Temptation Of An Angel Ep 21 (Last Episode)

Sebelumnya <<<


Presdir Shin tidak percaya dengan yang dikatakan Joo Seung.

“Tidak peduli seberapa besar kebencianmu pada ibumu, kau tidak boleh mengatakan omong kosong seperti itu!” ujar Presdir Shin.

“Jika Presdir meragukanku, Presdir bisa menanyakannya langsung pada Nyonya.” Jawab Joo Seung.

Joo Seung lalu menatap tajam Nyonya Jo.

“Orang yang membunuh orang tua Ah Ran, cepat katakan semuanya!”

Nyonya Jo menghela napas, sebelum akhirnya ia mengakui kesalahannya pada Presdir Shin. Presdir Shin terkejut, ia tidak menyangka istrinya bisa melakukan hal sekeji itu. Ia marah pada istrinya. Joo Seung mengatakannya sekali lagi, bahwa orang yang sudah menginjak2 seluruh keluarga Ah Ran adalah Nyonya Jo.


Joo Seung lantas bertanya apakah Presdir Shin masih bisa menyalahkan Ah Ran? Joo Seung berkata, jika Hyun Woo masih hidup tapi orang tua Ah Ran sudah meninggal. Ia bertanya, siapa yang lebih pantas dihukum. Nyonya Jo marah karena Joo Seung menyalahkan Hyun Woo. Nyonya Jo berkata, seharusnya sejak awal Joo Seung membunuhnya. Ah Ran langsung emosi mendengarnya.

“Ini masih belum terlambat!’ teriaknya dengan mata berkaca2.

Ah Ran kemudian menghampiri Nyonya Jo dan menatap tajam Nyonya Jo.

“Jika kau ingin mati, aku akan mengabulkan keinginanmu.” Ucap Ah Ran.


Joo Seung berusaha mencegah Ah Ran, namun Ah Ran tidak peduli dan menyeret Nyonya Jo pergi. Joo Seung yang cemas menyusul Ah Ran, namun terlambat. Ah Ran sudah keburu pergi membawa Nyonya Jo. Tapi Joo Seung sempat melihat nomor plat taksi yang dinaiki Ah Ran.


Jae Hee ke Soul, untuk menemui Hyun Woo. Jae Hee cemas karena pada akhirnya Hyun Woo akan mengumumkan kebangkrutan Soul secara resmi. Hyun Woo pun menenangkan Jae Hee. Ia berkata, sudah menyiapkan semuanya dan akan mengumumkannya secara resmi nanti. Hyun Woo berencana memisahkan Soul dan SM Furniture. Hyun Woo bilang Soul adalah hadiah pernikahan yang ia berikan pada Ah Ran.

“Kalau begitu, jika Soul bangkrut tidak akan berdampak buruk pada SM Furniture?” tanya Jae Hee.

“Karena tidak ada dukungan dana, semuanya akan menjadi sulit. Tapi aku tidak bisa diam saja tanpa melakukan apapun. Aku akan berjalan setahap demi setahap.” Jawab Hyun Woo.

Jae Hee pun tersenyum lega. Hyun Woo lantas berniat memberitahukan sesuatu pada Jae Hee.
(Kayaknya Hyun Woo mau ngomongin soal kematian orang tua Jae Hee nih).


Hyun Woo dan Jae Hee bicara di tepi Sungai Han. Jae Hee syok mengetahui orang yang selama ini menyekolahkannya adalah pembunuh orang tuanya. Hyun Woo meminta Jae Hee agar tidak merasa terbebani dengan kebaikan ibunya selama ini. Hyun Woo berkata, ibunya menolong Jae Hee karena merasa bersalah sudah membunuh orang tua Jae Hee.

“Kenapa dia bisa begitu kejam? Dia tidak berhak membunuh seseorang yang tidak bersalah.” Jawab Jae Hee.

“Itu karena ibuku takut rahasianya akan terbongkar, jadi dia gelap mata. Kalau saja ibuku sedikit lebih tenang dan lebih rasional, semuanya tentu akan menjadi lebih baik.” Ucap Hyun Woo

(Errrrr… sebel sebel sebel aku sama Hyun Woo. Si Hyun Woo secara tidak langsung ingin Jae Hee memahami ibunya, tapi dia sendiri tidak bisa memahami Ah Ran.. dia begitu ngotot memenjarakan Ah Ran, padahal dia jelas2 tahu kenapa Ah Ran melakukan itu padanya… Duh, si Hyun Woo jadi egois gini ya)

Hyun Woo lantas menerima panggilan dari sang ayah. Hyun Woo pun terkejut mendengar kabar dari ayahnya.


Ah Ran membawa Nyonya Jo ke tepi sungai dimana ia menaburkan abu jenazah orang tuanya. Nyonya Jo terkejut saat mengetahui bahwa sungai itu adalah kuburan orang tua Ah Ran. Dengan mata berkaca2, Nyonya Jo meminta maaf pada Ah Ran. Ah Ran pun semakin marah.


“Maaf? Apa gunanya kau meminta maaf? Apa permintaan maafmu bisa membuat orang tuaku hidup kembal! Apa permintaan maafmu bisa membuat hidupku yang tragis berubah? Karena kau, aku menjadi gila. Kau membuatku membunuh suamiku sendiri! Bagaimana caranya kau membayar semua ini!”

Ah Ran lantas kembali membawa Nyonya Jo pergi.

Sementara itu, di apartemennya Joo Seung gelisah memikirkan Ah Ran yang membawa ibunya. Joo Seung pun mencoba menghubungi Ah Ran. Ia bertanya dimana posisi Ah Ran, tapi Ah Ran menolak memberitahunya. Ah Ran berkata orang yang seharusnya mati bukan Hyun Woo tapi Nyonya Jo. Ah Ran pun memutus pembicaraan mereka begitu saja. Joo Seung panic. Joo Seung lalu teringat nomor plat taksi yang dinaiki Ah Ran. Ia pun bergegas menghubungi Hyun Woo.

Hyun Woo saat itu sedang di perjalanan bersama Jae Hee. Keduanya nampak cemas. Hyun Woo lantas menerima panggilan dari Joo Seung. Joo Seung memberitahu Hyun Woo bahwa ia berhasil melacak posisi Ah Ran. Joo Seung menyuruh Hyun Woo menjemput Nyonya Jo. Joo Seung bilang ia memiliki firasat buruk. Hyun Woo terkejut.

“Yeo Ju. Jika itu Yeo Ju berarti….”

“Itu adalah tempat Ah Ran menyekapku.” Jawab Jae Hee.


Hyun Woo pun langsung memacu mobilnya menuju tempat itu. Dan benar saja! Ah Ran memang membawa Nyonya Jo ke tempat itu. Ah Ran ingin Nyonya Jo mati di hadapannya. Ia menyodorkan jerigen bensin pada Nyonya Jo! Nyonya Jo terkejut. Ah Ran pun semakin emosi.

“Kenapa? Apa kau takut mati!”


Nyonya Jo berlutut, ia memohon pengampunan dari Ah Ran. Ia tak ingin menghancurkan hidup Ah Ran lagi. Namun dendam itu sudah terlanjur membakar diri Ah Ran selama 25 tahun. Ah Ran sama sekali tidak berniat melepaskan Nyonya Jo. Ah Ran berkata, kematian Nyonya Jo masih belum cukup baginya.


Nyonya Jo emosi, ia pun lantas menyiramkan bensin itu ke tubuhnya. Ah Ran dengan mata berkaca2, menyuruh Nyonya berlutut dan memohon pengampunan dari orang tuanya jika Nyonya Jo bertemu dengan orang tuanya. Nyonya Jo mengangguk. Ia pasrah jika dirinya harus mati saat itu juga.


Ah Ran pun mengambil sebatang korek api dengan tangan gemetar. Dengan mata berkaca2, ia hendak menyalakan api. Namun sebelum api menyala, Hyun Woo dan Jae Hee keburu datang.

“Ah Ran, hentikan!” pinta Hyun Woo.


“Jangan mendekat! Jika kau berani mendekat, ibumu akan mati!” jawab Ah Ran.

Jae Hee pun melihat sekelilingnya, ia terkejut saat matanya melihat ke arah jerigen bensin itu.

“Apa masih belum cukup kejahatan yang sudah kau lakukan! Kau ingin menambah kejahatanmu lagi?” tanya Jae Hee.


“Kyeong Ran, keluar dari sini. Tanganku kotor. Kau tidak perlu melihat ini. Aku akan mengakhirinya dengan tanganku. Kau hanya perlu berpura2 tidak tahu apa2.” Jawab Ah Ran.

“Ah Ran dengarkan aku! Aku akan melupakan semua yang telah kau lakukan padaku. Aku belum menyerahkan bukti itu pada polisi.” Bujuk Hyun Woo.

“Aku tidak peduli dengan apa yang kau lakukan! Sekarang, aku sudah menemukan pembunuh yang sebenarnya. Kau sudah menderita terlalu banyak, sekarang seharusnya kau membiarkan ibumu menderita juga!” jawab Ah Ran.

Jae Hee yang sudah putus asa akhirnya nekad menyiramkan bensin itu ke tubuhnya sendiri. Ah Ran terkejut melihat yang dilakukan adiknya. Jae Hee pun menatap sang kakak dengan tatapan sedih.

“Aku tidak punya ibu ataupun ayah. Aku merindukan keluargaku selama ini. Aku sudah bersusah payah menemukan kakakku. Aku tidak mau sendirian lagi. Aku tidak mau mengirimmu ke penjara. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Nyonya, kau tidak akan pernah bisa kembali menjadi eonni ku. Sekarang, jika kau ingin menyalakan apinya, nyalakanlah. Aku akan mati bersama Nyonya.” Ucap Jae Hee.


Ah Ran luluh, ia menjatuhkan korek api itu dan menangis. Jae Hee pun mendekati sang kakak. Ia menangis dan memeluk erat sang kakak. Sementara Hyun Woo langsung membawa ibunya keluar.

“Tidak boleh! Tidak boleh! Bagaimana dengan orang tuaku yang malang!” teriak Ah Ran.
 
Ah Ran dan Jae Hee duduk di tepi sungai tempat mereka menaburkan abu jenazah orang tua mereka. Jae Hee menggigil, sesekali ia terbatuk. Melihat itu, Ah Ran langsung melepas jaketnya dan memakaikan jaket itu ke tubuh sang adik. Jae Hee pun terkejut. Ah Ran yang gengsi beralasan ia memberikan jaket itu karena tidak tahan dengan bau bensin di tubuh Jae Hee.

“Bukankah kau bertahan demi aku? Sebenarnya kau takut kan jika aku mati?” tanya Jae Hee.


“Apa peduliku jika kau mati?” jawab Ah Ran.

“Sebenarnya, aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Saat aku tahu bahwa kau adalah kakakku, aku meminta pada Tuhan untuk mengambil nyawamu. Aku tidak membutuhkan kakak sepertimu. Aku terlalu takut berpisah dari Hyun Woo.  Itulah kenapa aku berpikir seperti itu. Aku benar2 mengerikan, kan?” ucap Jae Hee.

“Aku juga ingin mengakui sesuatu. Saat orang tua kita meninggal, itu adalah hari dimana ayah akan melakukan perjalanan bisnis. Tapi karena aku ingin merayakan ulang tahunku, aku jadi marah. Aku ingin kita makan malam bersama, membeli hadiah bersama. Jika saat itu, ayah pergi melakukan perjalanan bisnis, mereka tidak akan mati seperti itu. Aku takut mengatakan itu adalah kesalahanku, jadi itulah kenapa aku menyalahkan orang lain.” Jawab Ah Ran.

Jae Hee pun menangis menatap sang kakak. Dan sang kakak menatapnya dengan tatapan sedih juga. Kedua kakak adik ini akhirnya berdamai…. aku nangis pas adegan ini….


Presdir Shin sudah berada di rumah. Ia duduk di kursi roda. Hyun Ji protes ayahnya pulang ke rumah lebih cepat. Ia menanyakan alasan ayahnya keluar dari rumah sakit begitu cepat. Hyun Min juga nampak tidak setuju ayahnya pulang ke rumah lebih awal. Hyun Ji lantas menanyakan ibunya. Ia curiga ibunya melakukan hal yang buruk lagi.

“Jangan salahkan ibumu. Jika ibumu pulang, perlakukan dia dengan hangat.” Pinta Presdir Shin.

Presdir Shin nampak sedih. Ia menyalahkan dirinya atas apa yang sudah dilakukan istrinya. Ia menyesali tindakannya yang berpura2 tidak tahu bahwa Joo Seung adalah anak haram yang dilahirkan istrinya. Ia berkata, jika ia mengatakannya sejak awal maka tragedy besar itu tidak akan pernah terjadi.


Tak lama kemudian, Hyun Woo pulang bersama ibunya. Hyun Ji dan Hyun Min langsung menemani ibu mereka. Hyun Woo terkejut melihat sang ayah ada di rumah. Presdir Shin meminta Hyun Woo tidak cemas, ia berkata bahwa dirinya sudah meminum obat pereda rasa sakit.

“Tapi ini bau apa? Bukankah ini bau bensin? Bukankah ibu pergi bersama Ah Ran? Apakah Ah Ran yang menyiramkan bensin ini pada ibu?” tanya Hyun Min.

Nyonya Jo pun melarang Hyun Min menyalahkan Ah Ran.


Hyun Woo masuk ke kamarnya, Hyun Ji menyusul Hyun Woo. Hyun Ji marah karena Hyun Woo melepaskan Ah Ran begitu saja. Hyun Woo diam saja, ia tidak menanggapi perkataan adiknya dan pergi ke kamar mandi. Hyun Ji kesal, ia berniat melaporkan Ah Ran pada polisi. Hyun Ji lalu melihat USB Hyun Woo di atas kasur. USB yang berisi bukti kejahatan Ah Ran. Nooooo……..


Ah Ran berada di apartemen Jae Hee. Ia duduk di ranjang dan melihat foto Jae Hee saat masih di panti asuhan. Ah Ran pun kembali sedih melihat foto itu. Tak lama, Jae Hee keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Menyadari sang kakak sudah melihat fotonya, ia pun berkata dirinya sangat jelek saat masih duduk di bangku sekolah.

“Seandainya saja orang tua kita masih hidup, kau tidak akan hidup seperti ini. Saat kau masih sekolah, apa ada orang yang menghinamu karena kau berasal dari panti asuhan?” tanya Ah Ran.

“Itu karena mereka tidak tahu dengan baik, tapi aku baik2 saja.” Jawab Jae Hee.

“Jangan berbohong padaku. Tidak punya orang tua, hidup miskin. Aku malu sampai ke tulang2ku.” Ucap Ah Ran.

“Menjadi yatim piatu dan hidup dalam kemiskinan bukan berarti tidak bahagia, kan? Karena mereka memiliki mimpi, jadi besok mungkin akan menjadi hari yang menyenangkan. Dibandingkan dengan ini, hidup Nyonya Jo bagaikan di neraka. Pikirkan bagaimana hidupnya? Dia sudah menerima akibatnya.” Jawab Jae Hee.

“Bagaimana caranya aku melupakan itu? Selama 25 tahun dia bersikap seolah2 dirinya tidak bersalah dan membuatku menjadi pembunuh berdarah dingin.” Ucap Ah Ran.



Joo Seung sedang minum2 sambil memikirkan banyak hal. Joo Seung lantas memencet nomor Nyonya Jo. Tak lama berselang, kekesalan terlihat di wajah Joo Seung. Sepertinya, Joo Seung kesal dengan dirinya sendiri.

“Orang yang melahirkanmu adalah ibu, dan orang yang kau benci juga ibu. Apa kau bahagia setelah mengirim ibu yang melahirkanmu ke jurang kematian?” batin Joo Seung.


Sementara, Presdir Shin bertanya apa yang akan dilakukan Hyun Woo pada Ah Ran. Hyun Woo sendiri bingung harus mengambil tindakan apa pada Ah Ran. Nyonya Jo angkat bicara, ia meminta keluarganya memaafkan Ah Ran karena Ah Ran juga telah banyak merasakan penderitaan.

“Aku setuju dengan yang dikatakan ibumu. Kesalahan ibumu, berarti kesalahanku juga. Dengan mengirim Ah Ran ke penjara, pasti membuatmu merasa tidak nyaman.” Jawab Presdir Shin.

“Kemudian aku menjadi pembunuh yang sebenarnya dalam kecelakaan itu.” ucap Hyun Woo tak setuju.

“Jika polisi menemukan Ah Ran yang menyetir pada malam itu, dia bisa dihukum karena melarikan diri. Tolong persiapkan dirimu. Lakukan ini demi menebus kejahatan yang ibumu lakukan 25 tahun yang lalu.” pinta Presdir Shin.

Owww, Presdir Shin sungguh bijak.. dia ingin melindungi Ah Ran. Karena kesalahan yang dibuat istrinya 25 tahun yang lalu yang menewaskan orang tua Ah Ran, Presdir Shin memaafkan kesalahan Ah Ran.


Ah Ran menyelimuti Jae Hee yang sudah tertidur pulas, juga mengelus kepala Jae Hee.

“Kehidupanmu sangat indah. Aku benar2 ingin… melakukan apapun untukmu layaknya seorang ibu. Tapi setelah kita bertemu, aku malah tidak melakukan apa2 untukmu. Seperti yang kau bilang, apa caraku salah? Kita berdua memiliki hidup yang sangat melelahkan, kenapa aku tidak bisa berpikiran yang sama denganmu?” ucap Ah Ran.


Wajah Ah Ran pun berubah sedih, matanya nampak berkaca2. Jae Hee terbangun.

“Maafkan aku, Eonni. Membuat Eonni lelah seperti itu, karena cinta Shin Hyun Woo. Dan Eonni mencintai Ahn Jae Sung. Orang tua kita tidak pernah ingin melihat kita membalaskan dendam, kan?” batin Jae Hee.

Air mata Jae Hee menetes. Ah Ran terus mengelus Jae Hee.


Keesokan harinya, Hyun Woo baru sadar USBnya menghilang. Hyun Woo menanyakannya pada Hyun Ji. Hyun Ji pura2 tidak melihat USB Hyun Woo. Hyun Woo pun pusing, ia berkata USB itu sangat penting untuknya. Tanpa disadari Hyun Woo, Hyun Ji menggenggam erat USB itu. Tatapan Hyun Ji pun berubah tajam.

Shin Hyun Ji ini ya rese’ banget!! Bukannya dia tahu keluarganya yang sudah menyebabkan kematian orang tua Ah Ran… pengen getok kepalanya…


Nyonya Jo pergi menemui Joo Seung. Nyonya Jo berkata bahwa ia dan keluarganya sudah memutuskan untuk menerima Ah Ran. Nyonya Jo juga bilang, jika diperlukan mereka bersedia menulis surat pernyataan. Nyonya Jo lantas meminta Joo Seung membantu Ah Ran melupakan masa lalu. Nyonya Jo ingin Ah Ran memulai hidup yang baru.

“Apakah Hyun Woo Hyung juga setuju?” tanya Joo Seung.

Nyonya Jo mengangguk, ia lantas berkata bahwa Presdir Shin juga menyetujuinya. Joo Seung diam saja, tapi wajahnya terlihat lega. Nyonya Jo lantas mengajak Joo Seung menemaninya ke suatu tempat.


Nyonya Jo ternyata mengajak Joo Seung mengunjungi makam Seketaris Nam. Di sana, Nyonya Jo menangis.

“Ayah Joo Seung, sudah lama sekali ya. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku dan Joo Seung akan bertemu kembali. Pada hari kematianmu, aku berada di depan pintu kamar rumah sakit. Aku tidak berani masuk. Untuk semua kesalahanku, tolong maafkan aku. Berkat dirimu, aku masih bisa hidup sampai sekarang. Terima kasih.” Ucap Nyonya Jo.


Joo Seung juga menangis. Joo Seung lalu mengajak Nyonya Jo pergi, tapi Nyonya Jo memanggilnya. Nyonya Jo menggenggam erat tangan Joo Seung dan meminta Joo Seung memanggilnya ibu. Tapi Joo Seung yang masih terluka, menolak permintaan Nyonya Jo. Joo Seung berkata, sejak awal dirinya tidak pernah memiliki seorang ibu. Joo Seung lalu beranjak pergi. Nyonya Jo menangis.

(Kalau aku jadi Joo Seung, aku akan memaafkan Nyonya Jo)


Hyun Ji sudah tiba di kantor polisi. Ia berniat menyerahkan USB itu!

“Joo Ah Ran, meskipun semua keluargaku memaafkan dirimu, tapi aku tidak akan pernah memaafkanmu. Semua yang sudah kau lakukan pada keluargaku, aku akan membuatmu membayarnya satu per satu.” Batin Hyun Ji.

(Hadeh, Hyun Ji ini ya kok gak ngerti2… dia marah Ah Ran menyakiti keluarganya, tapi bukannya keluarganya juga sudah menyakiti Ah Ran ya)


Polisi mendatangi apartemen Joo Seung dengan membawa surat perintah penangkapan Ah Ran. Polisi berkata, sudah mendapatkan bukti kejahatan Ah Ran. Joo Seung terkejut. Ia marah dan menuduh Hyun Woo yang sudah melaporkan Ah Ran.

Sementara itu, Ah Ran sedang makan berdua dengan Jae Hee. Ah Ran terkejut saat Jae Hee meletakkan potongan sayur bayam di nasinya. Jae Hee lalu memuji dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa dirinya sangat pintar memasak. Jae Hee kemudian menyuruh kakaknya mencicipi gulai ikan yang sudah dibuatnya. Ah Ran nampak terharu.

“Eonni, setelah makan, bagaimana kalau kita mandi bersama? Selama ini aku selalu mandi sendirian. Tidak ada yang menggosokkan punggungku.” Pinta Jae Hee.

Ah Ran langsung berdiri. Jae Hee pun salah paham. Ia pikir Ah Ran marah. Tapi ternyata Ah Ran ingin mengisi bak mandi agar mereka bisa mandi bersama.


Saat sedang menggosok punggung Jae Hee, Ah Ran menangis. Jae Hee pun terkejut.

“Kau menangis?” tanya Jae Hee cemas.

“Siapa yang menangis. Aku hanya merasa lelah. Jangan menyimpan uang, sesekali pergilah ke spa. Aku dapat melakukannya untukmu jika aku masih ada. Tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan.” Jawab Ah Ran

(Firasatku buruk ini… ini si Ah Ran kayak lagi ngucapin salam perpisahan)

“Kenapa kau bicara seperti itu? Hyun Woo bilang dia akan melupakan masa lalu. Semuanya akan baik2 saja mulai sekarang.” ucap Jae Hee berkaca2.

Ah Ran tersenyum, namun dengan mata berkaca2.

Di apartemennya, Joo Seung mencoba menghubungi Ah Ran. Namun Ah Ran tidak menjawabnya. Joo Seung lantas menghubungi Jae Hee, tapi Jae Hee juga tidak menjawabnya. Joo Seung panic.

“Ah Ran, cepat angkat teleponmu! Polisi sedang mencarimu!” teriaknya kesal.


Joo Seung lantas beranjak pergi. Ah Ran keluar dari kamar mandi dan menjawab ponselnya. Joo Seung yang sedang di perjalanan mengatakan bahwa polisi sedang mencari Ah Ran. Joo Seung berkata bahwa Hyun Woo sudah memberikan bukti itu pada polisi. Ah Ran terkejut.

Ah Ran buru2 pergi. Jae Hee awalnya bingung, namun ia terkejut saat mengetahui polisi sedang mencari Ah Ran. Jae Hee ingin ikut bersama Ah Ran. Ia mencemaskan Ah Ran. Namun Ah Ran melarangnya. Ia tidak ingin membuat Jae Hee lelah. Jae Hee pun menyuruh Ah Ran bersembunyi di panti asuhannya selama dua atau tiga hari. Ia berjanji akan menyelesaikan masalah ini secepatnya. Ah Ran pun tertegun.

“Diluar sangat dingin, pakailah ini.” ucap Jae Hee seraya membalutkan syalnya ke leher Ah Ran.

Jae Hee juga memberikan beberapa uang dan ponselnya pada Ah Ran. Ah Ran mengangguk dan bergegas pergi, namun langkahnya terhenti karena Jae Hee memanggilnya dengan panggilan eonni. Ah Ran terharu mendengarnya.

“Eonni, kau akan baik2 saja kan? Kalau sesuatu terjadi padamu, aku tidak akan pernah memaafkanmu.” Ucap Jae Hee sambil menangis.


“Kyeong Ran, kenapa kau cengeng sekali? Eonni akan segera kembali, kenapa kau menangis. Eonni akan segera kembali. Eonni janji.” Jawab Ah Ran.

Ah Ran lalu menyatukan jarinya dengan jari Jae Hee.


Joo Seung menerobos masuk ke ruangan Hyun Woo. Ia sangat marah karena mengira Hyun Woo yang melaporkan Ah Ran. Hyun Woo yang juga sudah mengetahui hal itu, berkata bukan dirinya yang melaporkan Ah Ran. Joo Seung tidak percaya. Hyun Woo pun bergegas ke kantor polisi. Joo Seung menyusul Hyun Woo.

Setibanya di kantor polisi, Hyun Woo kaget mengetahui Hyun Ji lah yang melaporkan Ah Ran. Polisi yang menangani kasus Hyun Woo pun berkata mereka akan segera menangkap Ah Ran.


“Apa yang akan terjadi jika korban menulis surat pernyataan bahwa ia tidak bersalah? Bisakah kalian melepaskannya?” tanya Hyun Woo cemas.

“Meskipun itu bisa digunakan, tapi melarikan diri dari kejaran polisi, itu tidak bisa diampuni.” Jawab polisi.

Hyun Woo pun pasrah, ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan untuk melindungi Ah Ran. Joo Seung yang tidak ingin Ah Ran berakhir di penjara pun akhirnya mengakui semua kesalahan Ah Ran. Ia berkata, jika dirinya lah pembunuh yang sebenarnya. Ia bilang Ah Ran hanya membantunya saja. Ia mengaku jika dirinya sangat membenci Hyun Woo, karena itulah ia ingin membunuh Hyun Woo, sedangkan Ah Ran hanya membantunya saja karena termakan bujuk rayunya.

Hyun Woo pun menatap iba pada Joo Seung. Ia baru menyadari betapa besar cinta Joo Seung untuk Ah Ran.





Sementara di rumah, Hyun Min dan Yeon Jae sedang meminta restu orang tua Hyun Min. Orang tua Hyun Min terkejut mengetahui anaknya ingin menikahi Yeon Jae. Hyun Ji juga tidak menyetujui pernikahan Hyun Min dan Yeon Jae. Presdir Shin heran kenapa anahknya bisa memiliki selera yang rendah terhadap wanita. Hyun Min pun berusaha meyakinkan ayahnya. Ia berkata, jika keluarga mereka membutuhkan orang seperti Yeon Jae. Ia juga bilang bahwa Yeon Jae adalah gadis yang sangat baik.



Hyun Woo duduk di kafe, berdua dengan Hyun Woo.

“Hyung dan aku memiliki waktu yang sangat sulit. Apa kesalahan kita? Kita dilahirkan oleh ibu yang sama tapi kenapa kita saling membenci satu sama lain?” tanya Joo Seung.


“Tragedi hari ini adalah hukuman atas kesalahanku di masa lalu. Itu benar. Aku selalu berpikir untuk membalaskan dendamku pada Joo Ah Ran yang sudah merubah hidupku. Karena pikiran yang salah itulah, aku terpisah dari seluruh keluargaku. Aku terluka karena pisauku sendiri.” Jawab Hyun Woo.

“Apa gunanya mengatakan hal itu sekarang? Pertama2 yang harus kita lakukan adalah melindungi Ah Ran terlebih dahulu.” Ucap Joo Seung.

“Ibu juga akan menulis surat pernyataan atas kejahatan yang dilakukannya. Jika kejahatan ibu terungkap, itu akan lebih baik buat Ah Ran.” Jawab Hyun Woo.


Ah Ran sudah tiba di panti asuhan Jae Hee. Ia mondar mandir dengan gelisah di depan panti asuhan. Tak lama berselang, ponselnya berdering. Ia senang Jae Hee menghubunginya.

“Eonni baik2 saja? Aku benar2 ingin bertemu dengan Eonni. Tapi aku takut kalau ada yang mengikutiku, jadi aku tidak bisa pergi.” Jawab Jae Hee.

“Jangan cemas, aku baik2 saja.” Ucap Ah Ran.

“Eonni, pergilah ke Gangwondo. Kau akan aman disana. Hyun Woo dan Direktur Nam akan bekerja keras melindungimu. Keluarga korban akan menulis surat pernyataan, jadi semuanya akan baik2 saja. Eonni, hiduplah lebih baik demi mendiang orang tua kita. Lupakan masa lalu dan cobalah untuk memaafkan semuanya. Jika kau tidak memaafkan semuanya, kau akan terluka lagi. Kau mengerti kan maksudku?” jawab Jae Hee.

“Kyeong Ran, aku ingin menanyakan sesuatu. Apa sampai sekarang, kau masih mencintai Shin Hyun Woo?” tanya Ah Ran.


“Mungkin akan butuh waktu melupakannya. Aku akan mengurusnya. Jika aku disuruh memilih, antara Shin Hyun Woo dan Eonni, jawabanku adalah Eonni.” Jawab Jae Hee.


Ah Ran menangis terharu mendengarnya. Ah Ran lalu buru2 menyudahi pembicaraan mereka karena merasa malu. Usai berbicara dengan Jae Hee, Ah Ran menangis. Ia senang. Sangat senang. Ia berterima kasih karena Jae Hee sudah memanggilnya Eonni.

Sementara itu, Jae Hee juga menangis. Berkali2 ia memanggil Ah Ran dengan panggilan Eonni.


Keesokan harinya, Hyun Min masih mencoba meminta restu ayahnya. Tapi sang ayah kekeuh tidak mau memberi restu. Hyun Min pun tidak peduli. Ia tetap akan menikahi Yeon Jae dan membuktikan pada ayahnya bahwa hidupnya akan baik2 saja. Hyun Min pun beranjak pergi.

Nyonya Jo lantas membujuk suaminya untuk merestui pernikahan Hyun Min. Nyonya Jo tidak ingin Hyun Min terluka karena tidak bisa hidup dengan Yeon Jae. Presdir Shin diam saja, tapi wajahnya menyiratkan keluluhannya.


Ah Ran mematut dirinya di depan cermin. Ia sedang bersiap2. Tak lama berselang, ibu panti datang. Ah Ran mengaku akan kembali ke Seoul. Ibu panti cemas, ia takut Ah Ran tertangkap. Ah Ran berkata bahwa ia harus melakukan sesuatu terlebih dahulu. Ibu panti pun mengingatkan jika hari ini Ah Ran harus pergi ke Gangwondo. Ah Ran mengerti.

Sementara itu, Hyun Min dan Yeon Jae bersiap mengambil foto pernikahan mereka. Hyun Min merasa bersalah karena tidak bisa menggelar upacara pernikahan. Hyun Min pun berkata, sebagai gantinya ia akan membiarkan Yeon Jae mengenakan gaun pengantin. Yeon Jae tidak peduli semua itu. Saat ini yang ia pikirkan hanya restu keluarga Hyun Min.


Tiba2, keduanya dikejutkan dengan kehadiran keluarga Hyun Min. Hyun Min sangat senang. Saking senangnya, ia sampai memeluk erat sang ayah. Sang ayah pun berbohong, ia mengatakan jika mereka datang untuk mengambil foto bukan untuk melihat pernikahan Hyun Min dan Yeon Jae.


Yeon Jae lantas mengajak mereka semua mengambil foto bersama. Yeon Jae terlihat antusias. Ia menyuruh Presdir Shin tersenyum. Presdir Shin pun mengangguk mengiyakan. Yeon Jae juga menyuruh Hyun Ji senyum. Mereka semua pun tersenyum lebar saat prosesi pengambilan foto. Hyun Ji bahkan mulai akrab dengan kakak ipar barunya itu.


Presdir Shin memberikan mobil pada Hyun Min dan Yeon Jae sebagai hadiah pernikahan. Hyun Woo memberikan hadiah voucher berlibur di hotel selama 4 hari 3 malam. Hyun Min dan Yeon Jae pun bersorak girang. Presdir Shin lantas menyuruh mereka cepat2 pergi. Haha.. sepertiinya Presdir Shin ingin cepat2 punya cucu dari Hyun Min.


Saat hendak masuk ke mobil, Yeon Jae melihat Ah Ran yang berdiri di balik pohon. Namun Ah Ran tidak melihat Yeon Jae. Sepertinya Ah Ran datang untuk meminta maaf tapi ia tampak ragu.


Setelah Hyun Min dan Yeon Jae pergi, Nyonya Jo juga ingin pergi. Nyonya Jo beralasan ingin menghirup udara segar. Presdir Shin pun menyuruh Nyonya Jo membawa mobil karena cuaca sangat dingin. Nyonya Jo mengangguk dan berterima kasih pada Presdir Shin.


Nyonya Jo melajukan mobilnya dengan kencang. Namun saat ia menginjak rem, remnya sama sekali tidak berfungsi. Nyonya Jo menginjak remnya berkali2, tapi tetap saja rem nya tidak berfungsi. Nyonya Jo membanting setirnya, berusaha menghindari pengendara lain. Mobil Nyonya Jo pun akhirnya berhenti setelah menabrak pembatas jalan. Nyonya Jo langsung tak sadarkan diri. Darah segar mengalir dari mulutnya. Tak lama berselang, sebuah truk melaju ke arahnya dan menabrak mobilnya dengan keras.

(Apakah Ah Ran pelakunya? Semoga bukan)


Telepon dari kediaman Presdir Shin berdering. Hyun Woo lah yang menjawabnya. Hyun Woo terkejut usai menerima telepon itu.

Hyun Min dan Yeon Jae juga memutar arah mobil mereka. Mereka tidak jadi pergi bulan madu.


Ponsel Joo Seung juga berdering. Ia mengira telepon itu dari Ah Ran. Ia berkata, polisi sudah menerima surat pernyataan keluarga korban jadi Ah Ran bisa kembali pulang. Namun wajah Joo Seung langsung berubah. Ponselnya pun jatuh seketika dari tangannya. Ia syok.


Nyonya Jo meninggal! Seluruh keluarga terlihat syok. Hyun Woo menggenggam erat tangan sang ibu. Ia bertanya2, kenapa tangan ibunya begitu dingin. Tangis Hyun Woo pecah. Hyun Woo lantas menyuruh Hyun Ji mengambilkan selimut untuk Nyonya Jo. Presdir Shin menangis. Ia ingin ikut bersama Nyonya Jo. Sedangkan Hyun Ji berkata, meskipun sang ibu meninggal, ia tidak bisa memaafkan ibunya. Joo Seung yang baru saja tiba terpaku mendapati kenyataan ibunya sudah tiada.

Joo Seung terduduk lemas. Petugas pun datang membawa mayat Nyonya Jo keluar dari ruang UGD. Joo Seung pun menyusul petugas yang ingin memindahkan mayat sang ibu. Disamping jenazah sang ibu, Joo Seung menangis histeris.


“Jangan pergi! Mulai sekarang, aku tidak akan melakukan apapun! Tetaplah disisiku! Masih banyak yang ingin kuceritakan padamu. Terima kasih karena sudah melahirkanku. Aku menyesal karena sudah membencimu. Masih banyak yang ingin kuceritakan padamu. Kenapa kau pergi meninggalkanku?! Aku ingin memanggilmu ibu juga! Maafkan aku, ibu!” ucap Joo Seung pedih.

Tanpa disadari Joo Seung, Hyun Woo menatapnya dengan tatapan kosong.


Polisi menghadap Presdir Shin. Ia berkata, kecelakaan yang dialami Nyonya Jo terjadi karena ada masalah dengan rem mobilnya. Presdir Shin tidak percaya. Ia yakin mobilnya baik2 saja. Polisi pun berkata seseorang sudah menyabotase rem mobilnya. Hyun Ji pun langsung menuduh Ah Ran. Hyun Woo meminta Hyun Ji tidak sembarangan menuduh orang. Yeon Jae pun mendukung pernyataan Hyun Ji. Ia berkata, melihat Ah Ran bersembunyi di balik pohon saat itu. Hyun Woo syok.

“Tidak mungkin. Apa Ah Ran juga sama seperti ibu?” batin Hyun Woo.


Joo Seung yang mendengar itu juga tidak percaya Ah Ran melakukan hal itu.


Ibu panti menemani Ah Ran menunggu bis. Ah Ran meminta ibu panti tidak memberitahukan pada siapapun kemana ia pergi. Ah Ran lantas memberikan ponsel Jae Hee pada ibu panti. Ia berkata, tidak membutuhkan ponsel itu. Ibu panti pun meminta Ah Ran menghubunginya jika menemui kesulitan.


Sementara itu, Joo Seung menghubungi Jae Hee. Jae Hee yang tidak tahu apa2, memberitahukan keberadaan kakaknya pada Joo Seung. Joo Seung pun berkata akan segera menjemput Ah Ran.

“Ah Ran, apa kau benar2 melakukannya? Tidak peduli apapun, dia itu ibuku. Jika kau mencintaiku, kau pasti akan menahan dirimu sedikit.” Ucap Joo Seung.

Joo Seung pun bergegas melajukan mobilnya. Di belakang, polisi tampak mengikuti Joo Seung. Entah Joo Seung tahu atau tidak polisi sedang mengikutinya.


Ah Ran akhirnya tiba di Gangwondo. Ia yang baru saja turun dari bis dikejutkan dengan kedatangan Joo Seung. Joo Seung tampak marah pada Ah Ran. Ah Ran semakin terkejut melihat polisi yang datang bersama Joo Seung.

“Apa kau benar2 melakukannya! Semuanya sudah kembali normal, kenapa kau melakukannya! Kalau kau mencintaiku, kau seharusnya menahan dirimu! Apa cinta yang kuberikan padamu tidak cukup?” bentak Joo Seung.

Joo Seung hendak mendekati Ah Ran, namun Ah Ran mengancam akan mengakhiri hidupnya.

Perlahan2, Joo Seung mendekati Ah Ran. Ah Ran menggeleng2 tidak percaya. Ah Ran pun akhirnya melarikan diri. Polisi langsung mengejar Ah Ran. Joo Seung syok melihat kehadiran polisi.

(Kayaknya bukan Ah Ran pelakunya…. Dan bukan Joo Seung yang menelpon polisi)


Ah Ran terus berlari. Polisi terus mengejarnya. Ah Ran terus berlari menuju tebing.

“Jangan mendekat!” teriak Ah Ran.

“Joo Ah Ran, menyerahlah! Bertobatlah atas semua kejahatanmu!” pinta polisi.

“Selama ini aku tidak pernah meminta apapun. Tidak bisakah aku bersembunyi disini, hidup di sini?” tanya Ah Ran.


Joo Seung terus mendekat. Ia mencoba menangkap Ah Ran.

“Aku tidak melakukannya. Aku tidak mau di penjara. Apa kau ingin aku menghabiskan sisa hidupku di penjara? Aku ingin hidup seperti orang lain. Seperti yang dikatakan Kyeong Ran, aku ingin melakukan hal2 yang ingin kulakukan dan memikirkan tentang hidupku.” Ucap Ah Ran.


Joo Seung terus mendekati Ah Ran. Ah Ran yang menyadari Joo Seung mencoba mendekatinya pun menyuruh Joo Seung mundur. Namun Joo Seung terus saja mendekati Ah Ran. Ah Ran berkaca2 menatap Joo Seung. Joo Seung mencoba meraih tangan Ah Ran. Ah Ran terus melangkah mundur hingga akhirnya ia jatuh dari tebing.

Joo Seung terduduk lemas melihat Ah Ran jatuh.


“Jangan merasa menyesal, aku benar2 merasa tenang sekarang…”


Ah Ran pun teringat akan pernikahannya dengan Hyun Woo. Ia juga ingat bulan madu yang dijalaninya bersama Hyun Woo.

“… Sekarang aku benar2 lelah….”


Ah Ran ingat kecelakaan yang ia alami bersama Hyun Woo, yang menyebabkan Hyun Woo koma. Ah Ran juga ingat akan villa yang ia ledakkan.

“… aku ingin istirahat sekarang…”


Ah Ran lalu ingat masa kecilnya dengan Jae Hee, saat ia mengorek2 sampah untuk mendapatkan makanan. Ah Ran kecil dan Jae Hee kecil menangis memanggil2 ibu mereka.

“… aku bertemu dengan orang yang benar2 ingin kulihat, Kyeong Ran. Dan dia telah mengetuk pintu hatiku…”


Ah Ran teringat ketika dirinya hendak membakar Nyonya Jo, Jae Hee mencegahnya. Ia juga ingat saat mandi berdua dengan Jae Hee.

“… sekarang tidak ada yang bisa untuk dipertahankan…”


Ah Ran ingat masa kecilnya, saat ia bersama ibu dan adiknya menghampiri ayahnya yang sedang bekerja. 




Ah Ran juga ingat kebahagiaannya bersama Joo Seung.

“Ayah dan ibu pasti akan bahagia berjumpa denganku. Pada momen ini, tiba2 saja aku ingin melihat Ahn Jae Sung…”


Ah Ran ingat pernikahannya dengan Jae Sung.

“… pria yang aku cintai adalah Ahn Jae Sung. Tolong katakan padanya, aku minta maaf.”


“… dan juga jika kau menemukan sesuatu yang berharga dalam tubuhku, tolong berikan itu pada siapa yang membutuhkannya.”


Keesokan harinya, Joo Seung menangis mendengar siaran radio bahwa tubuh Ah Ran telah ditemukan oleh seseorang pagi ini. Siaran itu juga mengatakan bahwa polisi mencurigai Ah Ran sebagai dalang pembunuhan Nyonya Jo.


Jae Hee dan Hyun Woo mengunjungi makam Ah Ran. Jae Hee menangis, ia tidak mengerti kenapa kakaknya bisa melakukan hal mengerikan seperti itu pada Nyonya Jo. Hyun Woo meminta Jae Hee tidak mengatakan hal itu karena Ah Ran dan juga ibunya sudah tenang di sana.

“Pada ibu panti, dia berkata akan menjalani hidupnya sebagai sukarelawan. Tapi bagaimana bisa dia melakukan hal itu? Karena dia sudah mengambil keputusan, kenapa dia tidak memaafkan Nyonya dan bekerja keras selama hidupnya?” tanya Jae Hee penuh air mata.

“Jika saja aku tahu kejadiannya akan seperti ini, aku tentu akan membiarkan Joo Seung dan Ah Ran pergi sejak awal. Kenapa aku malah berkeras ingin membalaskan dendamku?” sesal Hyun Woo.

“Eonni, di kehidupan selanjutnya, jadilah Eonni ku lagi. Lalu, kita tidak akan terpisah lagi. Kita tidak akan saling membenci dan tidak akan bertengkar lagi.” Ucap Jae Hee.


Di panti, Jae Hee membuka koper sang kakak. Tangisnya pecah saat melihat foto sang kakak.

“Ah Ran melarangku memberitahumu soal ini.” ucap ibu panti, lalu menyerahkan sebuah surat pada Jae Hee.


Jae Hee pun terkejut membaca surat itu. Surat itu adalah surat laporan kematian sang kakak. Dalam surat itu, bukan tertulis nama sang kakak tapi nama Joo Kyeong Ran. Ibu panti berkata jika Ah Ran ingin Kyeong Ran hidup dengan nama Jae Hee.  Ah Ran menginginkan itu agar Jae Hee bisa menikah dengan Hyun Woo.

Tangis Jae Hee pun semakin pecah.


Hyun Woo berada di sebuah bengkel. Ia menyelidiki kematian ibunya. Pemilik bengkel berkata jika Nyonya Jo datang dan meminta mereka membongkar rem mobilnya. Hyun Woo terkejut, ia pun menyadari jika ibunya tewas bunuh diri, bukan dibunuh oleh Ah Ran.


Sementara itu di apartemennya, Joo Seung membaca surat yang ditinggalkan ibunya.

“Joo Seung-ya, setiap tahun saat aku menerima hadiah ulang tahun darimu, aku tanpa malu2 mencobanya dan aku sangat bahagia. Tidak ada satu pun yang tidak aku sukai. Kalung mutiara darimu, syal dan blus. Mereka sangat berharga bagiku. Kejahatan yang telah kulakukan, aku akan menebusnya. Kumohon, maafkan aku yang sudah meninggalkan rasa sakit untukmu. Aku tidak pernah menyesal melahirkanmu. Ayah, Hyung dan adik laki adalah hadiah terakhir yang aku tinggalkan untukmu.”

Joo Seung lantas melihat foto2 Nyonya Jo saat mengenakan hadiah2 darinya. Tangis Joo Seung pun pecah. Ia menyesal karena sudah menuduh Ah Ran membunuh ibunya.

1 Tahun kemudian….


Jae Hee datang mengunjungi makam sang kakak. Ia datang membawakan bunga, juga foto sang kakak dan foto keluarga mereka yang sudah ia bingkai.

“Eonni, apa kau baik2 saja? Kau tidak kedinginan. Aku tahu kau pasti merindukanku. Karena itulah aku datang membawakan beberapa foto.” Ucap Jae Hee.

Tak lama berselang, Hyun Woo datang membawa bunga. Jae Hee terkejut melihat Hyun Woo.


“Sudah lama sekali. Bagaimana kabarmu? Apa kau baik2 saja?” tanya Hyun Woo.

“Aku baik2 saja, lalu bagaimana denganmu?” ucap Jae Hee.

“Aku sangat sibuk, jadi aku kehilangan banyak energiku.” Jawab Hyun Woo.

“Sejujurnya, aku membaca berita itu di koran. Selamat atas keberhasilanmu. Tapi ngomong2 ini hari peringatan kematian ibumu, kan?”

“Iya. Oya apa kau tahu? Joo Seung sepertinya masih berpetualang. Suatu hari dia mengirimkan kartu pos padaku. Aku menyuruhnya datang di hari peringatan kematian ibu.”

“Rasa sakit karena harus kehilangan dua orang yang ia cintai sekaligus pasti tidak akan sembuh semudah itu. Oya, pada akhirnya aku menerima diriku sebagai Joo Kyeong Ran.”

“Begitukah? Itu bagus.”

“Aku harus pergi sekarang. Ibu panti sedang sakit. Aku harus memasak untuk anak2.”

Jae Hee pun mengulurkan tangannya pada Hyun Woo. Hyun Woo menjabat tangan Jae Hee. Setelah itu mereka berpisah. Kesedihan tampak jelas di wajah keduanya, terutama Hyun Woo yang tidak rela berpisah dari Jae Hee.


Saat hendak pergi, Hyun Woo melihat Joo Seung yang mengunjungi makam Ah Ran. Joo Seung datang membawakan sebuket bunga dan sebuah tulisan untuk Ah Ran. Hyun Woo terpaku melihat Joo Seung dari kejauhan.

Seperti kepingan salju yang mengambang ke arahmu, jangan ragu. Jangan berhenti dan jangan sembunyi. Aku ingin berlari ke dalam pelukanmu dan menjadi bagian dari tumpukan salju yang abadi.


“Disana ada dua orang yang ingin kulindungi. Yang satu adalah istriku, satunya lagi anak dari ibuku. Yang satu sudah tiada, satunya lagi sangat tragis. Tapi kenapa aku tidak bahagia? Joo Ah Ran, kau menang. Karena orang terakhir yang mengakhiri balas dendammu adalah aku. Terima kasih karena kau sudah memaafkan kejahatan ibuku sebelum kau pergi.” Batin Hyun Woo.

Joo Seung menatap makam Ah Ran berkaca2. Hyun Woo beranjak pergi.

---------- TAMAT----------

Kenapa Ah Ran harus dibikin meninggal? SWnya sunggung kejaaaam! Dari awal episode Ah Ran tidak pernah bahagia. Kenapa SWnya tidak membiarkan Ah Ran bahagia? Ah Ran sudah memaafkan Nyonya Jo, begitu pula dengan Hyun Woo dan keluarganya yang sudah memaafkan Ah Ran. Mereka sudah saling berdamai, tapi kenapa Ah Ran harus meninggal?

Dan Nyonya Jo? Kenapa pula harus mengakhiri hidupnya? Dia mengakhiri hidupnya, Ah Ran pun dituduh membunuhnya karena mulut comberan Hyun Ji. Pernyataan Hyun Ji malah diperkuat Yeon Jae cuma karena melihat Ah Ran di depan rumah Presdir Shin.

Menurutku, kenapa Ah Ran datang ke rumah Presdir Shin karena dia ingin meminta maaf, namun ia ragu……

2 Comments:

  1. fellymia said...:

    Menurut aku endingnya justru bagus, dengan begini mereka sadar kalau mereka yang telah bersalah terhadap Ah Ran, sedangkan Ah Ran, dia pasti sudah tenang. Karena yang paling menyedihkan adalah orang yang masih hidup dengan penuh penyesalan

  1. Unknown said...:

    Kalau ah ran hidup,seumur hidupnya akan menderita dalam penyesalan(mempermainkan perasaan Hyun woo bahkan berniat membunuhnya)

Post a Comment