Chung syok menyadari happy ending Dam Ryung dan Sae Wa yang dikatakan Joon Jae adalah kebohongan belaka. Sementara Dae Young yang ingatannya sudah dihapus Sae Wa bingung kenapa ia bisa berada di sana. Ia juga bertanya siapa Chung. Chung pun mendekati Dae Young dan berkata bahwa ia melihat orang2 yang dibunuh Dae Young.
“Apa yang kau katakan? Siapa maksudmu yang ku bunuh?” tanya Dae Young bingung.
“Siapa mereka? Mereka yang lahir dengan bahagia dan hidup sebagai keluarga. Mereka yang bertemu orang-orang yang mereka cintai. Mereka yang bermimpi punya masa depan dan menua bersama, kau mengakhiri masa depan mereka... dengan sangat cepat.” Ucap Chung.
“Aku tak tahu apa-apa.”
Jawab Dae Young.
“Aku juga akan
mengakhirinya. Aku akan membuat hidupmu menjadi lembaran kosong... sehingga kau
tak bisa mengingat apapun, sehingga kau tak bisa termaafkan.” Ucap Chung.
Chung terus berjalan mendekati Dae Young. Dae Young mundur ketakutan. Ia lalu terdesak ke tepi atap. Dae Young yang ketakutan, akhirnya mengeluarkan pisaunya dan mengarahkan pisau itu pada Chung. Chung langsung mencengkram kuat tangan Dae Young hingga pisau itu terjatuh.
Chung memejamkan matanya dan melihat kelanjutan mimpi Dae Young. Ia melihat Sae Wa memegangi tombak yang telah menembus tubuh Dam Ryung dan menusukkan tombak itu ke tubuhnya sendiri. Hatinya langsung terasa sakit sehingga ia memegangi dadanya. Chung melepaskan Dae Young. Dae Young langsung pergi dengan wajah kebingungan. Chung jatuh terduduk ke lantai dan terus memegangi dadanya yang terasa sakit.
Dae Young berlari di jalanan dan tak sengaja menubruk seorang warga. Warga itu mengenalinya dan bergegas menghubungi polisi.
“Percaya semua yang kukatakan
tadi dan pergi dari sini bersamaku sekarang.” pinta Joon Jae.
Namun sang ayah bersikeras tak mau pergi. Joon Jae pun menyerah. Ia pergi dengan wajah kecewa. Nam Doo menegur Joon Jae karena teriakan Joon Jae tadi membuat mereka dicurigai. Mereka pun turun ke bawah dan langsung disambut tatapan curiga pembantu Keluarga Heo. Joon Jae membenamkan wajahnya dibalik topi agar wajahnya tidak terlihat dan mereka pun berhasil pergi dengan selamat.
Sementara CEO Heo tampak
menangis. Raut penyesalan terlihat di wajahnya.
Seo Hee tiba di tempat pertemuan. Beberapa nyonya sudah duduk di sana namun Jin Joo belum datang. Tak lama, Jin Joo datang dan pura-pura terkejut melihat Seo Hee.
“Oh, Kang Seo Hee-ssi ada di
sini juga.” ucap Jin Joo.
“Kang Seo Hee?” tanya Seo
Hee kaget sekaligus kesal karena Jin Joo berani memanggilnya begitu.
FYI, biasanya Jin Joo
manggil Seo Hee dengan panggilan Nyonya Kang.
“Memang benar kan kau adalah Kang Seo Hee. Siapa yang mengundangmu? Aku memang sengaja karena takut kau mungkin akan merasa tak nyaman.” Ucap Jin Joo.
“Kenapa? Kenapa aku harus
merasa tak nyaman? Apa yang ingin kau katakan?” tanya Seo Hee kesal.
“Eonni, masuklah!” seru Jin
Joo.
Dan, masuklah Yoo Ran dengan dandanan anggun layaknya
ibu2 sosialita. Seo Hee terkejut melihat Yoo Ran. Ia pun tersenyum kesal.
Chung yang baru tiba di
rumah, teringat saat pertama kali ia menginjakkan kaki di rumah Joon Jae. Satu
per satu kenangannya bersama Joon Jae pun berputar di otaknya. Chung lalu
bersuara dalam hatinya, bahwa ia sangat suka tinggal di rumah Joon Jae.
“Ini adalah rumah pertamaku.
Tak peduli betapa dinginnya di luar, ada tempat yang hangat untuk pulang, berbicang-bincang
denganmu, tertawa denganmu, bersenang-senang denganmu… tak ada yang boleh
pergi, terutama kau. Aku tak akan meninggalkanmu... melihatmu kapanpun... yang
ku cintai seperti harapanku. Tapi kalau aku tinggal di rumah ini, ku rasa aku
tak bisa terus di sisimu. Aku akan pergi saja.” Ucap Chung.
Seo Hee ingin pergi tapi Jin
Joo menahannya dan berkata kalau ia harus mendengarkan sesuatu dulu sebelum
beranjak pergi. Jin Joo memberitahu, kalau eonni yang duduk di sebelahnya
adalah mantan istri CEO Heo. Jin Joo juga menceritakan bahwa Yoo Ran sudah
bertemu kembali dengan anaknya yang hilang.
“Anak yang lari dari rumah?”
tanya salah satu nyonya.
Jin Joo membenarkan. Nyonya2
itu pun langsung memberi ucapan selamat pada Yoo Ran. Seo Hee tampak kesal. Yoo
Ran pun langsung menatap tajam Seo Hee.
“Sudah ku bilang kan aku pastikan aku akan menemukan Joon Jae-ku dan mengembalikan semua kembali ke posisi awal.” Ucap Yoo Ran.
“Sudah ku bilang kan aku pastikan aku akan menemukan Joon Jae-ku dan mengembalikan semua kembali ke posisi awal.” Ucap Yoo Ran.
Seo Hee tersenyum sinis
mendengarnya.
“Selamat untukmu. Kau
bergerak cepat dan menemukan anakmu, tapi mengembalikan anakmu ke tempat
aslinya tak akan mudah. Tempat itu sudah tak ada.” Ucapnya.
“Apa?” kaget Yoo Ran.
“Kalian semua mungkin belum
mendengar, tapi belum lama ini suamiku, segalanya mengenai kepemilikan real estate dalam dan luar negeri,
saham, uang, modal, dan semuanya, sudah di sahkan di notaris bahwa dia akan
mewariskan segalanya... padaku dan Chi Hyeon. Kalian semua tahu yang akan
mewarisi posisi itu adalah Chi Hyeon-ku, kan? Aku akan mengingat dengan baik
wajah kalian semua yang berkumpul di sini hari ini. Jalanilah hidup kalian, berdoalah
semoga kalian tak merasa butuh bantuanku.” Jawab Seo Hee, lalu beranjak pergi.
Semua kaget dan panic
kecuali Yoo Ran yang terdiam sambil menahan kekesalannya.
“Menurutmu yang di
katakannya benar, Eonni? Jika itu benar, maka Presiden Heo sudah gila, kan ?!”
ucap Jin Joo.
“Aku tahu itu. Kenapa dia
menelantarkan anak kandungnya dan melakukan itu? Kenapa terburu-buru sekali?”
jawab salah satu nyonya.
“Jika yang di katakannya
benar, Presiden Heo pasti sudah di pengaruhinya!” ucap Jin Joo.
Seo Hee yang dalam perjalanan pulang menghubungi Dae Young. Dae Young yang ngumpet dibalik tumpukan sampah menjawab panggilan Seo Hee dengan takut2. Dae Young yang ingatannya sudah dihapus Chung merasa tak mengenal Seo Hee. Dae Young juga cerita kalau ia bingung kenapa orang2 mengatakannya seorang pembunuh. Seo Hee pun heran.
Seo Hee yang dalam perjalanan pulang menghubungi Dae Young. Dae Young yang ngumpet dibalik tumpukan sampah menjawab panggilan Seo Hee dengan takut2. Dae Young yang ingatannya sudah dihapus Chung merasa tak mengenal Seo Hee. Dae Young juga cerita kalau ia bingung kenapa orang2 mengatakannya seorang pembunuh. Seo Hee pun heran.
“Apa yang terjadi denganmu? Sudah
ku bilang minum obatmu. Dimana kau sekarang?” ucap Seo Hee.
“Aku benar-benar tak tahu di
mana aku, atau siapa diriku.” jawab Dae Young.
Chi Hyun tiba di rumah dan langsung menemui CEO Heo setelah dapat laporan soal kedatangan Joon Jae. CEO Heo berbohong saat Chi Hyun menanyakan apa ada yang datang. CEO Heo berkata, bahwa ia tadi ketiduran jadi ia tak tahu kalau ada yang datang. Chi Hyun pun langsung menatap curiga CEO Heo, tapi meski curiga ia tak berkata apapun dan memilih pergi dari kamar CEO Heo.
Di bawah, Chi Hyun
menghubungi staff keamanan. Staff keamanan memberitahu kalau sistem mereka
kacau sejak dua jam terakhir. Chi Hyun pun kesal. Ia berteriak, bereskan
sekarang! Chi Hyun juga membanting ponselnya.
Nam Doo memberikan flashdisk
yang berisi dokumen sah bahwa CEO Heo mewariskan semua asset pada Seo Hee dan
Chi Hyun. Nam Doo pun merasa bahwa Joon Jae benar2 dicampakkan CEO Heo dan
merasa sedih.
“Tak ada bukti bahwa itu
adalah kemauan ayahku.” Jawab Joon Jae.
“Apa maksudmu?” tanya
Detektif Hong.
“Ayahku… tampaknya sudah
kehilangan penglihatannya.” Jawab Joon Jae.
“Trauma serius pada kornea.”
Ucap Detektif Hong mengerti.
“Aku juga belum terlalu yakin.
Dia menatapku, tapi tak bisa mengenaliku.” Jawab Joon Jae.
“Lalu kenapa kau pergi ke sana sendirian? Kau bilang kau akan membawa ayahmu keluar.” Ucap Detektif Hong.
“Dia bilang dia tak percaya
padaku. Karena aku penipu.” Jawab Joon Jae sedih.
Joon Jae lalu meminta
Detektif Hong menyelidiki temuannya. Ia memberikan jarum dan obat2an yang
ditemukannya di kamar Seo Hee serta menunjukkan foto tanaman yang sempat ia
ambil di ruangannya Seo Hee.
“Jenis bunga apa ini?” tanya
Detektif Hong.
“Nordic Wolfsbane? Bunga ini
biasa di sebut Ratu Racun. Pada zaman Romawi mereka menggunakannya untuk
membunuh pangeran.” Jawab Nam Doo.
“Jika ini benar Nordic
Wolfsbane, beberapa tahun yang lalu di Jepang, juga di sini,ada kejadian dimana
seseorang kecanduan pada bunga ini dan meninggal.” Ucap Detektif Hong.
“Tolong bantu kami, detektif. Waktunya tak banyak. Karena semua buktinya sudah ada, kita harus bergerak cepat untuk mendapatkan surat perintah dan menggeledah rumah itu.” pinta Joon Jae.
Asisten Detektif Hong
berkata tak segampang itu. Namun Detektif Hong cepat2 menyahut kalau ia akan
berusaha secepat mungkin menangkap Seo Hee dan Chi Hyun.
Seo Hee datang menjemput Dae Young. Dae Young yang merasa tak mengenali Seo Hee bergegas pergi. Karena Dae Young tak bisa mengenalinya, Seo Hee pun mengenalkan dirinya sebagai Kang Ji Hyun. Mendengar nama Ji Hyun, ingatan Dae Young langsung melayang ke masa lalu.
Kilas Balik—Tampak Dae Young
kecil yang sedang menggambar sosok putri duyung di halaman panti. Tak lama kemudian,
seorang gadis seumurannya pun datang menghampirinya.
“Hai. Apa kau Dae Young? Aku
Kang Ji Hyun. Kau baru saja di usir, kan?Kata paman itu aku akan kembali pada
keluargaku lagi.Tapi kenapa kau di usir?” tanya Seo Hee kecil.
“Apa keluarga itu kaya? Saudari
kembarku juga punya keluarga yang kaya. Aku berharap aku bisa seperti itu juga.
Bahkan jika aku di adopsi keluarga itu, bolehkah aku tetap menulis surat untukmu
jika aku butuh saran?” tanya Seo Hee.
Dae Young pun mengangguk sembari tersenyum.
“Terima kasih. Apa yang kau
gambar? Ini Putri Duyung” tanya Seo Hee.
Joon Jae masuk ke kamarnya
dan langsung menatap ke arah kamar Chung. Ia memanggil Chung, tapi karena Chung
tak kunjung keluar kamar juga, akhirnya Joon Jae masuk ke kamar Chung dan
melihat Chung yang sedang berbaring. Joon Jae mendekati Chung, ia cemas kalau2
Chung sakit tapi Chung malah menyuruhnya pergi.
“Pergilah. Ku harap kau tak
bisa mendengar pikiranku. Ada yang harus ku pikirkan tapi kau tak boleh
mendengarnya. Aku tak bisa berpikir jernih dan pikiranku kacau.” Ucap Chung.
“Memikirkan apa?” tanya Joon
Jae.
“Jangan bertanya. Kau kira
kau punya izin mendengarnya? Aku tak tahu apa yang ada di pikiranmu, tapi kau
selalu saja mendengar semua yang ku pikirkan. Kau tahu betapa menjengkelkannya
itu?! Menjauhlah dariku. Atau kau mau aku yang pergi?” ucap Chung.
"Tidak. Aku yang akan menjauh
darimu. Pikirkanlah apa yang kau mau. Lakukan.” jawab Joon Jae sedikit kaget.
Joon Jae lalu mendekap Chung
dan bertanya sekali lagi apa Chung baik2 saja. Chung diam saja. Ia hanya menghela napasnya,
kemudian melepaskan dirinya dari dekapan Joon Jae dan menyuruh Joon Jae pergi.
“Bagaimana ini? Aku harus
pergi dari rumah atau pergi dari kamarku? Di luar sangat dingin. Aku akan tidur
di ruang tamu. Aku tak bisa mendengarmu dari sana. Sungguh tak bisa. Akan ku
beritahu jika aku mendengarnya, oke? Akan ku beritahu jika memang berisik.”
Ucap Joon Jae. lalu pergi.
Joon Jae membawa selimut dan
bantalnya ke ruang tamu. Disana, sudah ada Nam Doo yang tidur duluan. Joon Jae
menyuruh Nam Doo tidur di kamar karena ia akan tidur di sana. Nam Doo tanya
kenapa. Joon Jae bilang kalau Chung mengusirnya dari kamar.
“Dia mengusirmu dari kamar?
Ku rasa kau melakukan sesuatu yang salah.” Ucap Nam Doo.
“Tidak. Bukan seperti itu.
Tapi jika dia tak mau bekencan pasti ada masalah.” Jawab Joon Jae.
“Benar, tak ada hal buruk
yang akan kau lakukan. Kenapa dia mengusirmu?” tanya Nam Doo.
“Dia ingin memikirkan
sesuatu.” Jawab Joon Jae.
“Apa kau tak tahu maksud
dari seorang wanita yang mengatakan dia harus memikirkan sesuatu?” tanya Nam
Doo.
“Apa maksudnya?”Joon Jae
malah balik nanya.
“Itu artinya pria itu
melakukan kesalahan. Wanita itu berpikir apa yang harus di lakukan pada pria
itu dan apa yang pria itu harus lakukan. Entah itu akan membuatmu mati atau
menderita berkali-kali.” Jawab Nam Doo.
“Apa memang seperti itu?”
tanya Joon Jae.
“Tentu saja. Apa ada yang
kau sembunyikan darinya...atau kau pernah melakukan kesalahan?” tanya Nam Doo.
Joon Jae pun langsung
memikirkan kesalahan apa yang pernah ia lakukan pada Chung.
Di mobil, Seo Hee menyuruh
Dae Young bercerita apa saja yang diingat Dae Young. Dae Young berkata, ia
hanya ingat Kang Ji Hyun, gadis manis dari panti asuhan dan mayat2 yang tak
dikenalnya. Seo Hee pun terkejut.
“Bagaimana bisa? Dengarkan
baik-baik yang ku katakan. Aku tak tahu kenapa tiba-tiba ingatanmu menghilang, tapi
jika ingatanmu hilang. Ma Dae Young tetaplah Ma Dae Young.” Ucap Seo Hee.
“Ma Dae Young? Orang seperti
apa dia?” tanya Dae Young.
“Orang yang harus membalas
dendam.” Jawab Seo Hee.
“Ba..balas dendam?” tanya
Dae Young tidak percaya.
“Kau benar-benar tak ingat?”
tanya Seo Hee.
“Tidak.” Jawab Dae Young.
“Dunia ini tak memperdulikanmu. Dunia ini hanya sibuk dengan urusannya sendiri. Sejak kau lahir, kapan kau pernah merasa benar-benar bahagia? Hidupmu selalu penuh hukuman. Karena itu kau harus membalas dendam pada dunia yang telah menelantarkanmu. Kau selalu melakukan apa yang harus kau lakukan.” ucap Seo Hee.
“Jadi, orang-orang itu... aku
benar-benar membunuh mereka? Entah kenapa aku tak ingat.” Jawab Dae Young.
“Kau selalu mengatakan kau
tak ingat. Kau memang memiliki masalah dengan emosimu.Jika karena itu, memang
mungkin kau tak akan mengingatnya. Jangan khawatir. Seperti biasa, aku akan
selalu ada di sisimu. Kepada siapa kau harus membalas dendam, aku akan memberitahumu.”
Ucap Seo Hee yang langsung disambut seringai Dae Young.
Keesokan paginya, Joon Jae masuk kamar Chung dengan mengenakan headphone. Ia berteriak, menyuruh Chung makan dan mengaku tak bisa mendengar apapun karena memakai headphone itu.
Memasak pun Joon Jae juga
memakai headphone. Tae Oh masuk ke dapur dan melihat headphone di telinga Joon
Jae. Tae Oh berkata,bukankah itu miliknya.
“Apa!” teriak Joon Jae yang
tak bisa mendengar suara Tae Oh.
Nam Doo pun muncul dan
bertanya, kenapa Joon Jae teriak2.
“Oh?
Pasta kedelai sedang direbus untuk sarapan!” teriak Joon Jae.
“Kenapa berteriak?!” balas
Nam Doo dengan teriak juga.
“Ini pasta kedelai rebus!”
teriak Joon Jae.
Tae Oh pun dengan galak
langsung mengambil headphone nya dan berkata headphone itu miliknya.
“Aku butuh itu sekarang. Aku
pinjam dulu. Hei, syukurlah karena sudah tenang. Ku kira telingaku akan
meledak.” Jawab Joon Jae.
Joon Jae tiba2 terbatuk2.
“Orang yang pintar pasti
tahu kenapa tenggorokannya sakit.” Jawab Nam Doo.
Namun begitu Chung muncul, ia bergegas memakai headphone lagi dan mengajak Chung makan dengan wajah ceria. Chung tertegun melihat usaha Joon Jae.
Atasan Detektif Hong menolak
mengeluarkan surat perintah penangkapkan lantaran bukti yang didapat Detektif
Hong didapatkan dengan cara illegal dengan menyusup ke rumah orang. Ia juga
mengancam akan memecat Detektif Hong.
“Kenapa ilegal? Heo Joon Jae
anggota keluarga itu. Anak yang pulang rumahnya, bukan merampok rumahnya. Dia membuka pintu dan
masuk dengan percaya diri.” Bela Detektif Hong.
“Aigoo. Dengan berpakaian
pembasmi hama?” sindir Atasan Detektif Hong.
“Dia orang yang suka memakai
macam-macam pakaian. Seperti yang ku kenakan, itu menunjukkan jati dirinya.”
Jawab Detektif Hong.
“Diam!” sentak Atasannya.
“Obat yang di miliki Kang Seo Hee adalah obat antikolinergik. Obat ini digunakan untuk mengendurkan otot selama prosedur anestesi. Ini diresepkan untuk pasien insomnia. Dia memberi ini pada suaminya. Wanita itu tanpa ragu memberikan obat palsu pada suaminya.” Ucap Detektif Hong.
“Bukti yang diperoleh secara
ilegal tak bisa diterima di pengadilan! Kau tahu itu, lalu kenapa kau menjadi
seperti ini?” teriak Atasannya.
“Apa yang ku tahu? Aku tak
tahu itu! Aku tak tahu sama sekali!” balas Detektif Hong dengan teriak juga.
Detektif Hong kembali
mengintai rumah CEO Heo bersama Joon Jae dan Tae Oh. Detektif Hong berkata,
bahwa ia sudah bertemu dengan dokter mata CEO Heo dan dokter pun setuju kalau
jarum itu yang menyebabkan kerusakan kornea. Detektif Hong juga bilang kalau
CEO Heo harus segera dioperasi.
Di kursi belakang, Tae Oh sedang melacak para saksi dan pengacara CEO Heo. Detektif Hong yang melihat Tae Oh lagi sibuk melakukan peretasan hanya bisa menarik napas. Ia lalu memejamkan matanya dan berkata akan berpura-pura tidak melihat apapun.
Seo Hee menghitung sisa pil
di dalam botol dan ia sadar pilnya berkurang. Seo Hee langsung memanggil
pembantunya dan bertanya, apa ada yang masuk ruangannya. Pembantunya bilang
baru2 ini rumah mereka kedatangan petugas pembasmi hama. Seo Hee pun marah
karena pembantunya membiarkan orang lain masuk ruangannya.
Pembicaraan mereka terdengar oleh Detektif Hong, Joon Jae dan Tae Oh melalui alat penyadap yang sudah dipasang Joon Jae sebelumnya. Joon Jae pun langsung berkata, kalau mereka harus mendapatkan surat perintah penangkapan besok dan kalau surat perintah penangkapan itu tak kunjung keluar, maka ia akan masuk menggunakan caranya sendiri.
Seo Hee membawakan obat
untuk CEO Heo. Ia berkata, CEO Heo harus minum obat agar bisa dioperasi. CEO
Heo menyuruh Seo Hee meninggalkan obatnya di meja dan berkata akan meminumnya
nanti. Seo Hee curiga, tapi ia diam saja dan memilih pergi.
Begitu Seo Hee pergi, CEO Heo teringat perkataan Joon Jae soal Seo Hee. CEO Heo lalu meraih selembar tisu, kemudian membungkus obatnya dengan tisu dan membuangnya ke tempat sampah. Tak lupa, CEO Heo minum air agar terlihat seperti sudah minum obat. Tanpa ia sadari, Seo Hee melihat apa yang ia lakukan dari depan pintu.
0 Comments:
Post a Comment