• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Blessing of the Sea Ep 3 Part 1

Sebelumnya...


Hak Kyu menjelaskan pada Deok Hee, bahwa ia tidak tahu siapa Hong Joo. Hak Kyu lantas menanyakan tentang Hong Joo yang ditemukan setelah hanyut di sungai.

"Kenapa bertanya kepadaku? Kau pasti lebih tahu." jawab Deok Hee.

Deok Hee kemudian menambahkan, setelah Hong Joo, mungkin dirinya yang akan hanyut keesokan harinya.

"Sudah kubilang, aku bukan ayahnya! Aku belum pernah melihatnya." sanggah Hak Kyu (baru inget namanya Hak Kyu, tadi sempet nulis Sun Kyu. Haha.. gw ingetnya mah Sun Kyu mulu aka Sunny SNSD)


Hong Joo tiba-tiba mengendus tubuh Hak Kyu.

"Aku menyukai bau cat pada tubuh ayah." ucap Hong Joo.

Hong Joo lantas menunjukkan saputangannya.

"Ayah mau kubuatkan yang seperti ini lagi?" tanya Hong Joo.

Deok Hee tambah sewot.

"Kalian bertukar hadiah? Kau masih mau bilang dia bukan putrimu!"

Deok Hee meminta cerai.


Hak Kyu menatap Hong Joo. Tak lama kemudian, ia ingat Hong Joo adalah putri Ji Hwan, karena Ji Hwan pernah menunjukkan foto Hong Joo padanya saat mengobati tangannya yang digigit laba-laba di hutan.

Hak Kyu : Kau rupanya. Bagaimana kau bisa tiba di sini?


Deok Hee pun tambah salah paham. Ia fikir, Hong Joo benar-benar putri suaminya. Deok Hee memukuli Hak Kyu. Hak Kyu sontak berlari, menghindari pukulan ganas

Deok Hee, sambil berteriak, meminta Deok Hee berhenti memukulinya.

(Gw ngakak scene ini)


Hong Joo masuk ke sebuah kamar yang ternyata adalah kamar tempat Deok Hee bekerja sebagai dukun. Hong Joo tersenyum melihat alat-alat dukun Deok Hee.

Alat-alat dukun Deok Hee seketika bercahaya, sama seperti lukisan potret kecantikan, yang bersinar kala ditatap Hong Joo.

(Jadi lukisan potret kecantikan yang dilihat Hong Joo tu bersinar bukan karena cahaya matahari, tapi karena mata Hong Joo yang istimewa).


Hong Joo lalu melihat crayon dan alat lukis Ji Na. Ia fikir, itu milik Hak Kyu yang dikiranya ayahnya.

Tak lama kemudian, Ji Na datang. Hong Joo menatap heran Ji Na. Hong Joo : Kau sedang sedih?

Ji Na : Apa maksudmu?

"Di sini tampak abu-abu." jawab Hong Joo sembari menyentuh dada Ji Na.

"Kenapa menyentuhku? Siapa kau? Kenapa di rumahku? Kau pencuri, kan?" tuduh Ji Na.

"Aku bukan pencuri." jawab Hong Joo.


Ji Na lantas mengusir Hong Joo. Ia berusaha menarik Hong Joo keluar, tapi Hong Joo tak mau pergi. Ji Na yang kesal, langsung mengambil cat lukisnya dan melemparkannya pada Hong Joo. Hong Joo membalas, ia mengambil cat lukis Ji Na dan menyiramkannya pada Ji Na.

Hak Kyu dan Deok Hee datang. Deok Hee berteriak pada Hong Joo, menyuruh Hong Joo berhenti.


Hak Kyu membawa Hong Joo keluar. Ia menanyakan alamat Hong Joo.

Hong Joo : Uri jip? Disini.

"Ini membuatku gila." desis Hak Kyu.


Tiba-tiba, dua orang dari kepolisian Gangwon datang.

Sontak, Hak Kyu kaget dan langsung memegangi lukisan potret kecantikan yang ia sembunyikan di balik jaketnya.

"Kau berada di Kuil Gangnyeong beberapa hari lalu, bukan?"

Hong Joo yang takut, langsung bersembunyi dibelakang Hak Kyu dan memegangi tangan Hak Kyu.

Hak Kyu pun berusaha bersikap tenang. Namun ia kembali gugup, saat polisi menanyakan apa dirinya melihat seseorang yang mencurigakan atau sesuatu yang berharga.

Tak mau tertangkap, Hak Kyu pun berusaha setenang mungkin. Hak Kyu mengaku tidak tahu apa-apa meski ia ingat sosok berpakaian hitam yang dilihatnya merusak mobil Sung Jae dan sempat berkelahi dengannya di hutan.

"Dua orang tewas tadi malam dan salah satu rumah korban dibakar. Istrinya tewas dan putrinya menghilang. Seluruh keluarganya dibinasakan. Kau yakin tidak melihat apa-apa?"

Sontak, Hak Kyu kaget.

"Dibinasakan?"


Hak Kyu lantas menatap Hong Joo. Ia baru mengerti, hal mengerikan apa yang sudah dialami Hong Joo.

Hong Joo terus memegang tangan Hak Kyu. Hak Kyu pun menggenggam erat tangan Hong Joo, sambil melirik lukisan yang ada dibalik jaketnya.


Sekarang, Hak Kyu dan Hong Joo duduk di depan Toserba Yongwang. Hak Kyu membelikan Hong Joo es krim.

Hak Kyu sadar, apa yang menantinya di depan sana.

"Kau harus mempersiapkan diri, Hak Kyu. Kau bisa menjadi pencuri, perusak rumah, dan pembunuh. Itu bisa menjadi akhir hidupmu." ucapnya dalam hati.

Hak Kyu lantas menelan ludahnya dan mengajak Hong Joo pergi.


Di rumah, Deok Hee duduk di depan pintu bersama Ji Na. Deok Hee memeluk sebuah tas besar. Ji Na bertanya, apa sang ibu sudah tahu mau pergi kemana.

"Itu bukan masalah. Tapi kau bicara seakan-akan tidak akan pergi."

"Aku tidak mau pergi jika tidak ada tempat untuk tidur."

"Astaga, jika begitu menyukainya, ubah namamu dari Yeo Ji Na menjadi Sim Ji Na."

"Jika mengubah namaku saat ini, anak-anak akan makin mengejekku."


Tak lama kemudian, Hak Kyu pulang tapi dia sendiri. Ji Na pun langsung berlari ke dalam.

Deok Hee : Di mana putrimu yang berharga? Kenapa kau sendirian?

Hak Kyu : Kau tidak akan melihatnya lagi.

Deok Hee : Apa yang terjadi kepadanya? Apa dia dibawa ibunya lagi? Kenapa dia jatuh ke laut? Bisa-bisanya ibu dia begitu ceroboh dan membiarkan itu terjadi.

Hak Kyu : Kukirim dia ke panti asuhan! Puas?

Sontak, Deok Hee kaget mendengar suaminya mengirim anak itu ke panti asuhan.


Poong Do akhirnya sadar dan menemukan Pil Doo disampingnya.

"Ahjussi, mataku..."

Ya, Poong Do merasa aneh dengan matanya. Ia tidak bisa melihat warna. Yang dilihatnya, hanyalah warna hitam dan hitam.


Pil Doo lantas duduk disamping Poong Do.

"Mianata, Poong Do-ya. Saat Pimpinan berusaha mencegah kau dan ayahmu pergi, seharusnya aku membantunya."

"Nenek bilang begitu?" tanya Poong Do.

"Dia marah sekali saat mendengar kau dan ayahmu akan pergi dari Korea. Dia menyuruh beberapa pria membuntuti kalian, tapi malah terlibat kecelakaan." jawab Poong Do.

Mendengar itu, Poong Do pun langsung mengepalkan tangannya. Ia marah. Dan Pil Doo melihat itu. Ya, Poong Do salah paham, mengira nenek nya lah yang telah membunuh ayahnya.


Di kamarnya, Hak Kyu melihat lukisan potret kecantikan dan jam Pil Doo secara bergantian.

Setelah itu, Hak Kyu membungkus lukisan itu serta jam Pil Doo di dalam sebuah kain dan menyimpannya di dalam lemari.


Petir tiba-tiba menggelegar. Tak lama kemudian, hujan deras turun. Hak Kyu menatap ke jendela dan langsung kepikiran Hong Joo.


Paginya, Deok Hee dapat telepon dari panti asuhan yang memberi kabar jika Hong Joo menghilang.

Hak Kyu dan Ji Na datang. Hak Kyu kaget mendengar Hong Joo hilang.

Deok Hee diam saja, membuat Hak Kyu tambah sebal. Hak Kyu : Panti asuhan bilang apa!

"Kenapa membentakku? Dia takut karena badai. Putrimu kabur tadi malam!"

"Kenapa baru bilang sekarang?"

"Karena kau baru pulang!"

Hak Kyu pun langsung pergi. Deok Hee tambah sewot.

"Lihat ayahmu! Dia merasa terpanggil karena itu darah dagingnya."

"Tadi malam hujan deras. Apa dia hanyut di laut lagi?"

"Ibu tidak peduli dia hanyut atau tidak."


Hak Kyu berkeliaran di jalan, mencari Hong Joo. Hak Kyu tambah pusing karena ia tidak tahu nama Hong Joo.

Hak Kyu lantas lewat di depan toserba dan menemukan Hong Joo duduk kedinginan di depan toserba. Hak Kyu mendekati Hong Joo.

"Kenapa kau pergi tanpa memberi tahu siapa pun? Bagaimana kau menemukan tempat ini?"

"Kita makan es krim di sini. Aku tahu ayah akan datang jika aku menunggu."

"Kenapa kau menunggu saat hujan?" tanya Hak Kyu.


Hak Kyu lalu melihat tangan Hong Joo terluka.

"Aku terjatuh saat lari." ucap Hong Joo.

Hak Kyu tambah iba mendengarnya. Lalu, Hak Kyu membalut luka di tangan Hong Joo dengan saputangan itu.

"Sapu tangan ini kembali kepadamu." ucap Hak Kyu.


Hak Kyu lantas berdiri dan menatap ke langit.

"Begitukah? Kau menghukumku?" tanyanya.

Hong Joo lalu tertawa, tertawa karena melihat Hak Kyu salah memakai sandal.


Hak Kyu lantas menggendong Hong Joo di punggungnya.

"Aku paling suka digendong di punggung ayah." ucap Hong Joo sebelum akhirnya tertidur di punggung Hak Kyu.

Sontak, Hak Kyu langsung ingat kata-kata Ji Hwan saat di hutan, ketika kakinya terkilir dan Ji Hwan berniat menggendongnya.

"Naiklah ke punggungku. Putriku suka digendong di punggung. Aku sudah terbiasa." ucap Ji Hwan.


Hak Kyu menghela nafas dan membawa Hong Joo pulang.

Jika para dewa ingin aku membawamu, aku harus menerimanya, bukan?"

Bersambung ke part 2.........

Untung si Hak Kyu punya jam tangan Pil Doo yaa, yang mungkin akan menyelamatkannya nanti kalau2 ia menjadi tersangka atas hilangnya lukisan potret kecantikan dan tewasnya keluarga Hong Joo.

Tapi  ibu Hong Joo masih hidup apa kagak yaa... pan saat Hong Joo dan Poong Do menemukannya, ibu Hong Joo masih bernapas tu dan berjanji akan menyusul Hong

Joo... kalau ayah Hong Joo jelas udah gk ada, wong dia semobil ama Sung Jae kan dan mobilnya masuk jurang dan meledak karena rem nya dibuat blong ama Pil Doo...

Sy penasaran, bagaimana dan kapan Hong Joo mendapatkan ingatannya kembali.....

Untuk Ji Na, kek nya ntar dia bakal ngaku-ngaku sebagai Hong Joo deh demi mendapatkan Poong Do.. 

The Promise Ep 27 Part 2

Sebelumnya...


Se Jin masuk ke kamar Na Yeon. Ia kesal saat melihat foto Sae Byeol yang bertengger di meja.

Tak lama kemudian, Na Yeon masuk membawakannya teh dan menyuruhnya duduk.

"Aku lega keluargamu tidak disini." ucap se Jin.

"Sejujurnya, aku tidak suka melihatmu. Melihatmu duduk di kamarku, membuatku tidak nyaman." jawab Na Yeon.

"Benar. Aku akan langsung ke intinya." ucap Se Jin.

Se Jin lalu memberikan paper bag yang dibawanya. Ia berkata, itu adalah syal Sae Byeol yang ketinggalan di apartemen Tae Joon. Ada topi dan ikat rambut juga di dalamnya yang merupakan hadiah dari Tae Joon.

"Kau datang jauh-jauh ke rumahku jam segini, hanya untuk mengembalikan ini?" tanya Na Yeon.


"Kau tahu aku orang yang tidak sabar. Aku ingin hal ini segera berakhir." jawab Se Jin.

"Mengakhiri hal ini? Apa masih ada yang harus kita selesaikan?" tanya Na Yeon.

"Aku pikir Tae Joon mengalami kesulitan karena Sae Byeol. Aku tidak bisa mentolerirnya. Kepalaku bisa memahaminya tapi hatiku tidak. Jadi tolong bantu aku. Jika Tae Joon datang untuk melihat Sae Byeol, jangan izinkan. Jika dia mulai merasa terikat dengannya, tidak akan ada jalan untuk kembali."


"Kau harusnya tidak datang kesini. Itu masalah dintara kalian. Pergi tanyakan ke Tae Joon. Mintalah padanya dan selesaikan masalah diantara kalian."

Na Yeon berdiri dan menyuruh Se Jin pergi karena ibu dan adiknya akan segera pulang.

"Arraseo, pastikan kita tidak bertemu lagi." ucap Se Jin.

"Kau yang harus memastikannya. Aku mohon padamu." jawab Na Yeon.


Besoknya, Hwi Kyung mulai bekerja di Baekdo. Saat ia berjalan di lobby, semua orang kasak kusuk membicarakannya. Tapi ia santai saja, seolah tak terpengaruh dengan pandangan sekitarnya.

Di depan lift, Tae Joon melihatnya. Tae Joon berdehem, memberitahukan keberadaannya tapi Hwi Kyung tidak mendengar dan langsung masuk ke lift begitu pintu lift terbuka.


Begitu masuk ruangannya, Hwi Kyung menemukan karangan bunga ucapan selamat dari Do Hee di atas mejanya.

Hwi Kyung sedikit tersenyum.


Namun kebahagiaan Hwi Kyung itu langsung dirusak oleh telepon dari mantan istrinya yang marah-marah lantaran reporter masih datang mengubernya.

Hwi Kyung : Jangan khawatir, tidak akan terjadi sesuatu.


Setelah itu, Hwi Kyung langsung menghubungi Do Hee.

Hwi Kyung : Baek Do Hee-ssi, ayo bertemu.

Do Hee : Kau ingin merayakan promosimu denganku?

Hwi Kyung : Kau tahu dengan baik apa yang kuinginkan.

"Jadi kau ingin aku menahan diri?" tanya Do Hee.

"Kau seharusnya juga tahu itu." jawab Hwi Kyung.

"Aku sedikit takut. Baiklah. Sampai jumpa disana." ucap Do Hee.


Usai bicara dengan Hwi Kyung, Do Hee sewot sendiri lantaran Hwi Kyung masih saja berusaha melindungi wanita itu.

"Park Hwi Kyung-ssi, berhenti memprovokasiku atau mungkin aku akan menulis artikel tentangmu." ucap Do Hee.


Di kamarnya, Yoo Kyung sedang menatap kartu keluarga Mal Sook serta surat adopsi Na Yeon dan foto Na Yeon.

Ia lalu teringat kata-kata suaminya tentang Na Yeon yang datang ke rumah mereka untuk bekerja.

Tak lama kemudian, Yoo Kyung memasukkan semua dokumen itu ke tasnya dan beranjak pergi.


Na Yeon dan Sae Byeol terburu-buru keluar dari rumah. Sae Byeol cemas akan terlambat ke sekolah.

"Ibu ada pekerjaan memasak hari ini, jadi ibu harus bergegas."

"Haruskah kita lari?" tanya Sae Byeol.

"Kita bisa berjalan cepat-cepat." jawab Na Yeon.

Na Yeon lantas menggandeng Sae Byeol dan mulai berlari. Namun langkahnya terhenti ketika Yoo Kyung tiba-tiba datang dan memanggilnya.

"Apa yang membawamu kesini?" tanya Na Yeon sambil menyembunyikan Sae Byeol di belakangnya.

"Itu putrimu?" tanya Yoo Kyung.

"Bagaimana kau tahu aku tinggal disini? Jika kau butuh layanan catering, kau bisa menelponku." jawab Na Yeon.

"Bisakah kita bicara di tempat lain?" tanya Yoo Kyung.


Lantas mereka bicara di sebuah kafe. Yoo Kyung

"Kau tumbuh dengan sangat baik. Jika bukan karena suamiku, mungkin aku tidak akan sadar dan akan memintamu memasak lagi untukku. Tapi aku senang. Kupikir kau besar di panti asuhan tapi untungnya kau diadopsi dan menemukan keluarga baru."

"Kau benar. Jika kau tidak mencampakkanku ke panti asuhan 20 tahun lalu, aku tidak akan seberuntung ini."

"Kau masih kurang ajar seperti 20 tahun lalu, saat kau meninggalkan rumahku dengan tanganmu yang mengepal. Jadi kau datang ke rumah kami untuk berterima kasih padaku? Suamiku mengatakan itu. Kau datang ke rumah kami secara kebetulan, hanya untuk bekerja. Tapi aku tidak bisa mempercayainya."

"Kau masih cantik seperti 20 tahun lalu dan kau masih tidak pengertian seperti dulu. Kau lah yang memanggilku untuk bekerja. Bukan aku yang memintamu."


"Katakan itu benar, tapi bagaimana dengan yang kedua kalinya? Kau tahu itu rumahku tapi kau datang seolah-seolah tidak pernah terjadi apapun. Kau bersikap seolah-olah tidak mengenal kami dan memasak untuk kami dengan penuh senyuman. Kenapa? Kenapa kau kembali padahal kau tahu semuanya. Karena uang? Kudengar kau single parent. Suamiku mengatakan,
kau berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupmu dan anakmu tidak punya ayah. Apa karena itu?"

"Bukan karena itu. Aku hanya ingin kembali kesana. Rumahmu membawaku kembali ke masa lalu. Karena itulah."

"Benarkah?"

"Aku harus pergi."

"Apa yang dia lakukan? Ayah gadis itu. Bagaimana bisa dia tidak bertanggung jawab padamu dan anakmu? Siapa dia?"

"Kau ingin tahu?"

"Siapa ayahnya?" tanya Yoo Kyung lagi.


Bersambung.......