Seo Hee yang sedang berdandan, bertanya pada CEO Heo apakah CEO Heo sudah merasa lebih baik. CEO Heo yang berbaring di kasur, berkata kalau ia harus ke Dokter Kim lagi karena obatnya tidak bekerja. Seo Hee lantas berpindah duduk ke samping CEO Heo dan mengaku kalau ia sudah menghubungi Dokter Kim dan Dokter Kim berpesan kalau CEO Heo harus rajin minum obat dan istirahat yang cukup. CEO Heo pun mengerti dan mulai memejamkan matanya. Begitu mata CEO Heo terpejam, Seo Hee sedikit menyunggingkan senyumnya.
Dong Shik dan Jin Joo sedang membahas tentang Joon Jae dan Nam Doo yang tidak menjawab panggilan mereka. Jin Joo pun bertanya2, apa salah mereka hari itu? Ia yakin, sudah menjamu Joon Jae dan Nam Doo dengan baik, bahkan Joon Jae sampai menghabiskan dua piring egg roll. Yoo Ran yang sedang mencuci piring pun menyahut kalau Jin Joo dan Dong Shik terlalu terburu2.
“Apa katamu, Ahjumma?” tanya Jin Joo.
“Saat aku mengantar makanan, sepertinya...
suamimu agak terburu-buru. Suamimu melihat tamumu seperti orang baru pertama
bertemu tapi suamimu kelihatan seperti menekan dan mencari keuntungan dari
mereka. Aku saja bisa melihat niat tersembunyinya. Dari perspektif lain, mereka
pasti merasa terbebani.” Jawab Yoo Ran.
Jin Joo pun langsung sebal dan
memukul Dong Shik. Dong Shik membela diri dengan berkata kalau dia sudah
berusaha semampunya menyembunyikan niatnya yang sebenarnya. Jin Joo mendesah,
sementara Yoo Ran mengaku bisa melihat niat tersembunyi Dong Shik itu. Jin Joo
pun terus mengomeli Dong Shik dan memukul keras lengan Dong Shik.
Joon Jae yang baru tiba di rumah, tidak habis pikir kenapa Chung memilih tinggal di sauna ketimbang di rumah. Nam Doo yang tiduran di sofa, terbangung mendengar suara Joon Jae. Nam Doo langsung bertanya, dimana Chung? Apa Chung tidak mau pulang dengan Joon Jae? Joon Jae diam saja dan terus menuju ke kamarnya. Nam Doo mengikuti Joon Jae. Nam Doo ingin tidur di kamar Joon Jae karena pemanas di kamarnya rusak. Nam Doo langsung berbaring di kasur Joon Jae. Sementara Joon Jae masih mengoceh soal Chung.
“Maksudku, jika ada masalah kau
harusnya saling berhadapan di satu ruangan dan menyelesaikannya melalui
komunikasi!” ucap Joon Jae.
“Kenapa, Chung bilang dia tidak mau
pulang?” tanya Nam Doo dengan mata setengah terpejam.
“Darimana dia belajar minggat dan
kebiasaan jeleknya itu?” ucap Joon Jae.
“Sepertinya kau tak pantas berkata
begitu, kau saja minggat dari rumah waktu SMA.” Jawab Nam Doo.
“Apa? Dia tidak mau pulang?” ucap
Joon Jae.
“Chung bilang begitu pada siapa?”
tanya Nam Doo.
“Ada pokoknya, si bajingan gila itu.”
jawab Joon Jae.
Namun sesudah mengatakan itu, Joon Jae ingat kata2 Chung saat mereka main ski. Saat itu, Joon Jae bertanya apa pacarnya Chung memperlakukan Chung dengan baik. Chung berkata, pria itu memayunginya saat hujan dan menggenggam tangannya saat ia merasa sendiri. Chung juga bilang kalau pria itu membuatkan ramyeon untuknya. Joon Jae pun tersadar, kalau pacarnya Chung yang ia sebut bajingan gila adalah dirinya sendiri.
Menyadari hal itu, Joon Jae langsung memegangi kepalanya dan berguling2 di kasur karena ingat kata2 remehnya tentang pacar Chung yang ternyata adalah dirinya. Nam Doo langsung bangkit dari kasur dan terheran-heran melihat Joon Jae. Joon Jae masih merasa menyesal sudah mengata-ngatai dirinya sendiri saat itu. Tak lama kemudian, ia tertawa-tawa sendiri karena senang pacar yang diakui Chung itu bukan pria lain, tapi dirinya. Nam Doo yang ngeri melihat kelakuan Joon Jae pun akhirnya memilih tidur di kamarnya yang dingin dan menyuruh Joon Jae minum obat. Sementara itu, Joon Jae masih tertawa-tawa sebelum akhirnya ia beranjak pergi.
Dalam perjalanan, Joon Jae
terus-terusan tersenyum karena senang pria yang diceritakan Chung selama ini
adalah dirinya sendiri.
Joon Jae akhirnya tiba di sauna. Ia
tersenyum melihat Chung tidur, namun senyumnya itu langsung hilang dan berganti
dengan kekesalan melihat pria tua yang rebahan tak jauh dari Chung mencoba
mendekati Chung. Joon Jae pun langsung mengambil tindakan. Ia dengan sengaja
menginjak badan pria tua itu. Si pria tua itu pun protes dengan menatap galak
Joon Jae. Joon Jae dengan entengnya mengaku kalau ia tidak sengaja. Joon Jae
pun akhirnya rebahan disamping Chung. Ia menatap Chung sejenak, sebelum
akhirnya jatuh tertidur. Tak lama setelah Joon Jae tidur, Chung terbangun dan
terkejut melihat Joon Jae.
“Jangan buka matamu, Heo Joon Jae. Jangan bangun, Heo Joon Jae. Tetaplah seperti ini. Agar aku bisa melihatmu. Agar aku bisa menebus saat-saat dimana aku tidak bisa melihatmu. Aku tidak perlu bertanya padamu. Dan kau juga tidak perlu merahasiakan apapun dariku. Jangan buka matamu, Heo Joon Jae.” Batin Chung.
Keduanya lalu sama2 tertidur. Tak lama, Chung mengaku dalam hatinya kalau ia kedinginan. Joon Jae yang ternyata belum benar2 tertidur pun langsung menyibak selimutnya ke arah Chung dengan kakinya. Chung terkejut dan mau mengembalikan selimut Joon Jae, tapi Joon Jae dengan mata tetap terpejam pun mengeluh kalau hari sangat panas. Chung pun akhirnya memakai selimut Joon Jae dan berkata dalam hati kalau sudah merasa hangat. Joon Jae yang mulai tidur membelakangi Chung pun tersenyum mendengar suara hati Chung, padahal ia sendiri merasa kedinginan.
Keesokan paginya, Si A teriak2
memanggil Yoo Ran. Karena Yoo Ran tak kunjung menyahut, Si A pun pergi ke kamar
Yoo Ran tapi Yoo Ran tak ada di sana. Si A lalu melihat foto suami dan anak Yoo
Ran. Si A memuji ketampanan anak Yoo Ran. Tak lama, Yoo Ran datang dan tidak
suka melihat Si A di kamarnya. Si A pun berkata, kalau ia sedang mencari kimchi
untuk diberikan pada seseorang. Yoo Ran pun meminta Si A mengikutinya.
Ternyata, Kimchi itu diberikan Si A
pada Joon Jae. Si A mengaku ia sengaja membawakan lauk buatan rumahnya untuk
Joon Jae karena tahu Joon Jae menyukainya. Nam Doo pun menyahut kalau makanan
di rumah Si A sangat lezat, membuat wajah Joon Jae dan Tae Oh berubah tegang.
Si A lantas mengajak Joon Jae, Nam Doo dan Tae Oh makan di rumahnya dengan
alasan lebih enak kalau langsung makan di rumahnya karena masih hangat.
“Kalau makanan aku lebih suka yang
dingin. Aku bisa makan di sini saja.” Jawab Joon Jae.
“Aku juga. Aku juga suka yang dingin,
memang aneh.” Ucap Nam Doo.
“Apa Chung sudah pergi selamanya?”
tanya Si A.
“Sepertinya dia akan kembali setelah
berbaikan dengan Joon Jae.” Jawab Nam Doo.
Tae Oh pun langsung memelototi Joon Jae. Si A salah paham, ia pikir pelototan Tae Oh itu karena Tae Oh cemburu dirinya lebih memilih Joon Jae. Joon Jae pun protes karena dipelototi seperti itu. Si A lantas mau mengambil teko air. Bersamaan dengan itu, Tae Oh juga mau mengambil teko air, tapi karena ia menundukkan wajahnya, jadinya ia tak melihat kalau yang dipegangnya bukan teko air tapi tangan Si A.
Si A lalu mengajak Tae Oh bicara
berdua. Si A meminta Tae Oh untuk tidak terang-terangan seperti itu di depan
orang lain. Tae Oh tak mengerti maksud ucapan Si A.
“Memang, cinta itu membuat semua
orang tak berdaya. Tadi, kau cemburu pada Joon Jae dan melotot padanya. Pasti
itu karenaku. Apa sesulit itu melihat wajahku?” ucap Si A.
“Tidak, aku sudah melupakan yang tadi.
Serius, Noona.” Jawab Tae Oh.
“Kau ingin membuatku nyaman, walau
dengan kebohongan? Cinta bukanlah hal yang bisa dihancurkan dengan mudahnya.”
Ucap Si A.
Tae Oh diam saja. Si A lalu bertanya,
apa Tae Oh punya nomornya. Tae Oh menggeleng. Si A pun meminta ponsel Tae Oh,
tapi Tae Oh tak mau memberikannya. Si A pun mengambil paksa ponsel Tae Oh dan
memasukkan nomor ponselnya ke ponsel Tae Oh.
“Kalau terlalu berat, jangan ditahan
lagi, dan telepon aku. Kalau kau terlalu merindukan seseorang, nanti kau bisa
sakit. Meski Noona ini tidak bisa membalas perasaanmu, dia bisa mentraktirmu
minum.” Ucap Si A.
Chung berdiri di tepian kolam kecil.
Tiba2 saja, seorang wanita mendorongnya. Chung panic karena ia mau terjatuh ke
dalam kolam, tapi Joon Jae kemudian datang dan langsung menyelamatkan Chung.
Joon Jae pun mengomeli Chung dengan berkata, Chung bisa geger otak kalau
terpeleset ke kolam. Lalu tiba2, wanita yang duduk di dekat Chung memercikkan
air ke arah Chung dan Joon Jae pun dengan sigap menghalanginya. Joon Jae pun
langsung memarahi wanita itu dan membawa Chung masuk ke dalam.
Chung duduk sendirian di lantai
sauna. Tiba2 saja, ada anak kecil yang tak sengaja menjatuhkan air ke arah
Chung. Joon Jae pun langsung datang dan menggendong Chung. Sambil menggendong
Chung, Joon Jae memarahi anak kecil itu. Anak kecil itu menangis dan tak lama
ibu si anak datang dan berdebat dengan Joon Jae.
Joon Jae kemudian menghentikan anak2 yang lagi main pistol air dan menyuruh anak itu main di luar. Wanita yang tadi dimarahi Joon Jae karena memercikkan air ke Chung pun langsung berbisik pada temannya kalau Joon Jae itu bukan orang normal.
Joon Jae juga meminta celana panjang pada penjaga sauna. Penjaga sauna terheran2 dengan permintaan Joon Jae.
Setelah itu, Joon Jae menjauhkan
galon air agar tidak tumpah dan mengenai Chung.
Wanita yang dimarahi Joon Jae pun langsung menegur Chung. Ia bertanya, kapan Chung dan Joon Jae akan pulang karena mereka jadi terganggu dengan ulah Joon Jae. Wanita itu menyebut Joon Jae sebagai suami Chung. Chung pun senyum2 senang dianggap sebagai istrinya Joon Jae. Pengunjung sauna yg lain pun juga ikut2an menyuruh Chung pulang.
Esoknya, Jin Joo menjemput putrinya di sekolah dan langsung menanyakan Yoo Na pada sang putri. Sang putri pun jadi kesal. Tak lama, Yoo Na pun datang dan Jin Joo langsung bersikap manis pada Yoo Na. Jin Joo lalu berpesan pada Yoo Na, kalau Yoo Na ketemu Chung lagi, maka Yoo Na harus memberitahunya. Yoo Na mengerti.
“Apa yang akan kau beritahu padanya?”
tanya Jin Joo.
“Ada Ahjumma yang anehnya, baik
sekali padaku belakangan ini.” jawab Yoo Na.
“Oh, baiklah. Kau memang anak yang
cukup jujur dan baik.” Puji Jin Joo.
Yoo Na yang sedang di sauna sama
Chung cerita kalau ibunya Elizabeth belakangan ini sangat baik padanya. Chung
pun terkejut, sekaligus heran. Yoo Na berkata, ibunya Elizabeth baik padanya
karena ada maunya saja. Yoo Na juga berkata, kalau ia tak mau pergi sekolah.
Chung ingin tahu alasannya.
“Sebentar lagi ada acara sekolah,
kami disuruh mengundang keluarga masing-masing. Tapi, aku tidak suka itu. Tidak
ada orang yang mau datang melihatku di sekolah.” Jawab Yoo Na.
“Apa ibumu sibuk?” tanya Chung.
“Tahun lalu, dan saat aku masih TK
pun. Walau aku bernyanyi dan menari pun, tidak ada yang mau datang melihatku. Tidak
ada yang mendukungku. Membosankan sekali.” Jawab Yoo Na sedih.
Chung lalu mendengar suara seorang anak yang tidak percaya bahwa sosok santa di depannya itu asli. Anak itu kemudian mengeluh tentang santanya yang bau rokok. Chung lantas berkata, kalau ia melihat di TV santa yang akan mengabulkan permintaan di malam natal.
“Eonni, memangnya kau itu anak kecil?
Jika kau seperti itu, maka kau tidak boleh menangis. Aku sudah menangis
berkali-kali, tapi tak ada hasilnya juga.” jawab Yoo Na.
“Aku juga menangis beberapa kali.”
Ucap Chung.
“Maksudku, itu tidak ada gunanya bagi
kita berdua.” Jawab Yoo Na.
Chung lalu melirik orang2 yang mengerubungi pria berpakaian santa itu. Orang2 itu menulis harapan mereka di secarik kertas dan menggantungkannya di pohon natal. Chung pun mengajak Yoo Na melakukan hal serupa. Yoo Na setuju. Ia bertanya pada pria berkostum santa itu apa pria itu bisa mengabulkan permohonannya. Pria itu berkata, kalau ia tak bisa mengabulkannya tapi dengan Yoo Na menuliskan harapan di secarik kertas dan menggantunggnya di pohon natal, maka santa akan membacanya. Chung pun mendekati pria itu
“Kau sungguh tak bisa menyampaikan
padanya?” tanya Chung.
“A-Apa?” heran pria itu.
“Aku ingin kau juga menyampaikan permohonanku
pada Santa. Aku menangis beberapa kali, tapi itu karena situasinya. Jadi, aku
ingin menjelaskan padanya. Apa aku bisa menghubungi dia?” tanya Chung.
“Hubungi dia? Mungkin saja. Aku bisa.
Jika kau memberikan nomor teleponmu, aku akan menghubungi Santa.” Jawab pria
itu.
Dan Chung langsung memberikan nomor
ponselnya. Sementara Yoo Na menuliskan harapannya kalau ia mau ayah dan ibunya
datang melihat pertunjukannya di sekolah.
Hari pertunjukan natal pun tiba. Jin Joo yang melihat Yoo Na pun menanyakan dimana ibunya Yoo Na. Elizabeth meledek Yoo Na karena ibunya Yoo Na tak pernah datang untuk acara2 seperti itu. Jin Joo pun langsung menegur putrinya dan menghibur Yoo Na. Tak lama Chung pun datang dengan penampilan yang anggun dan modis. Jin Joo dan ibu2 lain ternganga melihat Chung.
“Ibumu minta bantuan padaku. Dia
memintaku untuk mendukungmu, memotretmu, dan bersorak bagimu.” Ucap Chung.
Joon Jae juga datang bersama Nam Doo dan Tae Oh. Joon Jae langsung merangkul Chung. Chung heran. Ia lantas berbisik pada Joon Jae, bertanya darimana Joon Jae tahu ia di sekolah Yoo Na. Joon Jae pun berkata, ia tahu semuanya. Jin Joo senang melihat kehadian Joon Jae cs. Ia pun langsung menyapa dan mendekatkan dirinya ke Nam Doo.
Pertunjukan dimulai, Yoo Na terlihat
begitu semangat menyanyikan lagu. Di bangku penonton, Chung dan Joon Jae cs tak
henti2nya memberikan Yoo Na semangat. Tae Oh bertugas memotret Yoo Na sepanjang
acara. Jin Joo juga tampak sibuk menyemangati Elizabeth-nya.
Selesai acara, Joon Jae dan Chung memotret Yoo Na yang memegang karangan bunga. Sementara Jin Joo asyik bercengkrama dengan Nam Doo. Selesai difoto, Yoo Na meminta ponsel Joon Jae. Yoo Na ingin mengambil foto Joon Jae dan Chung. Yoo Na memanggil Joon Jae dengan panggilan Oppa. Mendengar itu, Joon Jae pun bertanya lembut, apakah sekarang ia sudah berubah dari Ahjussi menjadi Oppa. Joon Jae dan Chung berdiri agak menjauh. Yoo Na pun menyuruh mereka mendekat. Joon Jae menurut dan sedikit merangkul Chung. Chung terdiam. Joon Jae kemudian menatap Chung. Chung juga menatap Joon Jae dan keduanya tersenyum.
“Aku bahagia.” Batin
Saat meninggalkan sekolah, seorang pengemudi taksi mengawasi mereka. Pengemudi taksi itu menyalakan mesinnya dan mulai mengikuti mereka. Sudah bisa ditebak, si pengemudi taksi itu adalah Dae Young meskipun wajahnya tidak diperlihatkan.
Chung dan Joon Jae cs singgah di
restoran. Nam Doo berkata, suasana rumah terasa menyenangkan kalau ada Chung.
Saat Chung tak ada di rumah, kulkasnya penuh tapi hatinya terasa hampa. Joon
Jae langsung ketawa mendengar gombalan Nam Doo. Chung mengaku, kalau ia hari
ini ia terpaksa berbohong demi Yoo Na. Nam Doo pun berkata, kalau di dunia ini
ada yang disebut kebohongan putih. Chung pun mulai menatap mereka dengan galak
dan berkata kalau mereka sudah terlalu banyak berbohong dan membahayan orang.
“Chung, apa kau itu menghadiri acara
pidato universitas? Kenapa keterampilan berbicaramu tiba-tiba meroket?” tanya
Nam Doo heran.
Chung gak menjawab pertanyaan Nam Doo dan malah menatap Joon Jae. Chung minta Joon Jae berjanji kalau Joon Jae hanya akan berbohong demi kebaikan dan Joon Jae tidak boleh berbohong untuk menyakiti orang lain. Sambil tertawa, Joon Jae bertanya apa Chung mau dia berjanji di depan Nam Doo dan Tae Oh. Chung mengangguk. Setelah terdiam sejenak, Joon Jae pun akhirnya berjanji tidak akan berbohong untuk menyakiti orang lain.
“Apa aku salah dengar? Atau barusan itu
kebohongan juga?” tanya Nam Doo.
Pandangan Joon Jae lantas tak sengaja
mengarah ke mesin pengambil boneka yang tak jauh dari restoran. Joon Jae pun
menyuruh Nam Doo dan Tae Oh pulang duluan karena mau mengajak Chung ke suatu
tempat. Tanpa menunggu jawaban dari kedua rekannya, Joon Jae pun langsung
mengajak Chung pergi.
Joon Jae dan Chung berjalan keluar restoran. Joon Jae menyuruh Chung menunggunya sebentar di tempat yang dipenuhi dengan hiasan lampu natal. Tepat setelah Joon Jae pergi, Detektif Hong dan rekannya tiba di tempat itu untuk menangkap Dae Young.
Tak lama, Joon Jae datang dengan menyembunyikan boneka gurita pink di balik punggungnya. Joon Jae pun mendekati Chung, namun langkahnya seketika terhenti karena mendengar suara hati Chung.
“Heo Joon Jae, saat aku menyeberangi
lautan demi menemukanmu aku melihat bintang-bintang indah setiap malam. Tapi
aku kesepian karena aku sendirian. Aku lelah. Aku takut. Tapi sekarang, apa tak
masalah bila aku gelisah seperti ini? Apa aku tetap bahagia? Apakah aku tetap
mencintaimu?”
Saat Joon Jae hendak mendekati Chung, tiba2 seseorang memegang pundaknya dan ternyata itu adalah Detektif Hong. Detektif Hong mengaku tadinya ia mau menangkap seekor harimau tapi ia malah mendapat seekor kelinci. Detektif Hong langsung memborgol Joon Jae, membuat boneka gurita pink yang dipegang Joon Jae pun jatuh. Detektif Hong segera meminta bantuan. Joon Jae sambil menatap ke arah Chung berkata, kalau ia akan ikut diam2 dan Detektif Hong tak boleh menghubungi siapapun.
Saat Joon Jae dibawa pergi, Chung pun
berkata dalam hatinya meminta Joon Jae cepat datang. Sontak, Joon Jae langsung
menatap Chung. Setelah itu, kita mendengar narasi Joon Jae.
“Anak laki-laki itu itu mencintai
putri duyung, dan bisa mendengar suaranya. Meskipun dia menghapus ingatannya
berulang-ulang, meskipun dia terlahir lagi di dunia lain. Memang itulah
nasibnya untuk mencintai putri duyung lagi. Jadi… pada akhirnya, dia bisa mendengar
suara putri duyung itu lagi. Ternyata...akulah anak itu.”
Saat Joon Jae dibawa pergi Detektif Hong, Dae Young pun muncul dengan taksinya dan mengawasi Chung dari kejauhan.
EPILOG :
Saat Chung memberikan nomor ponselnya pada pria berkostum Santa, Joon Jae yang berdiri di pojokan menatap pria itu dengan kesal.
Pria itu kemudian keluar dan Joon Jae
yang sudah menunggu pria itu di luar, langsung menghampirinya.
“Apa kau memang bisa menghubungi
Santa? Kutanya, bisa tidak. Sepertinya kau punya nomor pacarku, dan bilang kau
mau memberikannya pada Santa. Jika kau memang bisa menghubungi Santa, aku juga
mau menyampaikan sesuatu padanya.” Tanya Joon Jae.
Pria itu terkejut dan Joon Jae
langsung merobek nomor teleponnya Chung.
Kemudian kita melihat harapan Chung
yang tergantung di pohon natal.
“Kuharap aku bisa kencan dengan Heo
Joon Jae di bawah pohon yang indah. Untuk tahun ini, tahun depan, dan
tahun-tahun berikutnya.”
Setelah itu kita melihat harapan yang
ditulis Joon Jae.
“Kuharap aku bisa menepati semua
janjiku padamu.”
0 Comments:
Post a Comment