Woo Bo berusaha mencegah Seja yang ingin menyerahkan diri pada Dae Mok demi menyelamatkan Ga Eun. Namun tekad Seja sudah bulat. Ia berkata, jika ia meninggalkan Ga Eun demi menyelamatkan diri sendiri, maka hidupnya tak akan sama lagi. Mae Chang ikut mencegah niat Seja itu.
“Seorang pria yang tidak
bisa melindungi gadis yang dicintainya, lalu Rakyat Joseon ini akan
dilindunginya, seperti apa?” jawab Seja.
Mae Chang terdiam
mendengar jawaban Seja. Sementara Moo Ha, menatap Seja dengan cemas. Woo Bo pun
tak bisa mencegah Seja lagi. Ia membiarkan Seja pergi menyelamatkan Ga Eun.Chung
Woon ingin ikut menemani Seja. Namun Seja melarangnya.
Dae Mok tersenyum puas melihat kedatangan Seja. Ia tidak menyangka Seja akan datang demi menyelamatkan Ga Eun. Sementara Ga Eun terkejut melihat Seja datang menyerahkan diri untuk menyelamatkannya.
“Berkali-kali aku gagal
menemukan dan membunuhmu. Bagaimana bisa demi seorang wanita kau sukarela
menunjukkan diri?” tanya Dae Mok.
“Kau sengaja menculik
gadis ini untuk memancingku. Ini bukan Dae Mok yang aku kenal. Aku datang
sesuai harapanmu. Maka lepaskan anak ini!” suruh Seja.
“Aku akui, kau memang
punya nyali.” Puji Dae Mok.
Dae Mok lalu menyuruh anak buahnya mengurung Ga Eun di tempat semula. Ga Eun meronta, minta dilepaskan. Seja marah dan menyuruh anak buah Dae Mok memperlakukan Ga Eun dengan sopan. Tapi Ga Eun malah menatap Seja dengan dingin dan pergi begitu saja digiring anak buah Dae Mok.
Sun panic tahu Dae Mok menculik Ga Eun. Hyun Seok yakin, Dae Mok menculik Ga Eun untuk memancing Seja. Hyun Seok juga berkata, akan lebih baik bagi Sun jika Dae Mok membunuh Seja asli. Sun berniat ke tempat Dae Mok. Namun Hyun Seok melarangnya dengan mengatakan bahwa Dae Mok tidak menyakiti Ga Eun.
“Kita tidak boleh...
membiarkan sedetik pun, Ga Eun Aghassi bersama Dae Mok.Aku harus lekas pergi
dan menyelamatkan Ga Eun Aghassi!”
Dae Mok mengajak Seja
minum teh. Dae Mok bertanya, Seja ingin jadi bunga seperti apa.
Dae Mok kemudian melirik
bunga pemberian Seja, lalu berkata Seja berada diluar baik saat ada badai maupun
salju selama bertahun-tahun dan belum tiba saatnya bagi Seja untuk mekar. Seja
pun teringat kata-katanya, saat ia menghadiahkan bunga itu pada Dae Mok.
“Bungaku, saat Dae Mok dan
Pyunsoo-hwe lenyap dari Joseon, baru akan mekar.” Jawab Seja.
“Apa sebenarnya yang ingin
kau raih dengan menjatuhkanku? Kekuatan absolute mengontrol pemerintahan?
Popularitas sepanjang masa? Kalau bukan, apakah dendam orang tuamu?” tanya Dae
Mok.
“Aku akan melenyapkan
Pyunsoo-hwe dan membawa era baru.” Jawab Seja.
“Era baru?” Dae Mok pun
tertawa... Dae Mok lalu berkata, mereka punya tujuan yang sama.
“Bagimu Joseon itu apa?
Bagiku, Joseon adalah negeri menyedihkan.Mereka yang menikmati kenyamanan,
hanya Raja dan para bangsawan itu.Sisanya miskin. Negara seperti itu tidaklah
baik. Jika terus begini, berapa lama Joseon akan bertahan? Kau pikir berapa
banyak mereka yang dilanda kemiskinan dapat bertahan? Maukah kau bergabung
denganku, menjadi Raja Joseon yang bijak demi terciptanya demi negeri adidaya?”
ucap Dae Mok.
“Negeri adidaya? Tujuan
yang baru kau katakan tadi sama seperti keinginanku. Namun yang berbeda adalah,
baik proses maupun hasilnya, kau sama sekali tidak bertanggungjawab.Demi
mewujudkan Joseon mu, entah berapa anak yang sudah tewas. Demi mendapatkan
kekayaan pribadimu, entah berapa banyak yang sudah mati. Namun kau hanya duduk
dan menonton? Kau, selama ini, tidak mau bertanggung jawab.Kekuatan yang tidak
bertanggungjawab lebih mengerikan daripada perang.Selama kau masih sibuk
memanipulasi orang lain, selama itu pula kau tidak layak bicara era baru di
negeri ini.” jawab Seja.
“Kebenaran? Bibir seseorang yang hanya beruntung lahir di keluarga kerajaan tidak aku sangka dapat berkata begitu.Kau sendiri lah yang tidak memiliki hak menjadi Raja atau bicara tentang era baru.”ucap Dae Mok.
“Apa maksudmu itu?” tanya
Seja.
“Kau sungguh tidak tahu
apa-apa. Mendiang ayahmu itu dan aku, pernah menjadi rekan. Dia bergabung
denganku dan menghabisi Raja saat itu.” jawab Dae Mok.
Seja terkejut
mendengarnya.
“Benar. Aku menghabisi
Raja saat itu dan menjadikan mendiang ayahmu sebagai Raja.Namun kemudian,
ayahmu menipu dan menjauh dariku. Sekarang katakan padaku. Siapa yang berhak
dan tidak? Siapa pengkhianat sesungguhnya? Siapa yang harus membalas dendam
pada siapa?”tanya Dae Mok.
Seja marah, Dae Mok!! Aku
tidak percaya ucapanmu. Membunuh Raja yang bertahta saat itu? Ayahku tidak akan
pernah melakukan...
Seketika, Seja teringat
kata-kata Kepala Kasim yang mengatakan ia mirip dengan si pengkhianat yang
mencuri tahta Raja.Seja pun syok. Sementara Dae Mok menertawakan Seja.
Sun ditemani Hyun Seok
memacu kudanya menuju kediaman Dae Mok.
Ga Eun merenung,
memikirkan kata-kata Dae Mok yang berusaha membunuh Seja berkali-kali, namun
sekarang Seja datang secara sukarela demi menyelamatkan seorang wanita. Ga Eun
pun mulai cemas, namun ia cepat-cepat menepis kecemasannya dengan mengatakan
kalau Seja adalah orang yang telah membunuh ayahnya.
Dae Mok mengajak Seja
bergabung dengannya. Ia berjanji,akan menjadikan Seja Raja jika Seja bersedia
menikahi Hwa Gun dan bergabung dengannya. Dae Mok juga menegaskan impian dan
masa depannya akan menjadi milik Seja jika Seja mau bergabung dengannya.
“Apa kau tahu cara
menangkap serigala di wilayah utara ketika musim dingin tiba?” tanya Seja.
Dae Mok menghela napas dan
menantikan jawaban Seja.Seja menatap tajam Dae Mok.
“Pisau berlumur darah
ditempatkan di jalanan yang akan dilewatinya. Kemudian serigala yang terpikat
pada aroma darah itu, mulai menjilati pisau berdarah tersebut. Lidahnya
kemudian mati rasa, namun ia terus menjilatinya tanpa merasakan lidahnya telah
terpotong, sampai kemudian mati.” Ucap Seja.
“Apakah maksudmu
penawaranku adalah pisau berdarah itu?” tanya Dae Mok.
“Jika kubiarkan tawaran
manis itu membuatku mendapatkan kekuasaan sudah jelas aku akan berakhir seperti
itu juga.” jawab Seja.
“Kau menolak menerima
tawaranku?” tanya Dae Mok.
“Sekarang kau akan
membunuhku?” tanya Seja.
“Tidak. Pertama-tama,
tepat di depan matamu, Ga Eun akan kubunuh duluan.Anak itu akan merasakan sakit
terburuk yang belum pernah dirasakan sebelumnya oleh siapapun. Setelah itu,
baru kubunuh kau!” ancam Dae Mok.
Hwa Gun seketika datang dan meminta kakeknya mengampuni Seja. Dae Mok kesal, ia mengaku baru saja membujuk Seja, tapi Seja menolak mentah2 semua tawarannya. Dae Mok juga mengingatkan bahwa Seja adalah musuh besar Pyunsoo-hwe. Tapi Hwa Gun tak peduli dan terus memohon agar sang kakek tidak membunuh Seja.
Hwa Gun bahkan sampai menangis. Sementara Seja menatap Dae Mok dengan kesal. Dae Mok pun mengalah. Ia memutuskan memberikan satu kesempatan untuk Seja, tapi jika Hwa Gun gagal membujuk Seja, maka ia akan membunuh Seja. Dae Mok lantas beranjak pergi, membiarkan cucunya bicara dengan Seja.
“Jeoha... Joseon memiliki
sejarah panjang dengan Pyunsoo-hwe. Mustahil untuk benar-benar melenyapkannya.
Jangan mencoba menyingkirkan Pyunsoo-hwe. Sebagai gantinya, rangkul mereka.
Dana dari Pyunsoo-hwe, bisa Jeoha gunakan sebagai pondasi lalu kekuasaan dan
otoritas Pyunsoo-hwe, dapat Jeoha gunakan untuk mengontrol Joseon.” Bujuk Hwa
Gun.
Seja : Kepala Saudagar...
“Jeoha, ambil aku dan
rangkul Pyunsoo-hwe. Bukan untuk Pyunsoo-hwe, namun diri Jeoha. Kumohon,
bergabunglah dengan kakekku dan jadilah Raja. Aku akan berada di sisi Jeoha dan
setia membantu.” Ucap Hwa Gun.
“Kepala Saudagar, aku
mencintai gadis lain. Jadi kumohon, jangan berusaha keras untukku.” Jawab Seja.
Tangis Hwa Gun langsung
mengalir.
“Jeoha, menjadi Ratu atau
wanitamu bukanlah tujuanku.Jeoha bisa menjadikan perempuan manapun duduk
disampingmu. Aku hanya perlu menjadi Dae Mok selanjutnya dan memberikan
Pyunsoo-hwe pada Jeoha. Sebab itu, Jeoha harus mengatakan menerimaku dan
bergabung dengan kakekku.” Bujuk Hwa Gun.
Seja menolak. Hwa Gun
terus membujuk Seja. Ia berkata, tidak memaksa Seja untuk mencintainya.
“Itulah sebabnya. Aku
mendapatkan ketulusan cintamu maka aku tidak ingin membalasnya dengan memberi
dusta.” Jawab Seja.
“Apa kau pikir kakekku
akan mengampuni nyawamu?” tanya Hwa Gun.
Pembicaraan mereka
berakhir lantaran Woo Jae datang bersama anak buah Dae Mok lainnya. Mereka
datang untuk menjemput Seja. Hwa Gun menangis melihat Seja yang diseret pergi
anak buah kakeknya. Woo Jae menatap Hwa Gun dengan tatapan iba.
Ga Eun kebingungan mencari
jalan keluar. Tak lama, ia dikejutkan dengan kedatangan Hwa Gun yang menerobos
masuk ke dalam kamar tempat ia disekap. Hwa Gun menampar Ga Eun.
“Semua karenamu! Demi
menyelamatkanmu, Jeoha akan kehilangan nyawanya!”
“Pria itu? Jeoha
mempertaruhkan nyawanya demi dirimu dan kau menyebutnya pria itu?!”
Hwa Gun ingin menampar Ga
Eun lagi, namun Ga Eun dengan cepat menangkisnya.
“Pria itu membunuh ayahku!
Entah dia mati atau tidak, aku tidak peduli!” ujar Ga Eun.
“Kau sungguh tidak tahu
apa-apa, kan?” tanya Hwa Gun.
Ga Eun kaget, apa yang
tidak kuketahui?
“Jeoha telah membunuh ayahmu? Benar. Berpikir saja seperti itu dan benci Jeoha seumur hidupmu!” jawab Hwa Gun.
“Kalau bukan Jeoha yang
membunuh ayahku, lalu siapa?” tanya Ga Eun.
Namun Hwa Gun menolak
menjelaskannya dan beranjak meninggalkan Ga Eun.
Hwa Gun kembali berlutut di hadapan sang kakek. Ia memohon agar sang kakek mengampuni nyawa Seja. Dae Mok berkata, akan membiarkan Seja hidup jika Seja menjalani ritualnya. Hwa Gun bertanya, bagaimana jika Seja menolak. Dae Mok berkata, jika Seja menolak, maka Seja harus dibunuh.
Di kamar Hwa Gun, Woo Jae mencoba menenangkan Hwa Gun. Woo Jae mengaku punya rencana.Ia berkata, setelah Seja menjalani ritualnya maka Seja akan menjadi bagian dari Pyunsoo-hwe. Dan ia akan menyembuhkan ketergantungan Seja kemudian.
“Namun, penawarnya hanya
kakek yang tahu.” jawab Hwa Gun.
“Kau pikir selama menjadi
Daepyunsoo, aku hanya membuang-buang waktuku? Percayalah pada ayahmu ini.” ucap
Woo Jae.
Seja menangis teringat
kata-kata Dae Mok tentang ayahnya yang bagian dari Pyunsoo-hwe.
Chung Woon menyusup ke kediaman Dae Mok.Ga Eun terkejut Chung Woon datang untuk menyelamatkannya, bukan Jeoha. Chung Woon pun mengaku Jeoha lah yang menyuruhnya menyelamatkan Ga Eun lebih dulu. Ga Eun tertegun.
Bersamaan dengan itu, Sun
tiba di kediaman Dae Mok.
Chung Woon mengajak Ga Eun pergi, tapi Ga Eun menolak karena ingin mendengar penjelasan Seja terkait eksekusi ayahnya. Chung Woon pun terdiam. Seketika, ingatannya melayang pada permintaan Jeoha.
Flashback...
Jeoha mewanti-wanti Chung Woon kalau Dae Mok tidak
akan melepaskan Ga Eun semudah itu. Ga Eun adalah umpan untuk memancingnya
sekaligus alat untuk mengontrol Sun. Jeoha sadar, ia tidak mungkin selamat dari
Pyunsoo-hwe, tapi Ga Eun harus selamat. Ia yakin, setelah Dae Mok
menyelamatkannya, maka pengawasan terhadap Ga Eun akan berkurang. Dan saat
itulah, kesempatan bagi Chung Woon untuk menyelamatkan Ga Eun.
Flashback end...
“Setelah Aghassi sampai di
tempat yang aman, saya akan menyelamatkan Jeoha.” Ucap Chung Woon.
Namun bukannya
mendengarkan kata-kata Chung Woon, Ga Eun malah kekeuh mau nyari jawaban siapa
pembunuh ayahnya. Chung Woon pun berlutut, dan mengakui kalau dirinya lah yang
mengeksekusi Tuan Han.
“Jeoha sudah berusaha
semaksimal mungkin menyelamatkan beliau. Semestinya saya mengatakan lebih awal,
namun Jeoha melarang saya.” ucap Chung Woon.
Sontak, Ga Eun menangis
mendengar pengakuan Chung Woon.
Sun meminta Dae Mok
membebaskan Ga Eun. Ia berjanji akan melakukan apapun yang Dae Mok perintahkan,
asal Ga Eun selamat. Dae Mok berkata, bahwa Sun sudah terlambat karena Seja
sudah datang untuk menyelamatkan Ga Eun.
“Setelah dia menjalani
ritualnya dan bergabung dengan Pyunsoo-hwe, anak itu akan kulepaskan.” Jawab
Dae Mok.
Sun pun mencemaskan
nasibnya kalau Seja bergabung dengan Pyunsoo-hwe. Sun panic saat Dae Mok
berkata bahwa Sun tidak akan memakai topeng itu lagi. Sun protes, ia berkata
selalu setia pada Dae Mok selama ini, tapi kenapa Dae Mok mau melengserkannya.
“Masalahnya cucuku
menyukai Seja.Kalau Seja menikah dengan cucuku, maka bukan ide buruk untuk
mengembalikan tahtanya.” Jawab Dae Mok.
Sun pun terpengarah
mendengarnya, sementara Dae Mok tersenyum licik.
Pengawal Dae Mok menyeret Seja ke hadapan Dae Mok. Sun pun langsung menatap Seja dengan penuh kebencian. Sementara Dae Mok berkata, haruskah ia melepaskan Ga Eun karena Sun berjanji akan setia pada Pyunsoo-hwe.Seja terdiam. Sun sewot. Ia menuding Seja tidak mempedulikan keselamatan Ga Eun.
Seja berbisik, ia ingin
memberitahu Sun kalau Ga Eun sudah kabur. Namun Dae Mok ternyata sudah bisa
menebak kalau Chung Woon akan menjemput Ga Eun. Seja terperangah.
Tak lama kemudian, pengawal Dae Mok menyeret Chung Woon ke hadapan Dae Mok. Sun dan Seja sama-sama terkejut. Seja cemas melihat wajah Chung Woon yang sudah babak belur. Chung Woon minta maaf karena gagal menyelamatkan Ga Eun.
Dae Mok menebas mata Chung Woon! Seja murka, DAE MOOOOK!! Sementara Sun nampak menyesali kebodohannya karena sudah menuding Seja ini itu.
Dae Mok ingin membunuh Chung Woon. Seja pun langsung berlutut di hadapan Dae Mok demi menyelamatkan Chung Woon. Ia berjanji akan mematuhi perintah Dae Mok asalkan Dae Mok mengampuni Chung Woon.
“Jeoha, jangan lakukan.”
pinta Chung Woon sambil menahan rasa sakit di matanya.
“Lepaskan Ga Eun.” Pinta
Seja.
“Anak itu akan kulepaskan
sesuai ritualmu.” Jawab Dae Mok.
Seja terus berlutut di
hadapan Dae Mok. Sementara Sun, tertegun melihat yang dilakukan Seja.
0 Comments:
Post a Comment