Di
lantai bawah rumah sakit, Jin Eon terpaku setelah teringat kata2 sang ayah.
“Aku mengembangkannya
padahal tadinya itu bukan apa-apa. Aku mengembangkannya menjadi trilyunan dan
mengembalikannya kepada anaknya. Aku mengembalikannya kepada Hae Gang. Aku melindungi
Ssanghwasan, mengembangkannya, dan menjadikannya uang. Dengan secarik kertas
yang ditinggalkannya, aku memberi makan orang-orang dan merubah perekonomian
negara. Dia mati menggantikan tempatku. Kematiannya bagus untuk semua orang.”
Hae
Gang yang hendak turun pun terdiam saat melihat Jin Eon yang masih berdiri
terpaku. Tak lama kemudian, Jin Eon berbalik dan menatap lirih Hae Gang. Hae
Gang menuruni escalator, matanya tak pernah berhenti menatap Jin Eon. Hae Gang
kemudian menghampiri Jin Eon.
“Mereka
menangkap pelakunya. Ayo kita pergi ke kantor polisi.” Ucap Hae Gang.
Namun Jin Eon diam saja, ia terus menatap lirih Hae Gang.
Di
kantor polisi, Shin Kyun Woo terus saja menyangkal sebagai pelaku pemukulan
Seok. Polisi yang gerah akhirnya menunjukkan kamera CCTV saat Kyung Woo membawa
oleander ke apartemen Hae Gang dan saat Kyung Woo berada di parkiran Cheon
Nyeon Farmasi. Tak lama kemudian, Jin Eon dan Hae Gang datang. Jin Eon hanya
bisa pasrah melihat sosok Shin Kyung Woo. Hae Gang lantas mendekati Kyung Woo.
“Siapa
kau? Aku tanya siapa kau? Aku bertanya siapa kau. Kenapa kau melakukannya? Aku
tanya kenapa kau melakukannya?” tanya Hae Gang.
“Kenapa
kau melakukan itu pada kami? Pada ayahku, ibuku, adikku, padaku, kenapa kau
melakukan itu?” tanya Shin Kyung Woo.
“Katakan
padaku supaya aku bisa mengerti apa yang kau katakan.” Jawab Hae Gang.
“Shin
Il Sang, CEO Farmasi Mido adalah ayahku.” Ucap Shin Kyung Woo.
Hae
Gang terkejut, apa? Hae Gang pun mulai paham kenapa Shin Kyung Woo
mengancamnya. Tak lama kemudian, tangis Hae Gang pecah. Ia bahkan sampai
meninju2 dadanya. Jin Eon pun memeluk erat Hae Gang. Kyung Woo terkejut melihat
pemandangan itu. Entah dia terkejut melihat sosok Jin Eon yang ternyata
memiliki hubungan dengan Hae Gang atau dia terkejut melihat Hae Gang menangis.
“Benar,
aku yang melempar batu dan menaruh oleander, tapi aku tidak memukulnya dengan
tongkat baseball, orang lain yang melakukannya! Mereka membuat seolah-olah aku
yang melakukannya, tapi orang lain yang melakukannya.” Ucap Kyung Woo.
Pernyataan
Kyung Woo membuat Jin Eon dan Hae Gang menyadari sesuatu.
“Kau
menangis ahjussi, kau menangis di dalam mobilmu. Pada saat kejadian itu, aku
sedang bersamanya (Jin Eon). Aku di depan mobilnya melihat dia menangis.” Ucap Kyung
Woo.
“Kau
bilang itu bukan kau, benarkan? Itu bukan kau, itu orang lain, benarkan? Jawab
aku nak, kalau itu bukan kau! Jawab aku kalau itu bukan kau!” pinta Jin Eon.
“Aku
tidak melakukannya.” Jawab Kyung Woo.
“Kau
dengar dia kan? Anak itu tidak melakukannya. Seseorang menjebaknya agar
seolah-olah dia yang melakukannya. Itu artinya mungkin saja bukan kau
targetnya, sejak dari awal mungkin bukan kau. Tapi pengacara Baek Seok yang
menjadi targetnya. Itu bukan karena kau, Hae Gang. Itu bukan karena kau.” ucap
Jin Eon.
“Dimana
sepeda motornya?” tanya Hae Gang yang tampak mulai menyadari sesuatu.
“Mereka
bilang itu barang bukti, jadi detektif...” ucap Kyung Woo.
“Dimana
sepeda motor anak ini?” tanya Hae Gang.
Di
ruangan Hae Gang, Jin Eon dan Hae Gang sedang mengamati motor si pelaku
sebenarnya melalui kamera CCTV. Si pelaku tampak sedang mengemut lolipop.
“Detektif
tidak mengatakan apapun tentang permen lolipop ini.” ucap Jin Eon.
“Karena
mereka yakin pelakunya Shin Kyung Woo sejak awal, sepertinya mereka melewatkan
banyak hal. Meski kita memberitahu mereka, mereka akan tetap menganggap Shin
Kyung Woo pelakunya. Ayo kita pergi mencari permen lolipopnya.” Jawab Hae Gang.
“Tunggu.
Ini palsu.” Ucap Jin Eon sambil melihat nomor plat si pelaku.
“Bagaimana
kau tahu?” tanya Hae Gang.
“Untuk
sepeda motor seharusnya ada stiker pemerintah yang terpasang di sudut atas
sebelah kiri. Tapi ini tidak ada, hanya kosong.” Jawab Jin Eon.
“Yeah,
kau benar. Nomor plat sepeda motorku juga begitu. Benar, stiker pemerintah!”
ucap Hae Gang.
Jin
Eon pun heran, Sepeda motormu?
“Kau
tidak ingat? Hari dimana kita bertemu, aku sedang naik sepeda motor.” Jawab Hae
Gang.
Hae
Gang lantas menirukan kata2nya saat itu.
"Ahjusshi,
minggir! Minggir, Ahjusshi!" teriak
Hae Gang.
Ingatan
keduanya lantas melayang ke saat2 dimana mereka untuk pertama kalinya bertemu
kembali setelah 4 tahun. Saat itu, Hae Gang tanpa sengaja menabrak Jin Eon
dengan motor matic nya. Akibat tabrakan itu, bola kaca yang dibawa Jin Eon pun
menggelinding ke kaki Hae Gang. Hae Gang lantas memungut bola kaca itu. Ia
terdiam sejenak dengan mata berkaca2 saat melihat bola kaca itu. Jin Eon
kemudian mendekati Hae Gang, meminta bola kaca nya dikembalikan. Hae Gang pun
berdiri dan mengembalikan bola kaca Jin Eon. Jin Eon terkejut melihat sosok Do
Hae Gang di hadapannya.
Keduanya
tersenyum mengenang kejadian itu.
“Itu
belum lama, tapi sudah menjadi kenangan mendalam.” Ucap Jin Eon.
“Saat
ini juga mungkin akan menjadi kenangan mendalam, benarkan?” jawab Hae Gang.
Keduanya
lalu saling mendekatkan bibir mereka, namun masalah yang terjadi di kehidupan
mereka membuat Jin Eon tidak jadi menyentuh bibir Hae Gang. Hae Gang paham, ia
lantas mengajak Jin Eon menemukan permen lollipop itu.
Hae
Gang~Jin Eon berpencar di parkiran untuk mencari lollipop itu. Tak lama
kemudian, Jin Eon pun menemukannya.
“Mereka
menemukan seseorang yang mirip dengan Shin Kyung Woo dan menyuruhnya
melakukannya, tapi siapa? Kenapa?” ucap Hae Gang.
“Aku
rasa bukan kau targetnya, tapi pengacara Baek Seok. Dia dipukul dua kali, kalau
bukan dia targetnya, kalau dia menyadari memukul orang yang salah, dia akan
terkejut dan melarikan diri, dia tidak akan kembali dan menyerangnya lagi. Melihat
kenyataan bahwa dia membawa tongkat baseball saat targetnya adalah wanita dan
memilih tempat parkir ini, aku rasa itu disengaja. Untuk membuat semua
penyelidikan fokus pada satu arah bahwa kejahatan itu ditujukan padamu.” Jawab Jin
Eon.
“Lalu
oleander artinya seseorang mengikuti aku.” ucap Hae Gang.
“Kalau
kita memeriksa CCTV, maka kemungkinan ada di sana. Bukan Shin Kyung Woo, tapi
ada orang lain yang menyembunyikan wajahnya.” jawab Jin Eon.
“Kenapa
pada Seok...? Siapa...? Dia adalah seseorang yang selalu hidup untuk orang
miskin dan lemah. Dia adalah seseorang yang tidak bisa melakukan hal buruk pada
orang lain. Pada seseorang seperti itu, siapa yang memukulnya?” tanya Hae Gang.
Tak
lama kemudian, mereka pun menemukan jawabannya tentang siapa pelaku pemukulan
Seok dan kenapa Seok dipukuli.
Tae
Seok yang baru saja tiba di rumah sakit tampak geram saat memergoki Gyu Seok
sedang membelikan jajanan roti untuk Woo Joo. Gyu Seok kemudian menggandeng Woo
Joo dan mengajak Woo Joo pergi. Saat itulah, Gyu Seok tanpa sengaja melihat Tae
Seok tapi dia cuek aja.
Gyu
Seok menyuruh perawatnya menemani Woo Joo. Woo Joo pun pergi dengan perawat
yang bernama Park itu. Tak lama kemudian, Tae Seok datang dan langsung
mengomeli adiknya.
“Apa
yang dilakukan ibu anak itu sampai kau yang menjaga anaknya? Apa kau orang
tuanya? Ayahnya? Apa yang kau lakukan saat semua orang melihat? Kau adalah
seorang dokter.” Ucap Tae Seok.
“Ibu
anak itu pergi untuk mengambil obatnya. Meskipun belum, kalau ibu anak itu
mengijinkan, aku berpikir untuk menjadi ayah dari anak itu juga. Kenapa aku
seperti ini? Kenapa aku berlebihan, tidak seperti diriku sendiri?” jawab Gyu
Seok.
“Apakah
karena aku? Apakah karena Hyung?” tanya Tae Seok.
“Benar,
karena Hyung. Aku berpikir, apa yang bisa kulakukan untuk mereka berdua. Seperti
aku yang tidak bisa ikut campur dalam hidupmu, tolong jangan kendalikan hidupku
juga. Aku tidak bertanya apapun padamu. Karena saat aku bertanya padamu,
hubungan kami akan berakhir. Aku tidak akan menyuruhmu kembali menjadi kakak
yang aku kenal, tapi kau banyak sekali berubah sejak kita bertemu.. Kau
melangkah terlalu jauh. Maaf, tapi aku rasa, aku tidak bisa menyelamatkanmu. Apakah
aku menelantarkan diriku sendiri, atau aku menelantarkanmu, saat aku
merenungkan itu, aku bertemu dengan Yong Gi and Woo Joo. Aku ingin diselamatkan
dan menyelamatkan mereka, keputusan itu aku buat karena kau.” jawab Gyu Seok.
“Karena
kau tidak pernah mendengarkan ucapanku, aku akan membicarakan masalahmu dengan
ibu anak itu. Kau tidak tahu detailnya, tapi Dokgo Yong Gi dan aku sudah melangkah
terlalu jauh untuk jadi ipar.” Ucap Tae Seok.
“Kapan
terakhir kali kau merasa bahagia? Pikirkanlah, kapan itu.” jawab Gyu Seok.
Hae
Gang sedang memeriksa kamera CCTV di sekitar area apartemennya. Dan, orang
itu!! Orang yang memukul Seok tertangkap kamera CCTV. Ia terlihat beranjak
keluar dari apartemen Hae Gang.
“Wajahnya
tertutup, jadi ini tidak akan banyak berguna.” Ucap pihak terkait.
“Dia
mungkin mengendarai mobil kesana. Dan kalau dia mengikutiku beberapa hari,
pasti dia terekam kamera. Tolong periksa kamera di sebelah sana.” Jawab Hae
Gang.
Seol
Ri sedang mengelap wajah dan tangan Seok dengan handuk basah. Seok pun merasa
bahwa ia hidup dalam kemewahan. Ia diberi makan, dibersihkan, diperhatikan saat
tidur. Seol Ri mendengus kesal, apanya yang mewah!
“Tolong
hiduplah dengan mewah daripada memberikan semua yang kau punya.” Ucap Seol Ri.
“Bisakah
kau menyentuh jari di tangan kananku?” tanya Seok.
“Apakah
tidak apa-apa menyentuhnya padahal bahumu baru dioperasi?” tanya Seol Ri.
“Sentuhlah.
Tolong cubit jariku.” Pinta Seok.
Seol
Ri pun mencubit jari Seok, namun Seok tidak merasakan apapun.
“Itu
akan pulih, aku yakin akan pulih kembali.” Ucap Seol Ri.
“Aku
hanya memeriksanya, karena aku tidak bisa merasakan apapun.” Jawab Seok.
“Do
Hae Gang pasti mendapatkan ancaman.” Ucap Seol Ri.
Seok
pun membenarkannya.
“Apa?
Kau mengetahuinya?” tanya Seol Ri kaget.
“Alarm
mobilnya sengaja dibunyikan supaya dia turun ke bawah. Itu bahkan bukan di
depan rumahnya, tapi di tempat parkir perusahaan yang ada kamera CCTV nya.” Jawab
Seok.
“Itulah
maksudku, itu bukan di depan rumahnya, kenapa kau pergi kesana?” tanya Seol Ri.
“Seseorang
mengirimkan fotomu saat sedang berdemo.” Jawab Seok.
Seol
Ri kaget, Apa? Kau pergi kesana bukan karena Do Hae Gang menelponmu?
Seok
lantas menunjukkan foto2 Seol Ri yang sedang berdemo di ponselnya. Seol Ri
terhenyak.
“Tidak
ada nama pengirim pesannya, hanya ada fotomu saat berdemo saja. Bisakah kau
menelpon nomor itu?” tanya Seok.
“Kalau
begitu, Oppa, karena aku... karena kau khawatir padaku, apa kau pergi kesana
karena foto-foto ini? Tidak mungkin, kalau begitu, karena aku... kalau begitu,
karena aku oppa...” Seol Ri mulai menyesal.
“Cepat
telpon nomor itu.” suruh Seok.
Seol
Ri pun menghubungi nomor itu, tapi tidak ada jawaban.
“Itu
dikirim dengan sengaja supaya aku pergi ke Farmasi Cheon Nyeon.” Ucap Seok.
Seol
Ri kaget, Apa?
“Karena
aku targetnya, bukan Ong Gi, aku targetnya.” Jawab Seok.
Tepat
saat itu, Tae Seok muncul. Tatapan Seok dan Seol Ri pun langsung mengarah
padanya. Seok lantas menyuruh Seol Ri pergi. Seol Ri menurut. Begitu Seol Ri
keluar, Tae Seok bersikap sok ramah pada Seok.
“Apa
kau tidak menyuruhku duduk?” tanya Tae Seok.
“Ada
seseorang berbaring di sini dengan kepala terbuka karena pukulan tongkat
baseball dan bahunya patah. Berdiri sajalah di sana sebentar. Bukankah tubuhmu
baik-baik saja?” jawab Seok.
Tanpa
mereka sadari, Seol Ri mengintip dari balik pintu.
“Meski
lenganmu terluka, apa kau tidak bisa menggunakan tangan kananmu? Apakah tidak
ada yang kau rasakan sama sekali?” tanya Tae Seok.
“Tidak.
Mulai dari sekarang, meski benda panas, aku akan bisa menyentuhnya.” Jawab Seok.
“Kau
bisa menyentuhnya, tapi kau tidak akan bisa memegangnya. Mereka menangkap
pelakunya, apa kau tahu itu?” ucap Tae Seok.
“Mereka
menangkapnya? Siapa pelakunya?” tanya Seok.
“Anak
dari CEO farmasi Mi Do yang dihancurkan oleh wakil presiden Do Hae Gang. Anak
dari pembunuh... yang menabrak anak pengacaa Do dengan mobilnya. Dia
melemparinya dengan batu, mengancamnya dan menaruh tanaman beracun di sana. Dia
mengikutinya dan mengamatinya, anak nakal itu. Untuk balas dendam dan berputar
seperti boomerang. Iblis melahirkan iblis.” Jawab Tae Seok.
“Ada
pelaku yang sebenarnya entah dimana.” Ucap Seok.
Tae Seok
kaget, Apa kau bilang?
“Mungkin,
bajingan yang memanggilku ke Farmasi Cheon Nyeon adalah pelaku yang sebenarnya.
Apakah dia bajingan muda atau bajingan tua, dia mengirim foto adikku yang
sedang berdemo. Mungkin sulit melacak bajingan itu karena mungkin itu adalah
telpon ilegal, tapi kalau aku membawanya ke polisi, darimana itu dikirimkan dan
jam berapa, lokasi bajingan itu bisa ditemukan.” Ucap Seok.
Tae
Seok mulai tegang.
“Sepertinya
tidak ada hubungannya antara foto itu dan hukuman pengadilan.” ucap Tae Seok.
“Kalau
bukan aku, tapi pengacara Do Hae Gang yang terluka, aku juga tidak akan
membiarkannya. Tapi dari semua orang, setelah mendapatkan foto itu, aku yang
pergi kesana malah terluka. Itu kenyataan yang tidak bisa diabaikan. Tidak
langsung menunjuk anak itu sebagai pelakunya, tapi mencari segala kemungkinan
tidaklah buruk, benarkan? Supaya iblis itu tidak akan bisa menciptakan iblis
lagi.” Ucap Seok.
“Kau
sepertinya bukan seseorang dimana orang-orang menyimpan kemarahan padamu. Apakah
seseorang marah padamu, Pengacara Baek?” tanya Tae Seok.
“Mendiang
Moon Tae Joon dan Mendiang Kim Sun Yong dan Dokgo Yong Gi yang masih hidup
dengan baik, meski mereka hidup tanpa menyimpan kemarahan pada siapapun, mereka
mengalami tabrak lari dan pembunuhan. Mereka hanya ingin kebenarannya diketahui.
Ini pasti giliranku sekarang.” jawab Seok.
“Jadi
kau mencurigai aku?” tanya Tae Seok sambil tertawa menyeringai.
“Ya.
Bagaimanapun aku memikirkannya, satu-satunya orang yang ada di pikiranku adalah
Presdir Min Tae Seok.” Jawab Seok.
“Yah,
kalau kau berpikir begitu.” ucap Tae Seok.
“Apakah
kami akan menunda persidangan atau membatalkannya, apa kau datang kemari untuk
mendiskusikannya denganku?” tanya Seok.
“Ya,
benar.” jawab Tae Seok.
“Aku
akan memprosesnya seperti biasa. Selama aku masih hidup sampai kamis depan, aku
akan hadir.” Ucap Seok.
“Jadi
kau akan menghadiri persidangan dengan tubuh seperti itu?” tanya Tae Seok.
“Bukankah
mulutku masih bisa berbicara?” ucap Seok yang membuat wajah Tae Seok kembali
tegang.
Begitu
keluar dari ruangan Seok, ia langsung disambut oleh kemarahan Seol Ri.
“Aku
yakin kau kesini bukan untuk kunjungan biasa. Kenapa kau datang? Apa kau
mengirim fotoku yang sedang berdemo pada Oppaku?” tanya Seol Ri.
“Aku
tidak tahu kenapa semua orang seperti ini? Kenapa aku mengirimkan fotomu kepada
Oppamu? Aku tidak tahu apa-apa, itu tidak ada hubungannya denganku, Nona Kang
Seol Ri. Aku peringatkan kau, lakukan demo sekali saja. Kalau kau berdiri di
depan perusahaanku sekali lagi dengan membawa papan itu, aku tidak akan
membiarkannya, Nona Kang Seol Ri.” Jawab Tae Seok.
“Itu
perbuatanmu, untuk menghentikan persidangan, benarkan?” tanya Seol Ri.
Tepat
saat itu, Hae Gang pun muncul di belakang mereka.
“Sama
seperti yang kau lakukan pada Moon Tae Joon dan Dokgo Yong Gi. Seperti kau
menikam Do Hae Gang dengan pisau, kau yang melakukannya pada Oppaku, benarkan?”
tanya Seol Ri.
Tae
Seok panic, ia pun langsung menarik Seol Ri ke tempat yang sedikit sepi.
“Tidak
akan berhasil dengan membuka mulutmu dimana saja. Kau harus punya mulut yang
berat kalau kau mau mendapatkan uang dengan berdalih atas kesalahan orang lain.
Kang Seol Ri-ya, sebelum mulai bermain, kalau kau salah bicara, kau tidak bisa
menang dan jarimu bisa terpotong.” Ucap Tae Seok.
“Aku
juga memperingatkan kau, kalau kau yang membuat Oppaku seperti itu, aku akan
melemparkanmu ke penjara.” Ancam Seol Ri.
“Lalu
bagaimana dengan permintaanmu padaku untuk menghancurkan Do Hae Gang dan Choi
Jin Eon?” tanya Tae Seok.
“Jalanku
masih panjang sebelum aku melemparkan Do Hae Gang ke penjara, jadi apa yang
harus kulakukan? Berhenti?” ucap Tae Seok lagi.
“Aku
menyuruhmu untuk menghancurkan Do Hae Gang dan Choi Jin Eon. Kapan aku
menyuruhmu berbuat seperti itu pada Oppaku? Kau yang memanggil Oppaku dengan berdalih
sebagai aku. Dengan berdalih atas Do Hae gang, kau membuatnya seperti ini
supaya dia tidak bisa menghadiri persidangan. -Supaya dia tidak bisa meneruskan
tuntutannya.” Jawab Seol Ri.
Tae
Seok pun menyangkalnya.
“Baik,
sebaiknya itu memang bukan kau. Pemalsuan tes klinis Pudoxin, pembunuhan
berencana terhadap Dokgo Yong Gi dan Moon Tae Joon. Jangan lupa bahwa aku
memiliki rekaman suaramu.” Ancam Seol Ri.
“Aku
juga tidak melupakannya, Kang Seol Ri.” Seru Hae Gang.
Tae
Seok dan Seol Ri pun terkejut melihat kemunculan Hae Gang yang tiba2. Hae Gang
lalu mengalihkan pandangannya ke Tae Seok.
“Tidak,
aku rasa aku tidak akan pernah bisa melupakannya, Presdir Min Tae Seok.” Ucap Hae
Gang.
0 Comments:
Post a Comment