The Legend Of The Blue Sea Ep 6 Part 2

Sebelumnya...


Sim Chung mencomot jeruk milik seorang pasien dan ikut menonton drama yang ditonton oleh pasien itu. Dalam drama, diperlihatkan seorang anak yang diberitahu ibunya siapa ayah kandungnya. Pasien—seorang wanita tua—itu menyahut bahwa ayah kandung si anak adalah CEO.

“Bagaimana kau tahu?” tanya Sim Chung heran.


“Ini bukan pertama kalinya aku nonton drama. Ketika dia kehilangan ayahnya atau dipisahkan saat masih kecil, maka sudah pasti ayahnya adalah CEO. 100% CEO, bukan Presiden perusahaan, selalu CEO.” Jawab si pasien.

“Kenapa begitu?” tanya Sim Chung.

“Apa maksudmu kenapa? Karena memang seperti itu!” jawab si pasien.



Drama lalu mempertontonkan adegan seorang wanita kaya yang memberikan uang pada seorang gadis agar gadis itu menjauhi putranya. Pasien itu nyeletuk, kalau si gadis tidak akan menerima uang itu. Dia juga bilang, kalau gadis itu akan disiram dengan air. Benar saja, semua adegan dramanya persis seperti yang dikatakan pasien wanita itu.

“Bagaimanan kau bisa tahu segalanya?” tanya Sim Chung.

“Kau lihat air di atas meja? Mereka tidak menaruhnya di sana untuk diminum. Air itu ada untuk disiramkan ke wajah gadis itu karena gadis itu tak mau menerima uangnya.” Jawab pasien.

“Kau juga akan disiram air kalau tidak mengambil amplop uang? Aku tidak bisa kena air.” Ucap Sim Chung.

“Kau bukan satu2nya yang tak boleh terkena air. Memang tak boleh ada yang disiram seperti itu.” jawab pasien.

“Tapi kenapa dia disiram?” tanya Sim Chung.

“Karena orang itu ingin menegaskan, “Aku tak bisa memberikan anakku untukmu”-maksudnya dia tak bisa menerimanya menjadi keluarga.” Jawab si pasien.

“Apa maksudnya keluarga?” tanya Sim Chung.

“Kau bertanya karena kau benar2 tidak tahu? Maksudmu keluarga sesungguhnya?  Orang2 yang merawat satu sama lain, mereka adalah keluarga.” Jawab pasien.


Sim Chung pun menoleh pada pasien yang sekamar dengannya yang rata2 ditemani keluarga mereka. Sim Chung lalu bergumam, bahwa keluarga seperti roti ikan isi kacang merah. Mereka terlihat selalu bersama, seperti roti ikan yang hangat dan manis.


Di lain tempat, Nam Doo mengatakan keanehan Sim Chung pada Si A. Si A pun berkomentar, dia itu zombie atau apa? Aku pernah digigit olehnya.

“Kau harus disuntik, untuk berjaga2 saja.” Jawab Nam Doo.

“Tapi kenapa Joon Jae berlagak seperti walinya? Dia sudah benar mengusirnya saat itu.” ucap Si A.

“Menurut Joon Jae, alasan kenapa dia tidak ingat apapun yang terjadi di Spanyol ada hubungannya dengan wanita itu. Dan dia mungkin ingin mencari tahu tentang wanita misterius itu.” jawab Nam Doo.

“Aku juga penasaran, darimana asalnya?” tanya Si A.

“Entahlah. Menurutmu bagaimana? Apa mungkin dia ahli waris yang kehilangan ingatannya atau sesuatu?” ucap Nam Doo.

“Bagaimana kau bisa seyakin itu? Dia lebih mirip gelandangan begitu.” jawab Si A.



Sim Chung mendorong kursi rodanya ke halaman rumah sakit untuk mencari udara segar. Di halaman rumah sakit, ia melihat seorang ibu yang melakukan aksi unjuk rasa menuntut kebenaran dibalik kematian sang anak. Tak lama kemudian, Kepala RS datang dan mengomeli pegawainya yang membiarkan ibu itu berunjuk rasa.

Melihat cara Kepala RS memperlakukan orang lain seenak jidat, Sim Chung marah. Ia melompat dari kursi rodanya dan menendang si Kepala RS sampai Kepala RS jatuh kejengkang.

“Apa kau yang membuat pasien kelaparan?! Perut kosong adalah sesuatu yang mengerikan!” sentak Sim Chung.



Akibatnya, Sim Chung pun langsung ditahan di ruangan Kepala RS, bersama dokter dan beberapa staff keamanan. Sim Chung duduk sambil menaikkan kakinya yang di perban ke atas meja. Di sebelahnya, dokter sedang melihat rekaman CCTV saat Sim Chung menerjang Kepala RS. Kepala RS sendiri sedang dikompres wajahnya oleh seketarisnya.

“Apa2an ini, kalian bilang dia pasien patah tulang?” tanya Kepala RS.

“Saat berada di UGD, dia memang mengalami patah tulang.” Jawab dokter.

“Kau tak lihat dia menendangku? Bahkan atlet nasional taekwondo tak bisa membuat orang terbang seperti itu!” sewot Kepala RS.


Dokter pun langsung berbisik pada Sim Chung, menanyakan apa yang terjadi?

“Give and take.” Jawab Sim Chung. Kepala RS bingung, apa??

“Pria ini menyakiti orang lain jadi aku menendangnya.” Ucap Sim Chung.

“Ada apa dengan orang ini? Apa dia mengalami delusional?” tanya Kepala RS.

“Menurut kami juga begitu, jadi kami memutuskan memeriksa otaknya dengan MRI.” Jawab dokter.


“Orang ini orang gila, aku akan menuntutnya. Hubungi pengacaraku dan beritahu Jaksa Oh untuk segera ke sini. Dan segera lalukan pemeriksaan MRI. Aku akan melaporkanmu pada polisi dan membuatmu merasakan makanan penjara.” Ucap Kepala RS.

Sim Chung yang polos itu langsung berbisik pada dokter, bertanya apa makanan penjara enak?? Dokter tercengang, lalu dengan ragu2 mengatakan apa yang dikatakan Sim Chung pada Kepala RS.


Sim Chung keluar dari ruangan Pak Direktur. Diluar, ia melihat ibu2 itu sedang duduk menunggunya. Mereka pun berbicara di taman rumah sakit. Sambil menangis, ibu itu menceritakan bahwa putrinya, Kim Ya Eun, meninggal usai menjalani operasi. Ibu2 itu menyesal karena tak melakukan apapun untuk Ya Eun. Ia berkata, jika ia tahu Ya Eun tidak akan pernah bangun lagi, ia akan membelikan pakaian yang bagus untuk Ya Eun. Ia tidak akan pernah membiarkan putrinya itu bekerja paruh waktu. Ia akan menyuruh putrinya itu bermain daripada bekerja.


Sim Chung yang iba, mengaku bahwa ia bisa menghapus kenangan manusia. Jika ibu itu menginginkannya, ia akan menghapus kenangan menyedihkan itu. Sim Chung pun menggenggam tangan ibu itu dan mulai memejamkan matanya. Bersamaan dengan itu, si ibu juga memejamkan matanya.


Kenangan manis akan Ya Eun pun langsung berputar di benak si ibu. Tak lama kemudian, sang ibu membuka matanya dan berkata akan menyimpan kenangan itu sampai mati meski kenangan itu menyakitkan.

“Kenapa kau mau terus mengenangnya meski itu menyakitkan?” tanya Sim Chung.


“Meski itu menyakitkan, aku bisa terus menyayanginya. Lebih daripada tidak sama sekali  dan aku akan selalu mengingat putriku, aku lebih memilih mencintainya. Dan mengingatnya. Bahkan jika itu menyakitkan.” Jawab si ibu.


Di rumah, Joon Jae, Nam Doo dan Tae Oh sedang melihat rekaman CCTV saat Sim Chung menendang Kepala RS. Joon Jae memuji kehebatan Sim Chung. Sementara Nam Doo sendiri heran, karena ia tahunya Sim Chung mengalami patah tulang, jadi bagaimana mungkin Sim Chung melakukannya.

“Apa ini yang dinamakan miracle of Sim Cheong?” tanya Nam Doo.

“Entahlah, mungkin hasil tesnya salah.” Jawab Joon Jae.

“Lagi pula, apa yang akan kau lakukan? Mereka  mengancam menuntut Sim Cheong.” Ucap Nam Doo.

“Apa yang harus ku lakukan?” tanya Joon Jae balik.


"Kau tak tahu? Yang benar saja. Kau tak lihat apa yang  sebenarnya terjadi di sini? Lihatlah, dia mengalami patah tulang tapi dia terlihat terbang! Itu aneh! Hei, tapi lihat ini. Saat aku menontonnya, lihat orang ini, dia memang  pantas untuk ditendang! Tapi jika kau tak mau membantunya.  Itu masuk akal bagiku.” jawab Nam Doo.

“Hyung, kau tahu apa yang paling ku benci, kan?” tanya Joon Jae.

“Benar. Jangan seenaknya mengucapkan perpisahan.” Jawab Nam Doo.

“Bukan itu! Yang lain, yaitu  tak tahu sopan santun.” Ucap Joon Jae.

“Oh kau seperti itu?” tanya Nam Doo.

“Ya memang! Aku memang tak suka pada orang  yang tak punya sopan santun.” Jawab Joon Jae.

“Benarkah?” tanya Nam Doo.


-“Ya. Tentu saja. Aku bisa peduli pada Sim Cheong tapi aku tak bisa mengabaikan yang satu ini.” jawab Joon Jae.

“Jadi bagaimana?” tanya Nam Doo.
 
“Ayo kita buat dirinya menjadi orang yang  benar-benar tak punya sopan santun.” Jawab Joon Jae sembari tersenyum jahil.


Tae Oh pun mulai beraksi, menghack percakapan Presdir RS Lee dengan anaknya. Mereka juga mendapat informasi, bahwa Presdir Lee sedang berlibur di Hawaii dan anaknya pulang ke Korea untuk pertama kalinya dalam 10 tahun. Karena itulah, tanggung jawab rumah sakit diserahkan sementara ke Kepala RS.


Tak lama kemudian, Kepala RS menerima telepon dari Presdir Lee. Presdir Lee berkata, bahwa anaknya sudah tiba. Karuan saja, Kepala RS terkejut.


Giliran Joon Jae yang beraksi sebagai William Choi, anak Presdir Lee, dengan dandanan super nyentrik. Sementara, Tae Oh berperan sebagi asisten William Choi. Kepala RS pun dan beberapa staff dokter pun langsung bersikap hormat pada William Choi abal2.

“Aku sangat menyayangkan insiden di bandara. Aku tak yakin kenapa bisa seperti itu,  tapi aku minta maaf.” Ucap Kepala RS.

“Kata Ayah aku harus meneleponnya,  tapi baterai ponselku habis.” Jawab Wiliam Choi.

Kepala RS pun langsung meminjamkan ponselnya pada William Choi. Begitu mendapat ponsel Kepala RS, Joon Jae pun dengan cepat menukar ponselnya dengan ponsel Kepala RS dan menyerahkan ponsel Kepala RS pada Tae Oh tanpa ketahuan sedikit pun. Joon Jae lalu berpura2 bicara pada Presdir Lee.

“Ah, Ayah? Aku sudah tiba. Lupakan saja. Aku menunggu di bandara selama dua jam,  lalu naik taksi ke sini. Ya ampun, aku sangat kesal. Apa? Jangan lakukan itu. Jangan memecatnya. Kenapa Ayah ingin memecatnya ?!  Sungguh, aku tak apa-apa.” Ucap Joon Jae.

Tae Oh menggunakan baterai ponsel Kepala RS untuk membuka ruangan Kepala RS.


Sementara Nam Doo bertugas menjemput William Choi yang asli di bandara.

“Ah, William Choi? Aku akan mengantarmu ke rumah sakit. Lewat sini.” Ucap Nam Doo begitu bertemu William Choi yang asli.

Lalu terdengar narasi Nam Doo…

“Di waktu yang sama, aku akan menjemput William yang asli. Sementara kita mengulur waktu, Tae Ho akan menyalin file di ponsel Asisten Direktur dan di komputernya. Kau bisa mengambil seluruh data voice mail dan e-mailnya.”


Tae Oh pun kembali beraksi. Dan ia berhasil mendapatkan catatan kesehatan Kim Ya Eun yang asli dan yang sudah direvisi. Dari catatan itu juga diketahui kalau laporan operasi kematian pasien dihapus.


Sementara itu, Kepala RS mengajak William Choi mengitari RS. Kepala RS pun memuji2 kebersihan di RS itu. Dengan gaya nyentriknya, William Choi abal2 ini pun mengaku kalau ia mencium bau yang menjijikkan.

“Ah itu pasti bau disinfektan.” Seru Kepala RS.

“Aduh. Bau ini berasal darimu Kepala RS.” Jawab Joon Jae.

“Itu pasti karena aku punya gangguan tenggorokan serius.” Ucap Kepala RS.

“Kau tahu, baunya tidak hilang bahkan  ketika kau menutup mulutmu. Kepala RS, baumu amis sekali.” Jawab Joon Jae.


Dan sekarang, mereka semua sudah berada di ruangan Kepala RS. Kepala RS tercengang saat dihadapkan pada bukti2 kejahatannya. Kepala RS pun tersadar kalau William Choi yang ada di hadapannya ini bukan William Choi yang asli. Joon Jae pun langsung duduk di depan Kepala RS dan melemparkan satu per satu file itu ke arah Kepala RS.

“Bau amisnya pasti berasal dari sini. Kelalaian medis, penggelapan, hasil suap, Ini akan menyebabkan  masalah serius jika istrimu tahu. Aku tak suka orang yang tak melakukan tugasnya sebagai kepala keluarga.” Ucap Joon Jae.

Kepala RS terlihat kesal, sementara Joon Jae terus berbicara…


“Ku kira perusahaan farmasi akan  mengadakan turnamen golf hari ini. Juara pertama hadiahnya 1.000.000 Won, lalu dalam sehari kau akan dapat 1 Juta...? Yah, tentu saja mereka melewatkan tujuan utamanya.”

“Kenapa kau melakukan ini padaku?” tanya Kepala RS.

“Apa yang akan kau lakukan? Haruskah aku  membongkar semua ini pada wartawan?” ancam Joon Jae.

Dan, Tae Oh pun yang berdiri di depan meja Kepala RS, memutar laptopnya dan mengancam akan memencet tombol enter. Joon Jae menyuruh Kepala RS segera mengambil keputusan. Tae Oh pun kembali mengancam akan memencet tombol enter, karena begitu tombol enter ditekan, maka file itu akan terkirim ke media.

“Berapa banyak uang yang kau inginkan?” tanya Kepala RS.

“Ah, apa, kau ingin  menyelesaikan ini dengan uang? Itu sikap yang baik…”


Kepala RS langsung tersenyum puas karena mengira Joon Jae mau menerima uangnya tapi senyumnya itu langsung menghilang saat Joon Jae berkata tidak akan menerima sepeser pun uang si Kepala RS dan meminta Kepala RS melakukan sesuatu.

“Ah, ya, tentu saja. Apapun itu.” ucap Kepala RS menyanggupi.

“Pertama, kau tahu tentang wanita  yang punya tendangan tinggi itu? Lepaskan dia.” suruh Joon Jae.

“Ah, itu mudah sekali.  Aku akan mencabut tuntutannya. Itu tak terlalu sakit kok.” Ucap Kepala RS.

“Dan juga, saat aku datang…” ucap Joon Jae.


Kepala RS pun langsung menuju keluar rumah sakit ditemani seketarisnya. Setibanya diluar, ia pun langsung meminta maaf atas tindakan seenak jidatnya pada satpam RS. Tak hanya itu, ia juga memberikan catatan medis Ya Eun yang asli pada ibunya Ya Eun.

“Ini memang kesalahan medis kami. Ada kesalahan di pertengahan operasi dan karena kami tak bisa memantau jalannya operasi pasien maka kematian anakmu seperti  yang kau curigakan adalah benar. Kami bersalah. Kami terima prosedur hukum untuk kedepannya dan  kompensasi akan di urus bagian hukum kami. Aku benar-benar menyesal.” Ucap Kepala RS.


Setelah meminta maaf pada ibunya Ya Eun, Kepala RS pun menoleh pada Joon Jae dan Tae Oh yang berdiri di belakangnya dengan tatapan kesal, sementara Joon Jae tersenyum puas sambil melambaikan tangannya pada Kepala RS.


Kembali ke Sim Chung yang lagi menyantap makanannya dengan lahap. Sim Chung lalu mengaku pada pasien lainnya kalau ia sangat menyukai rumah sakit. Menurutnya makan di rumah sakit sangat lezat dan tidak dingin.

“Ayolah, bagaimana bisa makanan rumah sakit lezat? Dia begitu polos.” Ucap pasien yang tadi menonton drama dengan Sim Chung.


Pasien itu lalu kesulitan membuka tutup botol selainya. Dan Sim Chung pun langsung mendorong kursi rodanya mendekati pasien itu dan membantu si pasien membuka tutup botolnya. Pasien itu pun memuji Sim Chung dengan berkata, kalau Sim Chung sangat kuat.


Tepat saat itu dokter datang mengecek pasien. Sim Chung mau kembali ke kasurnya, tapi karena kursi rodanya macet, akhirnya ia berdiri dan mendorong kursi rodanya lagi. Melihat kesehatan Sim Chung yang semakin membaik, dokter pun mengizinkan Sim Chung pulang.

“Apa maksudnya itu?” tanya Sim Chung.

“Maksudku, anda akan segera di pulangkan.” Jawab dokter.

“Apa itu "Kembali ke tempat asal"?” tanya Sim Chung.

“Pulang ke rumah.” Jawab dokter.

“Apa karena aku makan terlalu banyak? Apa aku bisa  tinggal jika aku tak makan?” tanya Sim Chung.

“Ah, tidak. Bukan itu maksudku.” Jawab dokter.

“Oh, aku tidak punya rumah. Aku tidak bisa pulang...” ucap Sim Chung.


Tak lama kemudian, Joon Jae datang dan mengajak Sim Chung pulang. Melihat Joon Jae-nya datang, Sim Chung pun langsung berlari menghampiri Joon Jae dan mau pulang. Joon Jae yang khawatir melihat Sim Chung berlari, langsung menanyakan kondisi Sim Chung pada dokter.

“Ya, kami sudah melakukan pemeriksaan keseluruhan  dan dia baik-baik saja. Dia bisa lari maraton.” Jawab dokter.

“Bagaimana bisa?” tanya Joon Jae.

“Mungkin ada kesalahan  pada pemeriksaan awal. Nyaris tak pernah ada kejadian  seperti itu. Aku sungguh minta maaf.” Jawab dokter.


Joon Jae pun langsung membawa ‘kekasihnya’ itu pulang. Saat mobilnya melaju meninggalkan rumah sakit, mereka berpapasan dengan ibu Ya Eun. Sim Chung pun melambaikan tangannya ke ibu Ya Eun. Ibu Ya Eun bernafas lega karena sudah mengetahui penyebab kematian putrinya.

“Heo Joon Jae, kapan salju pertama turun?” tanya Sim Chung.

“Salju pertama turun setahun sekali. Salju pertama tahun ini sudah turun. Itu akan datang lagi tahun depan.” Jawab Joon Jae.

“Benarkah? Ku rasa aku tidak akan bisa  melihat salju pertama.” ucap Sim Chung kecewa.

“Kenapa tidak? Apa lagi sekarang? Apa kau mau  pergi ke suatu tempat tahun depan? Kau mau pergi kemana?” tanya Joon Jae.


Bukannya menjawab pertanyaan Joon Jae, Sim Chung malah bertanya apakah seseorang akan terus mengingat kenangan meski merasa sakit dan sedih? Joon Jae bingung dan bertanya maksud pertanyaan Sim Chung.

“Perasaan seperti apa itu yang  akan terus mengingatnya meski begitu menyakitkan yang  membuatmu tak bisa makan atau tidur?” tanya Sim Chung.

Ingatan Joon Jae pun seketika melayang pada suara Sim Chung yang berkata, aku mencintaimu, yang membuatnya tersadar dari pingsannya setelah ia melompat ke laut bersama Sim Chung agar lolos dari kejaran2 orang Jin Ok.

“Apa yang kau pikirkan sekarang?” tanya Sim Chung, membuat Joon Jae sadar dari lamunannya.

“Bukan apa-apa.” Jawab Joon Jae.

Joon Jae lalu bertanya, apa Sim Chung ingin melihat salju pertama? Joon Jae berkata, meskipun salju pertama di Seoul sudah berakhir, tapi di tempat lain salju belum turun.

Sim Chung : Benarkah?

Joon Jae : Kau mau ke sana?

Sim Chung :  Tentu saja.
Joon Jae : Baiklah.


Sementara itu, Nam Doo berusaha mendapatkan rekam medis seseorang. Petugas meminta surat kuasa dari yang bersangkutan. Nam Doo pun memberikannya. Petugas bertanya, apa Nam Doo juga menginginkan hasil rontgen yang bersangkutan. Sepertinya Nam Doo masih penasaran dengan Sim Chung, sampai2 dia meminta rekam medis Sim Chung segala.


Sopir Nam mengaku pada CEO Heo bahwa ia sudah bertemu Joon Jae. Tanpa mereka sadari percakapan mereka didengar oleh Seo Hee dari rumah. Sopir Nam berkata, bahwa Joon Jae tidak ingin bertemu CEO Heo. Seo Hee pun tersenyum mendengarnya. Seo Hee kemudian mengambil bunga di mejanya, kemudian berpikir sesuatu dan tersenyum licik.

Sebelum masuk ke rumah, CEO Heo berterima kasih pada Sopir Nam yang sudah setia padanya dan mengaku bersyukur memiliki Sopir Nam. CEO Heo kemudian berkata, bahwa ia harus bertemu Joon Jae karena banyak yang mau ia katakan pada Joon Jae. Sopir Nam pun mengerti.


Saat akan masuk ke mobil, Sopir Nam melihat sesuatu yang aneh di dalam mobil. Ia kemudian masuk dan terkejut saat menemukan alat penyadap di balik kaca spion. Ia pun teringat saat menjemput dasi CEO Heo di rumah. Saat itu, Seo Hee mengaku bahwa CEO Heo sudah menelponnya, karena itulah ia sudah menyiapkan dasi CEO Heo sebelum Sopir Nam datang menjemput.

Tak lama kemudian, seseorang mengetuk kaca mobil. Sopir Nam membukanya dan orang itu Ma Dae Young!! Ma Dae Young datang dengan membawa sebuah obeng!


Joon Jae membawa Sim Chung ke tempat yang dipenuhi salju. Sim Chung bertanya, apa salju pertama akan turun di sana? Joon Jae membenarkan dan mengaku susah payah menemukan tempat itu, hanya untuk Sim Chung.

“Terima kasih, Heo Joon Jae.” Ucap Sim Chung.


Sekarang, mereka sudah di dalam. Joon Jae tak sabar menunggu Sim Chung yang sedang berganti baju. Tak lama kemudian, Sim Chung datang mengenakan baju winter dan Joon Jae pun terpesona melihatnya. Tiba2, kawanan pria muncul dan menggoda Sim Chung. Joon Jae kesal melihatnya, ia lantas menarik Sim Chung dan mendudukkan Sim Chung di kursi.

Saat memakaikan sepatu ski ke Sim Chung, Joon Jae ingat bahwa ia pernah melakukan hal yang sama pada seorang wanita tapi ia masih belum ingat siapa wanita itu.

“Tapi, aku merasa seperti aku pernah datang ke tempat ini. Apa ini déjà vu?” tanya Joon Jae.

Dan Sim Chung pun terdiam mendengarnya.

Joon Jae kemudian mengajarkan Sim Chung cara main ski. Tapi belum tuntas penjelasan Joon Jae, Sim Chung sudah meluncur duluan.  Dia yang meluncur, dia yang panic karena tidak tahu bagaimana cara berhenti. Joon Jae berteriak, rapatkan kakimu!

“Apa?! Aku tidak tahu!” teriak Sim Chung panik.

“Si Bodoh ini.” desis Joon Jae, lalu dengan segera meluncur menyusul Sim Chung.

“Heo Joon Jae!” Sim Chung terus berteriak panic memanggil Joon Jae. Joon Jae mempercepat laju ski nya dan berhasil mendahului Sim Chung. Joon Jae kemudian berdiri di tengah2 untuk menangkap Sim Chung. Tak lama kemudian, Sim Chung datang dan menyuruh Joon Jae minggir. Tapi Joon Jae tidak mau minggir. Sim Chung pun menubruk Joon Jae. Dan keduanya jatuh bergulingan di atas tumpukan salju.

“Sadar atau tidak, aku baru saja menyelamatkan nyawamu.” Ucap Joon Jae.

“Aku tahu.” jawab Sim Chung.

“Kau mau melakukan sesuatu untukku?” tanya Joon Jae.

“Apa itu?” tanya Sim Chung.

“Masalahnya adalah... aku sedang ingin mencari tahu sesuatu... Kau... Maukah kau mengatakannya?” ucap Joon Jae dengan hati2.

“Apa itu?” tanya Sim Chung.

Joon Jae terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia mengatakan, “Saranghae.”

Tepat sesudah Joon Jae mengatakan itu, salju pertama turun. Sim Chung diam saja. Ia tak menjawab pertanyaan Joon Jae dan hanya menatap Joon Jae lekat2.


Prolog :


“Jadi keluarga itu seperti roti ikan isi kacang merah. Semuanya terlihat sama, dan hangat. Dan juga manis.” Ucap Sim Chung setelah menonton drama bersama pasien itu.

“Yah, tak selalu semanis itu. Keluarga juga bisa punya masalah. Sama sepertiku, aku melewati banyak hal untuk membantu anakku melunasi utangnya. Karena itu tulang belakangku retak.” Jawab si pasien.

Chi Hyun tiba2 datang dan mengajak Sim Chung bicara. Mereka bicara di kantin rumah sakit. Sim Chung panic melihat gelas berisi air di depan Chi Hyun. Sementara Chi Hyun berkata, kalau ini baru pertama kalinya ia menabrak seseorang dan korbannya adalah orang yang dikenal adiknya.

“Adik?” tanya Sim Chung kaget.

“Ya, aku keluarga Joon Jae.” Jawab Chi Hyun.

“Keluarga Heo Joon Jae?” tanya Sim Chung.

“Ya! Keluarga.” Jawab Chi Hyun.


Sim Chung pun makin panic. Takut disiram oleh keluarga Joon Jae, ia pun buru2 meminum minumannya Chi Hyun. Tapi pelayan kemudian datang dan menuangkan kembali air ke dalam gelas. Chi Hyun kemudian mengeluarkan amplop dari balik jaketnya. Sim Chung yang panik, dengan cepat menyambar amplop itu. Chi Hyun tersenyum geli. Sim Chung juga kembali menghabiskan air mineralnya Chi Hyun.


“Aku tak suka di siram dengan air.  Aku tahu aku sudah mengambil amplop uangnya, tapi aku tak akan putus dengan Heo Joon Jae. Keluarga Heo Joon Jae!  Aku menyukai Heo Joon Jae.” Ucap Sim Chung.


Karuan saja, Chi Hyun terbengong2 mendengarnya. Setelah mengatakan itu, Sim Chung pun buru2 mendorong kursi rodanya dan pergi. Chi Hyun menatap kepergian Sim Chung dengan tatapan aneh.

0 Comments:

Post a Comment