The Legend Of The Blue Sea Ep 17 Part 1

Sebelumnya...


Chung syok menyadari happy ending Dam Ryung dan Sae Wa yang dikatakan Joon Jae adalah kebohongan belaka. Sementara Dae Young yang ingatannya sudah dihapus Sae Wa bingung kenapa ia bisa berada di sana. Ia juga bertanya siapa Chung. Chung pun mendekati Dae Young dan berkata bahwa ia melihat orang2 yang dibunuh Dae Young. 

“Apa yang kau katakan? Siapa maksudmu yang ku bunuh?” tanya Dae Young bingung.

“Siapa mereka? Mereka yang lahir dengan bahagia dan hidup sebagai keluarga. Mereka yang bertemu orang-orang yang mereka cintai. Mereka yang bermimpi punya masa depan dan menua bersama, kau mengakhiri masa depan mereka... dengan sangat cepat.” Ucap Chung.

“Aku tak tahu apa-apa.” Jawab Dae Young.

“Aku juga akan mengakhirinya. Aku akan membuat hidupmu menjadi lembaran kosong... sehingga kau tak bisa mengingat apapun, sehingga kau tak bisa termaafkan.” Ucap Chung.


Chung terus berjalan mendekati Dae Young. Dae Young mundur ketakutan. Ia lalu terdesak ke tepi atap. Dae Young yang ketakutan, akhirnya mengeluarkan pisaunya dan mengarahkan pisau itu pada Chung. Chung langsung mencengkram kuat tangan Dae Young hingga pisau itu terjatuh.


Chung memejamkan matanya dan melihat kelanjutan mimpi Dae Young. Ia melihat Sae Wa  memegangi tombak yang telah menembus tubuh Dam Ryung dan menusukkan tombak itu ke tubuhnya sendiri. Hatinya langsung terasa sakit sehingga ia memegangi dadanya. Chung melepaskan Dae Young. Dae Young langsung pergi dengan wajah kebingungan. Chung jatuh terduduk ke lantai dan terus memegangi dadanya yang terasa sakit.


Dae Young berlari di jalanan dan tak sengaja menubruk seorang warga. Warga itu mengenalinya dan bergegas menghubungi polisi.


Sementara Joon Jae, memohon pada sang ayah agar percaya padanya.

“Percaya semua yang kukatakan tadi dan pergi dari sini bersamaku sekarang.” pinta Joon Jae.


Namun sang ayah bersikeras tak mau pergi. Joon Jae pun menyerah. Ia pergi dengan wajah kecewa. Nam Doo menegur Joon Jae karena teriakan Joon Jae tadi membuat mereka dicurigai. Mereka pun turun ke bawah dan langsung disambut tatapan curiga pembantu Keluarga Heo. Joon Jae membenamkan wajahnya dibalik topi agar wajahnya tidak terlihat dan mereka pun berhasil pergi dengan selamat.


Sementara CEO Heo tampak menangis. Raut penyesalan terlihat di wajahnya.


Seo Hee tiba di tempat pertemuan. Beberapa nyonya sudah duduk di sana namun Jin Joo belum datang. Tak lama, Jin Joo datang dan pura-pura terkejut melihat Seo Hee.

“Oh, Kang Seo Hee-ssi ada di sini juga.” ucap Jin Joo.

“Kang Seo Hee?” tanya Seo Hee kaget sekaligus kesal karena Jin Joo berani memanggilnya begitu.

FYI, biasanya Jin Joo manggil Seo Hee dengan panggilan Nyonya Kang.


“Memang benar kan kau adalah Kang Seo Hee. Siapa yang mengundangmu? Aku memang sengaja karena takut kau mungkin akan merasa tak nyaman.” Ucap Jin Joo.

“Kenapa? Kenapa aku harus merasa tak nyaman? Apa yang ingin kau katakan?” tanya Seo Hee kesal.

“Eonni, masuklah!” seru Jin Joo.

Dan, masuklah Yoo Ran dengan dandanan anggun layaknya ibu2 sosialita. Seo Hee terkejut melihat Yoo Ran. Ia pun tersenyum kesal.


Chung yang baru tiba di rumah, teringat saat pertama kali ia menginjakkan kaki di rumah Joon Jae. Satu per satu kenangannya bersama Joon Jae pun berputar di otaknya. Chung lalu bersuara dalam hatinya, bahwa ia sangat suka tinggal di rumah Joon Jae.


“Ini adalah rumah pertamaku. Tak peduli betapa dinginnya di luar, ada tempat yang hangat untuk pulang, berbicang-bincang denganmu, tertawa denganmu, bersenang-senang denganmu… tak ada yang boleh pergi, terutama kau. Aku tak akan meninggalkanmu... melihatmu kapanpun... yang ku cintai seperti harapanku. Tapi kalau aku tinggal di rumah ini, ku rasa aku tak bisa terus di sisimu. Aku akan pergi saja.” Ucap Chung.


Seo Hee ingin pergi tapi Jin Joo menahannya dan berkata kalau ia harus mendengarkan sesuatu dulu sebelum beranjak pergi. Jin Joo memberitahu, kalau eonni yang duduk di sebelahnya adalah mantan istri CEO Heo. Jin Joo juga menceritakan bahwa Yoo Ran sudah bertemu kembali dengan anaknya yang hilang.

“Anak yang lari dari rumah?” tanya salah satu nyonya.

Jin Joo membenarkan. Nyonya2 itu pun langsung memberi ucapan selamat pada Yoo Ran. Seo Hee tampak kesal. Yoo Ran pun langsung menatap tajam Seo Hee.


“Sudah ku bilang kan aku pastikan aku akan menemukan Joon Jae-ku dan mengembalikan semua kembali ke posisi awal.” Ucap Yoo Ran.

Seo Hee tersenyum sinis mendengarnya.


“Selamat untukmu. Kau bergerak cepat dan menemukan anakmu, tapi mengembalikan anakmu ke tempat aslinya tak akan mudah. Tempat itu sudah tak ada.” Ucapnya.

“Apa?” kaget Yoo Ran.

“Kalian semua mungkin belum mendengar, tapi belum lama ini suamiku, segalanya mengenai  kepemilikan real estate dalam dan luar negeri, saham, uang, modal, dan semuanya, sudah di sahkan di notaris bahwa dia akan mewariskan segalanya... padaku dan Chi Hyeon. Kalian semua tahu yang akan mewarisi posisi itu adalah Chi Hyeon-ku, kan? Aku akan mengingat dengan baik wajah kalian semua yang berkumpul di sini hari ini. Jalanilah hidup kalian, berdoalah semoga kalian tak merasa butuh bantuanku.” Jawab Seo Hee, lalu beranjak pergi.


Semua kaget dan panic kecuali Yoo Ran yang terdiam sambil menahan kekesalannya.

“Menurutmu yang di katakannya benar, Eonni? Jika itu benar, maka Presiden Heo sudah gila, kan ?!” ucap Jin Joo.

“Aku tahu itu. Kenapa dia menelantarkan anak kandungnya dan melakukan itu? Kenapa terburu-buru sekali?” jawab salah satu nyonya.

“Jika yang di katakannya benar, Presiden Heo pasti sudah di pengaruhinya!” ucap Jin Joo.


Seo Hee yang dalam perjalanan pulang menghubungi Dae Young. Dae Young yang ngumpet dibalik tumpukan sampah menjawab panggilan Seo Hee dengan takut2. Dae Young yang ingatannya sudah dihapus Chung merasa tak mengenal Seo Hee. Dae Young juga cerita kalau ia bingung kenapa orang2 mengatakannya seorang pembunuh. Seo Hee pun heran.

“Apa yang terjadi denganmu? Sudah ku bilang minum obatmu. Dimana kau sekarang?” ucap Seo Hee.

“Aku benar-benar tak tahu di mana aku, atau siapa diriku.” jawab Dae Young.


Chi Hyun tiba di rumah dan langsung menemui CEO Heo setelah dapat laporan soal kedatangan Joon Jae. CEO Heo berbohong saat Chi Hyun menanyakan apa ada yang datang. CEO Heo berkata, bahwa ia tadi ketiduran jadi ia tak tahu kalau ada yang datang. Chi Hyun pun langsung menatap curiga CEO Heo, tapi meski curiga ia tak berkata apapun dan memilih pergi dari kamar CEO Heo.


Di bawah, Chi Hyun menghubungi staff keamanan. Staff keamanan memberitahu kalau sistem mereka kacau sejak dua jam terakhir. Chi Hyun pun kesal. Ia berteriak, bereskan sekarang! Chi Hyun juga membanting ponselnya.


Nam Doo memberikan flashdisk yang berisi dokumen sah bahwa CEO Heo mewariskan semua asset pada Seo Hee dan Chi Hyun. Nam Doo pun merasa bahwa Joon Jae benar2 dicampakkan CEO Heo dan merasa sedih.

“Tak ada bukti bahwa itu adalah kemauan ayahku.” Jawab Joon Jae.

“Apa maksudmu?” tanya Detektif Hong.

“Ayahku… tampaknya sudah kehilangan penglihatannya.” Jawab Joon Jae.

“Trauma serius pada kornea.” Ucap Detektif Hong mengerti.

“Aku juga belum terlalu yakin. Dia menatapku, tapi tak bisa mengenaliku.” Jawab Joon Jae.


“Lalu kenapa kau pergi ke sana sendirian? Kau bilang kau akan membawa ayahmu keluar.” Ucap Detektif Hong.

“Dia bilang dia tak percaya padaku. Karena aku penipu.” Jawab Joon Jae sedih.


Joon Jae lalu meminta Detektif Hong menyelidiki temuannya. Ia memberikan jarum dan obat2an yang ditemukannya di kamar Seo Hee serta menunjukkan foto tanaman yang sempat ia ambil di ruangannya Seo Hee.

“Jenis bunga apa ini?” tanya Detektif Hong.

“Nordic Wolfsbane? Bunga ini biasa di sebut Ratu Racun. Pada zaman Romawi mereka menggunakannya untuk membunuh pangeran.” Jawab Nam Doo.

“Jika ini benar Nordic Wolfsbane, beberapa tahun yang lalu di Jepang, juga di sini,ada kejadian dimana seseorang kecanduan pada bunga ini dan meninggal.” Ucap Detektif Hong.


“Tolong bantu kami, detektif. Waktunya tak banyak. Karena semua buktinya sudah ada, kita harus bergerak cepat untuk mendapatkan surat perintah dan menggeledah rumah itu.” pinta Joon Jae.

Asisten Detektif Hong berkata tak segampang itu. Namun Detektif Hong cepat2 menyahut kalau ia akan berusaha secepat mungkin menangkap Seo Hee dan Chi Hyun.


Seo Hee datang menjemput Dae Young. Dae Young yang merasa tak mengenali Seo Hee bergegas pergi. Karena Dae Young tak bisa mengenalinya, Seo Hee pun mengenalkan dirinya sebagai Kang Ji Hyun. Mendengar nama Ji Hyun, ingatan Dae Young langsung melayang ke masa lalu.


Kilas Balik—Tampak Dae Young kecil yang sedang menggambar sosok putri duyung di halaman panti. Tak lama kemudian, seorang gadis seumurannya pun datang menghampirinya.

“Hai. Apa kau Dae Young? Aku Kang Ji Hyun. Kau baru saja di usir, kan?Kata paman itu aku akan kembali pada keluargaku lagi.Tapi kenapa kau di usir?” tanya Seo Hee kecil.


“Karena aku terus menangis dan menjerit tiap malam karena mimpi buruk.” Jawab Dae Young.

“Apa keluarga itu kaya? Saudari kembarku juga punya keluarga yang kaya. Aku berharap aku bisa seperti itu juga. Bahkan jika aku di adopsi keluarga itu, bolehkah aku tetap menulis surat untukmu jika aku butuh saran?” tanya Seo Hee.

Dae Young pun mengangguk sembari tersenyum.

“Terima kasih. Apa yang kau gambar? Ini Putri Duyung” tanya Seo Hee.


 Kilas Balik End—Dae Young menatap Seo Hee. Sepertinya ia mulai mengenali Seo Hee.


Joon Jae masuk ke kamarnya dan langsung menatap ke arah kamar Chung. Ia memanggil Chung, tapi karena Chung tak kunjung keluar kamar juga, akhirnya Joon Jae masuk ke kamar Chung dan melihat Chung yang sedang berbaring. Joon Jae mendekati Chung, ia cemas kalau2 Chung sakit tapi Chung malah menyuruhnya pergi.

“Pergilah. Ku harap kau tak bisa mendengar pikiranku. Ada yang harus ku pikirkan tapi kau tak boleh mendengarnya. Aku tak bisa berpikir jernih dan pikiranku kacau.” Ucap Chung.

“Memikirkan apa?” tanya Joon Jae.

“Jangan bertanya. Kau kira kau punya izin mendengarnya? Aku tak tahu apa yang ada di pikiranmu, tapi kau selalu saja mendengar semua yang ku pikirkan. Kau tahu betapa menjengkelkannya itu?! Menjauhlah dariku. Atau kau mau aku yang pergi?” ucap Chung.

"Tidak. Aku yang akan menjauh darimu. Pikirkanlah apa yang kau mau. Lakukan.” jawab Joon Jae sedikit kaget.


Joon Jae lalu mendekap Chung dan bertanya sekali lagi apa Chung baik2 saja. Chung  diam saja. Ia hanya menghela napasnya, kemudian melepaskan dirinya dari dekapan Joon Jae dan menyuruh Joon Jae pergi.

“Bagaimana ini? Aku harus pergi dari rumah atau pergi dari kamarku? Di luar sangat dingin. Aku akan tidur di ruang tamu. Aku tak bisa mendengarmu dari sana. Sungguh tak bisa. Akan ku beritahu jika aku mendengarnya, oke? Akan ku beritahu jika memang berisik.” Ucap Joon Jae. lalu pergi.


Joon Jae membawa selimut dan bantalnya ke ruang tamu. Disana, sudah ada Nam Doo yang tidur duluan. Joon Jae menyuruh Nam Doo tidur di kamar karena ia akan tidur di sana. Nam Doo tanya kenapa. Joon Jae bilang kalau Chung mengusirnya dari kamar.

“Dia mengusirmu dari kamar? Ku rasa kau melakukan sesuatu yang salah.” Ucap Nam Doo.

“Tidak. Bukan seperti itu. Tapi jika dia tak mau bekencan pasti ada masalah.” Jawab Joon Jae.

“Benar, tak ada hal buruk yang akan kau lakukan. Kenapa dia mengusirmu?” tanya Nam Doo.


“Dia ingin memikirkan sesuatu.” Jawab Joon Jae.

“Apa kau tak tahu maksud dari seorang wanita yang mengatakan dia harus memikirkan sesuatu?” tanya Nam Doo.

“Apa maksudnya?”Joon Jae malah balik nanya.

“Itu artinya pria itu melakukan kesalahan. Wanita itu berpikir apa yang harus di lakukan pada pria itu dan apa yang pria itu harus lakukan. Entah itu akan membuatmu mati atau menderita berkali-kali.” Jawab Nam Doo.

“Apa memang seperti itu?” tanya Joon Jae.

“Tentu saja. Apa ada yang kau sembunyikan darinya...atau kau pernah melakukan kesalahan?” tanya Nam Doo.

Joon Jae pun langsung memikirkan kesalahan apa yang pernah ia lakukan pada Chung.


Di mobil, Seo Hee menyuruh Dae Young bercerita apa saja yang diingat Dae Young. Dae Young berkata, ia hanya ingat Kang Ji Hyun, gadis manis dari panti asuhan dan mayat2 yang tak dikenalnya. Seo Hee pun terkejut.

“Bagaimana bisa? Dengarkan baik-baik yang ku katakan. Aku tak tahu kenapa tiba-tiba ingatanmu menghilang, tapi jika ingatanmu hilang. Ma Dae Young tetaplah Ma Dae Young.” Ucap Seo Hee.

“Ma Dae Young? Orang seperti apa dia?” tanya Dae Young.

“Orang yang harus membalas dendam.” Jawab Seo Hee.

“Ba..balas dendam?” tanya Dae Young tidak percaya.

“Kau benar-benar tak ingat?” tanya Seo Hee.

“Tidak.” Jawab Dae Young.


“Dunia ini tak memperdulikanmu. Dunia ini hanya sibuk dengan urusannya sendiri. Sejak kau lahir, kapan kau pernah merasa benar-benar bahagia? Hidupmu selalu penuh hukuman. Karena itu kau harus membalas dendam pada dunia yang telah menelantarkanmu. Kau selalu melakukan apa yang harus kau lakukan.” ucap Seo Hee.

“Jadi, orang-orang itu... aku benar-benar membunuh mereka? Entah kenapa aku tak ingat.” Jawab Dae Young.

“Kau selalu mengatakan kau tak ingat. Kau memang memiliki masalah dengan emosimu.Jika karena itu, memang mungkin kau tak akan mengingatnya. Jangan khawatir. Seperti biasa, aku akan selalu ada di sisimu. Kepada siapa kau harus membalas dendam, aku akan memberitahumu.” Ucap Seo Hee yang langsung disambut seringai Dae Young.


Keesokan paginya, Joon Jae masuk kamar Chung dengan mengenakan headphone. Ia berteriak, menyuruh Chung makan dan mengaku tak bisa mendengar apapun karena memakai headphone itu.


Memasak pun Joon Jae juga memakai headphone. Tae Oh masuk ke dapur dan melihat headphone di telinga Joon Jae. Tae Oh berkata,bukankah itu miliknya.

“Apa!” teriak Joon Jae yang tak bisa mendengar suara Tae Oh.

Nam Doo pun muncul dan bertanya, kenapa Joon Jae teriak2.

“Oh? Pasta kedelai sedang direbus untuk sarapan!” teriak Joon Jae.

“Kenapa berteriak?!” balas Nam Doo dengan teriak juga.

“Ini pasta kedelai rebus!” teriak Joon Jae.


Tae Oh pun dengan galak langsung mengambil headphone nya dan berkata headphone itu miliknya.

“Aku butuh itu sekarang. Aku pinjam dulu. Hei, syukurlah karena sudah tenang. Ku kira telingaku akan meledak.” Jawab Joon Jae.

Joon Jae tiba2 terbatuk2.


“Telinga yang ku tutup tapi tenggorokanku yang sakit.” Ucap Joon Jae heran.

“Orang yang pintar pasti tahu kenapa tenggorokannya sakit.” Jawab Nam Doo.


Namun begitu Chung muncul, ia bergegas memakai headphone lagi dan mengajak Chung makan dengan wajah ceria. Chung tertegun melihat usaha Joon Jae.


Atasan Detektif Hong menolak mengeluarkan surat perintah penangkapkan lantaran bukti yang didapat Detektif Hong didapatkan dengan cara illegal dengan menyusup ke rumah orang. Ia juga mengancam akan memecat Detektif Hong.

“Kenapa ilegal? Heo Joon Jae anggota keluarga itu. Anak yang pulang rumahnya,  bukan merampok rumahnya. Dia membuka pintu dan masuk dengan percaya diri.” Bela Detektif Hong.


“Aigoo. Dengan berpakaian pembasmi hama?” sindir Atasan Detektif Hong.

“Dia orang yang suka memakai macam-macam pakaian. Seperti yang ku kenakan, itu menunjukkan jati dirinya.” Jawab Detektif Hong.

“Diam!” sentak Atasannya.


“Obat yang di miliki Kang Seo Hee adalah obat antikolinergik. Obat ini digunakan untuk mengendurkan otot selama prosedur anestesi. Ini diresepkan untuk pasien insomnia. Dia memberi ini pada suaminya. Wanita itu tanpa ragu memberikan obat palsu pada suaminya.” Ucap Detektif Hong.

“Bukti yang diperoleh secara ilegal tak bisa diterima di pengadilan! Kau tahu itu, lalu kenapa kau menjadi seperti ini?” teriak Atasannya.

“Apa yang ku tahu? Aku tak tahu itu! Aku tak tahu sama sekali!” balas Detektif Hong dengan teriak juga.


Detektif Hong kembali mengintai rumah CEO Heo bersama Joon Jae dan Tae Oh. Detektif Hong berkata, bahwa ia sudah bertemu dengan dokter mata CEO Heo dan dokter pun setuju kalau jarum itu yang menyebabkan kerusakan kornea. Detektif Hong juga bilang kalau CEO Heo harus segera dioperasi.


Di kursi belakang, Tae Oh sedang melacak para saksi dan pengacara CEO Heo. Detektif Hong yang melihat Tae Oh lagi sibuk melakukan peretasan hanya bisa menarik napas. Ia lalu memejamkan matanya dan berkata akan berpura-pura tidak melihat apapun.


Seo Hee menghitung sisa pil di dalam botol dan ia sadar pilnya berkurang. Seo Hee langsung memanggil pembantunya dan bertanya, apa ada yang masuk ruangannya. Pembantunya bilang baru2 ini rumah mereka kedatangan petugas pembasmi hama. Seo Hee pun marah karena pembantunya membiarkan orang lain masuk ruangannya.


Pembicaraan mereka terdengar oleh Detektif Hong, Joon Jae dan Tae Oh melalui alat penyadap yang sudah dipasang Joon Jae sebelumnya. Joon Jae pun langsung berkata, kalau mereka harus mendapatkan surat perintah penangkapan besok dan kalau surat perintah penangkapan itu tak kunjung keluar, maka ia akan masuk menggunakan caranya sendiri.


Seo Hee membawakan obat untuk CEO Heo. Ia berkata, CEO Heo harus minum obat agar bisa dioperasi. CEO Heo menyuruh Seo Hee meninggalkan obatnya di meja dan berkata akan meminumnya nanti. Seo Hee curiga, tapi ia diam saja dan memilih pergi.


Begitu Seo Hee pergi, CEO Heo teringat perkataan Joon Jae soal Seo Hee. CEO Heo lalu meraih selembar tisu, kemudian membungkus obatnya dengan tisu dan membuangnya ke tempat sampah. Tak lupa, CEO Heo minum air agar terlihat seperti sudah minum obat. Tanpa ia sadari, Seo Hee melihat apa yang ia lakukan dari depan pintu.

0 Comments:

Post a Comment