.

I Have a Lover Ep 42 Part 2

Sebelumnya... 


Gyu Seok tersenyum saat melihat Yong Gi datang ke rumah sakit. Gyu Seok pun langsung menghalangi jalan Yong Gi, membuat Yong Gi kesal.

“Ini bukan jadwalmu untuk datang ke rumah sakit, apa kau datang untuk menemui aku?” tanya Gyu Seok.


“Maumu, maumu, maumu. Kau pikir cuma kau saja satu-satunya di rumah sakit ini yang harus kutemui?” jawab Yong Gi sebal.

“Itulah maksudku, aku tanya kenapa kau ada di sini untuk menemui orang lain?” tanya Gyu Seok.

“Kenapa aku harus melaporkannya padamu? Apa kau benar-benar tertarik pada urusan orang lain?” ucap Yong Gi.

“Kenapa kau menanyakan sesuatu yang sudah kau ketahui jawabannya. Apa kau tidak tahu aku tidak perduli dengan urusan orang lain? Dengan kata lain, aku hanya tertarik kalau itu berkenaan dengan wanita bernama Dokgo Yong Gi. Apa kau sengaja bertanya padaku untuk mendengar jawaban seperti itu?” jawab Gyu Seok.

Yong Gi kesal, Apa?


“Aku hanya akan menanyakan 2 pertanyaan, jadi jawablah dengan sejujurnya.” Ucap Gyu Seok.

“Sejujurnya? Apa yang akan kau tanyakan?” tanya Yong Gi.

“Apa jenis kelaminnya? Orang yang mau kau temui?” tanya Gyu Seok.

“Seorang pria.” Jawab Yong Gi.

“Apa hubunganmu dengan pria itu?” tanya Gyu Seok.

“Dia adalah cinta pertamaku.” Jawab Yong Gi, membuat Gyu Seok terdiam.

“Kenapa?” tanya Yong Gi lagi.


“Ini bukan waktunya bagimu untuk bertemu dengan cinta pertamamu. Sekarang waktunya untuk melihat takdir masa depanmu. Bukan dibelakang, tapi kau harus melihat orang di sebelahmu.” Jawab Gyu Seok.

“Tapi, aku tidak punya orang di sampingku untuk kulihat sekarang. Aku akan pergi. Bukan ke orang yang di sampingku, tapi dibelakangku, cinta pertamaku.” Ucap Yong Gi.


Gyu Seok pun cemburu!!


Yong Gi mengupaskan jeruk untuk Seok dengan wajah lesu. Melihat Yong Gi yang tidak bersemangat itu pun, Seok penasaran padahal persidangan berjalan dengan baik dan Tae Seok akan segera dihukum. Tapi Yong Gi tidak menjawab, ia hanya menyuruh Seok memakan jeruk yang sudah dikupasnya.

“Yang bisa kuberikan padamu hanyalah jeruk ini, Seok-ah.” Ucap Yong Gi.


Tanpa Yong Gi sadari, Gyu Seok mengawasi mereka dari balik pintu dengan wajah cemburu…

“Ini benar-benar sangat manis. Ini sangat manis seperti Dokgo Yong Gi.” jawab Seok.

Yong Gi pun tersenyum mendengar pujian Seok. Yong Gi lalu memberitahu Seok bahwa ia akan ke Amerika.


“Di Universitas Yale, aku rasa ada tempat yang namanya pusat Higgins. Kalau kami pergi kesana, aku rasa Woo Joo bisa mendapatkan perawatan terbaik di dunia. Aku melakukan pencarian dan disana benar-benar bagus.” Ucap Yong Gi.

“Itu keputusan yang bagus, tapi mengirim kalian berdua pergi jauh itu membuatku sedih.” Jawab Seok.

“Kesepian pasti bagian dari hidupku.” Ucap Yong Gi.

“Bagian dari hidup apa.” Jawab Seok sembari tertawa geli.


Seok lantas mengalihkan pandangannya ke pintu dan terheran2 melihat sosok pria yang berdiri di sana. Yong Gi menoleh ke pintu, ia terkejut melihat Gyu Seok berdiri di sana. Yong Gi memberitahu Seok bahwa pria itu adalah dokternya Woo Joo. Seok pun penasaran kenapa Gyu Seok berdiri di sana. Yong Gi pun menyuruh Seok tidak mempedulikan Gyu Seok, tapi Seok malah terus melihat Gyu Seok.

“Jangan melihatnya. Aku sudah bilang jangan melihatnya!” suruh Yong Gi.


Ide jahil lantas muncul di kepala Seok begitu menyadari hubungan Yong Gi dengan Gyu Seok. Dengan sengaja, ia menyuruh Yong Gi menyuapinya jeruk. Tak hanya itu, ia juga pura2 kelilipan. Gyu Seok yang cemburu itu pun langsung masuk ke kamar Seok dengan gaya cool. Yong Gi pun langsung panic dan protes.


“Apa? Kenapa, kenapa kau masuk kesini sesukamu?” protesnya.

“Apa yang membawamu kemari?” tanya Seok.

“Aku datang karena ada hal yang ingin kukatakan kepadamu.” Jawab Gyu Seok.

Yong Gi makin panic.
 
“Ap-ap-apa yang ingin kau sampaikan padanya? Kau tidak perlu memberitahunya!” larang Yong Gi.

"Apa yang mau kau katakan padaku?" tanya Seok.


“Dokgo Yong Gi-ssi, dia membawa virus flu.” Ucap Seok.

Yong Gi yang tadinya panic itu pun langsung menatap sebal Gyu Seok.

“Karena kau baru saja dioperasi, lebih baik memakai masker saat berbicara dengannya.” Tambah Gyu Seok.

“Apa kau bilang!” protes Yong Gi.


“Dokgo Yong Gi, jaga jarak dengan pasien ini…” ucap Gyu Seok sambil menjauhkan Yong Gi dari Seok.


Seok pun tersenyum geli melihat kelakuan keduanya. Gyu Seok menyuruh Yong Gi duduk di sofa dengan alasan agar Seok tidak ketularan penyakit Yong Gi. Yong Gi pun hanya bisa menarik napas kesal. Gyu Seok kemudian mengambil nampan berisi jeruk, dan menyuruh Yong Gi mengupaskan jeruk itu untuknya. Tak hanya itu, Gyu Seok juga minta disuapin.


Shin Il Sang melihat anaknya yang sedang bekerja. Tak lama kemudian, Jin Eon datang dan menyuruh Kyung Woo mengisi bensinnya dengan penuh. Jin Eon lalu turun dari mobilnya dan memberikan sarung tangan pada Kyung Woo. Tapi Kyung Woo tidak mau menerimanya dengan alasan takut terkena bensin.


“Memangnya kenapa?. Tanganmu lebih penting daripada ini, cepat pakai. Kau ingin aku pakaikan?” ucap Jin Eon.

“Tidak usah, akan kupakai sendiri.” Jawab Kyung Woo.


Shin Il Sang pun tersenyum haru melihat keduanya.


“Aku memeriksanya...sekarang mereka menerima ijazah GED untuk ikut tes. Tesnya bulan April, tapi tanggalnya belum ditentukan. Apa kau mau ikut tesnya?” ucap Jin Eon.
“Dan kalau aku mau?” tanya Kyung Woo.

“Kalau kau ikut tes, kau harus lulus, kalau kau lulus aku akan membiayai kuliahmu. Aku bahkan akan mengirimmu belajar keluar negeri. Jadi, aku ingin kau mengikuti tesnya.” Jawab Jin Eon.

“Memangnya kenapa?” tanya Kyung Woo.

“Aku punya banyak uang, sungguh.” Jawab Jin Eon.

Kyung Woo pun hanya tertawa mendengarnya.

“Bocah ini tidak mempercayaiku.” Ucap Jin Eon sebal.

“Aku akan ikut tes, tapi aku kuliah atas keinginanku sendiri. Aku bisa kuliah dimana mereka menawariku beasiswa penuh. Aku sangat cerdas.” Jawab Kyung Woo.

“Semuanya 8,200 won.” Ucap Kyung Woo setelah bensinnya selesai terisi.


Saat Kyung Woo pergi mengambil uang kembaliannya, Jin Eon melihat Shin Il Sang yang berdiri di kejauhan. Jin Eon lantas memanggil Kyung Woo. Jin Eon ingin berbicara soal Shin Il Sang, tapi kemudian ia mengurungkan niatnya dan beranjak pergi. Setelah Jin Eon pergi, Kyung Woo tampak begitu senang melihat sarung tangan pemberian Jin Eon. Shin Il Sang pun hanya bisa terpaku melihatnya.


Jin Eon yang sudah berada di ruangannya dikejutkan oleh kedatangan Shin Il Sang. Shin Il Sang datang dengan wajah tertunduk. Ia pun penasaran apa yang membawa Shin Il Sang sampai datang menemuinya. Shin Il Sang mengaku bahwa dirinya lah yang melaporkan Hae Gang ke kantor kejaksaan. Ia berkata, melakukan itu sebelum insiden Kyung Woo. Dan ia mengaku menyesal melakukannya.

“Aku menemui jaksa untuk membatalkannya, tapi dia bilang tidak bisa. Apa yang harus kulakukan? Apakah tidak ada cara untuk menghentikan Jaksa? Aku tahu ini memalukan bagiku untuk memohon, tapi ayah Eun Sol, cobalah lakukan sesuatu.” Ucap Shin Il Sang.


“Isteriku sedang mencoba membayar dosa-dosanya. Jadi, meski aku ingin melakukan sesuatu, aku tidak bisa berbuat apa-apa.” Jawab Jin Eon.

Shin Il Sang kaget, Apa kau bilang?

“Meski bukan karena kau, isteriku akan pergi ke kantor kejaksaan sendiri. Jadi aku harap kau tidak merasa bertanggung jawab.” Ucap Jin Eon.


Shin Il Sang pun semakin merasa bersalah. Jin Eon lantas mengambil satu kertas di mejanya dan menyuruh Shin Il Sang mempelajarinya. Jin Eon mengaku akan memberikan Shin Il Sang hak patennya. Shin Il Sang terkejut, ia pun langsung membaca kertas itu. Kertas itu berisi daftar kontraktor pengembangan obat baru.

“Tolong buatlah Monodipin plus juga.” pinta Jin Eon.


“Kenapa kau sampai sejauh ini?” tanya Shin Il Sang.

“Aku sendiri juga tidak tahu. Ini bukan demi orang lain, tapi demi diriku sendiri. Kalau aku tidak melakukannya, aku rasa aku tidak dapat menahannya. Pasti itu sebabnya.” Jawab Jin Eon.


Orang2 dari kantor kejaksaan Kim Sun Ho mulai menggeledah ruangan Hae Gang. Hae Gang yang sudah tahu sejak awal, pun bersikap kooperatif dan membiarkan orang2 itu menggeledah ruangannya. Namun, meskipun bersikap kooperatif, Hae Gang tak bisa menyembunyikan kegelisahannya. Tangannya tampak gemetaran. 


Tak lama setelah penggeledahan itu selesai, Presdir Choi pun langsung menemui Hae Gang. Ia menyindir Hae Gang dengan berkata ruangan itu bertemu dengan pemilik yang salah. Hae Gang pun balas menyindir Presdir Choi. Ia berkata, semua itu berkat Presdir Choi sendiri. Hae Gang lantas bertanya apa Presdir Choi datang untuk melihat kekacauan itu. Presdir Choi lalu mendorong papan nama Hae Gang dengan tongkatnya.


“Aku datang untuk mengambil penaku kembali, dimana dia? Ah, ini dia. Sepertinya kau bertemu dengan pemilik yang salah.” Ucap Presdir Choi sambil menatap penanya.

Presdir Choi lantas membuang penanya ke lantai, kemudian menginjaknya.


“Apa kau kembali dari awal untuk melakukan ini? Kapan kau mulai menipuku? Tidak tahu berterima kasih! Kau menipuku saat aku menawarkan jabatan wakil presdir padamu. Dan bahkan 6 tahun yang lalu saat kau mengatakan, "ya ayah, ya presdir", kau merekamnya.  Sebelum kau tahu tentang hubunganku dengan ayahmu, kau sudah mengkhianati aku, itulah dirimu. Itu alasan aku mengabaikanmu.” Ucap Presdir Choi.

“Aku juga memiliki alumni senior dan junior di kantor kejaksaan.” Jawab Hae Gang.

“Pimpinan dari alumni senior dan juniormu adalah teman minumku.” Ucap Presdir Choi.

“Aku akan membuat mereka mengganti jaksa yang berwenang.” Jawab Hae Gang.

“Kenapa? Kata siapa?” tanya Presdir Choi.


“Karena ayah jaksa itu adalah kaki tangan Presdir. Pada tahun 1981 dan tahun 2009, dengan membantumu, dia terlibat dalam kejahatan.Apakah Jaksa Kim Sun Ho mengadakan penyelidikan tanpa mengetahui bahwa ayahnya yang menaruh Zolpidem?” jawab Hae Gang.

“Pasti itu sebabnya dia berusaha sangat keras untuk mendapatkan kasusnya.” Ucap Presdir Choi.

“Situasi ini memungkinkan untuk mengeluarkan surat perintah penggantian jaksa yang memimpin dan itu sangat mungkin untuk dilakukan.” Jawab Hae Gang.

“Tidak akan terjadi seperti, meski begitu, aku bisa membuat orang yang sama seperti dirinya untuk berwenang. Aku bisa dengan mudah membuat itu terjadi. Jangan pikirkan hal lain, bersiap saja untuk menghabiskan waktu di penjara.” Ucap Presdir Choi.


“Kalau aku sampai ke persidangan, aku tidak bisa menghindari hukuman. Tapi aku akan dibebaskan dengan masa percobaan. Tapi, untuk Presdir, suap selama 10 tahun, Zolpidem, memanipulasi harga saham dengan mengungkapkan informasi palsu, kau akan menghabiskan seluruh hidupmu di penjara. Seperti ayahku, kau akan kesepian, kehilangan harapan dan kau akan mati tanpa sepengetahuan siapapun.” Jawab Hae Gang.

Presdir Choi terkejut, Apa

“Kekacauan di sini bukan akhir bagiku, Presdir. Penjara tidak akan menjadi akhir bagiku. Ada lagi untukku setelah itu.” ucap Hae Gang.


Presdir Choi pun langsung keluar dari ruangan Hae Gang dengan wajah kesal. Setibanya diluar, langkahnya langsung dihentikan Tae Seok. Tae Seok pun berlutut, memohon agar Presdir Choi bersedia menyelamatkannya. Ia bahkan berjanji akan menjadi pelayan setia dan anjing pemburu untuk Presdir Choi. Presdir Choi terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia mengajak Tae Seok ke ruangannya.


Saat mau ke ruangan Presdir Choi, Tae Seok menerima SMS dari salah satu orangnya. Aku mengirim foto dan latar belakangnya lewat email, jadi tolong dipastikan. Dia miskin, tapi sepertinya seseorang menawarkan uang untuk membelinya.” Bunyi SMS itu.

“Siapa? Siapa yang berada dibelakangnya dan mengikis saham farmasi Cheon Nyeon?” tanya Tae Seok.

Tak lama kemudian, Tae Seok pun menatap ke ruangan Hae Gang.


Sementara itu di ruangannya, Hae Gang teringat kata2 Tae Seok soal daftar suap yang dilakukan Presdir Choi. Hae Gang juga ingat soal rekaman pengakuan Tae Seok tentang pembunuhan berencana Moon Tae Joon, Yong Gi dan pemalsuan hasil tes uji klinis Pudoxin yang berasal dari ponsel Seol Ri.


Hae Gang mondar mandir sambil memikirkan sesuatu terkait rekaman Tae Seok itu. Tak lama kemudian, ia keluar dari ruangannya dan berjalan dengan terburu2. Namun langkahnya langsung terhenti saat ia melihat Jin Eon yang berjalan menuju ke arahnya. Hae Gang pun langsung menyembunyikan ponselnya.

“Apa ini?” tanya Hae Gang.

“Lindungi dirimu sendiri dari ayah. Kebencianmu dan rasa malu ku sepertinya tidak akan bersatu sama sekali. Kau melakukan yang terbaik di persidangan, kau bekerja dengan baik. Sayang sekali kalau kau berhenti menjadi pengacara, aku ingin kau terus melakukannya. Bersama-sama dengan Si Cahaya.” Ucap Jin Eon.


Setelah mengatakan itu, Jin Eon beranjak pergi. Hae Gang membeku dengan tangan memegang sebuah kertas yang bertuliskan nama2 jaksa yang menerima suap Presdir Choi.


Preview Ep 43

Post a Comment

1 Comments