangnya." ucap Joon hendak melempar ponsel Ha Na.

"Baiklah!" jawab Ha Na kesal, lalu melepaskan satu jaketnya dan memberikannya ke Joon.


Joon masih mengeluh kedinginan. Dia meminta Ha Na melepaskan jaketnya yang paling tebal. Ha Na menolak karena dia juga kedinginan. Joon meminta sarung tangan. Ha Na bilang dia tidak punya sarung tangan karena tangannya sudah hangat. Joon akhirnya diam. Ha Na berkata pelan, kalau dia suka menemukan ponselnya, dia akan membunuh Joon. Joon ternyata mendengarnya. Ha Na tersenyum manis pada Joon.


Sambil menunggu matahari terbit, Ha Na mengajak Joon bermain tebak2an. Jika Joon berhasil menjawab 5 dari 10 tebakan yang ia berikan, maka ia akan melakukan apapun untuk Joon. Joon dengan pedenya bilang kalau dia pasti bisa menjawab 5 tebakan dengan benar. Ha Na mulai memberi tebak2an. Dan Joon bisa menjawabnya dengan benar.

“Ah, kau pasti sudah membacanya dari ponselku kan!” ucap Ha Na kesal.

“Aku tidak menyontek. Kau juga tidak menyebutkan peraturan tidak boleh menyontek.” Jawab Joon.

“Apa yang kau inginkan?” tanya Ha Na.

Joon menyodorkan tangannya pada Ha Na. “Apa maksudmu? Apa kau mau aku memegang tanganmu? Untuk apa?”

“Sebenarnya apa yang kau pikirkan? Aku bahkan tidak menganggapmu wanita. Apa kau tahu apa julukanku? Pemikat hati 3 detik.” Ucap Joon.

“A.. Apa? Pemikat hati 3 detik? Gadis2?” tanya Ha Na.

“Tanganku seharusnya tidak membeku. Kau bilang kau tidak perlu sarung tangan karena tanganmu sudah hangat kan. Jadi pegang tanganku.” Ucap Ha Na.

Ha Na kesal, tapi akhirnya dia memegang tangan Joon dan memasukkannya ke dalam kantong jaketnya.

“Itu lebih baik.” Ucap Joon.

“Apa pekerjaanmu sehingga tanganmu tidak boleh membeku?” tanya Ha Na.

“Fotografer.” Jawab Joon bangga.

“Jadi itu alasannya kau mengajakku ke sini, karena mau mengambil gambar?”

Joon tidak menjawab dan malah balik bertanya, “Kenapa kau tidak mau kuajak ke sini?”

“Ada mitos. Jika dua orang melihat salju berlian bersama, maka mereka akan saling jatuh cinta. Tapi itu hanya mitos.” Jawab Ha Na.

“Apa yang akan terjadi kalau kita melihatnya bersama2?” tanya Joon.

“Tidak akan terjadi apa2.” Jawab Ha Na.

“Tentu saja tidak akan ada yang terjadi. Kita tidak mungkin saling jatuh cinta.” Ucap Joon.

“Pasti!” jawab Ha Na mantap.


Ha Na melepaskan tangan Joon. “Sudah hangatkan?” tanyanya. Joon memasukkan tangannya ke saku jaketnya. Ia lalu tanya Ha Na mau melihat salju berlian dengan siapa, karena di folder Ha Na tertulis With Love. Ha Na kaget Joon membuka2 ponselnya. Joon mengeluarkan ponsel Ha Na dari sakunya. Ha Na mau merebut ponselnya, tapi Joon menjauhkan ponsel itu dari Ha Na. Karena sibuk bertengkar, Joon pun jatuh ke lubang. Kakinya terkilir.

“Kau baik2 saja?” tanya Ha Na.

“Kalau sampe tanganku terluka dan aku tidak bisa mengambil gambar lagi, kau akan membayarnya!” ucap Joon marah.

Joon lalu menyodorkan tangannya, menyuruh Ha Na menariknya. Ha Na menyodorkan tangannya, mau menarik Joon. Tapi saat Joon hampir meraih tangan Ha Na, Ha Na menarik tangannya dan meminta ponselnya dikembalikan. “Apa?” tanya Joon. “Kau menahan ponselku agar aku menemanimu melihat salju berlian kan, jadi kembalikan ponselku.” Pinta Ha Na. “Bagaimana kalau kau lari setelah aku kembalikan ponselmu.” Tanya Joon. “Apa aku terlihat seperti orang yang tidak bertanggung jawab?” tanya Ha Na.


Joon pun mengembalikan ponsel Ha Na. Ha Na senang karena ponselnya sudah kembali. Joon meminta Ha Na menariknya. Tapi Ha Na malah lari menjauh. Joon pun panik, Hey! Hey!

“Kalau aku menarikmu, nanti kau mengambil lagi ponselku. Aku akan mencari bantuan.” teriak Ha Na, lalu beranjak pergi.

Joon dengan hati kesal berusaha naik ke atas. Dia berpegangan pada dahan pohon dan berhasil naik ke atas. Joon mencari2 Ha Na. Ia menemukan Ha Na sedang terpana melihat salju berlian. Joon langsung mengambil gambar salju berlian. Ia berhenti sejenak karena melihat Ha Na tersenyum senang memandangi salju berlian. Ia pun mengambil foto Ha Na. Ha Na yang menyadari dirinya dipotret, menoleh ke Joon.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Ha Na.

“Kau menghalangi pemandanganku! Minggir sana!” jawab Joon bohong.


Joon langsung mengambil gambar berlian salju lagi. Saat Ha Na lengah, Joon kembali memotret Ha Na. Joon tersenyum puas melihat hasil jepretannya. Ha Na juga mengambil gambar salju berlian dgn kamera ponselnya. Ia tersenyum senang karena bisa melihat salju berlian. Mereka pun akhirnya kembali ke mobil.
 
“Jadi kau benar2 seorang fotografer. Kau terlihat sangat tampan saat memotret tadi. Oya, aku akan memeriksa lenganmu.” Ucap Ha Na.


Joon menggigil. Akhirnya Ha Na yang menyetir. Ha Na memegang dahi Joon. Panas! Joon tanya apa ada tempat yang hangat di dekat sana. Ha Na pun teringat kalau di sana ada kolam pemandian air panas. Namun tiba2, mobil kehabisan bensin. Ha Na menyalahkan Joon yg menyalakan mobil semalaman. Joon meminta ponsel Ha Na. Saat Joon menekan sebuah nomor di ponsel Ha Na, Ha Na melihat plang penunjuk kolam pemandian air panas.


Jo Soo terbangun dari tidurnya. Semalaman ia tidur di sofa. Ia kaget karena Joon belum kembali. Ponsel Joon berbunyi. Telepon dari ayahnya, Seo In Ha! Jo Soo panik, tapi dia menjawab telepon itu. In Ha menelpon sambil memandang keluar jendela.

“Aku dengar Joon ada pemotretan di Jepang. Aku sekarang di Hokaido. Beritahu dia aku akan menelpon lagi.” Perintah In Ha. Jo Soo pun mulai berpikir yang gak2. Dia pikir Joon diculik hantu. (Hahahhaha, ada2 aja si Jo Soo ini, pasti gara2 tulisan berdarah Ha Na). Ponsel Joon kembali berdering. Ternyata telepon dari Joon. Jo Soo lega Joon menelponnya.


Ha Na dan Joon ke kolam pemandian air panas. Joon merasa aneh karena ada kolam pemandian air panas tanpa pemilik. Ha Na menyuruh Joon masuk ke kolam kalau tidak mau kedinginan. Joon menyuruh Ha Na masuk juga, tapi Ha Na gak mau. Joon menyuruh Ha Na memegangi selimutnya untuk menutupi tubuhnya. Ha Na bilang tidak ada yang perlu disembunyikan Joon. Joon bilang banyak yang harus ia sembunyikan. Joon pun berendam di kolam. Ha Na duduk disamping Joon.

“Bagaimana kau bisa menemukan tempat ini?” tanya Joon.

“Aku ingat dulu pernah ke sini saat ada pelatihan.” Jawab Ha Na.

“Pelatihan? Apa jurusanmu?” tanya Joon.

“Pertanaman.”


Saat Joon melihat ada pemandangan bagus, Joon menyuruh Ha Na mengambil kameranya di mobil. Awalnya Ha Na menolak tapi Joon mengancam akan membuang ponsel Ha Na. Akhirnya Ha Na menurut. Saat Joon asyik memotret, Ha Na diam2 mengambil ponselnya, namun Joon menoleh. Hey! Joon berteriak, membuat Ha Na kaget dan akhirnya jatuh ke kolam bersama dengan ponselnya dan kamera Joon. Kamera Joon selamat, tapi ponsel Ha Na rusak.

“Ini gara2 kau!” ucap Ha Na.

“Maaf.” Jawab Joon.

“Padahal aku sedang menunggu telepon penting.” Ucap Ha Na sedih.


In Ha sedang diwawancarai wartawan. Setelah sesi wawancara selesai, penerjemah In Ha memberitahu kalau ada mahasiswa dari LN yg mau bertemu dgn In Ha. In Ha pun setuju menemui mahasiswa itu.

Ha Na masih berusaha membetulkan ponselnya, tapi ponselnya sudah rusak. Joon merasa bersalah tapi gak mau menunjukkannya.

“Telepon siapa yang kau tunggu?” tanya Joon.


Hana diam saja.

“Apa kau tidak takut padaku?” tanya Joon lagi.

“Kenapa?” tanya Ha Na.

“Karena aku si pemikat 3 detik.” Jawab Joon.

“Aku tidak percaya.” Jawab Ha Na.

“Itu benar.” Ucap Joon.


Joon pun mendekati Ha Na. “Aku tidak percaya cinta. Ayahku tidak bisa melukapan cinta pertamanya dan itu membuat ibuku menderita. Aku tidak mau hidup dalam cinta yang seperti itu, tapi setelah aku bertemu denganmu, aku merasakan cinta untuk yang pertama kalinya.” Rayu Joon.

Joon mulai menghitung. Satu detik, dua detik, tiga detik, tapi tidak ada reaksi dari Ha Na.

“Ibuku tidak pernah melupakan cinta pertamanya. Dia bilang itu adalah kenangan yang sangat indah. Aku ingin merasakan cinta yang seperti itu.” Jawab Ha Na.


Joon terpana melihat Ha Na. Ha Na pun mulai menghitung, satu detik... dua detik... tiga detik... Seperti itukah caramu memikat wanita? Joon diam saja. Tiba2, Joon memeluk Ha Na. Ha Na meronta2 minta dilepaskan. “Tahan sebentar.” Pinta Joon. Ha Na mendorong tubuh Joon dan memaki, Apa kau sudah gila! Joon bilang kalau dia tidak pernah merasakan cinta sebelumnya. Joon lalu mendekatkan wajahnya ke Ha Na. Ha Na menutup matanya.

BERSAMBUNG