Dalam perjalanan pulang, Joon Jae bertanya kenapa Tae Oh mau melakukan pekerjaan ini. Tae Oh berkata, itulah satu2nya keahliannya. Joon Jae berkata, Tae Oh bisa menggunakan keahlian itu di tempat lain.
“Kalau
begitu bagaimana denganmu?” tanya Tae Oh.
“Jadi
orang-orang harus bertemu dengan orang yang tepat.” Jawab Joon Jae.
Ingatan
Joon Jae pun melayang ke musim dingin di tahun 2006.
Flashback—Joon Jae yang kabur dari rumah ayahnya, meminta bantuan seseorang di internet kalau ia tengah mencari ibunya. Ia bercerita kalau ia dan ibunya dipisahkan saat ia berumur 10 tahun dan nama ibunya adalah Mo Yoo Ran. Tak lama kemudian, ia bertemu dengan Nam Doo di sebuah kafe.
“Kita bisa bertemu di kantor jika
renovasi interior sudah selesai. Maaf karena bertemu di sini...” ucap Nam Doo.
“Apakah kamu benar-benar bisa
menemukan ibuku?” tanya Joon Jae.
“Kampung halaman ibumu adalah
Cheongbuk, Jacheon, bukan? Dia adalah satu-satunya putri dari seseorang yang benar2
kaya. Tapi setelah orangtuanya meninggal dunia, dia membuat kesalahan dengan
menandatangani pinjaman yang berjalan salah. Dia kehilangan semua warisannya.
Setelah itu, tidak satupun dari kerabatnya yang menghubunginya.” Ucap Nam Doo.
Joon Jae pun takjub karena Nam
Doo mengetahuinya. Nam Doo pun menjelaskan kalau itu adalah pekerjaannya.
“Tolong, bisakah kau menemukan
ibuku?” tanya Joon Jae.
“Tapi kemudian, karena dia tidak
melaporkan kepindahannya, dia tidak memiliki tempat tinggal tetap, dan nampaknya
dia tidak menikah kembali. Sangat sulit untuk menemukan ibumu dengan cara yang
biasa. Pada akhirnya, kau harus mencari seorang ahli. Tapi kemudian biayanya
akan menjadi...”
“Ah, biaya!” seru Joon Jae, lalu
memberikan seluruh uang yang dimilikinya.
Saat sadar dirinya tertipu, Nam
Doo sudah pergi. Joon Jae pun menunggu berhari2 di sudut sebuah restoran. Ia
terus menunggu dan menunggu sampai akhirnya Nam Doo muncul di tempat itu dan
tengah menipu seorang wanita. Joon Jae langsung menyerang Nam Doo, bahkan
menarik rambut Nam Doo dan memberitahu wanita itu kalau Nam Doo penipu.
Pada akhirnya, kita melihat Joon Jae yang ditraktir ramen oleh Nam Doo karena Joon Jae mengaku sudah menunggu Nam Doo di tempat itu selama setengah bulan. Nam Doo pun mengajak Joon Jae kerja denganya.
“Apakah kau mau bekerja denganku?
Aku menyukai orang-orang yang gigih. Jika kau berkeliaran mencari ibumu seperti
itu. hanya kakimu yang akan terluka. Kau harus memiliki uang untuk menemukan
ibumu. Terus terang, kalau kau menemukan ibumu, tapi kemudian apa yang akan kau
lakukan karena kau tidak punya uang?” bujuk Nam Doo.
“Sejak kapan kau mencari uang
dengan menipu anak-anak muda sepertiku?’ tanya Joon Jae.
“Apa?” kaget Nam Doo.
“Jika kau akan menipu seseorang
bagaimanapun, kamu perlu berinvestasi waktu dan uang. Jika kau mempertimbangkan
efisiensi keuangan, tidakkah itu akan lebih menguntungkan untuk mencuri dari
orang-orang kaya, dengan menggunakan usaha yang sama? Ada begitu banyak para
petinggi yang tidak bisa melaporkannya bahkan ketika mereka ditipu.” Jawab Joon
Jae.
Nam Doo terpana mendengar
jawaban Joon Jae.
“Hanya sampai aku menemukan
ibuku. Hanya sampai aku mendapatkan cukup uang agar aku bisa membeli rumah
untuk ibuku.” Ucap Joon Jae.
Flashback end…
“Hanya
saja aku belum menemukan ibuku. Dog Nam Do juga bekerja keras untuk menemukan
ibuku. Tapi dia tidak bisa menemukan di mana ibuku berada.” Jawab Joon Jae.
Yoo Ran duduk di tepi jalan tempat ia melihat Joon Jae tadi. Ia hanya bisa menangis saking merindukan Joon Jae.
Nam Doo menunjukkan hasil X-ray Sim Chung pada dokter kenalannya. Dokter pun berkata, umumnya bengkak menghilang lebih dulu baru kemudian tulang menyatu…
“Tapi
untuk orang ini, tulangnya menyatu duluan.” Ucap dokter.
“Hyung,
apakah itu...Berapa lama biasanya yang dibutuhkan untuk tulang yang retak
menyatu kembali?” tanya Nam Doo.
“Itu
adalah kasus per kasus, tapi tetap, untuk tulang yang retak menyatu kembali
sepenuhnya, sekitar 12-16 minggu. Hei, bahkan dengan retak yang tipis, maksimum
3-4 minggu dengan gips.” Jawab dokter.
“Bagaimana
jika, hanya dalam satu minggu, ini menjadi ini?” tanya Nam Doo.
“Itu
tidak masuk akal!” jawab dokter.
“Aku
pikir wanita itu... Selain hanya kehilangan kenangan-kenangan dia atau sedikit
kurang, dengan mengesampingkan semuanya itu, ada sesuatu.” Ucap Si A.
“Aku
tahu. Aku juga berpikir begitu. Tapi aku tidak bisa memahami tentang apakah
itu.” jawab Nam Doo.
Si A lalu dihubungi rekannya yang mau memberitahu bahwa kotak kayu yang dicap sudah ditemukan dan pemiliknya bernama Kim Dam Ryung. Mendengar nama Dam Ryung, Nam Doo langsung ingat gelang antic milik Sim Chung yang dihadiahkan ke Joon Jae. Si A langsung pamit. Ia berkata, kalau timnya sudah menemukan pemilik peninggalan yang mereka gali dari kapal yang hancur.
“Pemiliknya
bernama Dam Ryung?” tanya Nam Doo.
“Ya.
Dia adalah kepala kota Heupgok Hyun di Provinsi Gangwon.” Jawab Si A.
Si A pun pergi, namun sebelum pergi ia minta Nam Doo mengawasi Joon Jae dan Sim Chung. Setelah Si A pergi, Nam Doo menyebut2 nama Dam Ryung dengan wajah sumringah.
Sim Chung sendiri bersiap melompat ke laut. Tapi tiba2 saja, seseorang berpakaian tim penyelamat menariknya. Pria itu mengira Sim Chung mau bunuh diri. Pria itu kemudian memegang tangan Sim Chung, tapi tiba2 saja ia merasakan sesuatu. Pria itu kemudian menutup mulutnya. Sim Chung juga menutup mulutnya karena menyadari siapa pria di hadapannya. Keduanya lalu saling mengangguk satu sama lain.
Pria itu mengajak Sim Chung ke kantornya. Sim Chung menatap pria itu dengan tajam. Pria itu pun menyuruh Sim Chung bicara saja.
“Aku
sudah lama tinggal di sini, jadi hampir tidak ingat cara bicara bahasa sana. Bahasa
ini lebih nyaman.” Ucap pria itu.
“Aku
mengerti.” Jawab Sim Chung.
“Wah.
Siapa yang menyangka aku akan bertemu putri duyung di tengah-tengah Seoul?”
ucap pria itu.
“Aku
juga mengira aku satu-satunya duyung di Seoul. Aku sangat kaget.” Jawab Sim
Chung.
Ternyata mereka sejenis!! Haha… Pria itu ingin tahu apa yang Sim Chung lakukan di sana tadi. Sim Chung berkata, ia lapar tapi tak punya uang jadi ia ke sana untuk makan ikan2 kecil.
“Kau
tidak punya uang? Hei, kurasa kau belum tahu apa-apa.” Ucap pria itu.
“Seperti
apa?” tanya Sim Chung.
Pria itu lantas celingak celinguk. Setelah yakin tak ada orang, ia pun menunjukkan kumpulan mutiara miliknya yang ia letakkan di dalam kantong kresek.
“Kau
benar-benar tak tahu ini?” tanya pria itu.
“Ini
air mata kita.” jawab Sim Chung.
“Ini
dianggap sebagai uang di sini.” Ucap pria itu.
“Ini
uang? Kenapa?” tanya Sim Chung.
“Kalau
kau tak tahu, ingat saja. Ini dianggap sebagai uang di sini dan ketika kau
mulai berkaca-kaca, lakukan ini dan kumpulkan semuanya…” jawab pria itu sambil
meletakkan kantong kresek hitam di wajahnya.
“Ini
sangat membantu dalam kehidupanku.” Ucap pria itu lagi.
“Ah,
aku sudah menangis beberapa kali.Seharusnya aku kumpulkan.” Jawab Sim
Chung.
“Semakin besar, semakin bernilai. Jadi daripada menangis mengeluarkan air mata sedikit, tahan dulu, lalu menangis dengan air mata deras. Banyak. Bercucuran. Air mata kecil harga sebutirnya sekitar $20-$30, <br>dan yang besar $40-$50. Yang paling bernilai adalah mutiara dengan semburat warna merah muda.” Ucap pria itu.
“Mutiara
merah muda? Yang keluar ketika kita menangis karena bahagia?” tanya Sim Chung.
“Benar.
Tapi ketika kau hidup di sini,
momen-momen yang sangat menyenangkan yang membuatmu meneteskan air mata sangat
jarang. Aku mengalaminya satu kali.” Jawab pria itu.
“Kalau
begitu aku harus banyak menangis dan memberikan semua air mataku untuk Heo Joon
Jae.” Ucap Sim Chung.
Dan
Sim Chung pun menjawabnya sambil membayangkan Joon Jae.
“Dia
orang yang baik. Dia bekerja lebih keras daripada pegawai negeri demi negara. Dia
pria keren yang kusuka.” Jawab Sim Chung.
“Tunggu.
Jadi kau tidak ke sini untuk sekedar berkunjung sebentar untuk melihat-lihat? Tapi
datang ke sini karena seorang pria yang kausuka?” tanya pria itu.
Sim
Chung mengangguk.
“Sebulan.”
Jawab Sim Chung.
“Pria
yang kausukai, mencintaimu atau tidak?” tanya pria itu.
“Saat
ini hanya aku sendiri.” Jawab Sim Chung.
“Kau
benar-benar tak ada harapan! Kau seharusnya memikirkan dulu sebelum ke sini Bagaimana
kau bisa bertindak begitu ceroboh. Ah, ini sebabnya, selama hidup di sini, aku
banyak bicara dengan ikan-ikan yang lewat. Aku minta mereka beri tahu putri
duyung, agar tidak datang ke Seoul karena cinta. “ ucap pria itu.
“Aku
tidak tahu.” jawab Sim Chung.
“Ah, dasar ikan... Apa mereka tertangkap atau lupa di jalan? Kepala ikan... (dikenal ingatannya hanya 3 detik)” gerutu pria itu.
“Kenapa
tak boleh? Kenapa aku tak boleh ke darat karena cinta?” tanya Sim Chung.
“Dengar
baik-baik. Kau punya batas waktu. Saat putri duyung meninggalkan air untuk
daratan, jantungnya mulai mengeras. Bahkan jika kakimu tidak, jantungmu punya
batas waktu. Hanya ada satu cara agar kau bisa terus bernafas dan menjaga
jantungmu tetap berdetak di darat. Itu hanya mungkin jika orang yang kau cintai
juga mencintaimu.” Jawab pria itu.
Kita
lalu melihat saat Joon Jae menggenggam erat tangan Sim Chung yang sudah tiada,
tapi Sim Chung kemudian hidup lagi.
“Tidak
ada cara lain jantungmu bisa terus berdetak. Jika tidak, ini belum terlambat,
jadi cepat kembali ke laut, bodoh.” Ucap pria itu.
Sim
Chung terdiam mendengarnya.
“Jadi kenapa kau datang ke sini tanpa perhitungan? Tetap saja, kau memutuskan untuk ke darat dan berjalan, pasti ada semacam katalis. Pria itu pasti telah mengatakan sesuatu padamu.” Ucap pria itu.
“Dia
bilang untuk datang ke Seoul.” Jawab Sim Chung.
“Tentu
saja. Apa yang mau dia lakukan kalau kau datang? Dia ajak kencan? Menikah? Pergi
ke rumah makan terkenal... Itu saja?” tanya pria itu.
“Dia
juga mengajakku melihat kembang api.” Jawab Sim Chung.
“Kembang
api? Kau gadis polos.” Ucap pria itu.
“Ya.
Cukup melihatmu sekali. Aku bisa tahu kau adalah seseorang yang akan terus
tidak membuat kemajuan. Apa harus kubantu?” ucap pria itu.
“Bagaimana?”
tanya Sim Chung.
“Semua
manusia pasti memiliki rasa cemburu. Kalau kau tak tahu, ingat. Kecemburuan
adalah jalan tercepat menggapai cinta. Kurasa bagusnya kita mulai dengan
mengubah penampilanmu. Haruskah kita coba dapatkan uang untuk berbelanja?” ucap
pria itu.
Mereka lalu menonton Master’s Sun dan mulai menangis terseru2 saat adegan Joong Won ditikam karena ingin melindungi Gong Shil.
Pria itu lantas mengantarkan Sim Chung pulang setelah mereka selesai shopping. Joon Jae terkejut melihatnya. Pria itu kemudian memperkenalkan dirinya.
“Aku
Yoo Jung Hoon. Tolong jaga dia di masa mendatang.” Ucap Jung Hoon.
“Jaga
apa?” tanya Joon Jae.
“Kesayangku.
Kudengar dia tinggal di rumah ini sementara. Kudengar rumah ini penuh
laki-laki, jadi aku agak khawatir. Tapi sekarang setelah melihatmu, aku tenang.”
Ucap Jung Hoon.
Jung
Hoon pun makin memanasi Joon Jae dengan menyibakkan rambut Sim Chung ke
samping. Joon Jae sewot dan langsung menarik Sim Chung ke dalam tapi Sim Chung
gak mau masuk sebelum Jung Hoon pergi. Dan itu membuat Joon Jae makin sewot.
Hahaha…
CEO
Heo yang datang menjenguk Sopir Nam bersama Seo Hee, yakin kalau Sopir Nam
bukan seorang pemabuk. Istri Sopir Nam juga tidak mengerti. Ia berkata, hari
itu adalah hari libur terakhir putra kedua mereka dari tugas militer, jadi
mereka memutuskan makan malam bersama di rumah.
“Pada hari semacam itu, mengapa dia minum dan pergi ke sana? Ini tampaknya kecelakaan yang disengaja.” Ucap istri Sopir Nam.
“Bagaimana
mungkin? Kata polisi ini karena mengemudi di bawah pengaruh alkohol. Hanya
membuatmu semakin sulit kalau berpikir seperti itu.” jawab Seo Hee.
Seseorang
berjalan mendekati Joon Jae yang tertidur pulas. Ia memegang tangan Joon Jae.
Joon Jae yang menyadari kehadiran seseorang, langsung membanting orang itu.
Orang itu ternyata Nam Doo. Nam Doo berkata, ia hanya ingin melihat gelang Joon
Jae untuk menegaskan sesuatu.
“Ada
sesuatu. Apa kau tak akan mengatakan yang sebenarnya? Begini, Si A saat ini
mengerjakan artefak dari kapal karam. Artefak-artefak itu milik seseorang
bernama Dam Ryung. Bukankah itu menarik? Mungkin mereka dua orang yang berbeda
dengan nama yang sama. Namun, jika orang yang sama harganya bisa lebih dari $6
juta! Biarkan aku membawanya untuk dinilai.” Jawab Nam Doo.
“Hyung,
apa kau tahu kenapa aku menyimpan gelang itu? Agar aku dapat mengembalikannya
ke Chung ketika dia pergi. Jika kuberikan sekarang, orang sepertimu tidak akan
membiarkannya.” Ucap Joon Jae.
“Kau
sangat aneh belakangan ini. Apa kau tiba-tiba ingin jadi manusia yang baik?”
tanya Nam Doo.
“Pergi.”
Suruh Joon Jae.
“Heo
Joon Jae, kau menyeramkan. Aku pergi.” Ucap Nam Do sambil tertawa aneh.
Joon Jae duduk di tepi kasurnya dan mengingat kembali mimpinya dimana ia melihat seorang pria mirip dirinya, tapi mengenakan pakaian zaman dulu sedang mencari seseorang bernama Sae Wad an menggunakan gelang giok persis dengan yang disimpannya.
Joon
Jae lalu menoleh ke kamar loteng Sim Chung.
“Hal-hal
aneh terus terjadi sejak aku bertemu si bodoh itu.” ucapnya.
Keesokan
paginya, Nam Doo dibuat terpengarah oleh Sim Chung karena Sim Chung terlihat
elegan dengan pakaian baru yang dikenakan. Tae Oh bahkan sampai terpengarah.
Berbeda dengan Joon Jae yang datang2, langsung menarik ikat rambut Sim Chung
dan membuangnya ke lantai.
“Sekarang
dingin. ini musim salju.” Ucap Joon Jae.
“Kenapa?
Ini baju yang kaubelikan waktu itu.” ucap Sim Chung.
“Menurutmu
aku membelinya untuk kaupakai keluar? Bukankah begitu? Aku membelinya untuk
digantung di lemari.” Jawab Joon Jae.
“Apa
itu masuk akal?” tanya Nam Doo.
“Tentu
saja! Tidak semua pakaian dibuat untuk dipakai. Sebagian dibuat untuk digantung
di lemari! Pergi ganti dengan celana panjang dan biarkan rambutmu terurai.”
Jawab Joon Jae.
“Hei,
kenapa kau berusaha mengatur rambut dan pakaiannya? Apa kau guru BK?” protes
Nam Doo.
“Aku
pemilik rumah. Hyung, kau juga ganti baju! Apa kau Rudoph? Kalian semua
sebaiknya mendengarkan aku. Kalau tidak mau, pergi saja.” Ketus Joon Jae.
Sim
Chung pun balik ke kamarnya untuk menukar baju dengan wajah kesal.
Mereka lalu sarapan pagi bersama dan Nam Doo memuji Sim Chung yang sudah bisa makan menggunakan sumpit. Nam Doo lalu bertanya rencana Sim Chung hari itu karena ia bersediaa mengantar Sim Chung kalau Sim Chung mau pergi. Belum sempat Sim Chung menjelaskan rencananya, Joon Jae tiba2 saja menyuruh Sim Chung membersihkan rumah sebagai balasan karena ia sudah mengizinkan Sim Chung tinggal di rumahnya.
“Tentu
saja, aku bisa membersihkan. Aku melihat Tae Oh melakukannya.” Jawab Sim Chung.
“Belakangan
ini banyak debu karena kita tak bisa membuka jendela untuk sirkulasi udara
karena dingin. Lap yang bersih agar tidak ada debu.” Suruh Joon Jae.
“Ini
rumahku. Aku akan menyuruh siapa pun yang kumau untuk melakukannya.” Jawab Joon
Jae sambil menatap Tae Oh dengan tajam juga.
Joon
Jae lalu kembali menatap Sim Chung.
“Juga,
kau akan melihat kipas angin di gudang. Itu akan sangat berdebu.” Suruh Joon
Jae.
“Kita
tak akan menggunakannya sampai musim panas nanti.” Ucap Nam Doo.
“Itu
sebabnya kita harus membersihkannya sekarang.” jawab Joon Jae.
“Apa
kau ibu tiri jahat? Chung, kau kabur saja!” ucap Nam Doo.
“Jangan
berani-berani! Kau tak bisa keluar rumah sebelum menyelesaikan semuanya.” tegas
Joon Jae.
Joon
Jae, Nam Doo, Tae Oh bersiap pergi, tapi saat akan masuk ke mobil, Joon Jae
baru sadar kalau ponselnya tertinggal.
Di
rumah, Sim Chung yang sedang mengelap jendela, tidak bisa menahan dirinya saat
melihat kolam renang.
Sim Chung akhirnya terjun kolam dan berubah menjadi putri duyung. Sim Chung kemudian duduk di dasar kolam dan merenungkan ucapan Jung Hoon kemarin.
“Kenapa menurutmu duyung hampir punah? Karena kita tidak berubah. Manusia berubah, tapi kita tidak berubah seperti orang bodoh. Itu sebabnya kita dikhianati. Wanita yang kucintai juga begitu. Meski dia mengatakan dia akan mencintaiku selamanya. Ketika dia tahu tentang siapa aku sebenarnya, dia pergi. Begitu saja. Awalnya, aku menyesal datang ke darat. Itu sulit, tapi itu realitas kita.” ucap Jung Hoon.
Bersamaan
dengan itu, Joon Jae sudah masuk ke rumah. Sementara Sim Chung, dia masih
merenungkan ucapan Jung Hoon.
“Tidak ada manusia di bumi yang
mau<br>menerima kita sebagai duyung, apa adanya. Pria yang kaucintai juga
sama. Jadi, kau bertahanlah dan jangan sampai ketahuan.” Ucap Jung Hoon.
Joon Jae melihat ke arah kolam renang. Tepat saat itu, Sim Chung naik ke permukaan dan terkejut melihat Joon Jae.
Epilog
:
Joon Jae mengejar Jung Hoon yang bersiap meninggalkan rumahnya. Joon Jae ingin tahu apa pekerjaan Jung Hoon. Jung Hoon mengaku, kalau ia adalah pegawai negeri.
“Oh,
pegawai negeri. Aku mengerti.” Ucap Joon Jae.
“Kau
tahu, pegawai negeri. Kami tidak menghasilkan banyak uang, tapi stabil dan
pekerjaan kami permanen serta memberi pensiun. Jujur saja, itu pekerjaan yang
bisa menafkahi seseorang dengan nyaman.” Jawab Jung Hoon.
“Aku
tahu.” ucap Joon Jae.
“Boleh
aku tanya juga? Apa pekerjaanmu, Heo Joon Jae-ssi?” tanya Jung Hoon.
Joon
Jae pun bingung bagaimana menjawabnya.
“Kalau
sulit menjawabnya, tidak usah. Bagaimana pun, tolong jaga baik-baik Cheong ku
untuk saat ini.” ucap Jung Hoon.
Joon
Jae pun langsung sewot.
“Kau
tak perlu memintaku melakukan itu.” ucapnya.
0 Comments:
Post a Comment