• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

The Promise Ep 22 Part 1

Sebelumnya...


Tuan Jang terkejut, ia tidak percaya wanita yang duduk di depannya kini adalah Na Yeon.

"Benar, aku putri Lee Yoon Ae. Lee Na Yeon." aku Na Yeon dengan matanya yang seketika berkaca-kaca.

"Bagaimana mungkin hidup kita saling terkait seperti ini? Aku tidak percaya kau pacarnya Tae Joon."


Na Yeon lantas berlutut, meminta bantuan Tuan Jang. Na Yeon berkata, Se Jin memiliki semuanya dan bisa hidup tanpa Tae Joon tapi tidak dengannya. Na Yeon mengatakan, Tae Joon adalah keluarganya dan hidupnya selama 20 tahun.

Na Yeon : Kami tidak pernah berpisah walau sekali. Bahkan meski kami terpisah, kami akan kembali bersama. Dia adalah napasku. Kami tertawa dan menangis bersama. Kami hidup bersama.

Tuan Jang berdiri, lalu jongkok di depan Na Yeon dan menyuruh Na Yeon berdiri.

Na Yeon : Tolong aku. Jika kau membantuku, aku berjanji Tae Joon akan keluar dari perusahaanmu. Jangan biarkan pernikahan itu terjadi.

Sayangnya, Tuan Jang menolak. Tuan Jang beralasan, ia di posisi yang sama seperti Na Yeon, ingin yang terbaik untuk putrinya.


Sementara Se Jin yang menunggu Na Yeon di kafe mulai kesal karena Na Yeon tak kunjung datang.


Tuan Jang : Akan kuberikan kau uang. Jangan buang-buang energimu untuk sesuatu yang tidak bisa kau menangkan. Kau pasti akan kalah.

Tuan Jang beranjak pergi. Namun langkahnya terhenti saat Na Yeon mengatakan, akan menemui Se Jin. Na Yeon memberitahu Tuan Jang, bahwa Se Jin sedang menunggunya.

Tuan Jang langsung menatap tajam Na Yeon.

"Jika kau membuat Se Jin menderita, aku tidak akan memaafkanmu."


Se Jin kesal membaca SMS Na Yeon yang mengaku tidak bisa datang.


Tak lama kemudian, Tuan Jang menghubunginya menyuruhnya untuk segera datang ke kantor.


Sambil menuju mobilnya, Se Jin menghubungi Tae Joon dan menanyakan tentang ayahnya yang menyuruhnya ke kantor. Tae Joon mencemaskan Se Jin sepertinya karena Se Jin mengatakan dirinya akan menyetir dengan hati-hati.

Mobil Se Jin mulai melaju dan Na Yeon muncul di belakangnya.


Se Gwang dan Geum Bong bertemu di sebuah kafe. Geum Bong senang dihadiahi tas mahal oleh Se Gwang. Tak hanya tas mahal, Se Gwang juga memberikan Geum Bong sebuah kalung.

Sontak, Geum Bong makin senang apalagi ketika Se Gwang memakaikan kalung itu di lehernya, kebahagiaannya makin bertambah.

Tak lama berselang, Geum Bong menyesal karena tidak memberikan Se Gwang apa-apa.

Se Gwang : Kau hanya perlu terlihat cantik.


Mal Sook mendatangi Man Jung lagi. Ia ke rumah atap dan menggedor pintu sambil berteriak memanggil Man Jung, tapi Man Jung tak kunjung keluar.

Mal Sook tambah geram.

Mal Sook : Teruslah bersembunyi jadi aku bisa menikmati tugasku mencarimu. Ayo main petak umpet seperti di masa lalu.

Mal Sook lalu membanting barang-barang Man Jung yang ada di depan pintu.


Tak bisa menemukan Man Jung, Mal Sook pun pergi. Dibawah, ia bertemu Se Gwang.


Seseorang menghubungi Se Gwang. Se Gwang berkata, ia akan membayar hutangnya.

Se Gwang : Aku hanya perlu menggali satu inci lagi dan aku akan menggali emas dalam waktu singkat. Akan kudapatkan jumlah besar dalam waktu singkat.

Se Gwang kemudian marah, apa kau gila? Ini pekerjaanku! Jika kau membuat masalah, kau tidak akan pernah mendapatkan uang dariku! Aku akan segera membayarmu!

Se Gwang menutup teleponnya.

"Hanya 2000 dollar, berhentilah mengeluh!"

Se Gwang lantas melihat-lihat ke lingkungan rumah atap.


Man Jung ternyata sembunyi di sauna. Ia sedang bermain kartu dengan pengunjung lain.

Tiba-tiba, ia dikejutkan dengan Mal Sook yang mendadak nongol. Man Jung pun langsung sembunyi sebelum Mal Sook melihatnya.


Mal Sook masuk ke sebuah ruangan dari mencari Man Jung. Ia menarik handuk yang menutupi kepala seseorang karena berpikir orang itu Man Jung tapi salah orang.


Mal Sook kemudian mendekati wanita yang sedang bersantai di kursi pemijat. Ia menyingkap handuk yang menutupi kepala wanita itu dan terkejut mendapati wanita bermasker hitam dibalik handuk. Man Jung pun langsung meminta maaf dan pergi tanpa menyadari wanita itu adalah Man Jung.


Man Jung mengomel setelah Mal Sook pergi dan ia makin kesal saat mengecek ponselnya, tidak ada kabar dari Tae Joon.


Na Yeon ke kelas Sae Byeol dan melihat Sae Byeol sedang menari dengan teman-temannya.

Sae Byeol yang asyik menari, kemudian melihat Na Yeon.

Sae Byeol tersenyum.

Na Yeon yang tadinya menatap Sae Byeol dengan sorot mata sedih, langsung tersenyum pada Sae Byeol.


Se Jin senang saat ayahnya menyuruh Tae Joon pindah ke rumah mereka. Tak hanya itu, sang ayah juga menginginkan ibu Tae Joon pindah ke apartemen yang sekarang ditempati Tae Joon. Se Jin yang senang langsung memeluk ayahnya.

"Berhenti bersikap manja, kau akan menjadi ibu sebentar lagi." ucap Tuan Jang.

Tae Joon menolak. menolak dengan tegas.

Tuan Jang dan Se Jin menanyakan alasan Tae Joon menolak.

Tae Joon beralasan, ia tidak enak dengan Yoo Kyung.

"Aku cukup bersyukur dia merestui pernikahanku dan Se Jin, jadi aku tidak mau mengganggunya dengan masalah ini."


"Jangan berpikir berlebihan. Lakukan saja kataku." ucap Tuan Jang.

Tae Joon tetap menolak.

Tuan Jang langsung diam dengan wajah marah.


Man Jung sudah berada di lobby Baekdo. Ia takjub melihat besarnya Grup Baekdo dan tidak menyangka dirinya akan menjadi besan Baekdo.


Di ruangan Tae Joon, Se Jin penasaran kenapa ayahnya tiba-tiba menyuruh Tae Joon pindah ke rumah mereka.

Tae Joon : Ayahmu kan sudah bilang, karena ibuku.

Se Jin : Ini tidak seperti dirinya.

Tae Joon : Aku harus pergi. Aku ada rapat.

Se Jin : Aku harusnya bertemu wanita itu.

Menyadari, wanita yang dimaksud Se Jin adalah Na Yeon, Tae Joon langsung panic.

Tae Joon : Kenapa kau melakukannya? Dia mengajakmu bertemu? Dia menelponmu?


Se Jin mengaku iya.

Tae Joon pun melarang Se Jin bertemu dengannya Se Jin penasaran alasannya. Tae Joon berkata, Se Jin akan terluka jika bertemu dengannya.

Tae Joon : Kumohon, biarkan aku menyelesaikan masalah ini.

Se Jin mengerti. Tae Joon lalu menyuruh Se Jin pergi.

Setelah Se Jin pergi, Tae Joon melemparkan dokumen yang sedang ia pegang. Ia kesal karena mengira Na Yeon lah yang mengajak Se Jin bertemu.


Staf keamanan melarang Man Jung masuk. Man Jung marah dan memaksa bertemu anaknya yang bekerja di Baekdo.

Staf keamanan : Ajumma, katakan saja di departemen mana anakmu bekerja.

Dipanggil ajumma, Man Jung makin kesal.

Staff keamanan kemudian mengusir Man Jung. Ia mendorong Man Jung dan memaksa Man Jung pergi.

Kesal tubuhnya dipegang-pegang, Man Jung pun mengancam akan melaporkan staf keamanan atas tuduhan pelecehan seksual.


Se Jin yang baru turun ke lobby, menatap Man Jung dengan tatapan jengkel.

Staf keamanan menyebut Man Jung penipu. Man Jung tambah kesal dipanggil penipu.

Se Jin mendekati mereka. Staf keamanan menjelaskan, bahwa Man Jung mengaku punya anak yang bekerja di sana tapi tidak bisa menunjukkan di departemen mana anaknya bekerja.

Se Jin : Ajummoni, jangan seperti ini. Jika ingin bertemu anakmu, kau harus menelponnya.

Man Jung : Kau pikir aku tidak tahu? Itu karena dia tidak menjawabnya. Lagipula, kau ini siapa berani ikut campur?

Se Jin : Jika kau terus seperti ini, kau akan menyusahkan semua orang dan membuat mereka tidak nyaman. Karena itu telepon anakmu dan kembalilah nanti.

Man Jung : Aku tidak ingin mengatakan ini karena tidak mau dianggap membual, aku akan menjadi besan pemilik perusahaan ini. Anakku akan menikah dengan cucu pemilik perusahaan ini. Kang Tae Joon! Kau tidak tahu Kang Tae Joon!

Mendengar itu, Se Jin sontak kaget.


Se Jin membawa Man Jung ke apartemen Tae Joon. Se Jin tertawa melihat reaksi Man Jung saat koki menghidangkan steak ke hadapan mereka. Man Jung berkata, biasanya ia hanya menonton hal seperti ini di TV. Se Jin berkata, alasannya membawa Man Jung ke apartemen Tae Joon agar Man Jung bisa melihat seperti apa kehidupan Tae Joon sekarang.

Se Jin : Eommoni, kau ingin wine?

Man Jung : Wine? Itu alkohol juga?

Se Jin : Rasanya akan lebih nikmat jika dimakan dengan steak.

Man Jung : Tuangkan untukku. Makanan akan lebih nikmat jika kau menikmati alkohol juga.

Se Jin pun langsung menuangkan wine ke gelas Man Jung.


Se Jin : Aku tidak menyangka ibu Tae Joon masih muda dan cantik.

Man Jung : Sesange, kenapa kau begitu sopan?

Se Jin : Aku mengatakannya bukan karena aku ingin terlihat sopan. Aku minta maaf. Aku harusnya yang datang berkunjung duluan, tapi aku belum sempat. Aku bersyukur kita pada akhirnya bertemu.

Man Jung : Aku hampir gila karena penasaran denganmu. Kenapa kau begitu cantik? Kau pintar, sopan dan berkelas. Tae Joon seperti mendapat durian runtuh.

Se Jin : Kau sudah dengar dari Tae Joon? Kami akan menikah bulan depan.

Man Jung sontak kaget tapi di depan Se Jin, ia berpura-pura sudah tahu itu dari Tae Joon.

Se Jin : Karena kita akan menjadi keluarga, jadi biarkan aku tahu apa pekerjaanmu.

Man Jung : Menjadi keluarga? Kalian benar-benar akan menikah?

Se Jin : Geuromyeo.


Man Jung mengajak Se Jin makan. Saat hendak makan, Se Jin tiba-tiba mual.

Se Jin pun langsung lari ke kamar mandi. Man Jung menyusul Se Jin. Man Jung curiga Se Jin hamil. Se Jin minta maaf karena ia hamil sebelum menikah. Man Jung memeluk Se Jin. Ia senang dengan kehamilan Se Jin.

Se Jin awalnya senang dipeluk, tapi saat mencium bau Man Jung, ia ingin muntah lantaran Man Jung terlalu banyak memakai parfum.


Young Sook masuk ke kamar Pimpinan Park dan menemukannya sedang melamun di tempat tidur.

Young Sook sedih dan teringat kata-kata dokter bahwa Pimpinan Park ingin menghabiskan sisa hidup dengan keluarga.

Pimpinan Park melihat Young Sook.

"Apa kau senang bisa bebas sementara suamimu yang sakit terbaring di kasur?"

"Lantas haruskah aku berbaring di sana juga denganmu sampai bosan?"

"Kenapa kau bosan?"


Pimpinan Park lalu menyuruh Young Sook berbaring disampingnya tapi Young Sook menolak.

Young Sook lantas duduk di depan Pimpinan Park dan mengajaknya pulang.

Young Sook : Aku berpikir, kau sudah terlalu lama meninggalkan rumah. Jujur saja, aku muak berada di rumah sakit.

Pimpinan Park : Mereka mengatakan, kau akan menderita jika pergi meninggalkan rumah. Kenapa aku harus disini? Aku punya rumah yang bagus. Cepat urus prosedurnya. Ketika sampai di rumah, masakkan aku sepanci besar sup pedas.

Young Sook : Aku akan masak untukmu. Ayo makan bertiga dengan Hwi Kyung.

Young Sook yang tangisnya sudah mau pecah, akhirnya berlari keluar dengan alasan lupa membawa buah-buahan.


Setelah Young Sook pergi, tangis Pimpinan Park pecah.

Diluar, Young Sook menangis. Selang beberapa menit, Young Sook menghubungi Hwi Kyung.


Hwi Kyung senang mendengar kabar ayahnya akan keluar dari rumah sakit hari itu.

Young Sook : Ayahmu benar-benar ingin pulang.

Hwi Kyung : Kita akan hidup bertiga lagi. Aku akan ke rumah sakit setelah selesai bekerja.


Usai bicara dengan sang ibu, Do Hee menghubunginya.

Do Hee : Kau menunggu teleponku?

Hwi Kyung : Apa yang kau inginkan?

Bersambung ke part 2...........

The Promise Ep 21 Part 2

Sebelumnya...


Tae Joon berlari, naik ke lantai atas kafe, dan menemui Yoo Kyung yang sudah menunggunya di sana.

Yoo Kyung : Aku tidak mengganggu pekerjaanmu, kan?

Tae Joon : Tentu saja tidak, aku sudah menyelesaikan tugasku.

Yoo Kyung : Pesanlah sesuatu, aku memesan teh sembari menunggumu.

Tae Joon : Tidak perlu, aku sudah minum tadi.

Yoo Kyung memberikan Tae Joon amplop. Ia menyuruh Tae Joon membukanya.

Sontak, Tae Joon kaget melihat isinya beberapa lembar uang.

Yoo Kyung : Aku tidak menyuruhmu mengambilnya dan pergi (meninggalkan Se Jin).

Mendengar penjelasan Yoo Kyung, Tae Joon langsung lega.


Ya, Tae Joon mengira Yoo Kyung memberinya uang agar ia pergi meninggalkan Se Jin.

Yoo Kyung : Aku memberikannya bukan karena aku menyukaimu. Aku memberinya untuk mengisi dompetmu, agar Se Jin ku tidak ternoda oleh seleramu yang sederhana.

Yoo Kyung lalu meminum tehnya.

Yoo Kyung : Kau tahu kenapa aku menentang pernikahan kalian? Matamu. Orang lain mungkin mengatakan, matamu memancarkan tekad dan ambisi tapi tidak menurutku. Matamu memancarkan rasa mindermu dan keserakahan untuk mengatasi keminderanmu.

Tae Joon tersenyum mendengarnya dan memuji Yoo Kyung sebagai penilai yang baik.


Tae Joon membenarkan pernyataan Yoo Kyung. Yoo Kyung kaget.

Tae Joon : Aku tumbuh dalam lingkungan yang buruk, jadi aku minder. Aku berusaha mengatasinya tapi ternyata tidak mudah. Jujur, aku mulai mengatasinya setelah bertemu Se Jin. Aku nyaman berada di sisinya. Itulah kenapa aku tidak mau kehilangannya. Se Jin adalah putrimu. Selama aku menyukainya, aku yakin kau dan aku bisa rukun.

Tae Joon lantas mengembalikan uang itu.

Tae Joon : Aku tidak butuh ini. Itu adalah seleraku, memilih Se Jin. Tidakkah kau berpikir seleraku cukup bagus?

Yoo Kyung : Jangan buang-buang napasmu dan masukkan uang itu ke dompetmu.

Yoo Kyung beranjak pergi. Setelah Yoo Kyung pergi, Tae Joon membuka amplop itu dan wajahnya mulai berubah kesal.


Yoo Kyung masuk ke kamarnya dengan wajah kesal. Ia kesal karena Se Jin masuk ke dalam perangkap yang dibuat Tae Joon.


Tae Joon yang baru pulang, mendapati Se Jin sudah duduk di dapurnya. Se Jin mengaku, ingin makan malam bersama Tae Joon.

Se Jin lantas cerita, kalau ia bertengkar dengan ibunya saat mereka memilih tempat tidur.

Tae Joon : Kau seharusnya menurutinya.

Se Jin lantas menyuruh Tae Joon bersih-bersih karena ia sudah lapar.


Saat Tae Joon di kamar mandi, Se Jin mengambil jas Tae Joon dan menggantungkannya di gantungan. Ponsel Tae Joon berdering. Se Jin bingung harus menjawab telepon Tae Joon atau tidak. Namun akhirnya, ia memutuskan menjawabnya.

Di seberang sana, Man Jung marah-marah pada Tae Joon. Ia memberitahu Tae Joon, tentang dirinya yang diusir Mal Sook dari rumah yang disewakan Na Yeon untuknya.  Man Jung meminta Tae Joon datang.

Tapi saat mendengar suara Se Jin dan setelah Se Jin memperkenalkan diri, ia langsung melunak. Ia bahkan memuji suara Se Jin.

Sontak Se Jin senang mendengarnya. Se Jin lalu berkata, akan menyampaikan telepon itu nanti pada Tae Joon.


Usai bicara dengan Man Jung, Se Jin memeriksa daftar panggilan Tae Joon dan menemukan nama 'Yeon' di daftar panggilan tak terjawab.

Kesal, Se Jin pun mencatat nomor telepon 'Yeon'.


Tak lama kemudian, Tae Joon keluar dan melihat wajah kesal Se Jin. Se Jin beralasan, kalau ia sedang mengalami 'morning sickness'.

Se Jin lalu menanyakan hubungan Tae Joon dengan wanita itu (Na Yeon).

Tae Joon bilang, hubungannya dengan mantan pacarnya hampir selesai.

Sontak Se Jin marah.

Se Jin : Hampir? Berarti kau masih bertemu dengannya? Bagaimana jika wartawan yang selalu mencari kelemahanku, menemukan sesuatu? Aku gugup dan cemas!

Tae Joon pun berkata, bahwa pacarnya butuh waktu untuk move on.


Paginya, Na Yeon mendandani Sae Byeol.

Sae Byeol : Eomma, mereka bilang itu karena beruang memiliki banyak bulu.

Na Yeon : Apa yang kau bicarakan?

Sae Byeol : Karena mereka memiliki banyak bulu, jadi jika kau membuatnya terlalu hangat, mereka akan marah karena kepanasan. Itulah yang dikatakan guruku.

Sae Byeol pun menatap Na Yeon.

Sae Byeol : Mungkin ayah marah karena ibu membuatnya terlalu panas.

Na Yeon : Kau benar, ibu seharusnya banyak belajar.

Sae Byeol : Tidak masalah sepanjang kau sudah tahu sekarang.


Ponsel Na Yeon lantas berdering. Telepon dari Se Jin yang mengajaknya bertemu. Se Jin juga memperkenalkan dirinya sebagai calon istri Tae Joon.

Na Yeon pun berkata, mereka akan bertemu sejam lagi.


Usai bicara dengan Se Jin, Na Yeon dihubungi seseorang yang membuatnya kaget.

Na Yeon lantas menemui orang itu di kafe. Orang itu adalah Kyung Wan.

Kyung Wan menatap tajam Na Yeon.


Sementara Se Jin sudah tiba di tempat ia dan Na Yeon janjian bertemu.


Kyung Wan terkejut melihat reaksi Na Yeon yang biasa saja melihatnya.

Na Yeon : Kau marah aku tidak terkejut dan takut?

Kyung Wan : Aku lihat kau tidak bisa melepaskan Tae Joon. Aku lega, dengan keberanian itu, kupikir kita bisa saling memahami. Jangan khawatirkan anak itu, kami akan mengurusnya.

Na Yeon : Kau akan mengurusnya? Bagaimana kau akan melakukannya?

Kyung Wan : Katakan apa yang kau inginkan. Kau bisa membawa anak itu dan hidup diluar negeri. Itu adalah pilihan yang pintar untuk semua orang. Jika kau tidak mau, serahkan anak itu dan mulai lah hidupmu yang baru.


Na Yeon : Aku minta maaf, tapi bukan itu yang kuinginkan. Yang kuinginkan adalah, memberikan anak itu satu dan satu-satunya ayah.

Kyung Wan : Kau ingin merebut Tae Joon dari putriku?

Na Yeon : Bukan aku yang merebut.

Kyung wan : Jika anakmu atau kau tidak hidup bahagia, itu bukan karena putriku.

Na Yeon : Kau ayah yang luar biasa. Untuk pertama kalinya, aku menyesal tidak pernah bisa menemui ayahku yang tidak pernah kutemui. Aku iri pada Se Jin yang memiliki ayah.

Sontak, Kyung Wan kaget mendengar Na Yeon menyebut nama Se Jin begitu santai.

Na Yeon : Kau juga jauh dari bayanganku. Saat aku menerima teleponmu, aku merasa memiliki satu harapan. Aku pikir kau dari semua orang akan memahami diriku dan membuat keputusan yang benar. Karena kau seperti itu 20 tahun lalu.


Kyung Wan : 20 tahun lalu?

Na Yeon : Wajar jika kau tidak mengenalku. Anak yang diusir karena dituduh mencuri perhiasan seorang wanita dan dikirim ke panti asuhan 20 tahun lalu, sudah dewasa.

Kyung Wan pun kaget.

Kyung Wan : Geurom hooksi, Na Yeon-i?


Bersambung...............