I Have a Lover Ep 29 Part 2

Sebelumnya...


Seok sedang galau di kamar yang dulu ditempati Hae Gang. Tak lama kemudian, sang ayah datang. Seok mengaku bahwa mungkin dia harus keluar dari rumah untuk sementara waktu karena ia tidak bisa mengendalikan dirinya.

“Berusaha melupakan dengan putus asa akan membuatmu bertambah putus asa. Tidak bisakah putus asamu berkurang sedikit?” tanya sang ayah.

“Aku punya penyesalan. Aku menyesal dan itu membuatku gila. Aku seharusnya menikahinya saat kau menyuruhku tahun lalu. Maka dengan begitu, dia akan berada di sampingku selamanya. Setidaknya, aku bisa mengatakan padanya untuk tinggal, untuk memohon padanya untuk tinggal. Aku rasa aku tidak bisa melepaskannya. Aku rasa tidak bisa membiarkan itu terjadi. Aku rasa aku tidak akan pernah bisa melepaskannya.” Jawab Seok.

“Hanya kau menahan seseorang, hanya karena kau menyukainya, itu hanya akan membuat tanganmu sakit.  Tanpa bisa merasakan kehangatan, kau akan berteriak kesakitan. Itu sebabnya cinta bertepuk sebelah tangan itu menyakitkan. Karena kehangatanku menjadi sakit bagi orang lain. Biarkan dia pergi. Jangan biarkan dirimu terluka dan relakan dia pergi!” ucap Tuan Baek.


Tuan Baek lantas mengambil ponsel Seok, lalu memencet nomor Hae Gang. Tuan Baek menyuruh Seok menghubungi Hae Gang. Tuan Baek kemudian beranjak pergi. Seok terkejut saat Hae Gang terheran2 ketika ia memanggil Hae Gang dengan nama On Gi.


“Baek Seok, benarkan? Pengacara Baek Seok. Aku dengar semua cerita yang terjadi selama ini dari ibuku.” Ucap Hae Gang.


Sementara di luar, Jin Eon berusaha menghubungi Hae Gang. Namun ia dialihkan ke pesan suara yang mengatakan bahwa nomor Hae Gang sedang sibuk. Jin Eon yang sudah tidak tahan lagi, akhirnya membanting ponselnya.

“Ada apa denganmu? Kenapa kau terdengar seperti orang asing? Berhentilah bercanda. Kau kejam sekali sekarang. Dimana kau? Kau ada dimana?” tanya Seok.

“Dengar. Maaf, tapi aku tidak mengenalmu. Aku hanya tahu tentang dirimu karena diceritakan, aku tidak punya kenangan tentang dirimu. Kau orang asing bagiku.” jawab Hae Gang.


“Apa?” tanya Seok heran.

“Aku terganggu dengan ucapanmu dan juga perasaanmu. Mulai dari sekarang, tolong jaga sikapmu.” Jawab Hae Gang.


Seok terdiam mendengar ucapan Hae Gang. Usai bicara dengan Seok, Yong Gi langsung mengatai Hae Gang wanita yang menyebalkan.

“Seok terluka sekarang, tapi kau mengatakan padanya kalau dia itu orang asing bagimu?” protes Yong Gi.

“Eonni. Panggil aku Eonni.” Suruh Hae Gang.

“Seok menderita sekarang... karena dirimu... Dia sangat mencintaimu! Kau tahu apa yang sudah dilaluinya karena dirimu? Seol Ri benar, dia benar tentang dirimu.” Jawab Yong Gi.

Mendengar nama Seol Ri, Hae Gang pun keusik.

“Kang Seol Ri? Bagaimana kau bisa mengenalnya?” tanya Hae Gang.


“Lupakan saja, sekarang kau keluar dari hidupku. Aku tidak akan berusaha mencari kebaikanmu lagi. Dari yang aku lihat, kau tidak punya darah ataupun air mata, kau tidak punya perasaan. Kau kejam, licik, dan jahat, kau bahkan bukan manusia.” Jawab Yong Gi sambil menunjuk2 Hae Gang.

“Perhatikan jarimu, itu memalukan.” Ucap Hae Gang tenang.

Yong Gi pun semakin kesal melihat tingkah Hae Gang.


Sementara diluar, Jin Eon kembali menghubungi Hae Gang. Hae Gang yang merasa terganggu memilih mematikan ponselnya. Diluar, Jin Eon menatap ke dalam rumah dengan tatapan terluka.


Keesokan harinya, Tuan Baek mendengar kabar tentang kondisi Hae Gang. Nyonya Kim memberitahu Tuan Baek tentang ingatan Hae Gang yang terhenti pada hari sebelum kecelakaan itu terjadi. Tuan Baek pun menatap iba ke arah kamar yang dulu ditempati Hae Gang.


Di bekas kamar Hae Gang, Seok tiduran dan bernyanyi dengan suara bergetar.


Nyonya Hong hanya bisa menghela napas karena tidak mendapati Jin Eon di kamar. Tak lama kemudian, Presdir Choi datang. Nyonya Hong protes karena Presdir Choi selalu dan selalu mengikutinya.

“Berhentilah menyalahkan orang yang tidak bersalah, kapan aku mengikutimu?” protes Presdir Choi.

Presdir Choi lantas mengambil teh hijau dari tangan Nyonya Hong dan meminumnya. Nyonya Hong kembali protes. Tapi Presdir Choi tidak peduli. Nyonya Hong lantas bertanya alasan suaminya mengundang Hae Gang datang ke rumah mereka.

“Untuk memberitahu posisinya di perusahaan.” Jawab Presdir Choi.


“Tidak ada lagi posisi untuknya. Berada di samping putri es itu, kau akan mati beku, dan aku akan mati karena tertusuk. Tidak ada yang berubah meski dia kembali dari kematian!” ucap Nyonya Hong.

“Untuk kembali ke perusahaan....maksudku, dia memutuskan untuk kembali, ketahuilah itu.” jawab Presdir Choi.

“Apa kau bilang? Kembali kemana? Bagaimana?” protes Nyonya Hong.

Presdir Choi tidak menjawab. Ia mengembalikan gelas itu ke tangan Nyonya Hong dan beranjak pergi. Nyonya Hong pun langsung ngintilin suaminya itu.


Jin Ri mengajak Tae Seok sarapan. Tapi Tae Seok yang lagi focus dengan komputernya menolak sarapan. Jin Ri pun masuk dan memberitahu Tae Seok kalau ayahnya ingin Hae Gang kembali ke perusahaan. Tapi Tae Seok sudah tahu duluan dan malah bersikap santai.

“Jadi, kau ingin menyambutnya dengan tangan terbuka? Kau harus mencari tahu bagaimana cara mencegah itu terjadi. Kenapa kau tenang sekali?” heran Jin Ri.

“Kenapa harus terganggu? Bukannya kita tidak mengenalnya, aku lebih mengenalnya daripada orang lain, dia kembali sebagai Do Hae Gang. Itu bagus buat kita. Kalau Do Hae Gang yang dulu kembali, maka dia akan menghalangi Dokgo Yong Gi. Kalau tidak, dia akan menghancurkannya.” Jawab Tae Seok.

Jin Ri bengong.

“Ambisinya sangat besar, lebih besar daripada aku. Kalau adiknya menjadi penghalang, dia akan mengatasinya sendiri. Dia akan melindungi aku, bukan adiknya. Biarkan ayah memberikan jabatan pada Pengacara Do.” Ucap Tae Seok.

Jin Ri pun mengerti dan tersenyum.

“Itu benar, kau bisa mengalahkan kembar dengan kembarannya sendiri? Kita juga memiliki Ssanghwasan. Saat dia tahu bagaimana ayahnya meninggal, dia akan membenci Farmasi Cheon Nyeon. Dia ingin bunuh diri karena hidup sebagai budak perusahaan. Saat waktunya tiba, kita akan membuat ayah dan Do Hae Gang saling bertarung, dan semua akan berakhir.” jawab Jin Ri.

“Mari kita biarkan dia berada di samping kita dan melihat apa yang dilakukannya.” Ucap Tae Seok.


Yong Gi yang tengah menyiapkan sarapan protes karena tidak diizinkan bekerja oleh Nyonya Kim. Ia berkata, kalau kau tidak akan menyuruhku bekerja kenapa kau mempekerjakan aku sebagai pelayan, Ahjummoni?

Ahjummoni? Kau tahu kalau aku ini ibumu. Panggil saja aku ibu, Yong Gi-ya.” batin Nyonya Kim.

“Apa maksudmu? Selain memasak, aku memintamu melakukan semuanya. Kau sangat bagus dalam bekerja dan juga rajin, aku tidak mengeluh sama sekali.” Balas Nyonya Kim.

“Ibunya Woo Joo? Kau mengatakan ibunya Woo Joo juga hari ini.” batin Yong Gi dengan wajah cemberut.

“Tadi malam, aku minum-minum dengan anak Ahjummoni. Tapi tidakkah kau terlalu memanjakannya? Sepertinya dia egois sekali.” Balas Yong Gi.


Nyonya Kim lalu memanggil Yong Gi dan menyuruh Yong Gi mencicipi sup buatannya. Yong Gi memuji masakan Nyonya Kim. Nyonya Kim lantas menyuruh Yong Gi memanggil Hae Gang. Nyonya Kim berkata, perut Hae Gang pasti sakit karena minum2.


“Dia hanya meminum segelas anggur. Ada seseorang yang minum dua botol soju Memangnya dia punya perut bayi? Sepertinya dia berlebihan.” Jawab Yong Gi.

“Aku tahu kan? Aku ingin perut kalian berdua baik-baik saja.” Ucap Nyonya Kim.

“Tidak apa-apa. Sudah cukup seorang pelayan bisa minum bersama anak pemilik rumah, bagaimana bisa aku tidak mabuk seperti dia. Berikan makanan pada anakmu yang berharga sampai dia kenyang.” Jawab Yong Gi.

Yong Gi yang ngambek itu pun dengan suara keras menyuruh Woo Joo memanggil Hae Gang untuk sarapan.


Hae Gang tampak duduk di meja riasnya. Tak lama kemudian, Woo Joo masuk. Hae Gang membeku melihat Woo Joo. Woo Joo lantas mendekati Hae Gang dan berkata kalau wajah Hae Gang sangat mirip dengan ibunya. Hae Gang langsung berkaca2. Ia teringat Eun Sol nya.

“Kenapa kau menangis? Bagaimana bisa wajahmu sama dengan ibuku? Kau seperti  Hello Kitty. Apa kau tahu Kitty? Kau memakai pita yang berbeda, tapi wajahmu sama.” Ucap Woo Joo.


Woo Joo lantas memegang tangan Hae Gang dan mengajak Hae Gang sarapan. Hae Gang yang terluka karena ingat pada Eun Sol nya langsung menarik tangannya dengan kasar dan menyuruh Woo Joo keluar dengan suara keras. Tangis Woo Joo pun langsung pecah karena dibentak Hae Gang.


Nyonya Kim menghampiri Woo Joo yang menangis.

“Ahjumma menyuruhku pergi dan mengusirku. Dia berteriak padaku.” Ucap Woo Joo.

“Itu bukan karena Woo Joo. Itu karena anaknya, dia ingat pada anaknya. Jangan menangis, jangan menangis.” Jawab Nyonya Kim, lalu memeluk Woo Joo.


Gyu Seok sedang bersiap2 di kamarnya. Yong Gi mengetuk pintu kamarnya dan memaksa masuk saat ia sedang berganti baju. Gyu Seok melarang Yong Gi masuk. Yong Gi yang bandel malah menerobos masuk dan terkejut melihat Gyu Seok tidak mengenakan baju. Yong Gi pun langsung melepas kacamatanya dan mengaku tidak bisa melihat apapun tanpa kacamata.

Aku merasa sedikit aneh dokter. Aku tidak bisa mengendalikan perasaanku dan aku marah, aku tidak bisa menenangkan diriku sendiri.” Ucap Yong Gi.


Yong Gi lantas melirik Gyu Seok dan bertanya apa Gyu Seok tidak mau pakai baju. Tapi gak nyampe sedetik, Yong Gi langsung meralat ucapannya dan berkata kalau ia tidak melihat apapun.

“Dokter, kau akan lebih perhatian pada orang yang minum 2 botol soju atau 2 gelas anggur? Maksudku, kau pikir siapa yang harus sadar?” tanya Yong Gi.

Gyu Seok diam saja.

“Apa kau pikir rambutku benar-benar buruk dan aneh?” tanya Yong Gi.

Gyu Seok malah mengiyakan. Yong Gi lantas mengenakan kacamatanya.

“Ini...bagaimana dengan kacamata? Apakah tidak bagus? Apakah terlihat bodoh dan tidak nyaman?” tanya Yong Gi.

Gyu Seok lagi2 mengiyakan.

“Apakah aku benar-benar terlihat bodoh dan buruk?” tanya Yong Gi.

“Aku tidak akan menjawabnya.” Jawab Gyu Seok.

“Kau pikir aku harus mengganti gayaku?” tanya Yong Gi.

“Pendapatku?” tanya Gyu Seok balik. Yong Gi mengangguk.


“Itu sama saja, meski kau berubah, itu tidak akan membuat banyak perbedaan. Apakah itu sudah cukup? Aku harus berganti, jadi silahkan pergi. Ke depannya, aku hanya akan berdiskusi tentang hal yang berkaitan dengan Dokgo Woo Joo saja. Kau bukan urusanku.” Jawab Gyu Seok.

Mendengar jawaban Gyu Seok, Yong Gi langsung menarik ujung bibirnya.


Jin Eon masih menunggu di depan rumahnya. Ia tertidur di dalam mobil. Tak lama kemudian, ia terbangun dan langsung mengecek ponselnya dan ia kecewa karena tidak mendapati panggilan atau pesan dari Hae Gang. Jin Eon lantas menyalakan tape mobilnya dan ingatannya melayang ke saat ia bertemu pertama kali dengan Hae Gang yang amnesia.


Jin Eon lantas turun dari mobilnya.Bersamaan dengan itu, Hae Gang keluar dari rumahnya. Langkahnya sempat terhenti saat ia mendapati Jin Eon masih berada di depan rumahnya.

“Selamat pagi, apa kau tidur nyenyak? Aku tidak bisa tidur, aku kira aku akan mati. Tubuhku, pikiranku dan juga hatiku. Bajumu terlalu tipis, kau tidak bisa memakainya, suhunya 3°C, kembali dan gantilah bajumu.” Ucap Jin Eon.

Tapi Hae Gang cuek dan terus berjalan keluar.

“Kau mau pergi kemana? Kau mau pergi kemana? Ikutlah denganku, masuklah ke mobil. Ayo kita pergi sama-sama, ikutlah denganku, kemanapun itu, pergilah denganku. Tidak masalah apakah kau hidup di tahun 2011 atau 2015, mari kita pergi sama-sama.” Ucap Jin Eon sambil memegangi lengan Hae Gang.


“Jangan sentuh tubuhku tanpa seijinku.” Jawab Hae Gang sambil menatap tajam Jin Eon.

“Apa kau ingat lagu ini? Saat kita tinggal bersama di rumah ini, kita mendengarkannya ratusan kali. Lagu ini adalah penyebab kita bertemu kembali! Kau mengingatnya, benarkan? Kau memang ingat. Bahkan saat kau kehilangan ingatanmu, kau menangis saat mendengar lagu ini, tidak mungkin kau sudah melupakannya. Karena itu menyakitkan, karena terlalu menyakitkan, menyakitkan karena Eun Seol, karena aku…  Kau berusaha untuk mengabaikan aku sekarang!” ucap Jin Eon.

“Lepaskan aku!” jawab Hae Gang sambil menghempaskan tangan Jin Eon dengan kasar.

Jin Eon pun memaksa Hae Gang naik ke mobilnya. Hae Gang berontak, tapi Jin Eon tetap memaksanya.

“Jangan melarikan diri, jangan melarikan diri dariku. Aku tidak akan melepaskanmu atau merasa lelah padamu. Mari kita berjuang, yang terbaik kalau kita berjuang, Hae Gang. Silahkan benci aku, jijik padaku dan menyumpahi aku. Hanya kumohon jangan katakan bahwa kau sudah melupakan tentang kita.” ucap Jin Eon.

“Aku lelah, aku sangat lelah karenamu. Aku tidak punya ruang lagi untuk menerimamu. Perasaanku padamu sudah menyentuh dasar.Yang aku rasakan hanyalah ingin keluar dari neraka ini, neraka itu adalah kau Choi Jin Eon! Itu benar, aku ingin merasakan cinta baru seperti yang kau lakukan. Aku ingin bertemu dengan pria yang membuatku berdebar-debar, merasa bahagia, merasakan cinta dan dicintai. Aku juga ingin melakukan itu. Itu benar! Aku akan melakukan itu, aku akan memulai hidup yang baru. Sekarang, lepaskan aku.” jawab Hae Gang.

Jin Eon menggeleng. Matanya nampak berkaca2. Hae Gang menghempaskan tangan Jin Eon dengan kasar dan beranjak pergi.


Kemanakah Hae Gang pergi?? Ke rumah Seok!! Bersamaan dengan itu, Seok keluar dari rumahnya dan hendak pergi ke kantor. Seok pun tertegun melihat Hae Gang. Tapi Hae Gang malah melewati Seok begitu saja dan mondar mandir di depan rumah Seok. Tak lama kemudian, Hae Gang menghampiri Seok.

“Aku ingin bertanya padamu. Aku berusaha mencari alamat ini, tapi kemana aku harus pergi? Aku dengar, aku hanya harus berputar ke sudut dekat rumah.” Ucap Hae Gang sambil menunjukkan alamat Seok pada Seok.

“Ikuti aku. Itu rumah kami.” jawab Seok dengan wajah terluka.

“Ah. kalau begitu, kau pengacara Baek Seok?” tanya Hae Gang.

Seok pun mengiyakan. Tak lama kemudian, Jin Eon datang. Namun ia hanya diam di mobilnya sambil menatap perih ke arah Hae Gang. Sementara Hae Gang tidak sadar Jin Eon mengikutinya.

“Aku datang untuk mengambil barang-barangku. Aku berterima kasih atas waktu selama 4 tahun. Aku benar-benar berterima kasih. Aku ingin membalasnya, jadi mari kita masuk dan membicarakannya.” Ucap Hae Gang.

Seok pun membawa Hae Gang masuk ke rumahnya. Barulah setelah itu, Jin Eon turun dari mobilnya. Ia menatap Hae Gang dengan tatapan terluka.


Hae Gang masuk ke kamar yang dulu di tempatinya. Ia membuka lemarinya. Saat melihat pakaiannya2, ia menyuruh Seok membuang pakaiannya itu dan mengaku sudah tidak membutuhkan pakaiannya itu lagi.

Hae Gang lantas membuka lacinya dan menyuruh Seok membuang semua barang2nya. Sebelum pergi, Hae Gang juga menyuruh Seok membuang semua bukunya.


Ingatan Seok pun melayang ke saat2 dimana ia bertemu Hae Gang yang amnesia pertama kali.


Seok juga ingat saat memeluk Hae Gang ketika Hae Gang bermimpi buruk.


Seok juga ingat kenangan2 manisnya yang lain bersama Hae Gang.

Seok pun hanya bisa terduduk lemas dan meratapi Hae Gang yang sudah tidak ingat padanya.


Diluar, Hae Gang bertemu Tuan Baek. Tuan Baek mengajak Hae Gang sarapan bersama mereka. Hae Gang menolaknya.

“Aku dengan tulus ingin berterima kasih karena telah perduli padaku. Maaf karena aku tidak bisa mengingatnya, tapi aku akan berusaham embalas semua yang telah kau lakukan untukku, sesegera mungkin. Aku sudah lama berhutang padamu.” Ucap Hae Gang.


Hae Gang lantas pergi. Namun langkahnya sempat terhenti ketika mendengar tangisan Seok.

Setibanya diluar, Hae Gang menemukan Jin Eon yang menunggunya di depan rumah Seok. Hae Gang menghampiri Jin Eon. Jin Eon menatap Hae Gang dengan tatapan terluka.


“Mereka bilang aku tinggal di rumah itu selama 4 tahun. Pria yang tinggal bersamaku menangis. Dia terisak. Dia pasti menangis karena aku. Itu mengangguku. Pria itu, airmata pria itu, cahaya dimata pria itu, menusuk hati dan mataku. Pria itu pasti mencintaiku. Aku...kebencianku padamu, mungkin aku bisa menghapusnya lebih cepat dari yang aku kira. Dengan menghapus airmata pria itu, dengan menyandarkan tubuh dan pikiranku yang lelah pada cintanya. Rasanya aneh, kau pikir kenapa aku lebih perhatian pada pria itu. Daripada suamiku yang berdiri di hadapanku? Aku merasa seperti kehilangan seseorang yang penting dalam hidupku. Aku merasa sedih dan menyesal bahwa aku kehilangan seseorang yang seharusnya tidak kuhilangkan. Aku ingin hidup lagi. Aku tidak tahu kenapa kau seperti ini padaku setelah selama ini, tapi cari tahu sendiri tentang perasaanmu itu. Aku ingin memulai yang baru. Tolong bantu aku. Choi Jin Eon, singkirkan dirimu dari hidupku. Aku mohon padamu.” Ucap Hae Gang.

Setelah mengatakan itu, Hae Gang langsung beranjak pergi. Tangis Jin Eon langsung pecah mendengar kata2 Hae Gang itu.


Hari berikutnya, Hae Gang kembali ke perusahaan. Sementara itu, di ruangannya Jin Eon baru saja menerima sebuah fax. Ia menerima fax tentang data2 Shin Il Sang, pria yang membunuh Eun Sol.


Usai membaca artikel itu, Jin Eon langsung menyuruh Seketaris Nam melacak siapa pengirimnya. Ooh.. namanya Seketaris Nam toh..


Jin Eon lantas mendekati Manajer Byeon dan menatap Manajer Byeon dengan tatapan curiga.

“Manajer Byun. Sebaiknya bukan kau yang melakukan ini.” ucap Jin Eon.

“Apa? Apa yang kau katakan? Itu...itu bukan...itu bukan aku. Aku hanya duduk tenang di sini, bagaimana aku bisa terlibat?” jawab Manajer Byeon gugup.


“Apakah Presdir Min Tae Seok ada di kantornya?” tanya Jin Eon.

“Ya, bersama dengan Do Hae Gang.” jawab Manajer Byeon yang membuat Jin Eon kaget.


Di ruangan Tae Seok, Hae Gang meminta Tae Seok mengembalikan posisinya. Hae Gang berkata sambil tersenyum licik.

Bersambung…………..

Preview Ep 30

3 Comments:

  1. Unknown said...:

    tambah penasaran lanjutannya kayak mna, ditunggunya

  1. Unknown said...:

    Semangat lanjutkan recapnya,trimakasih

  1. Prima Yogi said...:

    Sebenerny lebih setuju hae gang gak balik sama jin eon, harusnya sama seok aja

Post a Comment