.

I Have a Lover Ep 34 Part 2

Sebelumnya...


Keesokan harinya, Seol Ri mengajarkan Hyun soal factor, tapi Hyun bukannya mendengarkan malah menguap. Seol Ri yang kesal langsung memukul punggung Hyun. Hyun meringis kesakitan. Seol Ri menyuruh Hyun duduk dengan benar. Tapi karena Hyun masih malas2an, Seol Ri pun kembali memukulnya.

“Apa kau tidak akan duduk dengan tegak?” tanya Seol Ri.

“Aku duduk dengan tegak? Kenapa?” jawab Hyun kesal.

“Kau sekarang sudah SMP. Kau bermain dan tidur sesukamu saat SD, sekarang kau berada di rangking terakhir. Bukan hanya terakhir di kelasmu saja, tapi di seluruh sekolah. Apa kau tidak tahu?” ucap Seol Ri.

“Siapa yang perduli kalau aku rangking terakhir? Rangking terakhir di sekolah bukan berarti rangking terakhir dalam kehidupan.” Jawab Hyun.


“Siapa yang bilang? Siapa yang bilang omong kosong begitu?” tanya Seol Ri.

“Yong Gi Noona.” Jawab Hyun.

Mendengar nama itu, Seol Ri langsung sewot.

“Apa? Siapa? Anjing yang lewatpun akan tertawa mendengarnya. Bagaimana bisa dia mengatakan hal seperti itu?”

Seol Ri pun kembali menatap Hyun.

“Jang Baek Hyun, sadarlah. Rangking terakhir di sekolah artinya rangking terakhir juga dalam kehidupan. Kau pikir kenapa begitu? Karena bukan kau yang memutuskannya. Karena orang nomor satu di dunia ini yang akan memutuskan hidupmu.” Ucap Seol Ri.

“Apa yang kau katakan?” tanya Hyun lesu.

“Jadilah yang terbaik. Lebih baik sombong daripada bodoh. Jadilah yang terbaik. Mari kita pikirkan dasarnya kemudian pikirkan bagaimana kau akan menjadi yang terbaik. Apa perkalian terendah? Katakan padaku.” Ucap Seol Ri.


Seok sedang bersiap2 di kamarnya ketika sang ayah masuk. Sang ayah memberikan hasil tes Seol Ri. Seok terkejut membacanya. Hasil tes Seol Ri buruk. Tuan Baek bertanya2, bagaimana bisa tulang orang yang masih muda begitu rapuh.

“Apakah karena aku tidak memberinya makan dengan baik saat dia masih kecil? Karena aku hanya memberinya sayur? Saat dia datang pada kita, aku seharusnya membawanya. Bayi kecil itu, diasuh dirumah ini, kemudian di rumah itu. Diadopsi, kemudian di kembalikan, tentu saja dia menderita. Tentu saja tulangnya akan menjadi seperti itu.” ucap Tuan Baek.

“Bukan begitu. Bukan begitu ayah.” jawab Seok.


Seol Ri sendiri syok membaca hasil tes kesehatannya. Seok mengajak Seol Ri melakukan pemeriksaan sekali lagi. Tapi Seol Ri malah membahas soal Seok yang menangani kasus efek samping Pudoxin.

“Bagaimana kau tahu?” tanya Seok.

“Aku mendengarnya dari rumah Pyeongchang-dong.” Jawab Seol Ri.

“Tuntutan efek samping Pudoxin? Apa kau membicarakan tentang tuntutan Almarhum Moon Tae Joon dan Yong Gi?” tanya Tuan Baek.

Seok pun mengiyakan.

“Wali Moon Tae Joon yang memasukkan tuntutan.” Ucap Seok.

“Dan pengacara dari farmasi Cheon Nyeon adalah Do Hae Gang?” tanya Seol Ri.


Seok membenarkan. Tuan Baek terkejut. Ia tidak menyangka Hae Gang yang dulunya menentang Pudoxin saat masih menjadi Yong Gi, kini justru membela Pudoxin.

“Saat tes klinis, datanya telah diperbaiki.” Ucap Seok.


Seol Ri terkejut, Apa? Kalau begitu, hasil tesnya dipalsukan?

“Yeah, oleh Presdir Min Tae Seok.” Jawab Seok.

“Dan dia masih tetap menangani kasusnya? Meski mengetahuinya, dia tetap menjadi perwakilan pengacara untuk Farmasi Cheon Nyeon?” tanya Tuan Baek syok.


Seol Ri lantas memberikan catatan tentang tes klinis Pudoxin itu pada Seok. Ia ingin tahu apa Seok mendapatnya dari Hae Gang. Seok membenarkan. Seol Ri pun emosi.

“Do Hae Gang mengambilnya dari kamarku tanpa sepengetahuanku. Wanita itu tahu ada efek sampingnya, tapi dengan kejamnya tidak memberitahu aku. Untuk membuat aku menjadi seperti ini. Untuk membuat aku hancur seperti ini. Kalau dulu dia memberitahuku, aku akan berhenti minum Pudoxin. Kalau dia mengatakannya padaku untuk tidak meminumnya, aku tidak akan menjadi seperti ini.” tuduh Seol Ri.


Di ruangannya, Presdir Choi sedang berbicara dengan pengacaranya. Ia berkata kalau dirinya berencana memberikan sahamnya pada Jin Eon dan Hae Gang. Nyonya Hong pun masuk, ia membawakan jus untuk Presdir Choi. Nyonya Hong yang tak sengaja mendengar pembicaraan sang suami pun langsung protes.

“Memberikannya saham pada posisi tinggi? Sama jumlahnya dengan Jin Eon? Apa kau sudah pikun? Apa kau sudah gila? Kenapa kau memberikan sahammu kepadanya? Bagaimana bisa kau begitu mempercayainya? Memberikan posisi di perusahaan adalah hal lain, tapi memberikannya saham. Kau harus memberikannya kepada Jin Eon supaya Hae Gang tidak bisa berbuat sesukanya!” protes Nyonya Hong.

“Aku akan memberikan sahamku padanya, supaya dia bisa melakukan apapun, supaya dia bisa menghunus pedangnya. Sehingga dia bisa memotong semuanya.” jawab Presdir Choi.


“Apa kau bilang? Bagaimana kalau anakmu yang terpotong dengan pedang itu? Bagaimana kalau dia menusuk anakku setelah dia tahu apa yang kau lakukan pada ayahnya?” tanya Nyonya Hong.

“Dia tidak bisa melakukannya, aku tidak akan membiarkannya.” Jawab Presdir Choi.

“Bagaimana? Kau sudah memberikan semua padanya, jadi bagaimana kau akan menghentikannya?” tanya Nyonya Hong.

“Kau punya saham juga, kau bilang ingin memberikannya pada Jin Eon.” Jawab Presdir Choi.

“Apa?” Nyonya Hong kaget.

“Apakah Jin Eon atau Hae Gang yang mengambil alih posisiku, untuk duduk di sini, kau harus menghunuskan pedangmu. Kau harus memotong kepala orang-orang yang berencana mengambil alih perusahaan. Tugas itu lebih cocok untuk Hae Gang daripada Jin Eon. Kau harus membiarkan Hae Gang berburu. Aku juga tidak memerlukan seseorang yang menghunuskan pedangnya yang akan menyakiti anakku. Saat dia bersama anakku, dia bekerja untukku dan untuk farmasi Cheon Nyeon. Hanya pada saat itu, dia berguna bagi kita.” jawab Presdir Choi.

Nyony Hong terbelalak, Yeobo…

“Selama kau memiliki sahammu, Jin Eon adalah pemegang saham terbesar. Tidak akan ada yang bisa mengambil kekuasaannya.” Ucap Presdir Choi.

Mendengar itu, Nyonya Hong pun mulai sedikit tenang.

“Setelah sarapan, haruskah kita pergi menonton film? Sudah lebih dari tiga puluh tahun kita tidak menonton film bersama-sama. Aku rasa itu tidak masuk akal dan tidak bisa dipercaya, Se Hee-ya.” ucap Presdir Choi.


Di ruang makan, Tae Seok memberitahu Jin Ri bahwa pria yang membunuh Eun Sol mencekik Hae Gang di kantor. Jin Ri terkejut mendengarnya.

“Dia bilang perlu 15 tahun untuk mengembangkan obat Pancilate Sanmonopil. Dan dia kehilangan banyak uang, termasuk uang investor, tentu saja dia jadi gila, bagaimana tidak? Dan karena hal itu, isterinya sakit, dan anak-anaknya berhenti sekolah dan bersembunyi. Dia bilang kalau anaknya melanjutkan pendidikannya, dia akan jadi orang yang hebat.” Ucap Tae Seok.

Jin Ri merasa aneh.

“Ada apa? Kenapa kau menjadi emosional karena hal itu? Yang bertahan adalah pemenangnya! Yang benar adalah yang terkuat! Pemenang mendapatkan semuanya! Orang yang memakan roti ini bahkan mengambil semua di negara kita, itulah bagusnya hidup. Kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Kau juga mengambil sesuatu dari orang lain.” Ucap Jin Ri.

“Itu mengingatkanku akan kenangan lama, itu saja.” Jawab Tae Seok.

“Kenangan lama? Kenangan lama kapan?” tanya Jin Ri.

“Tidak, bukan apa-apa. Itu karena ceritanya menyedihkan, itu saja.” Jawab Tae Seok.

Tae Seok lantas memberitahu Jin Ri bahwa Shin Il Sang memiliki dokumen rahasia perusahaan mereka. Dan di dalam dokumen itu, tertera nama Choi Man Ho.

“Apakah ada pemilik dari perusahaan besar yang tidak melakukannya? Aku beritahu kau, kita ini di Korea.” Jawab Jin Ri.

“Tapi bagaimana dokumen yang ada di laptopku ada ditangan orang itu? Apakah itu ulahmu? Kau mencurinya dan memberikan itu padanya, benarkan? Untuk menyiksa Pengacara Do?” tanya Tae Seok.

“Itu benar. Aku adalah informannya, dan penyampai pesannya adalah Kang Seol Ri. Do Hae Gang hampir pingsan saat dia melihat pria itu karena terkejut. Berkat aku dia mendapatkan ingatannya kembali. Dia seharusnya memberi hormat padaku, aku juga yang membuatnya duduk di kursi wakil presdir.” Ucap Jin Ri.

“Sungguh, kau patut dipuji, kau melukis air hanya untukmu, kau adalah orang yang egois! Kau melakukan semuanya, kau penyebab ini semua, benarkan? Mulai tahun Byeongshin (Tahun monyet berdasarkan kalender Cina), mari kita rendah hati, Jin Ri ku.” Jawab Tae Seok.


Tae Seok menemui Presdir Choi. Ia memberitahu Presdir Choi bahwa Shin Il Sang, pria yang menabrak Eun Sol sekaligus Presdir Grup Mi Do sudah dibebaskan dan sedang mengejar Hae Gang. Tae Seok berkata, bahwa Shin Il Sang ingin mengirim Hae Gang ke penjara.

“Lalu?” tanya Presdir Choi.

“Hati-hatilah, aku rasa kau harus berhati-hati pada pengacara Do. Perasaanku tidak baik tentang wakil presdir Do Hae Gang. Ada yang berubah dari pengacara Do dari dirinya 4 tahun yang lalu. Dia menutup mulutnya tentang dirimu 5 tahun yang lalu, tapi kalau dia melakukannya kali ini, kalau dia diselidiki jaksa kali ini, dia tidak punya pilihan selain melemparmu ke bawah jembatan. Aku katakan padamu untuk tidak terlalu mempercayai pengacara Do. Batas waktu Ssanghwasan telah berlalu, tapi masih ada kasus Mido, Ayah mertua dan yang terpenting, Ssanghwasan adalah milik ayah pengacara Do. Hanya masalah waktu saat wakil presdir Do mengetahuinya, tapi dia akan mengetahuinya. Dan aku mungkin bisa mengatur waktunya.” Jawab Tae Seok.


Presdir Choi terdiam dan mulai resah.


Yong Gi menegur Nyonya Kim yang membiarkan air mengalir saat sedang menyabun piring2. Yong Gi menasehati Nyonya Kim agar menghidupkan keran saat ingin membilas piring2 dari sisa sabun.

“Meski kau pemilik rumah, kau boros sekali, kau boros dalam pemakaian air, makanan dan listrik. Apa kau tahu kalau aku mengikutimu dan mematikan semua daya yang kau tinggalkan? Mari kita berhemat, hematlah sumber daya.” Ucap Yong Gi.

“Aku akan melakukannya, itu dimeja ada kacang rebus, kupas dan makanlah bersama Woo Joo.” Jawab Nyonya Kim.


Melihat kacang rebus di meja, Yong Gi mengomel lagi.

“Lihat, lihat, lihatlah itu! Kau pemboros. Siapa yang akan memakan itu semua, kenapa kau banyak sekali membeli dan merebusnya? Apa kau punya banyak uang? Berapa banyak yang kau miliki? Kau bahkan tidak menghasilkan uang, darimana kau mendapatkan uang sebanyak itu?”

“Ya, aku punya banyak uang, aku memiliki semua uang yang diterima kakakmu. Aku tidak menggunakannya selama 4 tahun, hanya kusimpan saja di bank, aku ingin menggunakannya sekarang. Kakakmu bilang gunakan saja, gunakan saja semuanya.” jawab Nyonya Kim.

“Apakah jumlahnya sekitar 200 sampai 300 juta won?” tanya Yong Gi.

“Tidak, mungkin sekitar 2 sampai 3 milyar won.” Jawab Nyonya Kim.

Yong Gi terkejut.

“Daebak. Dia luar biasa. Seseorang mendapatkan 4 won untuk setiap topeng, dan satu orang lagi menghasilkan 2 sampai 3 milyar? Apakah itu masuk akal bagaimana kami ingin hidup?” protes Yong Gi.


Yong Gi lalu duduk di meja dan mengupas kacang rebusnya.

“Sungguh tidak adil! Kami memiliki wajah yang sama, tapi yang satu pengacara yang satu lagi pelayan. Kami memiliki suara yang sama, tapi dia anggun dan aku aneh. Yang satu pencuri yang tidak akan ditangkap polisi, dan aku, yang tidak melakukan apapun tapi dikejar-kejar.” Protes Yong Gi.


Nyonya Kim pun berhenti mencuci piring dan duduk di depan Yong Gi.

“Apa kau benar-benar tidak bisa menghubungi pencuri itu? Apa kau benar-benar tidak tahu dimana dia tinggal?” tanya Yong Gi.

“Tidak, dia tidak mau memberitahu bagaimanapun aku bertanya padanya. Aku hanya menjawab telponnya.” Jawab Nyonya Kim.

“Aku bahkan tidak bisa mencarinya di perusahaan. Dia tahu aku tidak bisa pergi ke kantor, itu sebabnya dia tidak tahu malu bahkan setelah mencuri dariku. Aku marah, aku sangat marah!” ucap Yong Gi.

Yong Gi lantas mengunyah kacang rebusnya.

“Bagaimana kau tahan dengannya? kalau kau melahirkan satu orang saja, alangkah bagusnya. Seandainya kau hanya melahirkan aku saja.” Ucap Yong Gi.


Nyonya Kim terus mengupaskan kacang rebus untuk Yong Gi. Yong Gi terus saja memakan kacang rebus yang sudah dikupas Nyonya Kim. Tapi tak lama, Yong Gi tersadar dan protes lagi karena Nyonya Kim terus saja mengupaskan kacang rebus untuknya. Ia mengaku tidak akan memakan kacang rebus itu.

“Panggil aku ibu, panggil saja aku ibu, Yong Gi.” pinta Nyonya Kim.

Yong Gi menolaknya.

“Tidak mau, aku tidak punya ibu ahjuma, aku hanya punya ayah. Kau tahu ayahku, kan? Dokgo Ji Hoon. Kau mencampakkannya. Kenapa kau meninggalkannya? Karena dia miskin?”

Nyonya Kim pun terdiam, ia bingung harus menjawab apa.


Pembicaraan ibu dan anak ini pun terhenti lantaran kedatangan Nyonya Hong. Nyonya Kim menyambut kedatangan Nyonya Hong dengan dingin. Ia ingin tahu angin apa yang membuat Nyonya Hong tiba2 datang mengunjunginya. Nyonya Hong berkata, kalau ia penasaran karena sudah lama tidak berjumpa dengan Nyonya Kim, ditambah lagi dengan Hae Gang yang hidup kembali.

“Kau siapa?” tanya Yong Gi penasaran sambil menatap Nyonya Hong.


Nyonya Hong terkejut melihat Yong Gi, namun ia salah mengira. Ia berpikir Yong Gi adalah eonni nya Hae Gang. Yong Gi pun langsung cemberut dan menjelaskan kalau dia dongsaeng-nya Hae Gang.

“Dongsaeng?” kaget Nyonya Hong. Nyonya Hong lalu berkata lagi bahwa Yong Gi tampak lebih tua 5 tahun dari Hae Gang.
 
Yong Gi pun makin sewot, ia tak terima dibilang 5 tahun lebih tua dari Hae Gang. Yong Gi lantas masuk ke kamarnya dengan wajah kesal.


“Dia kasar sekali, dan penampilannya murahan. Bagaimana bisa saudari kembar terlihat sangat berbeda? Mereka seharusnya mirip, tapi mungkinkah mereka bukan kembar identik?” tanya Nyonya Hong.

Nyonya Kim menyuruh besannya itu duduk.


Di kamar, Yong Gi membantu Woo Joo memakai jaket. Woo Joo menatap Yong Gi sambil senyum2. Yong Gi pun penasaran, ia ingin tahu apa yang dipikirkan Woo Joo. Woo Joo berkata kalau ia memikirkan sesuatu yang bagus.

“Apa ibu? Atau dokter?” tanya Yong Gi. Woo Joo menggeleng.

“Kalau begitu apa?” tanya Yong Gi.

“Supermarket. Setelah dari rumah sakit, bisakah kita pergi ke supermarket, ibu?” pinta Woo Joo.

Woo Joo berjanji kalau dia tidak akan membeli apa2 karena sadar ibunya tidak punya uang. Yong Gi pun meralat ucapan Woo Joo dengan berkata bahwa dirinya memiliki uang.

“Dengar, Dokgo Woo Joo. Apa itu? Apa kau merendahkan ibu?” tanya Yong Gi.

Woo Joo tersenyum, ia lalu memeluk ibunya dan berkata akan mencari uang yang banyak untuk sang ibu kalau dirinya sudah besar. Yong Gi terharu mendengarnya. Yong Gi lalu meminta Woo Joo menciumnya. Dan Woo Joo pun mencium kedua pipi sang ibu.


Diluar, Nyonya Hong meminta penjelasan kenapa Nyonya Kim tidak mengatakannya dengan jujur. Nyonya Kim berkata bahwa ia tak berani memberitahu Hae Gang soal ayah kandungnya.

Tanpa mereka sadari, Yong Gi membuka pintu. Tapi saat mendengar percakapan mereka, Yong Gi kembali menutup pintu kamar.

“Aku dengar dia mengembangkan sebuah obat. Kau juga pasti mengetahuinya.” Ucap Nyonya Hong.

“Yang ada dalam pikirannya hanyalah mengembangkan obat yang merupakan campuran antara herbal dan obat.” Jawab Nyonya Kim.

“Gabungan antara herbal dan obat?” tanya Nyonya Hong.


“Sesuatu seperti Ssanghwasan. Sesuatu seperti Ssanghwasan yang dikembangkan suamimu. Aku kira ayah anak-anakku yang mengembangkannya. Saat aku melihat iklan Ssanghwasan di TV, mulanya aku mengira ayah anak-anakku telah berhasil. Tapi saat aku menghubungi suamimu, dia bilang ayah anak-anakku sudah meninggal. Saat mendaki gunung, dia terjatuh dan meninggal.” Jawab Nyonya Kim.

“Tapi, Kenapa kau tiba-tiba membicarakan ayah anak-anakku? Dan bagaimana kau tahu dia sedang mengembangkan obat?” tanya Nyonya Kim.

“Aku mendengar dari suamiku. Waktu dia bilang bahwa Hae Gang adalah anak dari temannya, maka dia secara khusus menghargainya.” Jawab Nyonya Hong.

“Aku sangat berterima kasih, dia sangat banyak membantu. Dan dia mengijinkan Hae Gang menjadi wakil presdir. Aku tidak tahu bagaimana harus membalasnya.” Ucap Nyonya Kim.

“Selama Hae Gang tidak berkhianat, selama dia tidak menusuknya dari belakang.” Jawab Nyonya Hong sinis.

“Kau tahu dengan baik, anakku bukan orang yang seperti itu.” ucap Nyonya Kim.

“Apa kau tahu puterimu berkencan dengan pengacara Baek Seok?” tanya Nyonya Hong.


Baik Nyonya Kim, maupun Yong Gi terkejut mendengarnya.

“Aku ditusuk dari belakang oleh puterimu!” ucap Nyonya Hong.

“Jin Eon? Apa yang dilakukan Jin Eon?” tanya Nyonya Kim.

“Dia menempel seperti lintah pada anakmu dan ditolak, kenapa?” jawab Nyonya Hong.


Woo Joo memanggil ibunya. Ia bertanya apa mereka tidak jadi ke rumah sakit. Yong Gi pun membuka pintu. Tanpa menatap wajah ibunya, ia berkata akan pergi ke rumah sakit. Nyonya Hong terkejut mendengar Yong Gi memanggil Nyonya Kim dengan sebutan Ahjummoni.

“Maukah kau mengatakan pada Presdir kalau aku juga anak dari temannya, tapi kenapa dia memperlakukan aku seperti ini? Dan meskipun dia adalah teman ayahku, tolong katakan padanya bahwa aku tidak akan pernah memaafkan apa yang telah dilakukan Farmasi Cheon Nyeon padaku dan ayahnya Woo Joo!” ucap Yong Gi kesal, lalu pergi.


Gyu Seok menjelaskan hasil rontgen Woo Joo pada Yong Gi.

“Ini adalah limpa kecil, glucocerebroside berkumpul di sini jadi ini sedikit membengkak. Untuk hari ini, mari kita berikan obat sedikit lagi.” Ucap Gyu Seok.

“Kalau limpanya semakin membengkak?” tanya Yong Gi.

“Maka harus diangkat.” Jawab Gyu Seok, membuat Yong Gi syok.

“Apa itu limpa kecil dokter?” tanya Woo Joo polos.

“Limpa kecil adalah organ dalam sistem kekebalan yang menghancurkan bakteri yang masuk ke tubuh...”


Melihat Woo Joo yang langsung diam, membuat Gyu Seok menghentikan kata2nya dan mengajak Woo Joo berkencan. Woo Joo pun langsung meminta izin pada ibunya untuk berkencan dengan sang dokter. Yong Gi mengizinkannya, membuat senyum Woo Joo langsung merekah. Melihat senyuman sang putri, Yong Gi tak kuasa membendung kesedihannya.


Persidangan kasus Pudoxin mulai digelar. Hakim meminta Seok mengajukan dakwaan.

“Pada  tanggal 26 Agustus 2010, Moon Tae Joon mendapatkan resep Pudoxin dari dokter dan telah mengkonsumsinya selama 5 tahun. Setelah meminum Pudoxin, pada bulan Maret 2013 dia masuk ke rumah sakit karena patah tulang untuk pertama kalinya.”

Berikutnya, hakim meminta Hae Gang mengajukan pembelaan.


“Pudoxin dari Farmasi Cheon Nyeon tidak hanya melalui 3 tahap tes klinis, tapi juga, melewati prosedur pemasaran, jadi obat itu telah mendapat persetujuan dari KFDA (administrasi makanan dan obat Korea).Terlebih lagi, ada keraguan tentang keamanan obat karena bisa saja obat itu dikonsumsi tanpa resep dokter. Pernyataan penggugat tidak berdasar dan tidak logis, dan bahkan sulit untuk dibuktikan. Hanya dengan fakta bahwa dia telah mengkonsumsi Pudoxin selama 5 tahun, menyatakan bahwa penggugat mengalami kerapuhan tulang karena Pudoxin adalah penafsiran yang berlebihan dari pengacara tergugat, dan keras kepala, yang mulia.”


Seok dan Hae Gang sama2 berjalan keluar dari gedung pengadilan. Namun langkahnya seketika terhenti saat kakinya menginjak lokasi jatuhnya wanita penggugat korban Pudoxin. Ingatan Hae Gang langsung melayang ke masa lalu, saat ia dikejutkan dengan jatuhnya seorang wanita dari ketinggian tepat di hadapannya.
 
Kembali ke masa kini—dimana Hae Gang syok teringat betapa dinginnya dia saat itu. Saking syoknya, Hae Gang tidak menyadari seseorang melemparkan batu ke arahnya. Seok pun bergegas memeluk Hae Gang untuk melindungi Hae Gang dari lemparan batu. Darah pun mengalir dari pelipis Seok yang terkena lemparan batu.


Hae Gang pun terkejut melihat luka Seok. Seok meyakinkan Hae Gang bahwa luka itu tidak berarti apa2. Hae Gang syok menyadari lemparan batu itu ditujukan padanya, bukan Seok.


Di ruangannya, Jin Eon terkejut mengetahui Seol Ri lah yang mengiriminya fax tentang Shin Il Sang. Tak lama kemudian, Hyun Woo datang dan memberikan laporannya mengenai keluarga Shin Il Sang.

“Aku harus mengembalikan posisinya sebagai seorang ayah sekarang. Yang bisa membuatnya berhenti membahayakan Hae Gang adalah anak-anaknya. Bagaimanapun aku memikirkannya, hanya itu satu-satunya cara.” Ucap Jin Eon.


“Kau ingin membunuhnya, benarkan?” tanya Hyun Woo.

“Aku memang ingin membunuhnya.” Jawab Jin Eon.

“Tapi? Bisakah kau memaafkannya? Bajingan itu?” tanya Hyun Woo.

“Dia bukan hanya pelaku, tapi juga korban dari semua ini. Anak-anak orang itu mungkin juga ingin membunuh.” Jawab Jin Eon.

“ Membunuh siapa? Hae Gang?” tanya Hyun Woo.

“Bukannya aku bisa memaafkannya, tapi kalau aku tidak memaafkannya, dia juga tidak akan dimaafkan. Maka selamanya dia tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri.” Jawab Jin Eon.

“Siapa? Hae Gang?” tanya Hyun Woo.


Seok ditemani Hae Gang ke klinik untuk mengobat lukanya. Hae Gang merasa semua itu salahnya. Dulu putrinya yang mati terbunuh, sekarang Seok yang terluka karena dirinya. Ia tidak mau ada korban lagi.

“Kenapa kau berkata begitu? Itu hanya kecelakaan. Seseorang melemparnya untuk bercanda, siapa yang bilang itu dilempar kearahmu?” jawab Seok.

“Ini bukan yang pertama kalinya, ini sudah yang kedua kalinya.” ucap Hae Gang.

Seok terkejut, apa?

“Aku dilempar dengan batu setelah aku menjadi manajer kantor. Dulu aku mundur dan tidak terluka. Apakah orang yang melemparnya adalah orang yang sama? Apakah dia memperingatkan aku akan sesuatu? Siapa? Siapa lagi yang menderita karena aku?” ucap Hae Gang.


Sementara itu, Seol Ri sudah tiba di depan kantornya Jin Eon. Ingatannya seketika melayang ke masa lalu, saat dirinya menemukan rumahnya yang digenangi air. Kata2 Hae Gang juga terngiang di telinganya.

“Kau sudah diperingatkan, kau akan menghilang, dan hanya cangkangmu yang tersisa. Semangatmu, tenagamu, masa mudamu dan harapanmu, semuanya akan menghilang. Daripada cinta khayalanmu, kau seharusnya melihat dirimu sendiri, Kang Seol Ri.”


Seol Ri juga ingat saat Hae Gang mendatanginya di kafe dan memberikan dua pasang sepatu untuknya sebagai ganti sepatu yang sudah dipinjamkan oleh Jin Eon padanya. Namun saat itu, Seol Ri menolak sepatu dari Hae Gang.


Seol Ri juga ingat saat Hae Gang menyebut dirinya sampah ketika mereka bertemu di kampus Jin Eon.


Bersamaan dengan itu, Hae Gang menuju ruangannya. Ia terkejut melihat Seol Ri berdiri di depan ruangannya. Hae Gang kemudian menghampiri Seol Ri. Seol Ri menatap Hae Gang penuh kebencian. Hae Gang menanyakan hasil tes kesehatan Seol Ri, tapi bukan jawaban yang di dapat malah sebuah tamparan keras. Tepat saat itu, Jin Eon muncul. Ia marah melihat Seol Ri menampar Hae Gang.




Bersambung…………….

Preview Ep 35



Seol Ri : Kau melakukannya untuk balas dendam padaku! Untuk menghancurkan hidupku! Aku hancur seperti yang kau inginkan!



Gyu Seok : Aku menyukainya, aku menyukai mereka.


Seol Ri emosi, ia tidak terima saat Jin Eon berkata akan meninggalkannya. Seol Ri menangis, ia berkata bahwa seharusnya Jin Eon dan Hae Gang juga dihukum.



Tae Seok : Jauhi adikku, jangan libatkan dia ke dalam masalah ini!

Post a Comment

4 Comments

  1. Ditunggu kelanjutannya ya Mba.. Trimakasih byk, ttp Semangat!!!

    ReplyDelete
  2. Please sampai tamat ya eoni makasih, fighting

    ReplyDelete
  3. Please sampai tamat ya eoni makasih, fighting

    ReplyDelete
  4. Lanjutkan ya kak. Drama yg ditunggu2. Walau udah liat drama nya sampe tamat, tp masih pengen baca sinopsis nya. 😂😂😂

    ReplyDelete