Sambil
membersihkan lantai, Yong Gi latihan bicara dalam Bahasa Inggris.
Yong
Gi : Oh No, calm down, I see I see. Here you are. Would you like something
drink? Oh, are you hungry? What is this? My name is Yong Gi Dokgo.
Tapi
si Yong Gi malah geli sendiri menyebut namanya seperti itu.
“Ada
apa ini, Yong Gi Dokgo? Aneh sekali, nama macam apa itu, namaku Yong Gi Dokgo,
apa-apaan itu?” ucapnya.
Dan,
Woo Joo yang lagi asyik membaca komik pun tertawa.
“Jangan
tertawa, kau juga harus mengatakannya, my name is Woo Joo Dokgo-ya.” ucap Yong
Gi.
“Ibu
tahu, aku rasa ibu lebih imut daripada Kitty. Ibu sangat imut sekali.” Jawab
Woo Joo.
“Benarkah?
Karena matamu masih bagus, kau mungkin benar.” ucap Yong Gi.
“Ya,
tapi profesor bilang pada ibu hanya boleh bicara Bahasa Inggris hari ini.
Pokoknya hanya berbicara Bahasa Inggris.” Jawab Woo Joo.
“Itu
yang dia bilang, tapi ibu boleh menggunakan bahasa Korea?” tanya Yong Gi.
“Dia
tidak tahu, dia tidak dengar.” Jawab Woo Joo.
“Benar,
dia tidak dengar.” Ucap Yong Gi.
Tak
lama kemudian, Nyonya Kim datang dan menyuruh Yong Gi membersihkan kamar Gyu
Seok. Tapi Yong Gi malah menolak, ia menyuruh Nyonya Kim yang membersihkan
kamar Gyu Seok. Nyonya Kim beralasan, kalau telinganya berdengung sejak tadi
pagi dan suara yang keras akan membuat kondisi telinganya semakin parah.
“Kenapa
telingamu berdengung? Seberapa keras dan bagaimana berdengungnya?” tanya Yong
Gi cemas.
“Kenapa
kau sangat mengkhawatirkan telinga ahjumonni ini berdenging, dia bukan ibumu. Tidak
apa-apa, nanti juga sembuh, pergilah” ucap Nyonya Kim.
Tak
lama kemudian, Yong Gi pun berseru, Headphones! Aku bisa memakai headphones!
Yong
Gi lalu masuk ke kamar Gyu Seok dan mulai menyalakan penyedot debunya. Gyu Seok
yang sangat itu tengah berkutat dengan buku2nya menyuruh Yong Gi mematikan
penyedot debu karena ia harus mempersiapkan dirinya untuk seminar besok. Tentu
saja, Gyu Seok mengatakannya dalam Bahasa Inggris.
Yong
Gi pura2 tidak mendengar. Gyu Seok lalu bangkit dari duduknya dan melepaskan
headphone Yong Gi.
“Please
leave and come back in two hours, okay?”
ucap Gyu Seok.
“What?”
ucap Yong Gi kebingungan. Namun tak lama kemudian ia pun berkata, Oh, yeah,
yeah. Okay. I’m quick. You shut the mouth and sit down please. Me clean, you
are study. Go! Let’s go!
“No,
no, no! Do your cleaning in two hours. You’re distracting me. Take this and
leave.” Suruh Gyu Seok.
“I’m
sorry. I don’t know. You’re speaking
very, very quick. Doctor, slowly. Sloowwwly.” Jawab Yong Gi.
“You
are distracting me. Please take this and get out.” Ucap Gyu Seok pelan2.
“Get
out? Kau menyuruhku pergi?” tanya Yong Gi.
“Yes.”
Jawab Gyu Seok.
“You
get out! I have to clean. Okay, Man?” teriak Yong Gi.
Gyu
Seok pun mengalah. Ia mengambil buku2nya dan beranjak keluar, tapi baru saja
mau melangkah keluar, Yong Gi malah berseru, BAD GUY! Gyu Seok pun langsung
menatap Yong Gi. Yong Gi yang sadar dirinya baru keceplosan pun buru2 meralat
ucapannya.
“He
is bad guy, you know!” ucapnya sambil menunjuk miniature spiderman yang ada di
meja Gyu Seok.
Gyu
Seok pun hanya menatap aneh Yong Gi. LOL LOL LOL….
Gyu
Seok pindah ke ruang tengah. Disaat dia lagi asyik mempelajari berkasnya, Woo
Joo datang membawa setumpuk buku2 ceritanya. Woo Joo kemudian mengambil salah
satu buku ceritanya dan menanyakan judul buku cerita itu pada Gyu Seok. Tapi
Woo Joo sepertinya tak suka dengan buku2 itu.
Woo Joo kemudian mengambil buku yang lain dan menanyakan judulnya pada
Gyu Seok.
“Doran,
Doran, mau kah kau mendengar cerita ayahmu.” jawab Gyu Seok.
Wajah
Woo Joo pun langsung muram.
“Bagaimana
kau mendengar cerita ayahmu, profesor? Aku tidak pernah mendengarkannya Profesor,
apa kau pernah mendengar cerita ayahmu dalam bisikan?” tanya Woo Joo.
“Tidak,
aku juga tidak pernah mendengar cerita ayah dalam bisikan.” Jawab Gyu Seok.
“Apakah
ayahmu juga meninggal?” tanya Woo Joo.
“Apa
kau tahu artinya meninggal, Woo Joo?” tanya Gyu Seok.
“Kau
pergi ke surga dan menjadi malaikat di siang hari. Dan dimalam hari kau menjadi
bintang dan melihat orang-orang yang kau cintai.” Jawab Woo Joo.
Gyu
Seok pun membenarkan. Yong Gi yang baru keluar dari kamar Gyu Seok pun tak
sengaja mendengar kata2 Woo Joo. Tangis Yong Gi seketika pecah.
“Kematian
digambarkan dengan hangat seperti itu. Pertama kali aku mempelajarinya hari ini
karena Woo Joo. Terima kasih, Woo Joo.” Ucap Gyu Seok.
“Profesor,
apa kau juga merindukan ayahmu?” tanya Woo Joo.
“Apa
kau merindukan ayahmu?” tanya Gyu Seok.
Woo
Joo pun mengangguk.
“Kalau
malam hari tidak ada bintang, aku menangis karena aku merindukan ayahku. Alangkah
senangnya kalau ayahku bisa membacakan ini untukku.” Jawab Woo Joo.
Air
mata Woo Joo mulai mengalir. Untuk menghibur Woo Joo, Gyu Seok pun menawarkan
dirinya membacakan buku itu untuk Woo Joo. Senyum Woo Joo langsung merekah. Ia
kemudian duduk disamping Gyu Seok. Yong Gi pun tersenyum haru melihat Gyu Seok
yang bersikap seperti seorang ayah untuk Woo Joo-nya.
Tae
Seok dan Jin Eon berada dalam satu lift. Jin Eon terkejut saat Tae Seok
memberitahunya bahwa anak Supir Kim menerima beasiswa dari Presdir Choi.
“Anak
laki-lakinya seorang jaksa dan anak perempuannya profesor di sekolah kesehatan.
Bahkan biaya pernikahan dan rumah yang mereka tempati adalah pemberian dari Presdir.
Dia bilang bhawa dia memintanya untuk menjaga Ssanghwasan sebelum dia mati. Tidakkah
itu sesuatu yang bahkan bisa membuat anjing tertawa? Dia ingin kita percaya
itu? Bahkan jika orang berbohong, mereka mengatakan uang tidak berbohong. Apa?
Apa kau memberitahu wakil presdir Do Hae Gang? Wakil presdir Do akan berusaha
menghukum ayah mertuanya daripada ayahnya dan Presdir bukan tipe orang yang
akan diam saja dan menerimanya. Untuk memberi dan menerima, terpotong dan
memotong, memakan dan dimakan, angin berdarah akan bertiup. Siapa yang akhirnya
akan masuk penjara? Wakil Presdir Do? Ayah mertua?” ucap Tae Seok.
“Aku
rasa Kakak Ipar yang akan masuk penjara. Semoga beruntung dengan penyelidikan
polisi, kakak ipar.” Jawab Jin Eon.
Di
ruangannya, Hae Gang terkejut melihat harga saham Cheon Nyeon Farmasi yang
mengalami penurunan. Hae Gang pun langsung menghubungi orang suruhannya. Ia
menyuruh orang suruhannya membeli saham itu sekarang juga.
“Tunggulah
sebentar, harganya akan semakin jatuh.” Ucap pria itu.
“Tidak
bisa, beli sekarang. Kalau itu terjadi, aku harus membaginya dengan Min Tae
Seok. Aku tidak berusaha mendapatkan uang, jadi beli sekarang, sekarang juga.”
jawab Hae Gang.
Di
ruangannya pula, Tae Seok juga lagi memantau pergerakan saham. Tae Seok lantas
menghubungi seseorang.
“Apa
yang kau lakukan? Aku sudah mengatakan padamu bahwa saham kita tidak boleh
diambil, meskipun kita mengaturnya, kau tidak perduli pada yang lain? Sampai
penutupan pasar modal, kalau kau kehilangan satu saham saja, kau tahu apa yang
akan terjadi kan?” ucap Tae Seok.
Hae
Gang dihubungi Jaksa Kim Sun Woo dari kantor kejaksaan pusat. Jaksa Kim ingin
menanyakan soal Pancillate Monodipin, obat yang dikembangkan Farmasi Mido.
Jaksa Kim menyuruh Hae Gang datang ke kantornya.
Hae
Gang kaget, Farmasi Mido?
“Ya,
aku punya dokumen rahasia perusahaan itu. Selasa depan jam 2 atau rabu pagi jam
11 atau kamis jam 3, kapan kau bisa?” tanya Jaksa Kim.
“Apa
kau memanggilku sebagai tersangka atau sebagai saksi?” tanya Hae Gang.
“Untuk
sekarang, aku rasa sebagai tersangka.” Jawab Jaksa Kim.
“Apa
hanya aku tersangkanya?” tanya Hae Gang.
“Ya,
untuk sekarang hanya Do Hae Gang.” jawab Jaksa Kim.
“Kalau
kau akan menyelidiki aku, maka panggil juga Presdir Choi Man Ho. Maka aku akan
datang tanpa ragu-ragu Aku memiliki rekaman telpon yang membuktikan kecurigaan
terhadap Presdir Choi Man Ho. Kalau kau memanggil kami bersama-sama, aku
bersedia bekerja sama untuk penyelidikanmu.” Ucap Hae Gang.
Tak
lama kemudian, usai Hae Gang menerima telepon dari Jaksa Kim, Presdir Choi
tampak masuk ke ruangan Hae Gang. Jin Eon yang juga tengah menuju ruangan Hae
Gang pun terkejut melihat ayahnya masuk ke ruangan Hae Gang.
Hae
Gang sedang menatap rekaman telpon yang bisa membuktikan kecurigaan terhadap
Presdir Choi. Seketaris Shin kemudian
memberitahu Hae Gang soal kedatangan Presdir Choi.
0 Comments:
Post a Comment