Sim Chung mencomot jeruk milik seorang pasien dan ikut
menonton drama yang ditonton oleh pasien itu. Dalam drama, diperlihatkan
seorang anak yang diberitahu ibunya siapa ayah kandungnya. Pasien—seorang
wanita tua—itu menyahut bahwa ayah kandung si anak adalah CEO.
“Bagaimana kau tahu?” tanya Sim Chung heran.
“Ini bukan pertama kalinya aku nonton drama. Ketika dia
kehilangan ayahnya atau dipisahkan saat masih kecil, maka sudah pasti ayahnya
adalah CEO. 100% CEO, bukan Presiden perusahaan, selalu CEO.” Jawab si pasien.
“Kenapa begitu?” tanya Sim Chung.
“Apa maksudmu kenapa? Karena memang seperti itu!” jawab
si pasien.
Drama lalu mempertontonkan adegan seorang wanita kaya
yang memberikan uang pada seorang gadis agar gadis itu menjauhi putranya.
Pasien itu nyeletuk, kalau si gadis tidak akan menerima uang itu. Dia juga
bilang, kalau gadis itu akan disiram dengan air. Benar saja, semua adegan dramanya
persis seperti yang dikatakan pasien wanita itu.
“Bagaimanan kau bisa tahu segalanya?” tanya Sim Chung.
“Kau lihat air di atas meja? Mereka tidak menaruhnya di
sana untuk diminum. Air itu ada untuk disiramkan ke wajah gadis itu karena
gadis itu tak mau menerima uangnya.” Jawab pasien.
“Kau juga akan disiram air kalau tidak mengambil amplop
uang? Aku tidak bisa kena air.” Ucap Sim Chung.
“Kau bukan satu2nya yang tak boleh terkena air. Memang
tak boleh ada yang disiram seperti itu.” jawab pasien.
“Tapi kenapa dia disiram?” tanya Sim Chung.
“Karena orang itu ingin menegaskan, “Aku tak bisa
memberikan anakku untukmu”-maksudnya dia tak bisa menerimanya menjadi keluarga.”
Jawab si pasien.
“Apa maksudnya keluarga?” tanya Sim Chung.
“Kau bertanya karena kau benar2 tidak tahu? Maksudmu
keluarga sesungguhnya? Orang2 yang
merawat satu sama lain, mereka adalah keluarga.” Jawab pasien.
Sim Chung pun menoleh pada pasien yang sekamar
dengannya yang rata2 ditemani keluarga mereka. Sim Chung lalu bergumam, bahwa
keluarga seperti roti ikan isi kacang merah. Mereka terlihat selalu bersama,
seperti roti ikan yang hangat dan manis.
Di lain tempat, Nam Doo mengatakan keanehan Sim Chung
pada Si A. Si A pun berkomentar, dia itu zombie atau apa? Aku pernah digigit
olehnya.
“Kau harus disuntik, untuk berjaga2 saja.” Jawab Nam
Doo.
“Tapi kenapa Joon Jae berlagak seperti walinya? Dia
sudah benar mengusirnya saat itu.” ucap Si A.
“Menurut Joon Jae, alasan kenapa dia tidak ingat apapun
yang terjadi di Spanyol ada hubungannya dengan wanita itu. Dan dia mungkin
ingin mencari tahu tentang wanita misterius itu.” jawab Nam Doo.
“Aku juga penasaran, darimana asalnya?” tanya Si A.
“Entahlah. Menurutmu bagaimana? Apa mungkin dia ahli
waris yang kehilangan ingatannya atau sesuatu?” ucap Nam Doo.
“Bagaimana kau bisa seyakin itu? Dia lebih mirip
gelandangan begitu.” jawab Si A.
Sim Chung mendorong kursi rodanya ke halaman rumah
sakit untuk mencari udara segar. Di halaman rumah sakit, ia melihat seorang ibu
yang melakukan aksi unjuk rasa menuntut kebenaran dibalik kematian sang anak.
Tak lama kemudian, Kepala RS datang dan mengomeli pegawainya yang membiarkan
ibu itu berunjuk rasa.
Melihat cara Kepala RS memperlakukan orang lain seenak
jidat, Sim Chung marah. Ia melompat dari kursi rodanya dan menendang si Kepala
RS sampai Kepala RS jatuh kejengkang.
“Apa kau yang membuat pasien kelaparan?! Perut kosong
adalah sesuatu yang mengerikan!” sentak Sim Chung.
Akibatnya, Sim Chung pun langsung ditahan di ruangan Kepala
RS, bersama dokter dan beberapa staff keamanan. Sim Chung duduk sambil
menaikkan kakinya yang di perban ke atas meja. Di sebelahnya, dokter sedang
melihat rekaman CCTV saat Sim Chung menerjang Kepala RS. Kepala RS sendiri
sedang dikompres wajahnya oleh seketarisnya.
“Apa2an ini, kalian bilang dia pasien patah tulang?”
tanya Kepala RS.
“Saat berada di UGD, dia memang mengalami patah
tulang.” Jawab dokter.
“Kau tak lihat dia menendangku? Bahkan atlet nasional
taekwondo tak bisa membuat orang terbang seperti itu!” sewot Kepala RS.
Dokter pun langsung berbisik pada Sim Chung, menanyakan
apa yang terjadi?
“Give and take.” Jawab Sim Chung. Kepala RS bingung,
apa??
“Pria ini menyakiti orang lain jadi aku menendangnya.”
Ucap Sim Chung.
“Ada apa dengan orang ini? Apa dia mengalami
delusional?” tanya Kepala RS.
“Menurut kami juga begitu, jadi kami memutuskan
memeriksa otaknya dengan MRI.” Jawab dokter.
“Orang ini orang gila, aku akan menuntutnya. Hubungi
pengacaraku dan beritahu Jaksa Oh untuk segera ke sini. Dan segera lalukan
pemeriksaan MRI. Aku akan melaporkanmu pada polisi dan membuatmu merasakan
makanan penjara.” Ucap Kepala RS.
Sim Chung yang polos itu langsung berbisik pada dokter,
bertanya apa makanan penjara enak?? Dokter tercengang, lalu dengan ragu2
mengatakan apa yang dikatakan Sim Chung pada Kepala RS.
Sim Chung keluar dari ruangan Pak Direktur. Diluar, ia
melihat ibu2 itu sedang duduk menunggunya. Mereka pun berbicara di taman rumah
sakit. Sambil menangis, ibu itu menceritakan bahwa putrinya, Kim Ya Eun,
meninggal usai menjalani operasi. Ibu2 itu menyesal karena tak melakukan apapun
untuk Ya Eun. Ia berkata, jika ia tahu Ya Eun tidak akan pernah bangun lagi, ia
akan membelikan pakaian yang bagus untuk Ya Eun. Ia tidak akan pernah
membiarkan putrinya itu bekerja paruh waktu. Ia akan menyuruh putrinya itu
bermain daripada bekerja.
Sim Chung yang iba, mengaku bahwa ia bisa menghapus
kenangan manusia. Jika ibu itu menginginkannya, ia akan menghapus kenangan
menyedihkan itu. Sim Chung pun menggenggam tangan ibu itu dan mulai memejamkan
matanya. Bersamaan dengan itu, si ibu juga memejamkan matanya.
Kenangan manis akan Ya Eun pun langsung berputar di
benak si ibu. Tak lama kemudian, sang ibu membuka matanya dan berkata akan
menyimpan kenangan itu sampai mati meski kenangan itu menyakitkan.
“Kenapa kau mau terus mengenangnya meski itu menyakitkan?”
tanya Sim Chung.
“Meski itu menyakitkan, aku bisa terus menyayanginya. Lebih
daripada tidak sama sekali dan aku akan
selalu mengingat putriku, aku lebih memilih mencintainya. Dan mengingatnya. Bahkan
jika itu menyakitkan.” Jawab si ibu.
Di rumah, Joon Jae, Nam Doo dan Tae Oh sedang melihat
rekaman CCTV saat Sim Chung menendang Kepala RS. Joon Jae memuji kehebatan Sim
Chung. Sementara Nam Doo sendiri heran, karena ia tahunya Sim Chung mengalami
patah tulang, jadi bagaimana mungkin Sim Chung melakukannya.
“Apa ini yang dinamakan miracle of Sim Cheong?” tanya
Nam Doo.
“Entahlah, mungkin hasil tesnya salah.” Jawab Joon Jae.
“Lagi pula, apa yang akan kau lakukan? Mereka mengancam menuntut Sim Cheong.” Ucap Nam Doo.
“Apa yang harus ku lakukan?” tanya Joon Jae balik.
"Kau tak tahu? Yang benar saja. Kau tak lihat apa yang sebenarnya terjadi di sini? Lihatlah, dia
mengalami patah tulang tapi dia terlihat terbang! Itu aneh! Hei, tapi lihat
ini. Saat aku menontonnya, lihat orang ini, dia memang pantas untuk ditendang! Tapi jika kau tak mau
membantunya. Itu masuk akal bagiku.”
jawab Nam Doo.
“Hyung, kau tahu apa yang paling ku benci, kan?” tanya
Joon Jae.
“Benar. Jangan seenaknya mengucapkan perpisahan.” Jawab
Nam Doo.
“Bukan itu! Yang lain, yaitu tak tahu sopan santun.” Ucap Joon Jae.
“Oh kau seperti itu?” tanya Nam Doo.
“Ya memang! Aku memang tak suka pada orang yang tak punya sopan santun.” Jawab Joon Jae.
“Benarkah?” tanya Nam Doo.
-“Ya. Tentu saja. Aku bisa peduli pada Sim Cheong tapi
aku tak bisa mengabaikan yang satu ini.” jawab Joon Jae.
“Jadi bagaimana?” tanya Nam Doo.
“Ayo kita buat dirinya menjadi orang yang benar-benar tak punya sopan santun.” Jawab
Joon Jae sembari tersenyum jahil.
Tae Oh pun mulai beraksi, menghack percakapan Presdir
RS Lee dengan anaknya. Mereka juga mendapat informasi, bahwa Presdir Lee sedang
berlibur di Hawaii dan anaknya pulang ke Korea untuk pertama kalinya dalam 10
tahun. Karena itulah, tanggung jawab rumah sakit diserahkan sementara ke Kepala
RS.
Tak lama kemudian, Kepala RS menerima telepon dari
Presdir Lee. Presdir Lee berkata, bahwa anaknya sudah tiba. Karuan saja, Kepala
RS terkejut.
Giliran Joon Jae yang beraksi sebagai William Choi,
anak Presdir Lee, dengan dandanan super nyentrik. Sementara, Tae Oh berperan
sebagi asisten William Choi. Kepala RS pun dan beberapa staff dokter pun
langsung bersikap hormat pada William Choi abal2.
“Aku sangat menyayangkan insiden di bandara. Aku tak
yakin kenapa bisa seperti itu, tapi aku
minta maaf.” Ucap Kepala RS.
“Kata Ayah aku harus meneleponnya, tapi baterai ponselku habis.” Jawab Wiliam
Choi.
Kepala RS pun langsung meminjamkan ponselnya pada
William Choi. Begitu mendapat ponsel Kepala RS, Joon Jae pun dengan cepat
menukar ponselnya dengan ponsel Kepala RS dan menyerahkan ponsel Kepala RS pada
Tae Oh tanpa ketahuan sedikit pun. Joon Jae lalu berpura2 bicara pada Presdir
Lee.
“Ah, Ayah? Aku sudah tiba. Lupakan saja. Aku menunggu
di bandara selama dua jam, lalu naik
taksi ke sini. Ya ampun, aku sangat kesal. Apa? Jangan lakukan itu. Jangan
memecatnya. Kenapa Ayah ingin memecatnya ?! Sungguh, aku tak apa-apa.” Ucap Joon Jae.
Tae Oh menggunakan baterai ponsel Kepala RS untuk
membuka ruangan Kepala RS.
Sementara Nam Doo bertugas menjemput William Choi yang
asli di bandara.
“Ah, William Choi? Aku akan mengantarmu ke rumah sakit.
Lewat sini.” Ucap Nam Doo begitu bertemu William Choi yang asli.
Lalu terdengar narasi Nam Doo…
“Di waktu yang sama, aku akan menjemput William yang
asli. Sementara kita mengulur waktu, Tae Ho akan menyalin file di ponsel
Asisten Direktur dan di komputernya. Kau bisa mengambil seluruh data voice mail
dan e-mailnya.”
Tae Oh pun kembali beraksi. Dan ia berhasil mendapatkan
catatan kesehatan Kim Ya Eun yang asli dan yang sudah direvisi. Dari catatan
itu juga diketahui kalau laporan operasi kematian pasien dihapus.
Sementara itu, Kepala RS mengajak William Choi
mengitari RS. Kepala RS pun memuji2 kebersihan di RS itu. Dengan gaya
nyentriknya, William Choi abal2 ini pun mengaku kalau ia mencium bau yang
menjijikkan.
“Ah itu pasti bau disinfektan.” Seru Kepala RS.
“Aduh. Bau ini berasal darimu Kepala RS.” Jawab Joon
Jae.
“Itu pasti karena aku punya gangguan tenggorokan
serius.” Ucap Kepala RS.
“Kau tahu, baunya tidak hilang bahkan ketika kau menutup mulutmu. Kepala RS, baumu
amis sekali.” Jawab Joon Jae.
Dan sekarang, mereka semua sudah berada di ruangan
Kepala RS. Kepala RS tercengang saat dihadapkan pada bukti2 kejahatannya.
Kepala RS pun tersadar kalau William Choi yang ada di hadapannya ini bukan
William Choi yang asli. Joon Jae pun langsung duduk di depan Kepala RS dan
melemparkan satu per satu file itu ke arah Kepala RS.
“Bau amisnya pasti berasal dari sini. Kelalaian medis,
penggelapan, hasil suap, Ini akan menyebabkan masalah serius jika istrimu tahu. Aku tak suka
orang yang tak melakukan tugasnya sebagai kepala keluarga.” Ucap Joon Jae.
Kepala RS terlihat kesal, sementara Joon Jae terus
berbicara…
“Ku kira perusahaan farmasi akan mengadakan turnamen golf hari ini. Juara
pertama hadiahnya 1.000.000 Won, lalu dalam sehari kau akan dapat 1 Juta...? Yah,
tentu saja mereka melewatkan tujuan utamanya.”
“Kenapa kau melakukan ini padaku?” tanya Kepala RS.
“Apa yang akan kau lakukan? Haruskah aku membongkar semua ini pada wartawan?” ancam
Joon Jae.
Dan, Tae Oh pun yang berdiri di depan meja Kepala RS,
memutar laptopnya dan mengancam akan memencet tombol enter. Joon Jae menyuruh
Kepala RS segera mengambil keputusan. Tae Oh pun kembali mengancam akan
memencet tombol enter, karena begitu tombol enter ditekan, maka file itu akan
terkirim ke media.
“Berapa banyak uang yang kau inginkan?” tanya Kepala
RS.
“Ah, apa, kau ingin menyelesaikan ini dengan uang? Itu sikap yang
baik…”
Kepala RS langsung tersenyum puas karena mengira Joon
Jae mau menerima uangnya tapi senyumnya itu langsung menghilang saat Joon Jae
berkata tidak akan menerima sepeser pun uang si Kepala RS dan meminta Kepala RS
melakukan sesuatu.
“Ah, ya, tentu saja. Apapun itu.” ucap Kepala RS
menyanggupi.
“Pertama, kau tahu tentang wanita yang punya tendangan tinggi itu? Lepaskan
dia.” suruh Joon Jae.
“Ah, itu mudah sekali. Aku akan mencabut tuntutannya. Itu tak terlalu
sakit kok.” Ucap Kepala RS.
“Dan juga, saat aku datang…” ucap Joon Jae.
Kepala RS pun langsung menuju keluar rumah sakit
ditemani seketarisnya. Setibanya diluar, ia pun langsung meminta maaf atas
tindakan seenak jidatnya pada satpam RS. Tak hanya itu, ia juga memberikan
catatan medis Ya Eun yang asli pada ibunya Ya Eun.
“Ini memang kesalahan medis kami. Ada kesalahan di
pertengahan operasi dan karena kami tak bisa memantau jalannya operasi pasien maka
kematian anakmu seperti yang kau
curigakan adalah benar. Kami bersalah. Kami terima prosedur hukum untuk
kedepannya dan kompensasi akan di urus
bagian hukum kami. Aku benar-benar menyesal.” Ucap Kepala RS.
Setelah meminta maaf pada ibunya Ya Eun, Kepala RS pun
menoleh pada Joon Jae dan Tae Oh yang berdiri di belakangnya dengan tatapan
kesal, sementara Joon Jae tersenyum puas sambil melambaikan tangannya pada
Kepala RS.
Kembali ke Sim Chung yang lagi menyantap makanannya
dengan lahap. Sim Chung lalu mengaku pada pasien lainnya kalau ia sangat
menyukai rumah sakit. Menurutnya makan di rumah sakit sangat lezat dan tidak
dingin.
“Ayolah, bagaimana bisa makanan rumah sakit lezat? Dia
begitu polos.” Ucap pasien yang tadi menonton drama dengan Sim Chung.
Pasien itu lalu kesulitan membuka tutup botol selainya.
Dan Sim Chung pun langsung mendorong kursi rodanya mendekati pasien itu dan
membantu si pasien membuka tutup botolnya. Pasien itu pun memuji Sim Chung
dengan berkata, kalau Sim Chung sangat kuat.
Tepat saat itu dokter datang mengecek pasien. Sim Chung
mau kembali ke kasurnya, tapi karena kursi rodanya macet, akhirnya ia berdiri
dan mendorong kursi rodanya lagi. Melihat kesehatan Sim Chung yang semakin
membaik, dokter pun mengizinkan Sim Chung pulang.
“Apa maksudnya itu?” tanya Sim Chung.
“Maksudku, anda akan segera di pulangkan.” Jawab
dokter.
“Apa itu "Kembali ke tempat asal"?” tanya Sim
Chung.
“Pulang ke rumah.” Jawab dokter.
“Apa karena aku makan terlalu banyak? Apa aku bisa tinggal jika aku tak makan?” tanya Sim Chung.
“Ah, tidak. Bukan itu maksudku.” Jawab dokter.
“Oh, aku tidak punya rumah. Aku tidak bisa pulang...”
ucap Sim Chung.
Tak lama kemudian, Joon Jae datang dan mengajak Sim
Chung pulang. Melihat Joon Jae-nya datang, Sim Chung pun langsung berlari
menghampiri Joon Jae dan mau pulang. Joon Jae yang khawatir melihat Sim Chung
berlari, langsung menanyakan kondisi Sim Chung pada dokter.
“Ya, kami sudah melakukan pemeriksaan keseluruhan dan dia baik-baik saja. Dia bisa lari maraton.”
Jawab dokter.
“Bagaimana bisa?” tanya Joon Jae.
“Mungkin ada kesalahan pada pemeriksaan awal. Nyaris tak pernah ada kejadian
seperti itu. Aku sungguh minta maaf.”
Jawab dokter.
Joon Jae pun langsung membawa ‘kekasihnya’ itu pulang.
Saat mobilnya melaju meninggalkan rumah sakit, mereka berpapasan dengan ibu Ya
Eun. Sim Chung pun melambaikan tangannya ke ibu Ya Eun. Ibu Ya Eun bernafas
lega karena sudah mengetahui penyebab kematian putrinya.
“Heo Joon Jae, kapan salju pertama turun?” tanya Sim
Chung.
“Salju pertama turun setahun sekali. Salju pertama
tahun ini sudah turun. Itu akan datang lagi tahun depan.” Jawab Joon Jae.
“Benarkah? Ku rasa aku tidak akan bisa melihat salju pertama.” ucap Sim Chung kecewa.
“Kenapa tidak? Apa lagi sekarang? Apa kau mau pergi ke suatu tempat tahun depan? Kau mau
pergi kemana?” tanya Joon Jae.
Bukannya menjawab pertanyaan Joon Jae, Sim Chung malah
bertanya apakah seseorang akan terus mengingat kenangan meski merasa sakit dan
sedih? Joon Jae bingung dan bertanya maksud pertanyaan Sim Chung.
“Perasaan seperti apa itu yang akan terus mengingatnya meski begitu
menyakitkan yang membuatmu tak bisa
makan atau tidur?” tanya Sim Chung.
Ingatan Joon Jae pun seketika melayang pada suara Sim
Chung yang berkata, aku mencintaimu, yang membuatnya tersadar dari pingsannya
setelah ia melompat ke laut bersama Sim Chung agar lolos dari kejaran2 orang
Jin Ok.
“Apa yang kau pikirkan sekarang?” tanya Sim Chung,
membuat Joon Jae sadar dari lamunannya.
“Bukan apa-apa.” Jawab Joon Jae.
Joon Jae lalu bertanya, apa Sim Chung ingin melihat
salju pertama? Joon Jae berkata, meskipun salju pertama di Seoul sudah
berakhir, tapi di tempat lain salju belum turun.
Sim Chung : Benarkah?
Joon Jae : Kau mau ke sana?
Sim Chung :
Tentu saja.
Joon Jae : Baiklah.
Sementara itu, Nam Doo berusaha mendapatkan rekam medis
seseorang. Petugas meminta surat kuasa dari yang bersangkutan. Nam Doo pun
memberikannya. Petugas bertanya, apa Nam Doo juga menginginkan hasil rontgen
yang bersangkutan. Sepertinya Nam Doo masih penasaran dengan Sim Chung, sampai2
dia meminta rekam medis Sim Chung segala.
Sopir Nam mengaku pada CEO Heo bahwa ia sudah bertemu
Joon Jae. Tanpa mereka sadari percakapan mereka didengar oleh Seo Hee dari
rumah. Sopir Nam berkata, bahwa Joon Jae tidak ingin bertemu CEO Heo. Seo Hee
pun tersenyum mendengarnya. Seo Hee kemudian mengambil bunga di mejanya,
kemudian berpikir sesuatu dan tersenyum licik.
Sebelum masuk ke rumah, CEO Heo berterima kasih pada Sopir Nam yang sudah setia padanya dan mengaku bersyukur memiliki Sopir Nam. CEO Heo kemudian berkata, bahwa ia harus bertemu Joon Jae karena banyak yang mau ia katakan pada Joon Jae. Sopir Nam pun mengerti.
Saat akan masuk ke mobil, Sopir Nam melihat sesuatu
yang aneh di dalam mobil. Ia kemudian masuk dan terkejut saat menemukan alat
penyadap di balik kaca spion. Ia pun teringat saat menjemput dasi CEO Heo di
rumah. Saat itu, Seo Hee mengaku bahwa CEO Heo sudah menelponnya, karena itulah
ia sudah menyiapkan dasi CEO Heo sebelum Sopir Nam datang menjemput.
Tak lama kemudian, seseorang mengetuk kaca mobil. Sopir
Nam membukanya dan orang itu Ma Dae Young!! Ma Dae Young datang dengan membawa
sebuah obeng!
Joon Jae membawa Sim Chung ke tempat yang dipenuhi
salju. Sim Chung bertanya, apa salju pertama akan turun di sana? Joon Jae
membenarkan dan mengaku susah payah menemukan tempat itu, hanya untuk Sim
Chung.
“Terima kasih, Heo Joon Jae.” Ucap Sim Chung.
Sekarang, mereka sudah di dalam. Joon Jae tak sabar
menunggu Sim Chung yang sedang berganti baju. Tak lama kemudian, Sim Chung
datang mengenakan baju winter dan Joon Jae pun terpesona melihatnya. Tiba2,
kawanan pria muncul dan menggoda Sim Chung. Joon Jae kesal melihatnya, ia
lantas menarik Sim Chung dan mendudukkan Sim Chung di kursi.
Saat memakaikan sepatu ski ke Sim Chung, Joon Jae ingat
bahwa ia pernah melakukan hal yang sama pada seorang wanita tapi ia masih belum
ingat siapa wanita itu.
“Tapi, aku merasa seperti aku pernah datang ke tempat
ini. Apa ini déjà vu?” tanya Joon Jae.
Dan Sim Chung pun terdiam mendengarnya.
Joon Jae kemudian mengajarkan Sim Chung cara main ski.
Tapi belum tuntas penjelasan Joon Jae, Sim Chung sudah meluncur duluan. Dia yang meluncur, dia yang panic karena
tidak tahu bagaimana cara berhenti. Joon Jae berteriak, rapatkan kakimu!
“Apa?! Aku tidak tahu!” teriak Sim Chung panik.
“Si Bodoh ini.” desis Joon Jae, lalu dengan segera
meluncur menyusul Sim Chung.
“Heo Joon Jae!” Sim Chung terus berteriak panic
memanggil Joon Jae. Joon Jae mempercepat laju ski nya dan berhasil mendahului
Sim Chung. Joon Jae kemudian berdiri di tengah2 untuk menangkap Sim Chung. Tak
lama kemudian, Sim Chung datang dan menyuruh Joon Jae minggir. Tapi Joon Jae
tidak mau minggir. Sim Chung pun menubruk Joon Jae. Dan keduanya jatuh
bergulingan di atas tumpukan salju.
“Sadar atau tidak, aku baru saja menyelamatkan nyawamu.”
Ucap Joon Jae.
“Aku tahu.” jawab Sim Chung.
“Kau mau melakukan sesuatu untukku?” tanya Joon Jae.
“Apa itu?” tanya Sim Chung.
“Masalahnya adalah... aku sedang ingin mencari tahu
sesuatu... Kau... Maukah kau mengatakannya?” ucap Joon Jae dengan hati2.
“Apa itu?” tanya Sim Chung.
Joon Jae terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia
mengatakan, “Saranghae.”
Tepat sesudah Joon Jae mengatakan itu, salju pertama
turun. Sim Chung diam saja. Ia tak menjawab pertanyaan Joon Jae dan hanya
menatap Joon Jae lekat2.
Prolog :
“Jadi keluarga itu seperti roti ikan isi kacang merah. Semuanya
terlihat sama, dan hangat. Dan juga manis.” Ucap Sim Chung setelah menonton
drama bersama pasien itu.
“Yah, tak selalu semanis itu. Keluarga juga bisa punya masalah.
Sama sepertiku, aku melewati banyak hal untuk membantu anakku melunasi
utangnya. Karena itu tulang belakangku retak.” Jawab si pasien.
Chi Hyun tiba2 datang dan mengajak Sim Chung bicara.
Mereka bicara di kantin rumah sakit. Sim Chung panic melihat gelas berisi air
di depan Chi Hyun. Sementara Chi Hyun berkata, kalau ini baru pertama kalinya
ia menabrak seseorang dan korbannya adalah orang yang dikenal adiknya.
“Adik?” tanya Sim Chung kaget.
“Ya, aku keluarga Joon Jae.” Jawab Chi Hyun.
“Keluarga Heo Joon Jae?” tanya Sim Chung.
“Ya! Keluarga.” Jawab Chi Hyun.
Sim Chung pun makin panic. Takut disiram oleh keluarga
Joon Jae, ia pun buru2 meminum minumannya Chi Hyun. Tapi pelayan kemudian
datang dan menuangkan kembali air ke dalam gelas. Chi Hyun kemudian
mengeluarkan amplop dari balik jaketnya. Sim Chung yang panik, dengan cepat
menyambar amplop itu. Chi Hyun tersenyum geli. Sim Chung juga kembali
menghabiskan air mineralnya Chi Hyun.
“Aku tak suka di siram dengan air. Aku tahu aku sudah mengambil amplop uangnya, tapi
aku tak akan putus dengan Heo Joon Jae. Keluarga Heo Joon Jae! Aku menyukai Heo Joon Jae.” Ucap Sim Chung.
Karuan saja, Chi Hyun terbengong2 mendengarnya. Setelah
mengatakan itu, Sim Chung pun buru2 mendorong kursi rodanya dan pergi. Chi Hyun
menatap kepergian Sim Chung dengan tatapan aneh.
0 Comments:
Post a Comment