Blessing of the Sea Ep 2 Part 3

Sebelumnya...


Deok Hee mulai menari, memimpin ritualnya. Saat menari, ia melihat dua pisau yang sangat tajam. Deok Hee mulai ciut.

"Kenapa mereka mengasah pisaunya tajam sekali." ucapnya dalam hati.


Tiba lah giliran Deok Hee yang harus berjalan di atas pisau. Deok Hee panic, tapi untuk menutupi kepanikannya, ia pun pura-pura menari lagi.


Pil Doo membakar foto Ji Hwan dan Hong Joo.

Ia lalu teringat ketika Pimpinan Ma memuji Ji Hwan.


Pil Doo juga ingat saat Pimpinan Ma menyuruh Ji Hwan menikahi Jae Ran. Ji Hwan saat itu menolak karena sudah menganggap Jae Ran seperti adiknya. Tapi Pimpinan Ma bersikeras, menyuruh Ji Hwan menikahi Jae Ran.

Pil Doo tampak kesal mendengarnya.

Sung Jae meminta ibunya tidak memaksa Ji Hwan lagi untuk menikahi Jae Ran.

Sung Jae lantas meminta Pil Doo mengatakan sesuatu.

Pimpinan Ma : Pak Seo, ingatlah perkataanku....


Pil Doo juga teringat saat melihat Sung Jae dan Ji Hwan berpelukan di depan kuil.


Lalu ia ingat kata-kata Sung Jae saat dirinya mengatakan bahwa mereka sudah seperti saudara.

Sung Jae : Entahlah, siapa yang memanggil Pak pada adiknya sendiri. Kau bisa keluar?


Lalu ia teringat saat memandangi foto mereka bertiga.


Foto Ji Hwan dan Hong Joo mulai habis terbakar. Pil Doo pun melemparkan foto itu ke dalam tong, serta sarung tangan hitamnya yang ia pakai untuk menghabisi nyawa mereka.


Deok Hee masih menari. Para nelayan pun heran melihat Deok Hee yang tidak mau mendekati pisau itu. Mereka berpikir, jika Deok Hee ingin mereka menggendongnya ke atas pisau. Maka segera lah, dua orang pria menggiring Deok Hee mendekati pisau. Deok Hee tambah panic. Ia berharap, ada seseorang yang datang menolongnya.


Kaus kakinya mulai dibuka. Deok Hee tambah tegang. Saat kakinya mulai diarahkan ke atas pisau yang tajam, tiba-tiba saja terdengar teriakan seseorang tentang anak kecil yang tenggelam di laut.

Para penduduk pun bergegas mendekati Hong Joo. Salah seorang dari mereka memeriksa nadi Hong Joo. Mereka pun lega menyadari Hong Joo masih hidup dan berniat membawa Hong Joo ke klinik.


Deok Hee melihat Hong Joo dari kejauhan. Ia berterima kasih pada Hong Joo karena sudah menyelamatkan nyawa dan kakinya dari tajamnya pisau itu.

Namun saat berbalik, ia kaget melihat Ji Na yang duduk di tepi pantai.


Deok Hee pun membawa Ji Na pulang. Ia membantu Ji Na berbaring sambil mengomel karena pihak RS berani mengusir Ji Na nya. Ia pun berniat melabrak pihak RS dan meminta Ji Na tetap di rumah, tapi Ji Na mengaku, dia lah yang mau pergi karena RS membosankan.

Deok Hee makin marah, ia tak mau Ji Na tambah sakit.

Ji Na pun mengaku, kalau ia berbohong agar bisa bolos sekolah. Ia berkata, muak setiap kali teman-temannya meledeknya anak dukun dan menanyakan kenapa nama belakangnya dan ayahnya berbeda.

Ji Na juga menambahkan, tidak ada gunanya dirinya di RS karena mereka juga tidak bisa membayar biaya RS.

Deok Hee : Kita bisa membayarnya! Kenapa kau mencemaskan itu!

Ji Na : Lupakan. Aku lapar. Buatkan makan malam.

Deok Hee : Tetap di tempat tidur, akan ibu belikan daging.


Hong Joo masih belum sadarkan diri di klinik terdekat. Sementara diluar, para nelayan meminta kepolisian setempat mencari laporan anak hilang, namun polisi bertugas mengaku tidak mendapatkan laporan anak hilang.


Hong Joo akhirnya siuman.

Sementara diluar, para nelayan masih sibuk mencari tahu siapa Hong Joo. Nelayan lain menganggap bahwa itu pertanda baik bagi desa mereka karena Hong Joo datang di hari ritual mereka.

Tak lama kemudian, suster keluar dan mengatakan bahwa Hong Joo kabur.


Sementara itu, Deok Hee dalam perjalanan membeli daging. Sepanjang perjalanan, ia mengomel lantaran Ji Na yang tidak mau dirawat di RS karena memikirkan biayanya.

Deok Hee pun kesal, ia bersumpah akan membuat Hak Kyu kelaparan jika Hak Kyu pulang.


Tak lama, ia melihat Hak Kyu turun dari bus. Deok Hee pun langsung memanggil Hak Kyu tapi Hak Kyu yang sibuk memikirkan soal lukisan, tidak mendengarnya.


Ji Na yang lapar, membuka kulkasnya. Ia kesal karena tidak menemukan apapun yang bisa dimakan.


Ji Na pergi ke warung. Ia mengambil dua camilan dan meminta ahjussi pemilik warung memasukkan biayanya ke tagihan Bang Deok Hee.

Ahjussi : Aku tidak kenal siapa itu Bang Deok Hee. Aku tidak bisa membiarkanmu mengambil camilan begitu saja.

Kesal, Ji Na pun melemparkan camilan itu kembali ke rak.

Seorang anak laki-laki kemudian datang dan membayar camilan Ji Na.

Ahjussi : Si Joon-ah, kau datang mengunjungi bibimu?

Anak laki-laki, si pemilik nama Si Joon, itu pun membenarkan. Si Joon lantas membagi camilannya pada Ji Na. Tapi Ji Na menolaknya dengan ketus dan beranjak pergi.


Si Joon memakan camilannya, sembari tersenyum menatap kepergian Ji Na.

Para penduduk berpencar mencari Hong Joo.


Hong Joo sendiri berkeliaran di jalan. Di tengah jalan kecil, ia melihat Hak Kyu.

Hak Kyu sendiri masih cemas, ia takut polisi menangkapnya karena lukisan itu. Ia lalu menatap jam tangan Pil Doo dan takut kalau Pil Doo mengenali wajahnya.

Hak Kyu kemudian menatap sapu tangan yang membebat lukanya. Ia lantas melepasnya dan membuangnya ke tong sampah.


Hong Joo pun mengambil saputangan itu setelah Hak Kyu pergi. Seketika, ia teringat pada ayahya.

"Aku membuat saputangan ini untuk ayah." ucapnya, lalu memeluk sang ayah.

"Aroma ayah enak. Seperti cat." ucapnya.

Namun sayangnya, Hong Joo tidak bisa mengingat wajah ayahnya.

Flashback end...


Hong Joo pun bergegas mengejar Hak Kyu.

Ia mengembalikan saputangan itu pada Hak Kyu dan menyebutnya sebagai hadiah. Setelah itu, ia mengendus aroma Hak Kyu.

Tak lama kemudian, Deok Hee dan para penduduk datang.

Hong Joo pun memanggil Hak Kyu dengan sebutan Appa.

Sontak para penduduk dan juga Deok Hee kaget.

Hak Kyu mau menjelaskan, tapi Deok Hee keburu marah-marah.

Hong Joo kemudian memeluk Hak Kyu dan terus menyebut Hak Kyu ayahnya.

Sontak, Hak Kyu dan Deok Hee kaget.


Bersambung................

0 Comments:

Post a Comment