Di episode sebelumnya, Tae Seok
memberitahu Hae Gang bahwa Jaksa Kim adalah anak dari Sopir Kim, sopir
pribadinya Presdir Choi. Jaksa Kim tidak akan bisa menyentuh Presdir Choi,
karena Jaksa Kim adalah penerima beasiswa yang diberikan Presdir Choi. Tae Seok
juga berkata, bukti yang diserahkan Hae Gang pada Jaksa Kim tidak berguna,
Presdir Choi akan lolos dan kesalahan akan dilimpahkan pada Hae Gang. Hae Gang
berkata, yang bisa menyelamatkannya adalah kartu yang dimiliki Tae Seok. Tae
Seok memberitahu Hae Gang bahwa kartunya berupa daftar suap yang dilakukan oleh
Presdir Choi, dan nama Jaksa Kim termasuk di dalamnya. Tae Seok kemudian
menyuruh Hae Gang menghentikan Jin Eon. Apakah Hae Gang akan membantu Tae
Seok??
~~~Episode 42~~~
Jin Eon terkejut melihat Hae Gang
keluar dari ruangan Tae Seok. Jin Eon penasaran, ia ingin tahu alasan Hae Gang
menemui Tae Seok. Tapi ia pun langsung tersadar, dan tak jadi mencari tahu
alasan Hae Gang menemui Tae Seok. Jin Eon lantas menyuruh Hae Gang hati2 dalam
menyetir karena jalanan yang sangat licin. Jin Eon beranjak pergi. Hae Gang
terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia menyusul Jin Eon ke lift.
“Ayo bicara. Tidak di sini, tapi
di tempat yang sepi.” Ajak Hae Gang.
“Kita bicara di ruanganku.” Jawab
Jin Eon.
Mereka segera pergi ke ruangan
Jin Eon. Setibanya di sana, Jin Eon langsung dikejutkan dengan permintaan Hae
Gang untuk membatalkan pemecatan Tae Seok. Jin Eon ingin tahu alasannya. Hae
Gang beralasan kalau dia masih membutuhkan Tae Seok untuk saat ini.
“Karena itulah aku tanya
alasannya. Apakah berhubungan dengan ayahku?” tanya Jin Eon.
“Itu benar, kau mungkin sudah
menduganya, tapi ayahmu dan aku sedang berperang. Yang satu telah kadaluarsa
tapi yang satunya lagi bisa membuat ayahmu membayar dosa2nya.” Jawab Hae Gang.
“Seseorang yang bertarung dengan
iblis akan memegang tangan iblis lainnya? Untuk menangkap pembunuh ayahmu, kau
akan berpegangan tangan dengan pembunuh tunangan adikmu?” tanya Jin Eon.
“Karena untuk memenangkan
peperangan aku harus tetap hidup. Aku tidak mengatakan akan menutup mata
selamanya, ini hanya sementara. Ada banyak cara untuk menangkap Min Tae Seok,
tapi ayahmu… hanya ini satu2nya jalan. Bahkan setelah melakukan banyak dosa,
dia bersikap seperti orang suci, bukannya pendosa. Dia memperhitungkan kebaikan
dan keburukan, membuang kebaikan lalu mengatakan dia melakukannya sendiri. Dia
tidak pernah berpikir untuk melakukan kesalahan yang dibuatnya. Tolong batalkan
rapat pemegang saham. Dengan kata lain, saat sidang kedua selesai, dia akan
diselidiki. Dia akan ditangkap.” Jawab Hae Gang.
“Aku tidak bisa membatalkannya,
Wakil Presdir Do. Untuk alasan yang sama denganmu, aku tidak bisa membiarkan
dia menjadi Presdir Cheon Nyeon Farmasi. Sebelum diselidiki, aku akan membuat
dia turun dari jabatannya.” Ucap Jin Eon.
“Aku sudah bilang jangan ikut
campur! Aku sudah melarangmu menginjakkan kaki di kubangan berlumpur ini. Itu
adalah Kakak Iparmu, Ayahmu! Bagaimana kau akan menjalani hidup ke depannya?
Aku akan melakukannya, aku bilang aku yang akan melakukannya, kumohon!” jawab
Hae Gang.
“Aku hidup dengan baik sekarang
dan akan terus hidup dengan baik. Jadi jangan cemas.” Ucap Jin Eon.
Jin Eon lalu beranjak pergi,
namun Hae Gang membuat langkahnya berhenti dengan kata2nya.
“Aku dengar kau berkata pada ayahmu
kalau kau akan mati! Apa maksudnya? Apa yang kau pikirkan sampai kau mengatakan
hal aneh seperti itu?” ucap Hae Gang.
“Meskipun aku ingin mati, tapi
aku tidak bisa melakukannya jadi kau tidak perlu cemas. Meski aku merasa
begitu, aku menahannya dan berusaha yang terbaik untuk tetap hidup. Kau tidak
perlu mengkhawatirkan aku. Ibuku sakit dan juga…” Jin Eon menghentikan
kata2nya.
Hae Gang tampak putus asa. Ia tak
tahu lagi harus bagaimana.
“Aku tahu sulit bagimu memohon
padaku, tapi maaf, aku tidak bisa melakukannya.” Ucap Jin Eon.
“Sudah terlalu banyak yang aku
minta padamu dari awal. Tidak apa2, aku akan mengurus semuanya.” jawab Hae
Gang.
Di ruangannya yang gelap, Tae
Seok menyendiri sambil minum2. Tak lama kemudian, ia menghubungi Gyu Seok. Gyu
Seok saat itu tengah duduk di depan layar laptopnya. Dan Woo Joo, dia asyik
bermain dengan stiker2nya. Gyu Seok berkata kalau dia sedang menulis email
untuk ke pusat perawatan penyakit yang tidak dapat disembuhkan di Yale.
Gyu Seok terkejut, Amerika? Kau
mau kembali ke sana?
“Bukan aku, tapi Yong Gi dan Woo
Joo.” Jawab Gyu Seok.
“Mereka tidak akan dirawat
olehmu, tapi akan pergi ke Amerika?” tanya Tae Seok.
“Benar.” jawab Gyu Seok.
“Bagus sekali, itu bagus! Aku
merasa lega seperti gigiku yang sakit baru saja dicabut.” Ucap Tae Seok senang.
“Meski begitu tetap saja terasa
sakit walau telah dicabut.” Gumam Gyu Seok.
“Kau bilang apa, aku tidak bisa
dengar.” Ucap Tae Seok.
“Katakan saja kenapa kau
menelpon?” tanya Gyu Seok.
“Aku tidak ingat.” Jawab Tae
Seok.
“Apanya?” tanya Gyu Seok.
“Terakhir kali aku merasa
bahagia.” Jawab Tae Seok.
“Artinya bukan hanya saat ini
saja.” Ucap Gyu Seok.
“Lalu kau?” tanya Tae Seok.
“Aku? Sekarang.” jawab Gyu Seok.
“Sekarang? Karena bicara
denganku?” tanya Tae Seok.
“Pikirkanlah sesukamu.” Jawab Gyu
Seok.
“Maaf.” Ucap Tae Seok.
“Untuk apa?” tanya Gyu Seok.
“Karena aku kakakmu.” Jawab Tae
Seok.
“Dulu, saat aku makan kue ikan kau
bilang aku menggigit bagian sampingnya sedikit seperti kau, melihat itu
membuatmu bahagia. Aku tidak bisa melupakan senyum di wajah itu. Itu adalah
ekspresi yang bahkan membuatku bahagia. Bahwa kau adalah orang yang seperti
itu, aku harap sering mengingatnya. Lupakan berusaha melakukan sesuatu untuk
menggantikan ayah, kenapa kau harus menjalani kehidupan ayah? Aku harap kau
menjalani hidupmu sendiri. Ayah juga pasti tidak menginginkan itu. Aku bahkan
tidak tahu bagaimana wajah ayah. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku tahu
itu pastinya.” Ucap Gyu Seok.
Air mata Tae Seok pun menyeruak
keluar…
“Kenapa hari ini kau banyak
bicara? Akan kututup teleponnya.” Jawab Tae Seok.
Jin Eon dan Hae Gang sama2
menunggu di lift. Begitu lift terbuka, Hae Gang masuk duluan dan Jin Eon tidak
mau se-lift dengan Hae Gang. Ia menyuruh Hae Gang turun duluan. Hae Gang
setuju. Pintu lift kemudian tertutup.
“Salju terakhirmu, kau tahu itu
adalah milikku, benarkan? Jangan lupakan kau pernah mengatakan akan melihat
salju bersamaku. Hari itu dingin, tapi saljunya hangat pada hari itu. Sepanjang
hari, kau setuju bermain salju bersama-sama. Ingatlah itu Choi Jin Eon.” ucap
Hae Gang.
Sementara Jin Eon, ia tampak
tertegun di depan lift.
Di mobilnya, Hae Gang teringat
kata2 Tae Seok tentang Jaksa Kim yang tidak akan bisa menyentuh Presdir Choi.
Hae Gang pun langsung kesal, ia mengunci pintu mobilnya dengan kasar, kemudian
melajukan mobilnya.
Sementara itu, Jin Eon masih
terpaku di depan lift. Tak lama kemudian, Tae Seok datang.
“Jadi apa sekarang? Apakah aku
harus pulang dan menyiapkan konferensi pers, Adik Ipar?” tanya Tae Seok.
‘Tidak, kau tidak perlu
melakukannya.” Jawab Jin Eon.
“Benarkah? Aku tahu itu Kau tidak
bisa menolak permintaan Wakil Presdir Do Hae Gang.” ucap Tae Seok.
“Aku yang akan menyiapkan rencana
konferensi persnya. Mari kita diskusikan waktu dan tempatnya, Kakak Ipar.”
Jawab Jin Eon.
“Apa? Kau melakukannya?” kaget
Tae Seok.
Jin Eon : Iya
“Kau adalah anak ayahmu, garis
darah tidak bisa menipu.” Sindir Tae Seok.
Mendengar itu, Jin Eon emosi. Ia
langsung menekan leher Tae Seok dan menyudutkan Tae Seok ke dinding.
“Jangan mengatakan seolah-olah
kau memotong hidungmu karena jengkel pada wajahmu, Kakak Ipar Pikirkan tentang
anak-anakmu, lalu bukalah mulutmu. Kalau kau tidak mau membuat Hyoek dan Ji Woo
menjadi seperti aku, serahkan dirimu secepat mungkin.” ucap Jin Eon.
“Aku tidak bisa bernafas!
Lepaskan! Lepaskan!” Tae Seok meronta2.
Jin Eon pun melepaskan Tae Seok.
Mereka kemudian masuk lift bersama.
“Karena ayah lolos dan membuat
Wakil Presdir Do yang mengambil semua kesalahan, dia berencana untuk
menyelesaikan kasus farmasi Mido. Kau akan menutup matamu, kau lebih memilih
ayahmu ketimbang mantan isterimu, benarkan?” ucap Tae Seok.
“Apa yang kau bicarakan?” tanya
Jin Eon.
“Wakil Presdir Do tidak
memberitahumu? Kalau begitu apa yang kalian berdua bicarakan selama ini?” jawab
Tae Seok.
“Mereka berdua tengah diselidiki
oleh jaksa dan Hae Gang memiliki bukti kuat keterlibatan ayahku. Tapi apa yang
kau bicarakan?” ucap Jin Eon.
“Jaksa yang bertugas adalah
anaknya Supir Kim.” Jawab Tae Seok.
Jin Eon terkejut, Apa?
“Mereka berdua sedang membuat
peti mati untuk Wakil Presdir Do. Dalam beberapa hari, dia akan ditahan untuk
penyelidikan. Dia harus disingkirkan supaya Wakil Presdir Do Hae Gang bisa
melemparnya ke Ayah Mertua. Aku punya pelampung yang bisa menyelamatkan wakil
presdir Do, Adik Ipar. Jadi, mari kita lupakan tentang permohonan pemecatan.
Aku akan menyelamatkan Wakil Presdir Do dan kau akan menyelamatkan aku.” ucap
Tae Seok, membuat Jin Eon tak berkutik.
Yong Gi menghampiri Woo Joo yang
tiduran di kasur Gyu Seok. Woo Joo bilang kalau ia mengantuk. Yong Gi pun
menyuruh Woo Joo tidur di bawah, ia tak suka Woo Joo berbaring di kamar Gyu
Seok disaat Gyu Seok tidak ada.
“Karena aku menyukai tempat tidur
Profesor. Ibu juga cobalah berbaring. Kantuk akan datang menghampiri.” Jawab
Woo Joo.
“Setelah kau datang ke Korea, kau
belajar banyak Bahasa Korea.” Ucap Yong Gi sambil menggelitiki Woo Joo.
Woo Joo kemudian memeluk Yong Gi,
Ibu tahu… Aku sangat, sangat, sangat menyukai ibu…
“Kalau begitu tidak apa-apa kalau
hanya ada kita berdua? Kau dan ibu akan naik pesawat dan terbang ke Amerika. Tapi
nenek dan profesor tidak akan ada di sana, hanya ada kita berdua, apa tidak
apa-apa?” tanya Yong Gi.
“Seperti waktu di Cina?” tanya
Woo Joo dengan wajah sedih.
“Seperti waktu kita di Cina.”
Jawab Yong Gi.
“Kalau begitu, mereka bisa ikut
dengan kita ke Amerika. Dengan nenek dan profesor, bersama-sama.” Ucap Woo Joo.
“Kalau nenek pergi, bibimu akan
merasa sedih. Kalau profesor pergi, maka kakaknya professor dan pasiennya akan
merasa sedih. Kita tidak boleh membuat orang lain sedih supaya kita bahagia. Benarkan?”
jawab Yong Gi.
Tapi Woo Joo tetap saja sedih.
Yong Gi lantas meletakkan tangan Woo Joo di dada Woo Joo.
“Ini adalah hatimu, kalau kita
menaruh nenek, bibimu dan profesor di sini dan pergi ke Amerika, kapanpun kau
merindukan mereka, kenanganmu akan membawa mereka kepadamu. Itu sebabnya
disebut kenangan kasih sayang.” Ucap Yong Gi.
“Kenangan kasih sayang?” tanya
Woo Joo.
Yong Gi pun mengangguk. Woo Joo
berkaca2. Yong Gi pun mengelus pipi Woo Joo, kemudian memeluknya.
Presdir Choi yang sedang
bersantap pagi bersama keluarganya (minus Jin Eon) bertanya, apa Tae Seok sudah
menyiapkan semuanya dengan baik untuk menghadapi persidangan hari itu. Tae Seok
pun menyuruh Presdir Choi menanyakannya pada Hae Gang. Seketika ingatan Presdir
Choi pun melayang pada kata2 Hae Gang.
“Kau adalah pembunuh dan pencuri yang licik. Bayarlah dosa-dosamu,
Presdir Choi Man Ho!” ucap Hae Gang.
Presdir Choi pun menyuruh Tae
Seok mencari pengacara lain pada sidang ketiga.
“Tidak banyak pengacara yang hebat
seperti Pengacara Do, Ayah. Apa kau memiliki perasaan yang berat tentang
pengacara Do? Aku dengar kau dan pengacara Do tengah diperiksa oleh jaksa.”
Ucap Tae Seok.
“Apa? Diselidiki kejaksaan? Kenapa
jaksa menyelidikimu? Bersama dengan Hae Gang juga? Karena apa?” tanya Nyonya
Hong.
Tepat saat itu, Jin Eon turun ke
bawah dan menatap lirih sang ayah.
“Mulai dari minggu lalu, karena
gosip, harga saham dipasaran turun. Kita kehilangan beberapa milyar hanya
dengan duduk di sini.” Jawab Jin Ri.
“Itukah sebabnya harga saham
menurun? Bagaimana mereka menemukan informasi seperti itu?” tanya Nyonya Hong
heran.
“Itu karena Farmasi Mido,
benarkan?” tanya Tae Seok.
“Apa? Farmasi Mido? Itu sebabnya
Hae Gang... Apakah Jin Eon juga mengetahuinya?” tanya Nyonya Hong.
“Aku tidak tahu apakah dia tahu
atau tidak.” Jawab Presdir Choi.
“Apa yang dikatakan jaksa?” tanya
Presdir Choi pada Tae Seok.
“Kalau ini tidak berasal dari
atas, dan jaksa sendiri yang menyelidikinya, kau bisa dengan mudah menutupinya.”
Jawab Tae Seok.
“Aku harus menutupinya. Aku harus
berusaha menutupinya.” Ucap Presdir Choi.
“Tapi kenapa kau mengatakan untuk
mengganti pengacara pada persidangan ketiga? Apakah ada perubahan pada sisi
Wakil Presdir Do? Kenapa? Apakah jaksa mengatakan bahwa salah satu dari kalian
harus pergi?” tanya Tae Seok.
Nyonya Hong kaget, Apa? Pergi?
“Itu sebabnya kau membuat Wakil Presdir
Do yang bertanggung jawab?” tanya Tae Seok.
“Aku akan mengurus urusanku
sendiri. Kau urus saja persidangannya. Di Farmasi Cheon Nyeon yang didirikan
oleh Choi Man Ho, obat dengan efek samping itu tidak pernah ada Kalau terjadi
kesalahan pada persidangan ini, kau harus bertanggung jawab.” Jawab Presdir
Choi.
“Itu tidak akan terjadi. Karena
Pudoxin yang aku buat tidak ada efek sampingnya.” Ucap Tae Seok.
Mendengar itu, Jin Eon pun murka.
Ia beranjak mendekati ayahnya.
“Apa kalian membandingkan siapa
yang lebih buruk? Bagiku, kalian berdua sama saja. Memanipulasi kenyatan,
menutupi kebenaran dan membunuh. Dan kemudian, aku tidak melakukannya, aku
tidak ingat, jadi aku tidak melakukannya. Tidak ada bukti, jadi aku tidak
melakukannya. Meskipun kebenaran di gunung hanya diketahui oleh ayah, masalah Farmasi
Mido diketahui banyak orang. Bagaimanapun kau mengatakan bahwa tidak ada efek samping,
kenyataannya ada orang yang sakit, ada orang yang mati. Jika kalian sampai
akhir tidak mengakuinya, aku harus memaksa kalian mengakuinya.” Ucap Jin Eon.
“Apa yang kau katakan?” seru
Presdir Choi.
“Aku akan melupakan permohonan
pemecatan, pakailah pelampung.” Ucap Jin Eon pada Tae Seok.
Tae Seok pun tersenyum penuh
kemenangan…
Nyonya Hong datang berkunjung ke
rumah Nyonya Hong. Ia membawakan beberapa hadiah untuk Nyonya Kim.
“Apa hubungan kita sampai
bertukar hadiah?” tanya Nyonya Kim.
“Aku berharap bisa bertukar
hadiah, tapi tidak bisa. Tapi aku harus memberikannya kepadamu. Meskipun itu
tidak cukup, kalau aku tidak memberikannya padamu...” kata2 Nyonya Hong
terputus.
“Apa kau terkena penyakit? Apa
kau akan mati? Kenapa tiba-tiba kau seperti ini?” tanya Nyonya Kim.
“Meskipun aku tidak akan mati
karenanya, itu sesuatu yang membuatku ingin mati.” Jawab Nyonya Hong.
“Minumlah tehmu dan pergi.” Ucap
Nyonya Kim.
“Aku menderita alzheimer, Gyu
Nam.
Nyonya Kim terkejut, Apa?!
“Beberapa hari yang lalu, aku
menumpahkan jus di bajuku. Aku tidak bisa mengingat, aku bersama siapa saat itu
atau dimana kejadiannya. Yang luar biasa adalah aku ingat saat kita SMA, aku
ingat dengan jelas tanpa melupakannya. Kenapa begitu? Kemana masa emas itu
dalam hidupku? Aku meminum obatku dan berbaring dan aku ingat bermain sepatu
roda bersamamu dan itu membuatku menangis. Aku juga ingat musiknya. Aku ingat
kau sangat cantik saat bermain sepatu roda di sana. Kenapa itu membuatku
menangis?” ucap Nyonya Hong.
“Apakah keluargamu tahu?” tanya
Nyonya Kim.
“Tapi mereka berpura-pura tidak
tahu, supaya tidak menyakiti harga diriku. Kau tahu, aku bisa seperti ini dan
tiba-tiba menghilang. Jangan terkejut dan jangan bersedih. Karena aku tidak
bisa mengingatnya, tidak apa-apa. Aku akan menganggap itu sebagai hukuman. Bahwa
aku sedang dihukum. Bahwa Jin Eon sedang dihukum.” Jawab Nyonya Hong.
“Kau akan dihukum karena siapa? Bahkan
Jin Eon?” tanya Nyonya Kim bingung. Dan Nyonya Hong terdiam saat mendengar
pertanyaan itu.
Hae Gang sedang berkomunikasi
dengan Seok lewat telepon. Hae Gang berkata, permainan akan berubah selama Seok
memiliki catatan Kim Sun Yong.
“Yeah, dari tuntutan Pudoxin menjadi
tuntutan Min Tae Seok.” jawab Seok.
“Meski begitu, kasus Pudoxin
sulit, tindakan dan tujuan Min Tae Seok yang tertulis di catatan ini dengan
jelas mengungkapkan efek samping Pudoxin.” Ucap Hae Gang.
“Haruskah aku mempertanyakan
kematian Kim Sun Yong? Kalau aku menyatakan kemungkinan pembunuhan daripada
bunuh diri.” Tanya Seok.
“Aku akan menyangkal dengan kuat
bahwa itu tidak berhubungan dengan kasus ini.” jawab Hae Gang.
“Kemudian hakim, untuk memproses
kasus itu, mungkin akan menghentikan kita dengan mengatakan untuk menyerahkan
kasus itu kepada jaksa.” Ucap Seok.
Seol Ri yang tampak membantu Seok
memakai dasi, diam saja mendengarkan pembicaraan Seok dan Hae Gang.
“Mari kita lakukan yang terbaik.”
Ucap Hae Gang.
“Tentu saja, ini adalah
persidangan pertama dimana Pengacara Do Hae Gang akan kalah.” Jawab Seok.
“Ini juga akan menjadi
persidangan terakhirku sebagai pengacara.” Ucap Hae Gang sedih.
“Apakah pengacara yang baru
baik-baik saja? Aku khawatir apa yang akan terjadi padanya supaya dia tidak
bisa hadir dipersidangan.” Ucap Hae Gang lagi.
“Dia memiliki sabuk hitam dalam
Tae Kwon Do, jangan khawatirkan dia. Akan kelihatan jelas sekali kalau itu
perbuatannya, dia tidak akan melakukan hal yang sama.” Jawab Seok.
Seol Ri melihat bukti yang bisa
memberatkan Seok, yaitu sertifikat kematian Kim Sun Yong dan foto2 truk container
yang menabrak mobil Yong Gi yang dikemudikan Hae Gang. Seol Ri berkata, kalau
bukti2 itu harus dimasukkan sebelum persidangan dimulai.
“Hakim dan kedua belah pengacara
melihatnya sebelum memasuki persidangan, benarkan?” tanya Seol Ri.
“Kenapa kau menanyakan itu?”
tanya Seok.
“Tidak, tidak ada apa-apa.” Jawab
Seol Ri.
“Sepertinya tidak begitu.” ucap
Seok.
“Pakai saja mantelmu.” Jawab Seol
Ri, lalu memakaikan mantel itu ke tubuh sang kakak.
Seorang pria yang baru saja
keluar dari kantornya, tiba2 saja dilempari kue oleh seorang wanita. Pria itu
pun meringis kesakitan karena matanya yang perih, dan kembali masuk ke dalam
kantornya. Tanpa ia sadari, wanita itu tengah bersembunyi mengawasi dirinya.
Wanita itu Jin Ri. Sudah bisa ditebak, jika pria itu adalah pengacara baru yang
akan menggantikan tugas Seok di persidangan.
Hae Gang tiba2 lebih awal di
ruang persidangan. Hmm… sepertinya dia memang sengaja datang lebih awal. Hae
Gang mengedarkan pandangannya, menatap setiap sudut ruang sidang dengan tatapan
sedih. Tak lama kemudian, Presdir Choi datang mengejutkannya.
“Presdir dan aku akan segera berhadapan
di pengadilan.” ucap Hae Gang.
“Berada di sana tidaklah penting.
Yang terpenting dimana kau berada. Tidak ada yang berubah bagiku, tapi aku berpikir
semua akan berubah untukmu.” Jawab Presdir Choi.
“Kau berbicara dengan nyaman
seolah-olah kau adalah jaksa yang berwenang.” Sindir Hae Gang.
“Kasus yang menjadi perhatian
memang seperti itu. Terlalu membebani untuk memasukkan Presdir ke penjara karena
semua orang melihatnya, jadi mereka harus memasukkan seseorang kesana. Bisanya,
mereka ingin menyelesaikannya pada levelmu.” Jawab Presdir Choi.
“Ada banyak jaksa yang tegas.”
Ucap Hae Gang.
“Aku rasa Jaksa Kim sepertinya
tidaklah tegas.” Jawab Presdir Choi.
“Lebih mudah berurusan dengan
jaksa yang kelihatan bingung ingin mendaki posisi yang lebih tinggi.” Ucap Hae
Gang.
“Aku harap kau ingat ini, kau
tidak berurusan dengan jaksa, tapi berurusan denganku.” Jawab Presdir Choi.
“Ya, aku pasti akan mengingatnya.”
Ucap Hae Gang.
Satu per satu orang2 mulai
memasuki ruang sidang. Tae Seok tampak berbicara dengan seseorang, sepertinya
Jin Ri.. Ia kesal karena Jin Ri melakukan sesuatu yang tak dimintanya. Tak lama
kemudian, ia dikejutkan dengan kehadiran Seok di ruang sidang.
“Aku pikir kau dipecat, kenapa
kau ada di sini?” tanya Tae Seok.
“Aku bisa mendengarnya dengan
bebas kan?” ucap Seok.
“Kau datang untuk melihat?” tanya
Tae Seok.
“Karena aku khawatir. Apakah
pengacara yang baru akan dipukul dengan tongkat baseball dan tidak bisa datang
kesini, aku khawatir.” Jawab Seok.
Tae Seok terdiam. Seol Ri lalu
mengajak Seok duduk.
Sementara itu, Jin Ri tampak berusaha menghalangi pengacara itu. Disaat pengacara itu sudah masuk ke mobil dan bersiap pergi ke persidangan, Jin Ri tiba2 menerobos masuk ke mobil dan meminta diantarkan ke rumah sakit karena akan melahirkan. Si pengacara pun mau tak mau pergi mengantar Jin Ri ke rumah sakit.
Di ruang sidang, Seok, Seol Ri,
Hae Gang dan kerabat Moon Tae Joon mulai cemas. Sementara Presdir Choi dan Tae
Seok terlihat senang. Saat hakim memutuskan melanjutkan persidangan tanpa
kehadiran pengacara penggugat, tiba2 Seok berseru kalau pengacaranya sudah
datang.
“Yang mulia, penggugat memecat
pengacara Park Seung Won dan kembali mengangkat pengacara Baek Seok.” Ucap
kerabat Moon Tae Joon.
Seok pun terhenyak!!
“Yang Mulia, aku mengerti
pengacara Baek Seok sudah mengundurkan diri.” Ucap Hae Gang.
“Aku minta maaf, meski semuanya
tiba-tiba menjadi seperti ini, seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja dan
pengacaranya belum datang, jadi aku setidaknya akan mewakili penggugat.” Jawab
Seok.
“Aku tidak menyetujui ini.” ucap
Hae Gang.
Tapi hakim menyetujui permohonan
Seok. Tae Seok kembali terhenyak. Sementara Hae Gang dan Seok saling melirik…
Jin Ri sudah tiba2 di rumah sakit
diantar pengacara itu. Ia masih pura2 mau melahirkan. Saat pria itu lagi bicara
dengan resepsionis, Jin Ri kabur.
Rekaman pengakuan Kim Sun Yong
diputar di pengadilan!!
“Aku adalah peneliti dari tim pengembangan
obat baru di Farmasi Cheon Nyeon. Tahun 2007, Farmasi Cheon Nyeon pertama kali
mengembangkan Pudoxin, obat untuk radang lambung dengan 100% menggunakan
tekhnologi kami sendiri. Akan tetapi, pada hasil tes klinis Pudoxin, menunjukkan
kemungkinan besar adanya kerapuhan tulang apabila dikonsumsi dalam jangka waktu
lama.” Ucap Kim Sun Yong.
Setelah rekaman itu selesai
diputar, Seok dan Hae Gang pun mulai ‘bertarung’.
“Peneliti Kim Sun Yong adalah
pembuka rahasia perusahaan yang mengungkapkan efek samping Pudoxin.” Ucap Seok.
“Itu terjadi setelah dia
menggelapkan dana 600 juta dari perusahaan dan kalah dalam judi internet. Dia
melakukan balas dendam pada perusahaan yang memecatnya dengan tidak adil. Sebagai
peneliti yang tahu lebih baik dari siapapun bahwa efek samping sulit
dibuktikan, dia dengan mudahnya melaporkan tentang efek samping. Karena itu
sulit untuk dibuktikan, tapi sangat mengguncang kekuasaan.” Jawab Hae Gang.
Di luar pengadilan, Jin Eon masuk
ke mobil ayahnya. Supir Kim yang sedang menunggu Presdir Choi di mobil pun
terkejut. Ia ingin tahu apa yang akan dilakukan Jin Eon selanjutnya.
“Aku tidak bisa tidur sekejap pun
tadi malam, tapi tiba-tiba aku menjadi sangat ngantuk. Aku akan pergi setelah
tidur siang, jadi jangan ganggu aku.” ucap Jin Eon, lalu memejamkan matanya.
“Aku tidak tahu apapun, dan tidak
ada lagi yang ingin kukatakan. Dia sering datang ke gunung, jadi kami menjadi
dekat. Itu benar.” ucap Supir Kim.
“Ya, aku mengerti. Aku tidak akan
bertanya apapun lagi tentang itu.” jawab Jin Eon.
Supir Kim heran, Apa?
“Bukan karena ayahku, tapi karena
anakmu, benarkan? Karena pergelangan kaki anakmu mungkin akan tertangkap karena
dirimu, Supir Kim. Itu sebabnya kau terus menutup mulutmu.” Jawab Jin Eon.
Supir Kim terkejut, tapi ia masih
berpura2 tidak tahu apa2.
“Anakmu tidak tahu kan? Bahwa
ayahnya yang membawa Zolpidem ke rumah peneliti Farmasi Mido. Seorang anak
tidak bisa menyelidiki ayahnya secara adil dan benar. Kita harus memasukkan
permohonan penggantian jaksa yang berwenang pada kasus itu. Kalau aku
melakukannya, aku akan menghalangi masa depan anakmu. Kau harus mengakuinya
sendiri, supaya jaksa Kim Sun Ho akan melepaskan kasus ini secara diam-diam. Karena
jaksa yang berbeda bisa memimpin penyelidikan.” Ucap Jin Eon lagi.
Supir Kim pun terhenyak.
Catatan Kim Sun Yong
dipertunjukkan di pengadilan. Seok berkata, bahwa sangat penting mengungkapkan
kematian Kim Sun Yong karena bunuh diri atau dibunuh, karena itu bisa
memutuskan apakah hasil tes klinis Pudoxin dipalsukan atau tidak. Lebih lanjut,
Seok berkata bahwa Kepala Direktur Min dari Farmasi Cheon Nyeon mengakui
kehilangan data.
“Dia juga menawarkan padanya 1
juta won dan jabatan direktur. Pada tanggal 17 Januari, peneliti Kim Sun Yong
yang menolak tawarannya, dan dipecat dari Farmasi Cheon Nyeon. Dan satu bulan
kemudian, dia meninggal dan mendadak menghilang dari dunia ini.” ucap Seok.
Hae Gang tersenyum puas mendengar
penuturan Seok.
“Yang Mulia, apakah catatan itu
milik Mendiang Kim Sun Yong, belum ada yang memastikannya. Tolong keluarkan
catatan dari bukti penggugat dan lakukan analisis tulisan tangannya terlebih
dahulu. Apakah bukti itu bisa dimasukkan atau tidak pada persidangan berikutnya,
berikan penilaian sejujurnya.” Jawab Hae Gang.
Giliran Seok yang tersenyum mendengar penuturan Hae Gang.
“Tolong keluarkan catatannya.”
Pinta Hakim.
Hae Gang pun berdiri, dan mulai
mengkoreksi catatan Kim Sun Yong.
“Seperti yang terlihat, penyebab
kematiannya adalah tertabrak kereta api.” Ucap Hae Gang.
“Lihatlah pada beberapa bagian,
Yang Mulia. Jari lepas dan patah, dari kereta api yang berjalan dengan
kecepatan 200 km. Tidak masuk akal luka seperti itu akan terjadi.” Pinta Seok.
Hae Gang kemudian menatap Seok.
“Pengacara penggugat mengabaikan
catatannya dan hanya bersikap keras kepala. Catatan polisi yang telah
diverifikasi oleh dokter menyatakan itu adalah bunuh diri. Pengacara
mengabaikan penilaian para ahli, tapi apakah kecurigaan dan imajinasi pengacara
masuk akal?” ucap Hae Gang.
Tiba2, Jin Eon membuka ruang
pintu persidangan. Dan, perhatian Hae Gang pun langsung tertuju pada Jin Eon.
“Terutama sekali, ada jembatan
diatas stasiun kereta api di Imjingang. Peneliti Kim Sun Yong bergantung di
jembatan di atas rel kereta api tepat di atas stasiun kereta api. Dia dipukul
oleh seseorang dan terjatuh. Saat itu, kereta api umum sedang berjalan. Pembunuhannya
bisa disamarkan menjadi bunuh diri dengan memanfaatkan kesempatan itu.” ucap
Seok.
Hae Gang lalu menatap hakim.
“Yang Mulia, kematian peneliti
Kim Sun Yong tidak ada hubungannya dengan kasus efek samping Pudoxin. Ini
membuat pengadilan ini benar-benar tergangguIni adalah pengadilan sipil, bukan
pengadilan kejahatan yang mencari pembunuh. Tolong hentikan pengacara penggugat
bermain detektif di sini.” Ucap Hae Gang.
“Mendiang adalah pembuka rahasia
perusahaan yang merupakan orang yang pertama kali mengetahui efek samping
Pudoxin Bagaimana mungkin kematian mendiang tidak ada hubungannya dengan kasus
ini? Kau benar-benar berpikir seperti itu pada kasus ini?” jawab Seok.
Hae Gang pun kembali menatap Seok
dengan penuh keyakinan.
“Kebenaran? Tolong lebih jujur
lagi. Karena kau tidak percaya diri membuktikannya dengan hukum, kau dengan
tidak masuk akal menggiring pengadilan ini sampai ke titik pembunuhan ataupun
bunuh diri, benarkan?” ucap Hae Gang.
“Kasus ini adalah kasus kriminal
seperti yang dikatakan pengacara tergugat. Kami akan menyerahkannya kepada
kejaksaan, dan kita akan kembali ke masalah Pudoxin.” Jawab hakim.
Seok pun setuju. Seok lalu
mengerlingkan matanya pada Hae Gang.
Sidang pun ditunda… di mobilnya,
Presdir Choi kesal karena Hae Gang membuka jalan untuk mengungkapkan kebenaran
yang terjadi Farmasi Cheon Nyeon. Ia pun berkata, bahwa Hae Gang adalah manusia
yang tak tahu berterima kasih.
Hae Gang keheranan, ia takut
terjadi sesuatu pada Pengacara Park yang harusnya menggantikan tugas Seok. Seok
pun berkata, bahwa saat Pengacara Park bersiap menuju persidangan, seseorang
memukul wajahnya dengan kue cokelat.
“Dia berganti pakaian dan
terburu-buru pergi kesini, dan ada wanita hamil yang mengatakan bayinya akan
segera keluar dan membawanya ke rumah sakit. Wanita hamil itu lalu menghilang.
Dan dia dengan marah mencarinya. Dia melalui banyak kesulitan seperti kita.”
jawab Seok.
Lalu tiba2, Tae Seok datang
melabrak Hae Gang.
“Kau merencanakannya dari awal,
benarkan? Memanfaatkan Pudoxin untuk menangkapku. Memanfaatkan Kim Sun Yong
untuk menangkapku dan menyerahkannya kepada jaksa untuk diselidiki.” Ucap Tae
Seok.
Hae Gang membenarkan.
“Dan kau memberikan catatan itu
sejak dari awal.” Ucap Tae Seok.
Hae Gang lagi2 membenarkan.
“Untuk menipuku, kau menyuruh
Moon Hyeon untuk memecat Baek Seok. Kau menyuruhku membayar uang damai kepada
keluarga itu.” ucap Tae Seok.
Hae Gang kembali membenarkan.
“Ini melanggar kode etik
pengacara.” Ucap Tae Seok.
“Lagipula ini adalah persidangan
terakhirku.” Jawab Hae Gang.
Tae Seok marah, Apa kau bilang?!
“Saat penyelidikan dimulai, akui
dosa-dosamu. Mintalah maaf pada adikku dengan berlutut sebelum kau masuk
penjara.” Ucap Hae Gang.
“DO HAE GANG!!!” teriak Tae Seok.
“Supaya tidak berlanjut ke
persidangan ketiga, akui pemalsuan hasil tes klinis. Apakah kau mengakuinya
atau tidak, kau sudah berakhir. Setidaknya sampai kau berusaha, hiduplah
seperti manusia sebelum masuk ke penjara. Karena kejahatanu sangat buruk, saat
kau masuk penjara, kau tidak akan bisa keluar lagi.” Jawab Hae Gang.
Tae Seok murka, ia mau menampar Hae Gang tapi Seok
menghalanginya. Tae Seok yang sudah dikuasai emosi, mendorong Seok hingga bahu
Seok membentur kursi.
Hae Gang pun marah, ia menampar
Tae Seok. Tae Seok mau membalas, tapi tiba2 saja terdengar suaranya soal
pemalsuan hasil tes klinis Pudoxin, kematian Kim Sun Yong. Tae Seok dan Hae
Gang sama2 terkejut. Seol Ri dengan cool nya, masuk ke ruang sidang dan
memperdengarkan rekaman itu.
“Sebelum Do Hae Gang mati, orang terakhir yang dia temui adalah Dokgo
Yong Gi! Adik Ipar sedang mencari tahu tentang Pudoxin dan Do Hae Gang. Dia
sedang menargetkan aku sekarang. Kalau dia tahu aku membunuh Do Hae Gang
bukannya Dokgo Yong Gi…. Kalau Adik Ipar tahu… Kita tidak bisa membiarkan Moon
Tae Joon dan Dokgo Yong Gi hidup, tidak akan pernah! Kalau kita membiarkan
mereka hidup, maka aku yang akan mati, aku yang akan mati!” teriak Tae Seok.
Hae Gang pun langsung menatap
geram Tae Seok. Tae Seok terhenyak.
“Seol Ri-ya.” ucap Seok.
“Aku mengirimkan rekaman ini ke
email mu. Aku akan menghapus milikku. Do Hae Gang-ssi, lakukan sesukamu dengan
orang ini.” ucap Seol Ri pada Hae Gang.
Tae Seok pun terhenyak menatap
Hae Gang. Dan Hae Gang, dia menatap Seok dengan penuh kebencian.
0 Comments:
Post a Comment